Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Bronchitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan
yang menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok di
rumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat
memasak yang menggunakkan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih
banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian penyakit brongchitis sangat tinggi. ( Marni,
2014 )
Brongchitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trachea, brongkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik
tanpa terapi dalam 2 minggu. ( Wong dan Donna, 2009 )
Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit
peradangan saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh
pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara, atau alergen.
Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik
pada bronkus umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus,
influenza, parainfluenza, RSV, rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan
10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.
B. Epidemiologi
1. Distribusi dan Frekuensi
a. Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data
yang diperoleh untuk usia penderita ( ≥ 60 tahun) sekitar 7,5%,
untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun) sekitar 5,7% dan untuk yang
berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu penderita bronkitis
ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan
merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-
laki.
b. Tempat dan Waktu
Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan
berbagai zat-zat polutan di udara, seperti asap pabrik, asap
kendaraan bermotor, asap pembakaran dan asap rokok, hal ini
dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.
Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah
yang beriklim tropis ataupun musim hujan pada daerah yang
memiliki dua musim yaitu daerah tropis.
2. Determinan
a. Host
1) Umur
Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun
2010 diperoleh kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat
pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI 1,50-3,13), pendapatan
keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk
kuartil terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18
bagi merka dengan tidak sekolah).
2) Merokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on
Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya
bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara
patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia skuamusepitel saluran
pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27
Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil
peneltian dengan kebiasaan merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-
11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per hari).
3) Infeksi
Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis
infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama)
organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae
dan Chlamydia).
4) Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor
penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih
tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah
zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28
5) Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan
berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-
antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir
enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
6) Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada
golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor
lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
b. Agent
Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza,
respiratory syncytical virus), bakteri dan organisme yang
menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
c. Environment
Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di
daerah perkotaan. Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya
aktivitas manusia dan kepadatan akan berdampak terhadap
menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk
bronchitis.25 penduduk. Peningkatan penduduk akan diikuti oleh
semakin meningkatnya kebutuhan di bidang transportasi, Kegiatan
industri juga mengakibatkan meningkatnya pencemaran dan akan
berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit,
termasuk bronchitis.

C. Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor
lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan
faktor lingkungan meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi
sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis,
Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza,
Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara meliputi polusi
asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat
penyakit paru yang sudah ada.
1. Bronkitis infeksiosa
Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus,
terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan
bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa
merupakan akibat dari :
a. Sinusitis kronik
b. Bronkiektasis
c. Alergi
d. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
2. Bronkitis iritatif
Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi
terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari
asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida,
sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi
ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor
etiologi utama adalah zat polutan.

D. Patofisiologi
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas
bagian atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau
hemophilus influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga
memperburuk keadaan penyakit begitu juga dengan menghisap rokok.
Anak menampilkan batuk-batuk yang sering, kering tidak produktif dan
dimulai berkembang berangsur-angsur mulai hari 3 – 4 setelah terjadinya
rinitis. Penderita diganggu oleh suara-suara meniup selama bernafas
(ronki) rasa sakit pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek.
Batuk-batuk proksimal dan penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang
berkaitan dengan terjadinya muntah-muntah. Dalam beberapa hari, batuk
tersebut akan produktif dan dahak akan dikeluarkan penderita dari jernih
dan bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir lebih encer dan berangsur-angsur
menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai dengan usia
penderita serta tingkat penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau
demam dengan suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis.
Infeksi konjungtiva dan rinitis. Kemudian auskultasi akan mengungkapkan
adanya suara pernafasan bernada tinggi, menyerupai bunyi-bunyi
pernafasan pada penyakit asma. Pada anak-anak dengan malnutrisi atau
keadaan kesehatan yang buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia
merupakan temuan yang sering dijumpai.
E. Klasifikasi
Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
1. Bronkitis akut
Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh
total tanpa masalah lain.
2. Bronkitis kronis
Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu
yang lama, terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-
bulan hingga tahunan.

