ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV) /AIDS infection was increased every year. One of the
causes of new sufferers is the risky sexual behavior people with HIV / AIDS. The purposed of this
study is to analyze the sexual behavior people with HIV / AIDS in Arifin Achmad Public Hospital.
The research method used descriptive analytic techniques to describe the sexual behavior of HIV
/ AIDS. The research sample was 120 respondents. The study was conducted from January 27,
2020 to February 27, 2020 in Arifin Achmad Public Hospital. The results showed that of 120
respondents, 71 (60%) respondents had risky sexual behavior and 49 (40%) respondents had
healthy sexual behavior. Analyze with statistics showed there are not correlation between sex (p
value = 0.2) and education (p value = 0.6) level with sexual behavior HIV AIDS patient. These
results encourage care giver to be more active in providing health education.
1. PENDAHULUAN
Penyakit HIV/ AIDS merupakan Provinsi Riau merupakan salah satu
permasalahan kesehatan yang kompleks. propinsi dengan jumlah penderita HIV
Infeksi yang masih menyebabkan jumlah terbesar di Indonesia. Kasus HIV/ AIDS di
penderita terus bertambah dan menyebar ke Pekanbaru merupakan kasus terbanyak HIV/
seluruh dunia. Jumlah penderita HIV/ AIDS AIDS di antara Kota Kabupaten lainnya di
di tahun 2013 mencapai 35 juta jiwa dengan Provinsi Riau (Dinas Kesehatan Provinsi
kematian sebanyak 1.5 juta jiwa. Jumlah ini Riau, 2015).
terdiri dari 1.3 juta jiwa berusia dewasa dan
190.000 anak berusia < 15 tahun (Infodatin, Masyarakat yang terinfeksi HIV di Kota
2014). Pekanbaru pada tahun 2013 sebanyak 133
orang, pada tahun 2014 sebanyak 347 orang
Tingginya jumlah penderita HIV/ AIDS dan pada tahun dan tahun 2015 sebanyak
juga dialami Indonesia. Pada tahun 2013 499 orang dengan 202 kasus baru. Data ini
jumlah kasus HIV di Indonesia sebanyak menunjukkan adanya peningkatan jumlah
1.255 kasus dan HIV sebanyak 1.001 kasus. masyarakat yang terinfeksi virus HIV.
Jumlah ini menyebar ke seluruh Propinsi di Penyebaran kasus HIV positif menyebar ke
Indonesia.
semua umur dan mayoritas pada usia HIV/AIDS petugas kesehatan dapat
produktif (25 – 49 tahun). memberikan intervensi yang tepat dalam
Kelompok Ibu hamil dan bayi baru lahir upaya pencegahan penyakit ini. Diharapkan
merupakan kelompok rawan tertular HIV/ intervensi yang sesuai dengan perilaku
AIDS. Penularan pada ibu dan balita pada berisiko yang dilakukan penderita HIV/
umumnya melalui hubungan seksual dengan AIDS akan menurunkan angka penderita
suami yang beperilaku seksual berisiko HIV/ AIDS di Provinsi Riau pada
tinggi (Abrori & Qurbaniah, 2017). Terus umumnya.
meningkatnya kasus HIV/ AIDS dapat Penelitian ini bertujuan untuk
terjadi karena peningkatan penularan menganalisis perilaku seksual penderita
penyakit maupun akses kesehatan dan HIV/ AIDS yang dilakukan di Rumah Sakit
skrining yang telah menjangkau daerah Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau
terisolir penderita HIV/AIDS yang belum sebagai pencegahan penularan HIV AIDS.
terdeteksi sebelumnya. Penularan virus HIV
tertinggi terjadi pada penduduk homoseksual
2. METODE PENELITIAN
dan heteroseksual (Dinas Kesehatan Kota
Penelitian ini menggunakan desain
Pekanbaru, 2015).
penelitian deskriptif analitik yang bertujuan
Penelitian yang dilakukan oleh Chow et untuk menjelaskan perilaku seksual
al (2014) tentang perilaku berisiko penderita HIV/ AIDS di Rumah Sakit Arifin
homoseksual menunjukkan pada umumnya Achmad Pekanbaru Provinsi Riau.
pasangan homoseksual melakukan kegiatan Penelitian dilaksanakan di klinik layanan
perilaku homoseksual yang berisiko seperti khusus Rumah Sakit Umum daerah Arifin
tanpa menggunakan kondom ketika oral Achmad Provinsi Riau pada tanggal 27
maupun anal, berhubungan dengan banyak Januari 2020 sampai 27 Februari 2020.
pasangan, seks komersial, dan perilaku Jumlah sampel sebanyak 120 responden.
penggunaan obat – obatan. Teknik pengambilan sampel dalam
Penelitian lain yang sejalan diteliti oleh penelitian ini adalah accidental sampling,
Murtono tahun 2016. Hasil penelitian yaitu teknik pemilihan sampel berdasarkan
menunjukkan bahwa faktor yang kunjungan selama periode penelitian.
berpengaruh terjadinya kasus HIV/ AIDS Tahapan penelitian dilakukan dengan empat
pada seseorang adalah perilaku pemakaian tahapan, (1) tahapan persiapan, pengurusan
kondom tidak konsisten (OR= 5.3, p = legalitas penelitian di Rumah Sakit Arifin
0.028), riwayat menderita IMS (OR = 2.9, p Achmad Pekanbaru dan STIKes Al Insyirah
= 0.027) dan bentuk seks kombinasi (OR= Peknabaru, (2) tahapan etik penelitian,
4.3, p = 0.002). pengurusan legalitas dan aspek etik prosedur
penelitian. (3) pemberian kuesioner
Penularan dan jumlah penderita HIV/ penelitian dengan hanya mencantumkan
AIDS yang terus meningkat akan inisial responden.
mengakibatkan peningkatan angka kematian Instrumen dalam penelitian ini
penduduk. Sehingga perlu upaya menggunakan kuesioner pertanyaan tertutup
pencegahan penularan pada penderita HIV/ meliputi penggunaan kondom, hubungan
AIDS khususnya penderita yang sudah seks anal, berhubungan seks dengan pacar
terdeteksi positif menderita HIV/ AIDS. dengan skala Guttmen pilihan “ya” dan
Dengan diketahuinya perilaku, “tidak” dengan mengadopsi dari penelitian
khususnya perilaku seksual penderita terkait sebelumnya. Prosedur penelitian telah
lulus uji etik penelitian kedokteran dan
Tabel 5. Perilaku seksual penderita HIV/ berhubungan seksual dengan pacar sebanyak
AIDS dalam Penggunaan Kondom. 36 responden (30%).
dilakukan oleh Sutra tahun 2012 di Serdang yang laki – laki sebanyak 88 responden
Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan (73%) dan perempuan 32 responden (27%).
bahwa 45,4% WPS menggunakan kondom Hasil ini menunjukkan perbedaan yang
dengan kategori baik pada saat berhubungan cukup jauh antara penderita HIV/ AIDS
seks dan 54,6% WPS menggunakan kondom laki-laki dan perempuan.
dengan kategori tidak baik. Hasil analisis chi Seks mempunyai arti jenis kelamin.
–square menunjukkan bahwa terdapat empat Seksualitas berarti menyangkut dimensi
variable yang berhubungan dengan tindakan biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan
penggunaan kondom, yaitu sikap (p = kultural. Dilihat dari dimensi biologis,
0.034), ketresediaan kondom (p = 0.027), perubahan yang terjadi pada masa pubertas
dukungan mucikari (p =0,024), dan adalah berfungsinya hormon seksual
dukungan petugas kesehatan (p = 0,003). sehingga dapat menimbulkan perilaku
Hal ini sangat disayangkan karena dari seksual. Pada laki-;laki lebih cepat
beberapa penelitian menunjukkan terangsang dan lebih cepat orgasme bila ada
penggunaan kondom dapat mencegah dari rangsangan fisik maupun psikis, sedangkan
penularan HIV. Penggunaan kondom yang pada perempuan libido lebih lambat
tidak konsisten hanya akan meningkatkan munculnya (Yudita, 2015). Hal tersebut
kasus HIV/ ADIS (Murtono, Dwi, & sesuai dengan hasil penelitian yang
Zahroh, 2016). menunjukkan bahwa bahwa ada hubungan
Penelitian ini juga menunjukkan masih yang signifikan antara jenis kelamin dengan
adanya penderita HIV/ AIDS yang perilaku seksual. Dari hasil analisis
berhubungan seksual dengan pekerja seks diperoleh nilai OR=1,868 artinya responden
komersial (PSK). Hal ini menyebabkan yang berjenis kelamin lakilaki mempunyai
penyebaran HIV AIDS akan menyebar peluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku
secara tidak langsung secara massif. Pekerja seksual beresiko dibandingkan dengan
seks komersial yang secara aktif responden berjenis kelamin perempuan.
berhubungan akan berisiko menularkan Sedangkan hasil uji statistik
penyakit ini (Yolanda, 2020). Hasil didapatkan nilai p value 0.2 > 0.05.
penelitian memberikan gambaran tentang Sehingga disimpulkan tidak ada hubungan
perilaku seksual penderita HIV/ AIDS yang antara jenis kelamin dengan perilaku seksual
masih berisiko. Perilaku ini akan berisiko penderita HIV/ AIDS di RSUD Arifin
meningkatkan jumlah penderita HIV/ AIDS Achmad Pekanbaru.
dikemudian hari khususnya yang berobat di
RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau c. Hubungan antara status pendidikan
maupun secara keseluruhan. dengan perilaku seksual Penderita
HIV/ AIDS
b. Hubungan antara jenis kelamin Semakin tinggi pendidikan seseorang,
dengan Perilaku seksual Penderita makin mudah menerima informasi sehingga
HIV/ AIDS Jenis kelamin semakin menerima informasi semakin
penderita HIV/ AIDS banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
secara umum berbeda antara jumlah Sebaiknya, pendidikan yang kurang, akan
penderita laki-laki dan perempuan. menghambat perkembangan seseorang
Perbedaan ini dimungkinkan karena perilaku terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
seksual berisiko lebih cenderung dilakukan (Yudita, 2015). Pendidikan status juga
oleh laki -laki dibandingkan dengan berkaitan dengan terjadinya aktivitas seksual
perempuan (Yowel, 2016). Pada penelitian
ini didapatkan jumlah penderita HIV/ AIDS
pranikah dan kehamilan sebelum menikah meningkatnya perilaku seksual berisiko (Di,
(O’Donnell, 2020). 2020).
Hasil penelitian yang dilakukan Hal tersebut berkaitan erat dengan
Afritayeni tentang kaitan pengetahuan tingkat pengetahuan responden yang
dengan perilaku seksual berisiko pada semakin meningkat sehingga mencoba-coba
remaja terinfeksi HIV dan AIDS di hal baru karena merasa sudah tahu, maka
Pekanbaru pada tahun 2017 menunjukkan semakin tinggi pendidikan maka semakin
hasil yang sama. Hasil statistik berani untuk melakukan hal negatif
menunjukkan bahwa tidak terdapat khususnya berkaitan dengan seks. Sebagai
hubungan antara pengetahuan dengan contoh misalkan seseorang yang sudah tahu
perilaku seksual (p value 1.00). Penelitian bagaimana caranya mencegah kehamilan
oleh Yowel tahun 2016 di Papua tentang sehingga dia berani melakukan seks
tindakan pencegahan penularan HIV juga pranikah asalkan tidak hamil dengan
menunjukkan hal yang sama. Hasil menggunakan alat kontrasepsi.
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang Contoh lainnya pada remaja yang sudah
signifikan antara tingkat pendidikan dengan mengetahui bahwa jika sperma dikeluarkan
tindakan pencegahan penularan HIV (p = diluar maka tidak akan menyebabkan
0.165). kehamilan, maka mereka mempraktikkan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p seks bebas dengan metode senggama
value 0.67 > 0.05. Hasil statistik dapat terputus. Dapat disimpulkan bahwa
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan pendidikan seseorang membuka peluang
antara status pendidikan dengan perilaku bagi dirinya untuk “melakukan dengan
seksual penderita HIV/ AIDS di RSUD pencegahan” artinya melakukan tindakan
Arifin Achmad Pekanbaru. Penjumlahan preventif terhadap hal-hal yang tidak
jumlah penderita HIV/ AIDS berdasarkan diinginkan seperti KTD, PMS, dan lain-lain,
tingkat pendidikan antara yang tetapi bukan berarti mereka tidak
berpendidikan Sekolah dasar (SD) hingga melakukannya.
perguruan tinggi (PT) tidak menunjukkan
bahwa jumlah pendidikan rendah lebih
banyak daripada yang lebih tinggi (SMA 5. KESIMPULAN
dan Perguruan Tinggi). Jumlah penderita Mayoritas responden berperilaku
HIV/ AIDS mayoritas sudah berpendidikan seksual berisiko sebanyak 71 responden
SMA dan perguruan tinggi. Jumlah yang (59.2 %) dan berhubungan seksual sehat
berperilaku seksual sehat dan berisiko juga sebanyak 49 responden (40.8%). Hasil
tidak menunjukkan perbedaan yang penelitian menunjukkan masih banyak
signifikan. penderita HIV/ AIDS yang berperilaku
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan seksual berisiko. Peneliti merekomendasikan
tidak menjamin seseorang dengan HIV/ untuk dilakukan analisis faktor yang
AIDS akan berperilaku seksual sehat. berhubungan dengan perilaku seksual
Penelitian yang dilakukan oleh Hendri berisiko pada penderita HIV/ AIDS. Selain
Fitrian tahun 2019 menunjukkan faktor yang itu, perlu adanya tindakan promosi
berhubungan dengan perilaku seksual kesehatan yang terorganisir guna mencegah
remaja adalah riwayat pacaran, norma perilaku seksual berisiko yang dilakukan
subjektif, efikasi diri, riwayat onani/ oleh penderita HIV/ AIDS.
amnsturbasi dan niat untuk berprilaku.
Pergaulan bebas juga menjadi penyebab