Di susun oleh:
OKTAVIANA HIDAYATIS A
(14401.16.17030)
PROBOLINGGO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Epidural hematom adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah trauma
kepala (Taufan, Tamara, Dara dkk. (2016)).
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang
lebihbesar,sehingga menimbulkan perdarahan ( Afif,Muhammad,alfian.(2018).
Epidural hematoma adalah hematom antara durameter dan tulang, biasanya
sumber perdarahannya adalah robeknya arteri meningea media. (NICNOC2015)
B. ETIOLOGI
Penyebab epidural hematoma antara lain :
1. Kecelakaan jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat berolahraga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan.
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak.
5. Kerusakan menyebar karena kekuatan bernturan biasanya lebih besar sifatnya.
6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita epidural
hematom diantaranya adalah:
1) Mengalami penurunan kesadaran sampai koma secara mendadak dalam kurun
waktu beberapa jam hingga 1-2 hari
2) Adanya suatu keadaan “lucid interval” yaitu diantara waktu terjadinya trauma
kepala dan waktu terjadinya koma terdapat waktu dimana kesadaran penderita
adalah baik.
3) Tekanan darah yang semakin bertambah tinggi
4) Nadi semakin bertambah lambat
5) Sakit kepala yang hebat
6) Hemiparesis
7) Dilatasi pupil yang ipsilateral
8) Keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan telinga (othorea)
9) susah bicara
10) Mual
11) Pernafasan dangkal dan cepat kemudian irregular
12) Suhu meningkat
13) Funduskopi dapat memperlihatkan papil edema (setelah 6 jam kejadian)
14) dan foto rontgen menunjukan garis fraktur yang jalannya melintang dengan jalan
arteri meningea media atau salah satu cabangnya (Greenberg et al, 2002)
↓
Hematom epidural
↓
Menekan lobus temporalis
↓
Kompresi
↓ ↓
okulomotorius Korteks serebri
↓ ↓ ↓
Dilatasi Palpebra Suplai 02 ke otak ↓
ptosis
↓
Produksi sputum ↑ ← ↓Penurunan kesadaran
Nyeri Kepala Peningkatan TIK ↓ ↓
↓ ↓ Bersihan jalan Risiko perfusi cerebral tidak
nafas tidak efektif efektif
Nyeri Akut Herniasi ↓
Gangguan saraf ↓
pusat
↓ Neuropati
Difusi O2 ↓
terhambat
↓ Inkontenensia urin berlanjut
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan epidural hematom terdiri dari:
1. Terapioperatif
Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan melakukan
kraniotomi. Terapi ini dilakukan jika hasil CT Scan menunjukan volume
perdarahan/hematom sudah lebih dari 20 CC atau tebal lebih dari 1 cm atau
dengan pergeseran garis tengah (midline shift) lebih dari 5 mm. Operasi yang
dilakukan adalah evakuasi hematom untuk menghentikan sumber perdarahan
sedangkan tulang kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya
edema serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan (Bajamal, 1999).
2. Terapimedikamentosa
Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. mengelevasikan kepala pasien 30osetelah memastikan tidak ada cedera spinal
atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK.
b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10 mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis 4 mg setiap 6 jam).
c. Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.
d. Berikan barbiturat untuk mengatasi TIK yang meninggi.
H. ASUHAN KEPERAWATAN secara TEORI
1. PENGKAJIAN
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga
terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa
berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing ( kemungkinana karena aspirasi ), cenderung terjadi peningkatan produksi
sputum pada jalan napas.
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke
jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia
yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak
akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila
perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus
cranialis, maka dapat terjadi:
(1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori);
(2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia;
(3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata;
(4) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh;
(5) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Bladder
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan
(disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal
selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kepala b/d Agen pencedera fisik
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum meningkat
3. Pola nafas tidak efektif b/d Gangguan neurologis
4. Risiko perfusi cerebral tidak efektif b/d oksigen ke otak berkurang
5. Inkontenensia urin berlanjut b/d kerusakan saraf simpatis / parasimpatis
6. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan tonus otot
J. INTERVENSI
1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan Keluhan nyeri MANAJEMEN NYERI
Observasi
pencedera fisik tindakan asuhan menurun 5
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 2x24 Kemampuan
durasi,frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
jam tingkat nyeri menuntaskan
2. Identifikasi skala nyeri
menurun aktivitas
3. Identifikasi nyeri non verbal
meningkat 5
Teraupetik
Frekuensi nadi
1. Berikan tehnik non farmakologi (terapi
membaik 5
musik, terapi pijat, kopres hangat/dingin)
Pola napas
2. Fasilitasi istirahat tidur
membaik 5
3. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
NO DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
2. Bersihan jalan Nafas tidak Setelah dilakukan Produksi sputum MANAJEMEN JALAN NAPAS
Observasi
efektif b/d produksi tindakan asuhan menurun 5
1. Monitor pola napas
sputum meningkat keperawatan selama Dipsnea membaik 5
2. Monitor bunyi nnapas tambahan
2x24 dipsnea membaik Sulit bicara membaik
3. Monitor sputum
5
Teraupeutik
Gelisah menurun 5
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu
NO DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
3. Pola nafas tidak efektif setelah dilakukan Tekanan ekspirasi PEMANTAUAN RESPIRASI
meningkat 5
b/d Gangguan neurologis tindakan 2 kali 24 jam OBSERVASI :
Tekanan inspirasi
pasien dapat memberikan meningkat 5 1. Monitor jalan nafas ( frekuensi,kedalaman,
Dipsnea menurun
ventilasi yang adekuat usaha napas )
5
Frekuensi nafas 2. Monitor pola nafas ( mis bradipnea,
membaik 5
takipnea, hiperventilasi)
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Monitor saturasi oksigen
TERAPEUTIK :
EDUKASI :
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke
II 2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KASUS EDH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER
Disusun Oleh :
OKTAVIANA HIDAYATIS A
14401.16.17030
Kelompok 02
Pembimbing CI PembimbingAkademik
............................................. .............................................
KepalaRuang
.........................................................
LEMBAR KONSULTASI