F. Manifestasi Klinis
1. Sesak nafas / Dispnea
Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan
merupakan gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis.
Tanda objektif yang dapat di amati dari sesak nafas adalah nafas yang
cepat, terengah-engah, bernafas dengan bibir tertarik kedalam (pursed
lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen dalam darah), hiperkapnia
atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah.
2. Nafas berbunyi
Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang di
sebabkan oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit
akibat kontriksi atau ekskresi mucus yang berlebihan.
3. Batuk dan sputum
Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis,
seringkali pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir
setiap hari serta pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan
berturut- turut dalam satu tahun dan paling sedikit 2 tahun.
4. Nyeri dada.
Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena
ada inflamasi pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada
di rasakan dengan tingkat keparahan penyakit.
5. Nafas cuping hidung
Pada balita dan anak- anak penderita bronkhitis kadang terjadi
adanya nafas cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis
mengalami hal tersebut.Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat
gangguan pada sistem pernafasan yang menyebabkan kepayahan
dalam bernafas.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.
Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien
anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur
pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk
membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau
virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya
dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.

H. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat
dan minum banyak cairan.Antibiotik diberikan kepada penderita yang
gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri
(dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan
penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.Kepada penderita
dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau
ampisilin.Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae.Kepada penderita anak-anak diberikan
amoxicillin.Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.

I. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain :
1. Bronchitis kronik
2. Sniusitis
3. Otitis media
4. Bronkhietasis
5. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
6. Gagal napas
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
C. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
D. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
E. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah,riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
F. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
G. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
H. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
I. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubeda / varisela
J. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas b.d inflamasi trakhea bronhial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen
3. Pola napas tidak efektif b.d deformitas dinding dada, hiperventilasi,
keletihan otot pernapasan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan
metabolik sekunder erhadap demam dan proses infeksi. Anoreksia
yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi
abdomen atau gas
5. Intoleransi aktifitas b.d insufiensi 02 untuk aktifitas sehari-hari
(Wilkinson, 2015)
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif berhubungan  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
dengan:  Respiratory status : Airway patency  Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
neuromuskular, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
hiperplasia dinding …………..pasien menunjukkan keefektifan jalan ventilasi
bronkus, alergi jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas, asma, trauma  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Obstruksi jalan nafas : yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
spasme jalan nafas, (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan tambahan
sekresi tertahan, mudah, tidak ada pursed lips)  Berikan bronkodilator :
banyaknya mukus, adanya  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak - ………………………
jalan nafas buatan, sekresi merasa tercekik, irama nafas, frekuensi - ……………………….
bronkus, adanya eksudat pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara - ………………………
di alveolus, adanya benda nafas abnormal)
 Monitor status hemodinamik
asing di jalan nafas.  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
DS: faktor yang penyebab.
Lembab
- Dispneu  Saturasi O2 dalam batas normal
 Berikan antibiotik :
DO:  Foto thorak dalam batas normal
- Penurunan suara nafas …………………….
- Orthopneu …………………….
- Cyanosis  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas keseimbangan.
(rales, wheezing)  Monitor respirasi dan status O2
- Kesulitan berbicara  Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Batuk, tidak efekotif atau mengencerkan sekret
tidak ada  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Produksi sputum penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan
irama nafas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas exchange  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
è ketidakseimbangan perfusi  Keseimbangan asam Basa, Elektrolit  Pasang mayo bila perlu
ventilasi  Respiratory Status : ventilation  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
è perubahan membran kapiler-  Vital Sign Status  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
alveolar Setelah dilakukan tindakan keperawatan
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
DS: selama …. Gangguan pertukaran pasien
tambahan
è sakit kepala ketika bangun teratasi dengan kriteria hasi:  Berikan bronkodilator ;
è Dyspnoe  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi -………………….
è Gangguan penglihatan dan oksigenasi yang adekuat -………………….
DO:  Memelihara kebersihan paru paru dan  Barikan pelembab udara
è Penurunan CO2 bebas dari tanda tanda distress pernafasan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
è Takikardi  Mendemonstrasikan batuk efektif dan keseimbangan.
è Hiperkapnia suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis  Monitor respirasi dan status O2
è Keletihan dan dyspneu (mampu mengeluarkan  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
è Iritabilitas sputum, mampu bernafas dengan mudah, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
è Hypoxia tidak ada pursed lips) supraclavicular dan intercostal
è kebingungan  Tanda tanda vital dalam rentang normal
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
è sianosis  AGD dalam batas normal
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
è warna kulit abnormal (pucat,  Status neurologis dalam batas normal
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
kehitaman)
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
è Hipoksemia
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
è hiperkarbia
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
è AGD abnormal
 Observasi sianosis khususnya membran mukosa
è pH arteri abnormal
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
èfrekuensi dan kedalaman nafas
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
abnormal
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan
denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway patency ventilasi
- Penurunan energi/kelelahan Vital sign Status  Pasang mayo bila perlu
- Perusakan/pelemahan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
muskulo-skeletal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Kelelahan otot pernafasan ………..pasien menunjukkan keefektifan pola  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Hipoventilasi sindrom nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: tambahan
- Nyeri Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
 Berikan bronkodilator :
- Kecemasan nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
-…………………..
- Disfungsi Neuromuskuler dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
…………………….
- Obesitas mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Injuri tulang belakang lips)
Lembab
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
DS: tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
keseimbangan.
- Dyspnea pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
 Monitor respirasi dan status O2
- Nafas pendek suara nafas abnormal)
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
DO: Tanda Tanda vital dalam rentang normal
Pertahankan jalan nafas yang paten
- Penurunan tekanan (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
per menit oksigenasi
- Menggunakan otot pernafasan Monitor vital sign
tambahan Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
- Orthopnea tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
- Pernafasan pursed-lip Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Tahap ekspirasi berlangsung Monitor pola nafas
sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food and Fluid Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk c. Weight Control  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
memasukkan atau mencerna Setelah dilakukan tindakan keperawatan serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor selama….nutrisi kurang teratasi dengan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
biologis, psikologis atau indikator: makanan harian.
ekonomi.  Albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
DS:  Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
- Nyeri abdomen  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
- Muntah  Hemoglobin jam makan
- Kejang perut  Total iron binding capacity  Monitor turgor kulit
- Rasa penuh tiba-tiba setelah  Jumlah limfosit  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
makan Hb dan kadar Ht
DO:  Monitor mual dan muntah
- Diare  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Rontok rambut yang berlebih jaringan konjungtiva
- Kurang nafsu makan  Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Konjungtiva pucat manfaat nutrisi
- Denyut nadi lemah  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan antara selama …. Pasien bertoleransi terhadap  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
suplei oksigen dengan aktivitas dengan Kriteria Hasil : emosi secara berlebihan
kebutuhan  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Gaya hidup yang dipertahankan. disertai peningkatan tekanan darah, nadi (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
DS: dan RR pucat, perubahan hemodinamik)

 Melaporkan secara verbal  Mampu melakukan aktivitas sehari hari  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

adanya kelelahan atau (ADLs) secara mandiri pasien

kelemahan.  Keseimbangan aktivitas dan istirahat  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

 Adanya dyspneu atau dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

ketidaknyamanan saat  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

beraktivitas. mampu dilakukan

DO :  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang


sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan

 Respon abnormal dari sosial

tekanan darah atau nadi  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan


sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
terhadap aktifitas diinginkan
 Perubahan ECG : aritmia,  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
iskemia seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Doengoes, M. E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa. I Made
Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.
Ringel, E. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks.
Handayani, W dan Sulistyo, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Hockenberry, M and Wilson, D. 2008. Pediatric Nursing. ISBN.
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Manusia. Bandung: Alfabeta.
Kowalak, Jenifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Nanda. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Shewrwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : Erlangga.
Wibowo, Daniel S. 2013. Anatomi Fisiologi Elementer. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai