Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WABAH KLB (FLU BURUNG)

Disusun Oleh :

Assyifa Irasuliyah Intang (14120210168)

Fania Gerda Rensiana (14120210161)

Andi Anisha (14120210180)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang “KLB (FLU BURUNG)” ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Surveilans.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa
Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan
harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Makassar, 20 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

1.1. Latar Belakang................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3. Tujuan Penyelidikan.......................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................7

2.1 Pengertian Flu Burung (Avian Influenza)........................................................7

2.2 Flu Burung Secara Etiologi.............................................................................8

2.3 Flu Burung Secara Patofisiologi...................................................................8-9

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................10

3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................10

3.2 Waktu dan Tempat.........................................................................................10

3.3 Sumber Data...................................................................................................10

3.4 Populasi dan Sampel.......................................................................................10

3.5 Metode Pengambilan Data..............................................................................10

3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................................10

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.....................................................11-12


BAB IV HASIL PENELITIAN..........................................................................13

3.8 Hasil dan Pembahasan.................................................................................13-16

BAB V PENUTUP.............................................................................................17

3.9 kesimpulan........................................................................................................17

3.10 Saran..........................................................................................................17

3.11 Daftar Pustaka...........................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wabah Flu Burung (Avian Influenza) saat ini telah menjadi isu global avian influneza
adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A.
Penyakit yang pertama di identifikasi di itali pada tahun 1978 dengan laporan bahwa
wabah avian influenza telah terjadi dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi seluruh
unggas diketahui rentan terhadap infeksi avian influenza, walaupun beberapa spesies
lebih tahan terhadap virus ini dibandingkan yang lain. Infeksi ini menyebabkan spektrum
gejala yang sangat luas pada unggas-unggas, mulai dari gejala yang ringan hingga
kepenularan yang sangat tinggi dan cepat menjadi penyakit yang fatal sehingga
menghasilkan epidemi yang berat.

Wabah Avian Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A jenis H5N1 yang
tergolong dalam famili orthomiyxoviridae. Virus influenza dapat menyebabkan gangguan
pada pernapasan unggas dari kasus ringan hingga kasus yang sangat fatal, sedangkan
virus jenis B dan C menyerang pada manusia dan babi. Kekhawatiran global terhadap
pandemi avian influenza seperti yang terjadi pada tahun 1918 mengakibatkan masyarakat
harus lebih waspada terhadap pandemi yang terjadi avian influenza yang sering disebut
flu burung merupakan jenis penyakit yang media penularannya berawal dari hewan
unggas dan sangat cepat menular pada manusia.

Kekhawatiran berikutnya adalah terletak pada sifat avian influenza yang mudah
bermutasi sehingga ketakutan akan timbulnya pandemi. Keamanan suatu negara bukan
hanya berasal dari ancaman militer, namun bisa juga berasal dari virus yang menular dan
menimbulkan kematian dalam jumlah besar pasca perang dingin, keamanan tidak lagi
diartikan secara sempit sebagai hubungan konflik ataupun bentukkerjasama antar negara,
tetapi juga berpusat pada keamanan untuk masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2007) beberapa metode yang dapat digunakan dalam


pendidikan kesehatan bersifat massa (public) adalah ceramah umum (public speaking),
pidato atau diskusi melalui media massa, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah
atau koran serta dapat juga melalui bill board yang dipasang di pinggir jalan. Intervensi
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) berupa pelatihan, distribusi poster, spanduk, serta
stiker tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung dapat meningkatkan
pengetahuan yang baik dari 96,3% menjadi 100%, sikap yang positif dari 98,3% menjadi
100%, serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung yang positif
dari 2,5% menjadi 100% (Said, 2010). Sedangkan menurut Mardiningsih (2009), promosi
kesehatan tentang flu burung melalui media cetak berwarna dapat meningkatkan
pengetahuan 21% dan media cetak komik tidak berwarna dapat meningkatkan
pengetahuan 25,6%.
Penyebaran wabah avian influenza di Indonesia dan dunia menjadikan kekhawatiran
negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Banyaknya
penanganan terhadap penyebaran wabah ini, menjadikan negara-negara besar tersebut
memberikan bantuan kepada Indonesia dan negara lain yang terinfeksi Avian Influenza.
Bantuan luar negeri merupakan sebuah instrumen kebijakan luar negeri yang sering
digunakan dalam hubungan luar negeri. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka
penulis ingin mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan melalui metode penyuluhan
kesehatan tentang Penyakit Flu Burung Terhadap Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat jika
terjadi serangan virus flu burung sewaktu-waktu pada unggas maupun pada manusia di
provinsi Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit flu burung terhadap tingkat
kesiapsiagaan masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan?

1.3 Tujuan Penyelidikan


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat terhadap wabah KLB
Flu Burung
2. Untuk mengidentifikasi sikap mahasiswa terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan penyakit virus Flu Burung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flu Burung (Avian Influenza)

Strain virus influenza yang terutama menginfeksi burung, tetapi juga dapat
menginfeksi manusia. Jenis flu ini paling sering terjadi karena kontak dengan unggas sakit.
Flu ini juga dapat menular antarmanusia. Gejala dimulai dalam waktu 2-8 hari, dan dapat
terlihat seperti flu biasa. Batuk, demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, dan sesak
napas dapat terjadi. Penyakit ini dapat menyebabkan angka kematian tinggi pada manusia.
Beberapa obat antivirus, jika dikonsumsi dalam waktu dua hari sejak adanya gejala, dapat
membantu. Influenza burung atau avian influenza, merupakan penyakit infeksiakibat virus
influenza tipe A yang biasa menegnai unggas. Virus influenzasendiri termasuk dalam famili
orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipeyaitu A, B, C,. Virus influenza A yaitu protein
nemaglutinin dengan N.Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri
darisembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini biasamenghasilkan
banyak sekali varian subtype dari virus influenza tipe A. Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe Adan ditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit influenza
padaunggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang yang lainseperti babi. Data lain
menunjukkan penyakit ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini menular
dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular
lewat udarayang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burungatau
unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini belum terbuktiadanya penularan dari
manusia ke manusia. Penyakit ini terutamamenyerang peternak unggas Jadi, kesimpulan dari
kelompok kami avian influenza adalahpenyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang
biasa megenai unggas.penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta
beberapabinatang yang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini bisaterdapat
burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini menular dari burungke burung, tetapi dapat juga
menular ke manusia. Penyakit ini dapatmenular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang
berasal dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Virus
fluburung termasuk ke dalam kelompok virus RNA. Setidaknya terdapat 11 molekul RNA
yang diketahui dari virus influenza tipe A, dua di antaranyayang dianggap sangat penting
adalah molekul PB1 dan HA. PB1merupakan molekul yang mengkode sintesis polimerase
virus yangmampu meningkatkan virulensi (kemampuan virus menginfeksi sel inang).
2.2 Flu Burung Secara Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe A subtipe H5,
H7 dan H9. Virus H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak
seperti H5 dan H7. Virus flu burungatauavian influenza ini awalnya hanya ditemukan
pada binatang seperti burung, bebek dan ayam. Namun sejak 1997, virus ini mulai
"terbang" kemanusia ( penyakit zoonosis ). Subtipe virus yang ditemukan pada akhir
tahun 2003 dan awal tahun 2004, baik pada unggas maupun pada pasien di Vietnam
dan Thailand, adalah jenis H5N1. Perlu diketahui bahwa virus influenza pada
umumnya, baik pada manusia atau pada unggas, adalah dari kelompok famili
Orthomyxoviridae. Ada beberapa tipe virus influenza pada manusia dan binatang
yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus influenza tipe A memiliki dua sifat
mudah berubah : antigenic shift dan antigenic drift, dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Pada manusia, virus A dan B dapat menyebabkan wabah flu yang cukup
luas.

2.3 Flu Burung Secara Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung


dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus fluburung hidup di saluran
pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapatpula mengeluarkan virus ini melalui
tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah
yang dihirup oleh manusiaatau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih
mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum
adabukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan
pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu- satunya cara virus flu burung
dapat menyebar dengan mudahdari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung
tersebut bermutasidan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui
salivadan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,misalnya
karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadimelalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui
pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu
parapeternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual
beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas kemanusia.Dalam hal penularan dari
unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari
unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng
dan lain-lain,tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu
burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit. Penyebaran virus Avian
Influenza (AI) terjadi melalui udara(droplet infection di mana virus dapat tertanam
pada membran mukosayang melapisi saluran nafas atau langsung memasuki alveoli
(tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan
terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus.
Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan
spesies darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza
viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari
membran sel di mana didapatkanresidu asam sialat yang dapat berikatan dengan
residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage.

Virus A1 dapat berikatan dengan sel membran sel mukosa mealuiikatan yang berbeda
yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseftor yang terdapat pada
membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus A1 tidak dapat
mengadakan reflikasi secara efisien padamanusia. Mukoprotein yang mengandung
reseftor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran
napas dapat dicegah.Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada
permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada
epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam seltersebut.
Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktusingkat virus dapat
menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi
utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi
akan membengkak dan intinyamengkerut dan kemudian mengalami piknosis.
Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan
terbentuk badan inklusi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku tenaga kerja dan pelaksanaan
penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 10 November sampai dengan 11
November 2022, yang bertempat di Desa Pampang.

3.3 Sumber Data


Dalam penelitian ini data diperoleh menggunakan dua cara, yang pertama secara
primer dengan menggunakan kuesioner, dan yang kedua secara sekunder yaitu data
yang diperoleh dari sumber penelitian yang sudah ada.

3.4 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau univers yang karakteristiknya dapat di amati
untuk ditarik menjadi suatu sampel dalam penelitian. Oleh karena itu, yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah masyarakat umum di Desa Pampang
dan Mahasiswa yang dipilih secara acak.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari kuantitas populasi yang mencerminkan dari kuantitas
populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, sehingga jumlah sampelnya adalah 30 orang.

3.5 Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode kualitatif, yakni
menggunakan kuesioner yang dibagikan secara online dan offline.

3.6 Instrumen Pengambilan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua
bagian yaitu:
1. bagian pengetahuan yang pernyataannya merupakan tipe closed ended dengan
skala pengukuran Guttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk
angka tertinggi diberi skor (1) dan angka terendah diberi skor (0),

2. bagian sikap yang pernyataannya merupakan tipe closed ended dengan skala
pengukuran Guttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk
angka tertinggi diberi skor (2) dan angka terendah diberi skor (1),
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan
nilai rata-rata tiap unsur pelayanan. Pengolahan data penelitian ditempuh dengan
cara:

a. Editing Setelah angket diisi dan dikembalikan oleh responden kepada penulis,
selanjutnya akan penulis teliti kelengkapan pengisian angket, apabila ada hal-hal
yang belum lengkap baik dalam identitas dan jawaban yang dijawab responden,
maka akan penulis hubungi kembali untuk disempurnakan agar angket tersebut
sah digunakan dan hanya angket yang terisi dengan benar dan sah yang digunakan
untuk pengolahan data.

b. Koding Koding merupakan kegiatan pengkodean merubah data berbentuk huruf


menjadi data berbentuk angka (bilangan), untuk pernyataan Favorable.
Pengkodean yang digunakan sesauai dengan pembahasan pada angket.

c. Tabulasi Setelah data terkumpul akan ditabulasi dalam bentuk tabel yang memuat
informasi dari data diantaranya; pemetaan karakteristik responden, pemetaan
jawaban dari responden, dan pada masingmasing item diberi skor agar nantinya
dapat diproses dalam bentuk angka dan akan disesuaikan dengan teknik analisis
yang akan digunakan.

2. Analisis Data Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diketahui


dengan mempersentasekan karakteristik tiap responden berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, informasi yang pernah diperoleh mengenai malaria,
dan keluarga yang mengalami malaria. Persentase per karakteristik responden
diperoleh dengan rumus:

Presentase per karakteristik responden =


Jumlah Responden Perk arekteristik
x 100 %
Total responden

Analisis tingkat pengetahuan dan sikap dapat diketahui dengan menghitung


persentase nilai jawaban responden dengan menggunakan rumus:

P = 𝐹 𝑁 × 100%

Keterangan:
P = persentase
F = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah
dipilih responden atas pernyataan yang diajukan
N = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden
selaku peneliti (Sabarguna, 2008).

Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 50-100% (6-10


pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 0-50% (1-5
pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
kurang.

Sikap responden diketahui dengan menghitung skor akhir responden apabila


persentase jawaban responden diperoleh antara 50-100% (skor akhir responden
18-20) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang baik. Apabila
persentase jawaban responden diperoleh < 50% (skor akhir responden 17-15)
maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang kurang. Nilai dan
persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian
pengetahuan diketahui dengan rumus:

Total Jawaban Responden per kriteria


Nilai per kriteria =
jumlah pertanyaan per kriteria

Nilai per kriteria


Presentase per kriteria = x 100 %
Total Responden

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner
bagian sikap diketahui dengan rumus:
B
A=
C
Keterangan:
A = rata-rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria
B = jumlah responden yang memiliki sikap positif/ negatif per kriteria
C = jumlah pernyataan per kriteria
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden
A. Untuk mengetahui karakteristik responden maka dilakukan pengumpulan data
melalui kuisioner yang telah diberikan. Berikut ini hasil pengumpulan data
mengenai karakteristik responden yang berdasarkan pengetahuan responden,
sikap, berat badan dan umur.

Tabel 2.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengeahuan Responden

Dari data dalam tabel dibawah ini beberapa responden memiliki


pengetahuan yang cukup sekitar 20 responden (66,6%) sedangkan
pengetahuan responden yang kurang sekitar 10 responden (33,3%) dan total
dari semua pengetahuan mulai dari cukup dan kurangnya pengetahuan
responden yaitu 30 (100%) yang artinya dimana para masyarakat dan
mahasiswa memiliki pengetahuan yang begitu cukup dalam menanggapi atau
menjawab pertanyaan pada kuisioner mengenai wabah flu burung.

pengetahuan responden(n) %

cukup 20 66,66667

kurang 10 33,33333

total 30 100

Diagram Batang (tingkat pengetahuan masyarakat terkait wabah Flu


Burung)
tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai flu
burung
cukup kurang
20
10

Sumber; Data Primer,2022

Tabel 2.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden

Sikap responden(n) %

Baik 29 96,66667

Kurang 1 3,333333

Total 30 100

Dari data dalam tabel diatas ini beberapa responden memiliki sikap
yang baik sebanyak 29 responden (96,6%) sedangkan sikap responden yang
kurang sebanyak 1 responden (3,3%) dan total dari semua sikap responden
baik dan kurang yaitu 30 (100%) yang artinya dimana masyrakat umum dan
mahasiswa rata-rata memiliki tingkat sikap yang baik terkait penanganan
wabah flu burung.

Diagram Batang (Tingkat Sikap Masyarakat mengenai Flu Burung)


tingkat sikap masyarakat mengenai flu
burung

30
25
20
15
10
5
0

baik kurang

Sumber; Data Primer,2022

Tabel 2.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

umur responden (n) %

18-30 22 55

31-40 1 2,5

41-50 7 17,5

total 30 100

Dari dalam tabel diatas ini menunjukkan umur responden 18-30 sekitar
22 orang (55%), umur 31-40 sekitar 1 orang (2,5%), umur 41-50 sekitar 7
orang (17,5%) dan total dari semua umur responden yaitu 30 (100%).
Diagram Scatter Berdasarkan Rata-Rata Umur Responden

Chart Title
70
60
50
40
30
20
10
0
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

UMUR DAN BERAT BADAN tinggi badan dan umur


Sumber; Data Scatter,2022

Tabel 2.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN Jumlah

PEREMPUAN 20

LAKI-LAKI 10

Dari dalam tabel diatas ini menunjukkan bahwa rata–rata responden yang
mengisi kuisioner pengetahuan dan sikap berjenis kelamin perempuan dengan
berjumlah 20 orang.

Diagram Lingkaran Jenis Kelamin


Distribusi jenis kelamin
laki-laki
25%

total
75%

Sumber; Data Primer,2022

3.9 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil dari penelitian mulai dari pengetahuan responden terkait wabah
flu burung dapat disimpulkan bahwa lebih banyak yang “cukup” mengetahui
tentang penyakit flu burung tersebut yaitu 20 responden dan di persenkan
sebanyak 66,6%.
2. Sedangkan hasil penelitian tentang sikap responden terkait wabah flu burung
dapat disimpulkan bahwa lebih banyak yang memiliki sikap “baik” dalam menilai
wabah flu burung ini sebanyak 29 responden dan jika dipersenkan sebanyak
96,6%.
3. Umur dari semua responden yang paling banyak mengisi kuisioner terkait wabah
flu burung ini yaitu berumur 18-30 ada sebanyak 22 reponden dan jika
dipersenkan sebanyak 55%. Dari dalam tabel diatas ini menunjukkan bahwa rata–
rata responden yang mengisi kuisioner pengetahuan dan sikap berjenis kelamin
perempuan dengan berjumlah 20 orang.

3.10 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu sebagai
berikut:
dalam pembuatan makalah selanjutnya di harapkan para masyarakat dan para
mahasiswa untuk memberikan atau mengisi data yang benar. Terlebihi pada saat
mengisi biodata agar hasil penelitian bisa lebih akurat. Perlu diadakan suatu
penelitian lanjutan dengan mengubah maupun menambah variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Setyohadi, Bambang DKK (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi 4)vol.3.


EGC. Jakarta.Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis flu burung di
sarana pelayanan kesehatan. Jakarta, 2005.
http://eprints.ums.ac.id/31113/4/BAB_I.pdf https://linksehat.com/artikel/flu-
burung https://bphn.go.id/data/documents/wabah_penyakit_menular.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9318/4/BAB%205%20-%2010604227391.pdf

Anda mungkin juga menyukai