Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu pula
dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat
dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu
diantaranya adalah glikosida.
Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif
tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman, glikosida tidak
lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh
lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida,
dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin),
maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat
maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan perlunya
pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat tema glikosida yang
merupakan senyawa alamiah yang biasa digunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal
luas pemanfaatannya dalam masyarakat Indonesia.

B.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a)

Apa itu glikosida jantung?

b)

Bagaimana stabilitas dan sifat dari glikosida jantung?

c)

Bagaimana efek farmakologi dari glikosida jantung?

d)

Bagaimana identifikasi glikosida jantung?

e)

Apa saja tanaman yang mengandung glikosida jantung?

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1)

Untuk mengetahui sifat dan stabilitas dari glikosida jantung,

2)

Untuk mengetahui efek farmakologi dari glikosida jantung,

3)

Untuk mengetahui tanaman yang mengandung glikosida jantung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan tertentu, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Menurut
sumber bahan yang digunakan jenis simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani,
simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara keluar dari tanaman atau isi sel
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).
Glikosida adalah suatu senyawa yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan gugus
aglikon (genin) dan molekul gula (glikon). Bagian gula yang terdapat pada glikosida dapat
berupa gula yang tidak spesifik (misalnya glukosa) atau gula yang spesifik (misalnya
digitoksosa, sarmaentosa). Molekul gula yang sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah D-glukosa, tetapi kadang-kadang ditemukan juga gula jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa,
simarosa dan lain-lain. Bila ikatan glikosidik terjadi dengan molekul glukosa maka disebut
glukosida, sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain(bukan glukosa) disebut glikosida.
Glikosida pada umumnya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh
karena itu cara ekstraksinya akan berbeda (Anonim, 2013).
Berdasarkan atom apa yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula, maka dikenal 4
macam glikosida yaitu : 1). O-glikosida, jika atom O menghubungkan antara bagian gula dan
bukan gula. Glikosida ini mudah dihidrolisa dengan asam dan enzim, 2). N-glikosida, jika atom
N menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula ( gugusan amino) seperti; nukleosida,
ribosa, purin, visin, dan krotonosida. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya
tetapi derivatnya misal; asam uronik, 3). C- glikosida, jika atom C menghubungkan antara bagian
gula dan bukan gula. Glikosida ini tahap terhadap hidrolisa asam. Hidrolisa dapat terjadi dengan
bantuan pemanasan atau oksidator, dan 4). S-glikosida, jika atom S menghubungkan antara
bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini hanya terdapat pada famili-famili tertentu misal
Cruciferae (Waston, 2005).

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Glikosida Jantung
Glikosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman yang kemudian diketahui
berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.
Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata. Digoksin
digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung
dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk
membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini
termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic
Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit.
Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat
menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak
melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada pemakaian dosis
tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan
saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal,
biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria)mungkin
terjadi.

B.

Stabilitas dan Sifat dari Glikosida Jantung


Glikosida steroid merupakan glikosida dengan aglikon steroid. Glikosida jantung /
cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida adalah glikosida yang mempunyai daya kerja
yang kuat dan spesifik terhadap otot jantung.

Daya kerja glikosida steroid yaitu: menambah

kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih sempurna, akibat
selanjutnya lamanya kontraksi sistole dipersingkat, sehingga jantung dapat beristirahat lebih
panjang di antara dua kontraksi.
Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida dan bufadienolida.
Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang merupakan steroida C23dengan rantai
samping yang terdiri dari lingkaran lakton lima anggota yang tidak jenuh - dan menempel
pada C nomor 17 bentuk . Tipe bufadienolida adalah homolog C24 dari kardenolida dan
mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota tidak jenuh ganda menempel pada C

nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari
senyawa bufalin diisolasikan dari kulit katak.
Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida adalah bahwa
hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar daya kerja terhadap jantung optimum,
ternyata bahwa aglikon harus mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh - dan menempel pada
posisi 1 dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai konfigurasi sis.
Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan terhadap jantung, tetapi bagian gula
dari glikosida yang menyebabkan dapat larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan
penyebaran glikosida dalam tubuh. Subtitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruh
penyebaran glikosida dalam tubuh. Substitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruhi
penyebaran dan metabolisme glikosida. Pada umumnya makin banyak gugus hidroksi pada
molekul lebih cepat waktu mulainya bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.
Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan yang sangat erat,
pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya perubahan kecil dalam molekul akan,
mengubah bahkan melenyapkan sama sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan
kardioaktif adalah adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti steroida.
Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari satu, dua, tiga, atau
empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula yang ti ujung biasanya adalah glukosa. Gugus
OH dari aglikon yang btereaksi pada pembentukan glikosida adalah yang terdapat paa posisi 3.
Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan dalam pengobatan
adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa, D-arabinosa.
Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan terpecahnya
glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis yang terjadi karena enzim yang
terdapat dalam banyak tanaman glikosida jantung memecah glikosida menjadi suatu gula bebas
dan suatu glikosida sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya enzim-enzim ini
memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida jantung. Seringkali
enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam protoplasma sel (desmoenzim). Bila tidak
diperhatikan secara cermat, selama pengeringan dan penyimpanan banyak obat jantung, maka
enzim tadi akan memecah gula dan glukosa yang biasanya terdapt di ujung hingga dari
heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang kurang kompleks. Misalnya dari ekstrak gubal

strofanti dapat diahrapkan akan terdapat senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, kstrofantin dan k-strofantosida.
Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan cara yang lain.
Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya alkali, yang akan membentuk
garam dari asam aldehid. Sekali terbuka, lingkaran tersebut tidak dapat dibentuk kembali
menjadi lakton yang asli (cardenolide); sekarang karboksil tadi membentuk lakton dengan suatu
hidroksil di bagian lain dari aglikon tersebut menghasilkan isogenin, cardanolide, yang secara
fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya mengapa adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari
glikosida jantung.
Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin) mudah terpisah
sebagai air pada suhu yang tinggi memebentuk anhidrogenin, misalnya anhidro digitoksigenin.
Jadi selama pengeringan, penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan memang terjadi bermacanmacam perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga terhidrolisis sebagian oeh asam
lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak mengacaukan pengobatan.
Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan bahwa obat jantung
yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized) kwalitasnya akan tahan lama, tetapi penggunaan
panas dapat mengubah sebagian dari glikosida yang asli.
Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan kadar gula dalam
molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula yang terdapat dalam molekul, makin
besar kelarutannya dalam air, tetapi makin kecil kelarutannya dalam kloroform. Alkohol dapat
melarutkan kedua macam glikosida baik glikosida asli maupun glikosida sekunder dan juga
aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut yang cocok untuk zat kardioaktif
(cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut dalam petroleum eter dan dalam eter, dan
pelarut tersebut digunakan untuk menghilangkan lemak biji strofanti sebelum diekstraksi dengan
alkohol. Infusa air satu persen daun digitalis mengandung hampir seluruh jumlah heterosida
aktif yang terdapat dalam obat. Hal ini mungkin disebabkan karena obat tersebut disamping
mengandung glikosida jantung juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator
(emulsifier) untuk glikosida sekunder.
C.
a.

Efek Farmakologi
Farmakodinamik/Farmakokinetik :

Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit

Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam

Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan


Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat menyebabkan
absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi.
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%
Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin
lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal jantung kongestif
Bioavailabilitas:
T eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung
T eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit: digoxigenin: 4
jam ; monodigitoxoside : 3 12 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam
Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )
Konsentrasi serum digoksin :
o Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml
o Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika terdapat halhal khusus
Toksik > 2,5 ng/ml

b.

Kontraindikasi
Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang
disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ;
hypertropic obstructive cardiomyopathy

c.

Efek Samping
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare,
nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung, delirium,

halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia
pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
D.

Identifikasi Kimiawi

1.

Reaksi Legal
Glikosida jantung kecuali scillaren, memberikan reaksi legal. Heterosida atau ekstrak
murni dari obat gubal dilarukan dalam piridina. Bila natrium hidroksida dan natrium
nitropurusida ditambahkan secara berturutan, akan terjadi warna merah darah.

2.

Reaksi Keller Killiani


Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung jejak/rumutan/trace feri
klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung sejumlah feri klorida yang sama diteteskan pada
dasar tabung reaksi dengan suatu pipet. Suatu warna yang jelas akan terjadi pada batas antara
dua reagen, yang secaraperlahan-lahan menyebar ke dalam lapisan asam asetat. Reaksi ini
menunjukkan adanya gula deoksi. Glikosida dari oleander dan squill memberikan warna merah,
sedang gliolosida dari adonis, apocymun dan digitalis memberikan warna hijau kebiruan.

3.

Reaksi Sterol dan Liebermann


Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu tetes asam sulfat
pekat. Pergantian warna terjadi dari rosa melaui merah, violet dan biru ke hijau. Warna-warna
tersebut sedikit berbeda untuk satu senyawa dengan senyawa yang lain. Reaksi ini disebabkan
oleh bagian steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon dari tipe scillarenin. Asam
sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk identifikasi biji strophanti. Biji strophanthus kombe
memberikan warna hijau dengan reagen ini, sedang kebanyakan pemalsunya
(S.courtmanni danS. gratus) memberikan warna merah.

E.

Tanaman yang Mengandung Glikosida Jantung


Di dalam tanaman, glikosida jantung terdapat dalam tumbuhan berbiji. Umumnya banyak
ditemukan pada suku Apocynaceae dan Asclepiadaceae, tetapi juga ditemukan di dalam beberapa
tanaman Liliaceae, Ranunculaceae, dan Euphorbiaceae.

1.

Digitalis
Digitalis (USP = United State of Pharmacopoeia sejak tahun 1820 sampai sekarang) adalah
serbuk daun Digitalis purpurea Linne atau D. lanata (family Scrophulariaceae) yang telah

dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600 C. Berupa serbuk halus atau serbuk sangat halus.
Untuk menyesuaikan kadar, bisa diencerkan dengan bahan pengisi lain, seperti laktosa, amilum,
atau dengan daun digitalis yang telah diketahui kadarnya lebih tinggi atau lebih rendah. Dimana
potensinya diperhitungkan terhadap satuan USP unit. Diketahui bahwa 1 USP unit setara dengan
tidak kurang dari 100 mg serbuk daun digitalis kering. Nama digitalis berasal dari istilah Latin
digitus yang berarti jempol. Ini menggambarkan bentuk bunga, Digitalis purpurea yang seperti
jempol.
Daun digitalis mengandung berbagai glikosida jantung, diantaranya digitoksin (0,2-0,4 %),
digitalin, gitalin, gitoksin, dan digitonin. Daun-daunnya juga mengandung minyak atsiri yang
tersusun dari stearoptena, digitalosmin (yang memberi bau khas padaku serta menimbulkan rasa
tajam), asam antirinat, digitoflavon, inositol, dan pektin.
Secara umum digitalis adalah tanaman yang berpotensi keras dan berbahaya bagi manusia karena
aksiku langsung menuju ke jantung. Dosisku yang terlalu besar akan memberikan gejala
keracunan berupa hilangnya selera makan (anorexia), mual (nausea), ludah membanjir keluar
(salivation), muntah (vomiting) diare, kepala pening (headache), mengantuk (drowsiness),
bingung (disorientation), gangguan konsentrasi (delirium), menghadapi bayangan fatamorgana
(hallucination), bahkan kematian.
Kegunaannya sendiri adalah sebagai kardiotonikum. Efek penggunaan terutama ditimbulkan oleh
bagian aglikon digitalis. Mekanisme kardiotonikum adalah meningkatkan tonus otot jantung
yang mengakibatkan pengosongan otot jantung lebih sempurna dan curah jantung meningkat.
2.

Strophantus
Strophantus merupakan biji yang telah dikeringkan dari tanaman Strophantus kombe
Oliver atauStrophantus hispidus (family Apocynaceae). Strophantus mengandung glikosida
jantung dengan potensi setiap gramnya tidak kurang dari 0,5 mg. Glikosida utama pada S.
kombe dan S. hispidusadalah K-stropantosida yang juga dikenal sebagai strofosida. Glikosida ini
dalam biji terkandung sampai 5 % yang disebut strofantin.
Biji strophantus mengandung glikosida strofantin sampai 5 %, minyak lemak 30 %, asam
kombat, trigonelina, kholina, dan asam tak larut. Aksi dari penggunaan strophantus sama seperti
daun digitalis, yaitu sebagai kardiotonikum atau pengobatan payah jantung. Bijinya juga
memiliki aksi diuretikum serta meningkatkan sirkulasi darah. Dosis pemakaian umumnya 60 mg.

3.

Urginea maritime
Urginea maritime merupakan umbi lapis dari tanaman Urginea Maritima (L.) Baker atauU.
indica Kunth (famili Liliaceae). Bagian yang dimanfaatkan adalah sisik bagian dalam dari umbi
lapis U. maritime var. Alba. Umbinya tumbuh setengah terbenam dalam tanah berpasir di pantai.
Umbi dipanen, lalu dirajang melintang, dan dikeringkan.
Squill Urginea maritima mengandung glikosida jantung skilaren A 60 % dari jumlah seluruh
glikosida yang ada. Skilaren-A terdiri dari aglikon skilarenin dan bagian gula ramnosa + glukosa.
Kadang-kadang juga mengikat gula lain misalnya skilabiosa. Kegunaan sebagai glikosida
jantung. Dosis pemakaian 100 mg oral. Sebagai catatan, skilaren juga memiliki sifat emetikum
dan diuretikum.

4.

Convallaria
Convallaria adalah akar dan rimpang kering dari tanaman Convallaria majalis Linne (famili
Liliaceae). Tanaman ini telah dimuat di farmakope sejak tahun 1882. Setiap 100 mg akar
covallaria setara dengan 3 unit USP digitalis. Kandungan kimia convallaria antara lain
konvalatoksin, konvalarin, konvalamarin, konvalatoksol, dan konvalosida. Kandungan kimia
tersebut merupakan kelompok glikosida jantung. Kandungan yang lain antara lain minyak atsiri,
dan berbagai macam gula hasil hidrolisisnya.

5.

Apocynum
Apocynum atau biasa dikenal dengan black Indian bemp adalah akar dari rimpang
tanaman Apocynum cannabinum Linne (family Apocynaceae). Konstituen utamanya adalah
simarin, apokanosida, lapokanida, dan sianokanosida. Apocynum merupakan glikosida jantung
karena dapat mengobati payah jantung (kardiotonik).

6.

Adonis
Adonis adalah bagian tanaman di atas tanah yang telah dikeringkan dari tanaman Adonis
vernalis Linne (famili Ranunculaceae). Glikosida jantung yang terkandung adalah adonitoksin,
simarin, dan vernadigin. Seperti yang lainnya, tanaman ini dapat mengobati payah jantung
(kardiotonik).

7.

Heleborus
Heloborus adalah akar atau rimpang yang telah dikeringkan dari tanaman Hellebores niger Linne
(famili Ranunculaceae). Kandungan utama yang berkhasiat sebagai glikosida jantung adalah
hellebrin. Sifat aksi adalah stimulansia jantung. Heleborus juga mengandung helleborein yang
aksinya tidak begitu kuat dan helleborin.

8.

Nerium oleander
Nerium oleander merupakan tanaman asli India dan sekarang menyebar dimana-mana. Semua
bagian tanaman memiliki efek terhadap jantung. Daun dan korteks secara hati-hati digunakan
untuk diuretik, ekspektoransia, diaforetik, dan emetikum, tetapi terhadap jantung memiliki efek
kardiotonikum.
Daun Nerium oleander mengandung neriin, neriifolin, folinerin (oleandrin). Kulit kayu
mengandung kortenerin, oleandrin, neriin, neriantin, neriokorin, dan neriodolein. Folinerin
memiliki sifat emetikum yang kuat. Kegunaan sebagai glikosida jantung.

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Glikosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman yang kemudian diketahui berisi
digoksin dan digitoksin. Obat ini biasa digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif dan
penyimpangan detak jantung tertentu. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung
dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
(efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan
peningkatan arus masuk ion kalsium ke inrtasel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin
terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neorotransmiter.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Materi Medika Indonesia Jilid I-IV,Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
Jakarta.
Anonim, 2013, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Universitas Haluoleo, Kendari.
Watson. D, 2005, Analisis Farmasi edisi 2, EGC, Jakarta.
Diposkan oleh Cii_Cii Mey-mey di 02.24
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai