Anda di halaman 1dari 23

STASE KERPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MEDULA SPINALIS

RUANG DAHLIA RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI HATIMAH

NIM : P1908136

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

PROGRAM PROFESI NERS

2019
TUMOR MEDULA SPINALIS

A. DEFINISI

Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam

Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok

usia, tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2012).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya

saja tapi juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2015: 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang

atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula
spinalis atau akar – akar saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam

tumor otak dan mempunyai prognosis yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.

B. GAMBAR ANATOMI YANG TERKAIT

Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html

Sumber : http : //cancerresearchchuk.orng


Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg

C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor primer

yang bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma


sedangkan yang bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona

(neoplasma yang timbul pada kanalis sentralis medula spinalis).


b. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker

payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.


2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price,

2010 : 1190)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari
dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari

lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price,
2010 : 1192)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis. Tumor ini
biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen).

Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma


tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural.

Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan


menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak

begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan
sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada

wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi
posterolateral medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular
menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang
terkena. (Price, 2015 : 1193)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri. Struktur

histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor


intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor

intrakranial, tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis.


Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya

adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma dan


hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula

spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-
tumor intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan

merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia


grisea. (Price, 2015 : 1193).
Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat
pada Tabel 1
.

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-

ekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural

Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya

Intradural Intradural
Ekstra dural
ekstramedular intramedular

Chondroblastoma Ependymoma, tipe Astrocytoma


myxopapillary
Chondroma Ependymoma

Epidermoid
Hemangioma Ganglioglioma
Lipoma
Lipoma Hemangioblastoma

Meningioma
Lymphoma Hemangioma
Neurofibroma
Meningioma Lipoma

Paraganglioma
Metastasis Medulloblastoma
Schwanoma
Neuroblastoma Neuroblastoma

Neurofibroma Neurofibroma

Osteoblastoma Oligodendroglioma

Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma

Sarcoma

Vertebral
hemangioma

3. Kompresi medula spinalis pada berbagai tingkat :


a. Tumor foramen magnum
Sebagian besar merupakan meningioma. Dan berasal dari dura taut
kranioservikalis.
Gejala awal dan tersering adalah
- Nyeri servikalis posterior (nyeri sub oksipital).
- kelemahan sensoris dan motoris berupa hiperestesia dalam dermatom
vertebra servikalis (C2) akibat kompresi pada akar syaraf.
- Gejala tambahan gangguan sensorik dan motorik pada tangan. Gejala lainnya
adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus (osilisasi mata yang cepat saat
memandang atau melihat suatu daerah atau benda), kesulitan bernapas,
mual muntah serta artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. (Price,
2015 : 1191)
b. Tumor daerah servikal (Price, 2015 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
- Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi
gelang bahu dan lengan.
- Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan
hilangnya refleks tendon ektremitas atas (biseps brakioradialis, trisep).
- Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu
jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
c. Tumor daerah thorakal
Pada lesi daerah thorakal seringkali terjadi kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan mengalami parestesia. Pasien
dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada serta
abdomen akibat gangguan intrathorakal dan intraabdominal. Pada lesi thorakal
bagian bawah refleks perut bagian bawah dan tanda beevor (umbilikus
menonjol apabila penderita pada posis terlentang mengangkat kepala melawan
suatu tahanan) dapat menghilang. (Price, 2015 : 1191)
d. Tumor di daerah lumbosakral (Price, 2015 : 1992)
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menyebabkan fleksi panggul dan
spastisitas tungkai bawah.
- Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta
kehilngan refkleks pergelangan kaki.
- Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral
bagian bawah.
e. Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda
– tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Price, 2015 : 1192)

D. ETIOLOGI
1. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara

pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap
penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat

karsinogenik.
2. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar
dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.

E. PATOFISIOLOGI
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad

gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa
terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama

tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder
atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta

ruas tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul

defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis
yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis.

Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah
lesi/tumor. Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering

menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri
segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior

seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu
menjadi disfungsi. Hilangnya rasa nyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik

berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan
fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan

urine.
F. PATHWAY

Perkembangan awal dari embrio

Kelainan kongenital

Kegagalan penutupan elemen saraf

dari kanalis spinalis

Defek pada arkus posterior

Kegagalan fungsi arkus posterior

vertebra pada daerah lumbosakral

sina bipida okulta spina bipida aperta

terlibatnya struktur saraf

paralisis spastik peningkatan TIK Nyeri Akut

Resiko
resiko tinggicidera
cidera

resiko herniasi defisit neurologis

paralisis visera paralisis motorik paralisis motorik

Gangguan inkontinensia
gangguan Eliminasi Urine paralisis anggota kehilangan sensoris

urine gerak bawah anggota gerak bawah

hambatan mobilitas Intoleransiaktifitas


intoleransi aktifitas

fisik

Gangguan mobilitas
fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2015 : 1192)

a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah
tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.

b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat
oleh gerakan tulang belakang.

c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.


d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan

medula spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.

f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.


g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang

ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.

2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2015 : 1193)

- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.


- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling

berat terjadi pada malam hari.


- Defisit sensorik
- Parestesia
- Ataksia

- Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta
gangguan motorik yang hebat.

b. Tumor Intramedular (Price, 2015 : 1193)

- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen

yang terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit


perifer.

- Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
- Defisit sensasi nyeri dan suhu.

- Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi


- Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis
kelamin

Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam
Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis

Lokasi Tanda dan Gejala

Foramen Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat


Magnum sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering

adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesia


dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas

yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan, mengangkat


barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan

adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan


pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang

kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan


hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah

pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan


muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup


hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX

hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.


Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi

radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga


menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian

atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai


darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada

umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan.


Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat

menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps,


brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang

tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6,
melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7

menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada


ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia.

Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan


pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri

akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi


torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda
Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi
telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat

menghilang.

Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak

segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf


desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi.

Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak


mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks

kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul


dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut
dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri

umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal


bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas

menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan


kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi

daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus


dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai

daerah sakral bagian bawah.

Kauda Ekuina Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-


tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau
perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis
flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan

terkadang asimetris.

H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung

kemih atau sembelit.


7. Komplikasi pembedahan :

a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.

b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-
anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat

menyebabkan kompresi medula spinalis.


c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.

1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,

dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh


cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena

blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan
paralisis yang komplit.

2. Foto Polos Vertebrae


Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan

ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang
belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping

badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca


prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.

3. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan

terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga
dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain

yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi
dan melihat progresifitas tumor.

4. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang

mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor
yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

5. Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua

tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang
dan kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat
dengan pemeriksaan yang lain.

Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen


intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau

tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta


pelebaran jarak interpendikular.

Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-


ekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada

pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada


bayangan medula spinalis.

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan

tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.


Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan

gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor
yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak

secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post
operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1. Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga

menghasilkan perbaikan neurologis).


2. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
a. Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada
10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi

biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.


3. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan

kecepatan deteriorasi
a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera

mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan


harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering)
selama radiasi, selama 2 minggu.
b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg
selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
4. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat

diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.


5. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan

tumor medula spinalis.


Indikasi pembedahan :

a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi
dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien

dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.


b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).

c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan


atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang

radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.


d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
K. ASUHAN KEPERAWATAN

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, kompresi saraf.
2. Risiko cedera berhubungan dengan paralisis spastik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan paralisis motorik, kehilangan sensori

ekstermitas
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan kerusakan neuromuskuler

M. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC (SLKI) NIC (SIKI)


.

1. Nyeri Akut 1. Tingkat Nyeri 1. Manajemen Nyeri


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau intervensi selama 3 jam, karateristik, durasi,
emosional yang berkaitan maka Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan Menurun, dengan intensitas nyeri
aktual atau fungsonal, kriteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak a. Keluhan nyeri (4) c. Identifikasi respons
atau lambat dan b. Meringis (4) nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga c. Sikap protektif (4) d. Identifikasi faktor yang
berat yang berlangsung d. Kesulitan tidur (4) memperberat dan
kurang dari 3 bulan. e. Perasaan depresi (4) memperingan nyeri
Skala : e. Berikan teknik
Gejala dan Tanda Mayor : 1 : meningkat nonfarmakologis untuk
1. Subjektif : 2 : cukup meningkat mengurangi ras nyeri
a. Mengeluh nyeri 3 : sedang (mis.kompres hangat /
2. Objektif 4 : cukup menurun dingin )
a. Tampak meringis 5 : menurun f. Ajarkan teknik
b. Bersikap protektif nonfarmakologis untuk
(mis.waspada, mengurangi rasa nyeri
posisi menghindari g. Kolaborasi pemberian
nyeri ) analgesik, jika perlu
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi 2. Pemberian Analgesik
meningkat a. Identifikasi karakteristik
e. Sulit tidur nyeri (mis.pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
Gejala dan Tanda Minor : intensitas, frekuensi,
1. Subjektif durasi )
Tidak tersedia b. Identifikasi riwayat
2. Objektif alergi
a. Tekanan darah c. Monitor tanda-tanda
meningkat vital sebelum dan
b. Pola napas berubah sesudah pemberian
c. Nafsu makan analgesik
berubah d. Jelaskan efek terapi
d. Proses berpikit dan efek samping obat
terganggu. e. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.
2. Risiko Cedera 1. Tingkat Cedera 1. Manajemen Keselamatan
Definisi : Setelah dilakukan Lingkungan
Berisiko mengalami bahaya intervensi selama 3 jam, a. Identifikasi kebutuhan
atau kerusakan fisik yang maka Tingkat Cedera keselamatan
menyebabkan seseorang Menurun, dengan b. Monitor perubahan
tidak lagi sepenuhnya kriteria hasil : status keselamatan
sehat atau dalam kondisi a. Kejadian cedera (4) lingkungan
baik. b. Luka/lecet (4) c. Gunakan perangkat
c. Ketegangan otot (4) pelindung
d. Fraktur (4) (mis.pengekang
e. Ekspresi wajah fisik,pagar)
kesakitan (4) d. Ajarkan individu,
f. Agitasi (4) keluarga dan
g. Gangguan mobilitas kelompok risiko tinggi
(4) bahaya lingkungan
Skala :
1 : meningkat 2. Pencegahan Cedera
2 : cukup meningkat a. Identifikasi area
3 : sedang lingkungan yang
4 : cukup menurun berpotensi
5 : menurun menyebabkan cedera
b. Identifikasi obat yang
menyebabkan cedera
c. Identifikasi kesesuaian
alas kaki atau stoking
elastis pada
ekstermitas bawah
d. Sediakan pencahayaan
yang memadai
e. Pastikan barang-
barang pribadi mudah
dijangkau
f. Pertahankan posisi
tempat tidur diposisi
terendah saat
digunakan
g. Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
h. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
i. Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan dududk selama
beberapa menit
sebelum berdiri

3. Intoleransi Aktivitas 1. Toleransi Aktivitas 1. Manajemen Energi


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi gangguan
Ketidakcukupanenergi intervensi selama 3 jam, fungsi tubuh yang
untuk melakukan aktivitas maka Toleransi Aktivitas mengakibatkan
sehari-hari. Meningkat, dengan kelelahan
Gejala dan Tanda Mayor : kriteria hasil : b. Monitor kelemahan
1. Subjektif : a. Frekuensi nadi (4) fisik dan fungsional
a. Mengeluh lelah b. Saturasi oksigen (4) c. Monitor pola dan jam
2. Objektif c. Kemudahan dalam tidur
a. Frekuensi jantung melakukan aktivitas d. Monitor lokasi dan
meningkat >20% sehari-hari (4) ketidaknyamanan
dari kondisi d. Perasaan lemah (4) selama melakukan
istirahat e. Keluhan lelah (4) aktivitas
f. Dipsnea saat e. Ajarkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor : aktivitas (4) f. Anjurkan melakukan
1. Subjektif g. Dipsnea setelah aktivitas secara
a. Dispnea aktivitas (4) bertahap
saat/setelah Skala : g. Ajarkan strategi koping
aktivitas 1 : menurun untuk mengurangi
b. Merasa tidak 2 : cukup menurun kelelahan
nyaman setelah 3 : sedang h. Kolaborasi dengan ahli
beraktivitas 4 : cukup meningkat gizi tentang cara
c. Merasa lemah 5 : meningkat meningkatkan asupan
makanan.
2. Objektif 2. Terapi Aktivitas
a. Tekanan darah a. Identifikasi defisit
berubah >20% dari tingkat aktivitas
kondisi istirahat b. Monitor respons
b. Gambaran EKG emosional, fisik, sosial,
menunjukkan dan spiritual terhadap
aritmia aktivitas
saat/setelah c. Fasilitasi fokus pada
aktivitas kemampuan, bukan
c. Gambaran EKG defisit yangdialami
menunjukkan d. Sepakati komitmen
iskemia untuk meningkatkan
d. Sianosis. frekuensi dan rentang
aktivitas
e. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
f. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari
g. Anjurkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
h. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi
i. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas
4. Gangguan Mobiitas Fisik 1. Mobilitas Fisik 1. Dukungan Ambulasi
Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi adanya
Keterbatasan dalam intervensi selama 3 jam, nyeri atau keluhan fisik
pergerakan fisik dari atau maka Status Mobilitas lainnya
lebih ekstermitas secara Fisik Meningkat, dengan b. Identifikasi tolenransi
mandiri. kriteria hasil : fisik melakukan
Gejala dan Tanda Mayor : a. Pergerakan ambulasi
3. Subjektif : ekstermitas (4) c. Monitor frekuensi
b. Mengeluh sulit b. Kekuatan otot (4) jantung dan tekanan
menggerakan c. Rentang gerak ROM darah sebelum
ekstermitas (4) memulai ambulasi
4. Objektif Skala : d. Monitor kondisi umum
b. Kekuatan otot 1 : menurun selama melakukan
menurun 2 : cukup menurun ambulasi
c. Rentang gerak 3 : sedang e. Fasilitasi aktivitas
(ROM) menurun 4 : cukup meningkat ambulasi dengan alat
5 : meningkat f. Jelaskan tujuan dan
Gejala dan Tanda Minor : prosedur ambulasi
3. Subjektif g. Anjurkan melakukan
d. Nyeri saat bergerak ambulasi dini
e. Enggan melakukan h. Ajarkan ambulasi
pergerakan sederhana yang harus
f. Merasa cemas saat dilakukan
bergerak
4. Objektif 2. Dukungan Mobilisasi
e. Sendi kaku j. Identifikasi adanya
f. Gerakan tidak nyeri atau keluhan fisik
terkoordinasi lainnya
g. Gerakan terbatas k. Identifikasi toleransi
h. Fisik lemah fisik melakukan
pergerakan
l. Monitor frekuensi
jantung dan TD
sebelum memulai
mobilisasi
m. Fasilitasi aktivitas
mobilisasidengan alat
bantu ( mis.pagar
tempat tidur )
n. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
o. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
p. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan

5. Defisit Pengetahuan 3. Tingkat pengetahuan 1. Edukasi Kesehatan :


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi kesiapan
Ketiadaan atau kurangnya intervensi selama 3 dan kemampuan
informasi kognitif yang jam, maka Tingkat menerima informasi
berkaitan dengan topik Pengetahuan b. Identifikasi faktor-
tertentu. Meningkat, dengan faktor yang dapat
Gejala dan Tanda Mayor : kriteria hasil : meningkatkan dan
1. Subjektif : a. Perilaku sesuai menurunkan motivasi
a. Menanyakan anjuran verbalisasi perilaku hidu bersih
masalah yang minat dalam dan sehat
dihadapi belajar (5) c. Sediakan materi dan
2. Objektif b. Kemampuan media pendidikan
a. Menunjukkan menjelaskan kesehatan
perilaku tidak pengetahuan d. Jadwalkan pendidikan
sesuai anjuran tentang suatu topik kesehatan sesuai
b. Menunjukkan (5) kesepakatan
persepsi yang c. Kemampuan e. Berikan kesempatan
keliru terhadap menggambarkan bertanya
masalah. pengalaman f. Jelaskan faktor resiko
sebelumnya yang yang dapat
Gejala dan Tanda Minor : sesuai dengan mempengaruhi
1. Subjektif topik (5) kesehatan
(Tidak tersedia) d. Perilaku sesuai g. Ajarkan perilaku hidup
2. Objektif dengan bersih dan sehat
a. Menjalani pengetahuan (5) h. Ajarkan strategi yang
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
tidak tepat meningkatkan perilaku
b. Menunjukkan hidup bersih dan sehat
perilaku berlebih
DAFTAR PUSTAKA

Muttakin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika


PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Price, A. S., Wilson M. L., 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih

Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC


Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai