Dosen:
Aunin Wulandari, M.Sc., Apt.
Rika Veryanti, M.Farm-Klin., Apr.
Theodora, M.Farm., Apt.
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI S1 FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Mengenal berbagai teknik untuk menyebabkan anastesi local pada hewan coba.
2. Memahami faktor yang melandasi perbedaan dalam sifat dan potensi kerja anastetika local.
3. Memahami faktor yang mempengaruhi potensi kerja anastetika local.
Anestesi lokal bekerja dengan melumpuhkan saraf sensibel secara lokal dengan cara memberi
obat-obatan tertentu kepada hewan coba sampai hewan coba tidak bisa merasakan nyeri dalam
durasi waktu tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yang dimana an berarti tidak atau
tanpa, dan aesthētos, yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara umum
anastesi adalah langkah mengurangi atau menghilangkan rasa sakit ketika melakukan operasi
atau berbagai prosedur, yang dapat memunculkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
pertama kali digunakan pada tahun 1846 oleh Oliver Wendel Holmes Sr. Anestesi terdiri dari
dua yaitu anestesi lokal dan anestesi umum.
Cara kerja anestesi lokal mencegah penghantaran impuls saraf bila suatu obat digunakan
secara lokal dan kontak dengan jaringan saraf secara langsung. Obat ini dapat mengakibatkan
hilangnya rasa panas, dingin, sentuh, dan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Efek anestesi lokal yang dihasilkan berhubungan erat dengan rute pemberian anestetika
lokal yang diberikan. Salah satu contohnya adalah anestetika lokal dengan rute secara topikal
bisa mencapai ujung saraf sensoris dan kerjanya mencegah penghantaran impuls nyeri pada
serabut saraf tersebut, sehingga dapat terjadi anestesi permukaan. Anestetika lokal dapat juga
diberikan dengan cara diinjeksi ke dalam jaringan yang menyebabkan sensasi pada struktur
disekitarnya hilang. Efek ini disebut dengan anestesia infiltrasi.
Berikut adalah kriteria suatu obat yang akan digunakan sebagai anestesi lokal:
- Tidak merangsang jaringan
- Tidak merusak jaringan secara permanen (iritatif) dan memiliki toksisitas rendah
- Efektif pada penggunaan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
- Mulai kerja obatnya sesingkat mungkin, tetapi tahan lama.
- Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan
(sterilisasi).
Penggolongan obat anestetika lokal secara kimiawi, yaitu sebagai berikut :
a. Senyawa ester: kokain dan ester PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain).
b. Senyawa amida: lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain dan chincokain
c. Lainnya: fenol, benzilalkohol dan etilklorida.
Obat yang kerjanya terletak pada reseptor tertentu di saluran natrium (sodium channel),
bisa mencegah permeabilitas sel saraf terhadap ion kalium dan natrium meningkat, sehingga
dapat menyebabkan depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf.
Mekanisme utama kerja anestetika lokal adalah dengan menahan “voltage-gated sodium
channels”. Membran akson saraf, membran otot jantung, dan badan sel saraf mempunyai
potensial istirahat -90 sampai -60 mV. Sewaktu eksitasi, lorong sodium ini akan terbuka, dan
berdepolarisasi dengan sangat cepat sampai potensial equilibrium sodium (+40 mV) tercapai.
Depolarisasi mengakibatkan tertutupnya lorong sodium (inaktif) dan terbukanya lorong
potassium. Aliran sisi luar dari repolarisasi potassium mencapai potensial equilibrium
potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi bertujuan mengembalikan lorong sodium ke fase
istirahat. Gradient ionic trans membran dijaga oleh pompa sodium. Fluks ionic mirip pada otot
jantung, dan anestetik lokal mempunyai efek yang sama di dalam jaringan.
Fungsi dari sodium channel ini dapat diganggu menggunakan beberapa cara. Contoh
toksin biologi seperti batrachotoxin, aconitine, veratridine, dan beberapa bisa kalajengking
berikatan pada reseptor diantara lorong dan mencegah terjadinya inaktivasi. Mengakibatkan
terjadinya pemanjangan influx sodium melalui lorong dan depolarisasi dari potensial istirahat.
axitoxin dan tetrodotoxin akan memblok lorong sodium dengan berikatan dengan chanel
reseptor didekat permukan extracellular. Serabut saraf akan secara signifikan berpengaruh
dengan blockade obat anestesi lokal sesuai dengan ukuran dan derajat mielinisasi saraf.
Pengaplikasian langsung anestetik lokal pada akar saraf, serat B dan C yang kecil diblok
dahulu, kemudian diikuti oleh sensasi lainnya, dan fungsi motorik yang terakhir diblok.
Teknik Pemberian Anestetik Lokal
- Anastesi lokal metode permukaan
Efek anastesi ini tercapai ketika anastetika lokal ditempatkan di daerah yang ingin
dianastesi.
- Anastesi lokal metode regnier
Mata normal apabila disentuh pada kornea akan memberikan respon refleks ocular (mata
berkedip). Jika diteteskan anstestika lokal, respon refleks ocular timbul setelah beberapa
kali kornea disentuh sebanding dengan kekuatan kerja anastetika dan besaran sentuhan
yang diberikan. Tidak adanya respon refleks ocular setelah kornea disentuh 100 kali
dianggap sebagai tanda adanya anastesi total.
- Anastesi lokal metode infiltrasi
Anastetika lokal yang disuntikkan ke dalam jaringan akan mengakibatkan kehilangan
sensasi pada struktur sekitarnya.
- Anastesi lokal metode konduksi
Respon anastesi lokal yang disuntikkan ke dalam jaringan dilihat dari ada/ tidaknya respon
Haffner. Respon Haffner adalah refleks mencit yang apabila ekornya dijepit, maka terjadi
respon angkat ekor/ mencit bersuara.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM