Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DISKUSI

INTERVENSI TERAPI MODALITAS PADA PASIEN KRITIS


Untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis

Disusun oleh:

Ardhia Khanna RC I1B018029


Haidar Amr Abdillah I1B018077
Quintha Huwaida I1B018079
Novi Vebianti I1B018081
Dewi Hajar Khansa A I1B018083
Ji’is I1B018085
Isnan Okta Nur Zaki I1B018088
Irnawa Pakasari I1B018090
Syifa Azka Maulida I1B018092
Justine Agrippina I1B018095
Nur Hidayah I1B018099

Kelompok 4
A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomer satu di dunia saat ini.
Penyakit ini menjadi masalah di negara maju dan negara berkembang, termasuk
Indonesia. Data di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Tahun 2007
menunjukkan jumlah penyakit jantung non bedah rata-rata 7.500 per tahun, sedangkan
pasien yang dilakukan tindakan bedah mencapai 1.500 per tahun. Menurut statistik
dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler
dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Diperkirakan
angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030. Di Indonesia salah
satu penyakit kardiovaskular yang terus menerus menempati urutan pertama adalah
penyakit jantung koroner. Menurut survei Sample Registration System angka kematian
penyakit jantung koroner 12,9% dari seluruh kematian. Prevalensi penyakit jantung
koroner berdasarkan diagnosis dokter yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 sebesar 0,5% sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5%. Hasil Riskesdas ini menunjukkan penyakit jantung koroner berada pada
posisi ketujuh tertinggi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia (Awaludin &
Novitasari 2017).
Bedah jantung menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh
sehingga menyebabkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2008; Taylor et al, 2003). Nyeri akan
menstimulasi syaraf simpatis pada beberapa organ, seperti terjadi dilatasi bronkus,
peningkatan frekuensi pernafasan, denyut jantung, dan vasokonstriksi pembuluh darah
yang dapat meningkatkan tekanan darah (Black, 2005; Potter & Perry, 2005). Bedah
jantung merupakan pembedahan yang dilakukan dengan membuka tulang sternum
dengan melihat jantung secara utuh, sehingga menimbulkan trauma pada jaringan kulit,
otot, dan tulang (Margereson, 2003). Pembedahan jantung menggunakan metode insisi
median sternotomy dan posterolateral, merupakan pembedahan paling nyeri. Masalah
utama yang dirasakan klien pascabedah jantung dan thoraks adalah nyeri Nyeri
pascabedah jantung menjadi masalah bagi pasien dan merupakan hal yang paling
mengganggu, sehingga perlu dilakukan intervensi untuk menurunkan nyeri. Upaya
pengelolaan nyeri pasca bedah dapat dilakukan melalui terapi farmakologi dan non
farmakologi seperti terapi modalitas keperawatan (Ghani, Susilawati & Novriani
2016).
Terapi Modalitas merupakan suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan
berupa pelayanan masyarakat yang bermanfaat bagi kesehatan dan berdampak
terapeutik pada pasiennya. Berdasarkan definisi tersebut, penulis ingin menuliskan
bahwa terapi modalitas dapat diterapkan kepada pasien pascabedah jantung
(Midtahuddin 2018).

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan yang tepat pada kasus
2. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang dialami setelah pascabedah
3. Mahasiswa dapat mengetahui terapi modalitas yang dapat diterapkan pada pasien di
kasus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kasus
Seorang laki-laki umur 54 tahun pasca operasi bedah jantung pada hari 1, pasien
berada di unit intensive bedah, saat ini pasien baru saja sadar composmentis dengan
GCS 15, mengeluh nyeri di dada karena terdapat insisi di median sternum-nya dan di
tungkai kiri. Hasil TTV tekanan darah 158/98 mmHg, HR 104 x/menit, RR 24 x/menit
dan suhu 37°C, terpasang drain dan masih produktif. Pasien terlihat bigung dengan
keberadaannya, wajah terlihat meringis kesakitan, dan mesti sudah mendapatkan terapi
Paracetamol 1000 mg drip. Pasien mengatakan sakit di dada dan tungkai, terasa kaku
pada kaki dan tangan, khawatir berdarah jika mau menggerakkan tangan atau kakinya.
Pokok Pertanyaan yang Harus Dipecahkan :
1. Sebutkan dan jelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul?
2. Apakah jenis terapi modalitas yang tepat untuk mengatasi masalah pasien tersebut?
(mengacu pada masalah keperawatan yang ditemukan dan didukung dari hasil
penelitian terbaru
3. Jelaskan rasionalisasi memilih terapi modalitas tersebut?
4. Jelaskan mekanisme kerja terapi tersebut dalam mengatasi masalah pasien tersebut?
B. Pembahasan Mengacu pada Daftar Pertanyaan yang Ada
1. Analisis Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1. Do: Agen cedera fisik Nyeri akut
- Wajah pasien terlihat
meringis kesakitan
- Hasil TTV tekanan
darah 158/98 x/mnt,
HR 104 x/mnt, RR
24x/mnt
- Terdapat insisi di
median sternumnya
dan di tungkai kiri
Ds:
- Pasien mengeluh
nyeri di dada karena
terdapat insisi
2. Do: Nyeri Pola napas kurang
- Hasil TTV tekanan efektif
darah 158/98 x/mnt,
HR 104 x/mnt, RR
24x/mnt
Ds: -
3. Do: Ansietas Hambatan mobilitas
Terdapat insisi di fisik
median sternumnya dan
di tungkai kiri
Ds:
- Pasien mengatakan
sakit di dada dan
tungkai
- Terasa kaku pada kaki
dan tangan
- Khawatir berdarah
jika mau
menggerakkan tangan
atau kakinya.

2. Terapi Modalitas yang Sesuai


Judul Therapeutic Touch dan Tekanan Darah Pada Hipertensi

Penulis Nailiy Huzaimah, Iva Gamar Dian Pratiwi

Tahun 2021

Jurnal Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Vol 10 No 01

Latar Belakang Hasil Riskesdas Tahun 2018 didapatkan data diagnosis


hipertensi menurut diagnosis dokter, diagnosis dokter atau
minum obat, dan dari hasil pengukuran tekanan darah
penduduk usia ≥ 18 tahun berturut-turut yaitu mencapai
8,4%, 8,8%, dan 34,1% . Therapeutic touch (TT) merupakan salah
satu terapi komplementer jenis terapi energi yang selama
beberapa dekade terakhir telah dibuktikan memberikan
pengaruh yang signifikan pada kesehatan, salah satunya
adalah membantu menurunkan nyeri seperti nyeri kepala,
nyeri osteoartritis, nyeri post operasi, nyeri pada kanker,
(Coakley & Hospital, 2015; Gordon, Merenstein, D’Amico, &
Hudgens, 1998; Jackson et al., 2007; Keller & Bzdek, 1986;
Monroe, 2009; O’Mathúna, 2000)

Tujuan Menguji pengaruh pemberian TT terhadap tekanan darah sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD) penderita hipertensi di komunitas.

Metode Penelitian eksperimen dengan rancangan pre and post test nonequivalent control
group design. Analisis data yang digunakan univariat dan bivariate. Analisis data
univariat untuk mengetahui variable jenis kelamin, kelompok umur, pekerjaan, dan
tingkat pendididikan. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan Uji
T independent dan Paired T-test pada data yang berdistribusi normal, sedangkan
pada data yang tidak berdistribusi normal menggunakan Uji Mann Whitney dan
Wilcoxon Sign Rank.

Hasil Hasil penelitian ini didapatkan pola perubahan tekanan darah yang beragam setelah
pemberian TT

Kesimpulan Therapeutic touch (TT) memberikan pengaruh penurunan tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik pada hari diberikan intervensi (T1) dan hari berikutnya (T2),
akan tetapi hasil statistik secara keseluruhan tidak signifikan kecuali pada
perbandingan antara tekanan darah diastolik malam T0 dan tekanan darah diastolik
malam T1.

Huzaimah, N. & Pratiwi, I.G.D. 2021, ‘Therapeutic Touch Dan Tekanan Darah Pada
Hipertensi’, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, vol. 10,
no. 1, pp. 59–73.

Judul Therapeutic Touch dan Nyeri Pasca Pembedahan

Penulis Mumpuni, Uun Nurulhuda dan Elsa Roselina

Tahun 2014

Jurnal Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 6

Latar Belakang Nyeri merupakan masalah kesehatan yang secara umum berpengaruh pada
kehidupan pasien dan keluarga.1 Nyeri kronis dan nyeri akut merupakan kondisi
umum dan berdampak signifikan pada kesehatan. Penanganan nyeri pada pasien
yang dilakukan oleh profesi perawat dewasa ini lebih banyak mengacu pada
pendekatan terapi medis dan farmakologis. Sejak awal tahun 1970, Dolores Krieger
dan Dora Kunz mengembangkan therapeutic touch dalam bentuk modern.
Mengingat proses inflamasi pada efek penyembuhan luka merupakan proses
fisiologis sehingga perlu mengurangi penggunaan terapi farmakologis dan perawat
berperan lebih besar dalam penanganan nyeri.

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh therapeutic touch terhadap nyeri pasien pasca operasi.

Metode Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan


rancangan pre and post-test with control group. Sampel penelitian berjumlah 60
orang responden, terdiri dari 30 orang kelompok intervensi (therapeutic touch) dan
30 orang kelompok kontrol (teknik napas dalam). Data dianalisis dengan uji
nonparametrik yaitu menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks (uji nonparametrik
untuk uji tberpasang-an) dan uji Mann-Whitney (uji nonparametrik untuk uji t-
independen) karena tidak terpenuhinya asumsi normalitas data.

Hasil Terdapat perbedaan skala nyeri yang signifikan antara sebelum dan sesudah
tindakan baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol (nilai p =
0,000).

Kesimpulan Therapeutic touch (TT) memberikan pengaruh penurunan skala nyeri antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Mumpuni, M., Nurulhuda, U. & Roselina, E. 2014, ‘Therapeutic Touch dan Nyeri Pasca
Pembedahan’, Kesmas: National Public Health Journal, p. 261.

3. Rasionalisasi Terapi Modalitas


Pada penelitian ini menjelaskanbahwa terdapat perubahan signifikan antara
skala nyeri sebelum dan sesudah tindakan therapeutic touch. Maka dari itu
pemberian Therapeutic touch memiliki tujuan untuk menurunkan rasa nyeri secara
signifikan dan dapat mengalami perbaikan fungsi gerak. Pada Therapeutic Touch
juga lebih efektif digunakan untuk mengurangi rasa sakit dibandingkan dengan
kelompok perawatan biasanya. Namun pada saat pemberian therapeutic touch perlu
dikembangkan kembali agar rasa nyeri ringan hingga sedang tidak tergantung pada
terapi farmakologis, terutama pada klien pasca operasi yang bersifat efektif.

4. Mekanisme Kerja Terapi


Menurut Krieger , efek utama dari TT adalah pada sistem saraf otonom dengan
cara meningkatkan kekuatan sistem saraf parasimpatis dan mengurangi aktivitas
sistem saraf simpatis (Matourypour et al., 2016). Krieger menggambarkan
perubahan ini sebagai respons ketenangan cepat yang biasanya dibuat pada menit
pertama akibat aktivasi sistem saraf otonom, dan ditandai dengan penurunan
tekanan darah, penurunan laju pernapasan, penurunan denyut nadi, dan rileks
sistem saraf tepi. TT memicu pelepasan enkephalin dan hormon endogen dan
sebagainya itu mengurangi rasa sakit dengan berperilaku seperti morfin (Cai &
Zhang, 2015) dalam (Fauzan, Suryani and Rafiyah, 2015).
TT direkomendasikan sebagai metode yang memiliki ekstensi berpotensi untuk
menimbulkan relaksasi fisiologis pada pasien (C. L. Cox & Hayes, 1997). Teknik
ini adalah seni perawatan konsentrasi dimana terapis menggunakan tangannya
dengan memusatkan perhatian pada kesadaran sebagai fokus untuk menciptakan
keseimbangan dan koordinasi dalam bidang energi timbal balik antara pasien dan
lingkungan (Matourypour et al., 2016). Belum ditemukan kekurangan atau dampak
negatif pemberian TT kepada pasien (Monroe, 2009) (Fauzan, Suryani and
Rafiyah, 2015). TT cukup dengan memusatkan energi pada tangan kemudian
melakukan sentuhan yang akan mentaransfer energi terapis yang berenergi positif
sehingga pasien yang diberikan terapi akan membaik karena terpengaruh oleh
energi dari terapis tersebut (Richard Gordon, 2006) dalam (Huzaimah and Pratiwi,
2021).
BAB III
PENUTUP

Terapi Modalitas merupakan suatu kegiatan dalam memberikan asuhan


keperawatan berupa pelayanan masyarakat yang bermanfaat bagi kesehatan dan berdampak
terapeutik pada pasiennya. Pada kasus ini masalah keperawatan pada klien yakni nyeri akut,
pola nafas tidak efektif, dan hambatan mobilitas fisik. Untuk terapi modalitas yang digunakan
yaitu Therapeutic Touch dan Tekanan Darah Pada Hipertensi yang bertujuan untuk
menurunkan rasa nyeri secara signifikan dan dapat mengalami perbaikan fungsi gerak. Terapi
ini dilakukan dengan teknik dimana terapis menggunakan tangannya dengan memusatkan
perhatian pada kesadaran sebagai fokus untuk menciptakan keseimbangan dan koordinasi
dalam bidang energi timbal balik antara pasien dan lingkungan. TT direkomendasikan
sebagai metode yang memiliki ekstensi berpotensi untuk menimbulkan relaksasi fisiologis
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, S., & Novitasari, D. (2017). Pengaruh Pijat Terhadap Intensitas Nyeri Pascabedah
Jantung.

Fauzan, S., Suryani and Rafiyah, I. (2015) ‘Pengaruh Terapi Sentuhan Quantum Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Ruang ICCU RSUD Dr.
Soedarso Pontianak Kalimantan Barat’, Artikel Ilmiah, 1(1), pp. 1–16.
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor risiko dominan penyakit jantung
koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 153-164.

Huzaimah, N. and Pratiwi, I. G. D. (2021) ‘Therapeutic Touch dan Tekanan Darah pada
Hipertensi’, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama
Kudus, 10(1), pp. 59–73.
Miftahuddin, H. (2018). Pengaruh Penerapan Terapi Modalitas Berkebun Terhadap
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Posyandu Desa Pelem Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Magetan (Doctoral dissertation, STIKES Bhakti Husada Mulia).

Mumpuni, M., Nurulhuda, U. & Roselina, E. 2014, ‘Therapeutic Touch dan Nyeri Pasca
Pembedahan’, Kesmas: National Public Health Journal, p. 261.

Anda mungkin juga menyukai