Selain itu asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan rendemen minyak
sawit menjadi turun, sehingga kandungan FFA ini perlu dilakukan analisa dan pengontrolan dari
awal agar kandungan dan kualitas dari minyak yang akan dihasilkan bagus. Selain itu, perlunya
pengontrolan kadar FFA dalam minyak ini agar tidak mengganggu dalam proses pengolahan
minyak sawit yaitu ketika pada CPO Ffa tinggi akan menyebabkan warna akan lebih sukar
direduksi, dikarenakan bleching earth (BE) yang ditambahkan yang bersifat polar akan lebih
senang berikatan dengan FFA sehingga membentuk stubborn red yang lebih stabil sehingga
warna susah direduksi, selain itu akan meyebabkan pemakaina BE yang sangat banyak.
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis enzim selama pengolahan dan
penyimpanan. Kemudian asam lemak bebas ini membentuk lagi asam lemak trans dan radikal
bebas. Jika kita mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar asam lemak bebas yang cukup
tinggi maka akan menyebabkan naiknya kadar LDL dan turunnya kadar HDL darah, mengurangi
kemampuan tubuh mengendalikan gula darah karena dapat mengurangi respon terhadap hormon
insulin. Karena minyak sawit merupakan bahan makanan yang nantinya akan dikonsumsi, maka
adanya kadar FFA didalamnya harus sekecil mungkin agar tidak membahayakan kesehatan para
konsumen. Itulah mengapa adanya kadar FFA ini dalam minyak sawit dan turunannya perlu
dilakukan analisis dan pengontrolan.
Analisis FFA ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa antara minyak yang didalamnya
terdapat asam lemak dengan NaOH. Minyak atau lemak dilarutkan terlebih dahulu ke isopropil
alkohol yang bersifat semipolar seperti minyak. Kemudian dihasilkan sabun dan air. Sabun yang
dihasilkan bersifat basa kuat sehingga digunakan indikator PP yang mempunyai range pH 8,2-
10.0. Indikator PP digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi yakni berwarna merah muda
permanen. PP bereaksi dengan basa membentuk ion fenolat yang berwarna merah muda dalam
larutan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Adapun kadar air dalam minyak dapat mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan pada proses
pengolahan dari raw material dan penyimpanan minyak sendiri yang terkena kelembapan udara,
atau karena adanya reaksi oksidasi. Selama proses oksidasi terjadi, akan terbentuk gas CO2,
senyawa volatil, dan sejumlah kecil molekul air.
2. Metode Oven
Pada analisa moisture dengan metode ini biasanya digunakan untuk analisa kadar moisture untuk
berbagai sampel. Analisa jenis ini merupakan jenis analisa kualitatif dan kuantitatif, jadi berapa
persen kandungan air di dalam minyak didapatkan dari hasil perhitungan. Tahapan yang dilakukan
adalah minyak di oven pada suhu 130 oC selama 30 menit. Pada suhu tersebut air yang ada di
dalam minyak diharapkan akan teruapkan. Kemudian baru ditimbang sehingga didapatkan persen
kadar air di dalamnya.
Katalis
Adanya katalis ini akan mempengaruhi laju reaksi, dimana katalis ini nanti akan menurunkan energi
entalpi suatu reaksi menjadi lebih rendah, akibatnya reaksi dengan mudah dan cepat terjadi.
Berdasarkan reaksi diatas diketahui bahwa untuk menentukan IV maka adanya gas I2 sangat
berpengaruh dalam hasilnya, sehingga gas I2 harus dijaga untuk kemudian dilakukan titrasi dengan
toisulfat. Jika gas I2 lepas ke udara maka volume hasil titrasi tidak tepat, hasil menjadi tidak valid
dan akurat. Maka analisa nilai IV membutuhkan ketelitian dan keakuratan yang baik.
Reaksi Oksidasi
Oksidasi pada minyak/lemak sangat mudah terjadi yang disebabkan adanya kandungan
ikatan tak jenuh pada lemek/minyak tersebut. Reaksi oksidasi pada minyak dapat terjadi selama
proses produksi, penyimpanan, penggunaan, dan aplikasi. Oksidasi bisa diakibatkan oleh Thermal
oxydation, enzymatic oxydation, dan radical oxydation.
Adapun faktor yang mempercepat terjadinya proses oksidasi antara lain :
Logam
Adanya logam Fe/Ni, dan beberapa jenis logam dalam minyak dapat menjadikan minyak
mengalami oksidasi dikarenakan logam tersebut bertindak sebagai katalis yang akan
mempengaruhi laju reaksi semakin cepat.
Suhu
Adanya peningkatan suhu atau pemanasan menyebabkan molekul yang ada di dalam minyak
semakin tidak beraturan, yang akibatnya menjadikan nilai entropinya besar sehingga kemungkinan
untuk bertumbukan dan bereaksi semakin cepat.
Oksigen
Adanya senyawa O2 yang masih mempunyai elektron bebas ini nantinya akan menyerang ikatan
rangkap yang terkandung dalam minyak membetuk senyawa peroxide. Adanya reaksi dengan
oksigen ini nantinya menjadikan minyak teroksidasi dan menjadi tidak stabil. Reaksi berkelanjutan
dapat membentuk aldehid dan keton yang menyebabkan bau minyak tengik.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
7) Impurities
Impurities merupakan semua komponen yang tidak larut dalam minyak, dapat berupa fibre,
logam, batu, pasir, senyawa organik dan anorganik lainnya. Impurities perlu dilakukan analisa agar
kemurnian dari minyak diketahui.
Metode yang digunakan dalam pengukuran impurities adalah dengan melarutkan minyak
ke dalam pelarut non polar, sehingga senyawa yang tidak dibutuhkan yang tidak larut dalam
minyak (pengotor) dapat terpisahkan dengan adanya pelarut nonpolar. Kemudian dilakukan
penyaringan dengan penyaringan Buchner (menggunakan vacum) agar dapat terpisahkan dengan
baik. Kemudian berat pengotor dalam kertas saring ditimbang. Untuk mengetahui persen
iinpurities maka berat pengotor dalam kertas saring dikurangi berat kertas saring dibagi dengan
berat sampel dikalikan 100%. Minyak yang mempunyai kualitas baik adalah minyak dengan
kandungan impurities sesedikit mungkin. Impurities banyak menandakan proses degumming dan
bleaching tidak berjalan dengan baik, sehingga gum, logam dan pengotor lainnya masih berada
dalam minyak.
9) Karoten
Nilai karoten menyatakan jumlah karoten yang terkandung di dalam CPO. Nilai karoten penting
untuk dilakukan analisis karena dengan mengetahui nilai ini maka kematangan buah pada saat
diolah juga diketahui. Pada dasarnya nilai ini selaras dengan nilai DOBI. Semkin besar nilai
karoten maka minyak semakin segar, yang artinya minyak belum mengalami oksidasi, kalaupun
sudah teroksidasi dalam jumlah yang sedikit.
Adapun perhitungan dari nilai karoten ini sendiri adalah sebagai berikut :
Nilai 383 didapatkan dari BM senyawa karoten yang mempunyai berat molekul
383 mol/g. Nilai karoten dari suatu CPO yang dikatakan baik adalah sebesar 450
min.
Pada saat pengujian nilai CP tahapan yang harus dilakukan adalah minyak dihomogenkan
terlebih dahulu dengan dipanaskan pada suhu 100-110 oC selama 15 menit dengan tujuan agar
minyak benar benar homogen, dan tidak ada kristal dalam minyak yang nantinya dapat
mempolarisasi olein, akibatnya nilai CP tidak akurat. Selain itu, pemanasan pada suhu tersebut
dengan tujuan untuk menguapkan kandungan moisture di dalam minyak.
Refinery merupakan pengolahan minyak sawit dari CPO menjadi edible oil secara fisika.
Pada proses ini tahapan pertama yang terjadi adalah tahapan pre-treatment. Yang terdiri dari
tahapan degumming dan bleaching, yang bersama-sama memisahkan non volatile impurities
dengan cara filtrasi. Setelah itu dilanjutkan dengan pemisahan distilasi steam secara vakum yang
disebut deodorizer, untuk memisahkan FFA dan trace impurities yang masih tersisa dari
pretreatment.
Untuk berikutnya setelah dari proses degumming minyak dilakukan proses bleaching yaitu penambahan
bleaching earth untuk proses pemucatan warna pada minyak.
Dosis Bleaching earth. Jumlah bleaching earth yang digunakan tergantung kepada jenis
absorbent yang digunakan. Penambahan bleaching earth tergantung dari kualitas CPO nya.
DOBI merupakan patokan dalam ukuran bleaching earth. Biasanya untuk kasus normal,
digunakan bleaching earth 0.4 - 0.7%. Warna akhir dari proses ini tidak lah penting, karena
bleaching bukan berarti penghilangan warna, tetapi lebih menuju sebagai agen pembersih
secara absorbsi. Pengaruh asam phosphat yang masih sisa pada proses selanjutnya, akan
mempengaruhi peningkatan FFA dan warna pada produk.
Temperatur. Untuk proses bleaching, minyak dan bleaching earth sebaiknya mula-mula
dipanasi dengan suhu yang rendah hingga akhirnyameningkat pada suhu yang
diinginkan.Karena, apabila langsung dikontakkan pada suhu yang tinggi, warna bleach
akhirnya agak lebih gelap. Efek ini diakibatkan oleh 2 hal:
1. penambahan earth ke minyak yang panas akan mengurangi kemampuan adsopsinya
karena moisture di dalam clay akan hilang dengan sangat tajam, sehingga structurenya
akan rusak, yang berakibat akan mengurangi keefektipan area permukaan dalam
mengadsorb impuritis dan pigment.
2. Minyak yang telah panas tidak dilindungi dari oksidasi sebelum clay ditambahkan,
dimana ini dapat mngakibatkan fiksasi dari warna.
Keaktipan dari bleaching clay meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur dan
viskositas dari minyak akan menurun, akan tetapi, pengurangan warna baru akan menurun
pada saat setelah temperatur optimum tercapai.Temperatur optimun kontak antara minyak dan
earth tergantung kepada jenis minyak dan jenis sistem bleaching. Untuk sistem vakum,
temperatur nya lebih rendah dari proses atmospheric.
Suhu untuk proses bleaching ini dijaga pada range 95-110oC untuk menjaga oksidasi, karena
jika atas suhu ini, maka nilai anisidine nya akan meningkat.
Waktu. Laju penurunan warna akan sangat cepat pada menit-menit pertama pada saat minyak
kontak dengan absorbent, dan akan menurun ke suatu titik dimana kesetimbangan telah
tercapai dan tidak ada lagi warna yang dipisahkan. Waktu dibutuhkan oleh clay untuk melepas
ikatan moisture dan menangkap pigment dan impuritis hingga kapasitas maksimum. Biasanya
waktu kontak sekitar 15-20 menit diatas titik didih air.
Waktu pengontakan dalam bleaching ada 2 periode:1) pada saat dalam tangki bleaching, dan
2) pada saat kontak di dalm filter selama sirkulasi.
Moisture. Adannya moisture akan membantu kinerja dari proses bleaching. Bleaching earth
yang benar-benar kering sebelum digunakan dalm keadaan inactive. Bleaching earth
normalnya mengandung 10-18% moisture, yang akan bertindak menyokong untuk menjaga
lapisan montmorilonite terpisah. pigment warna dan impuritis lainya tidak dapat diabsorb
secara maksimum sebelum seluruh air telah dipisahkan.
2. Deodorizer
Minyak yang telah melewati tahapan bleaching masih mengandung banyak komponen
minor terutaman kandungan pigment karoten dan klorofil. Komponen non volatile ini dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan steam vakum.
Pada proses deodorizer suhu harus dikontrol dengan baik tercapai pemisahan FFA, dan caroten beserta pigment
lainnya. Suhu yang terlalu tinggi juga tidak disarankan karena dapat mengakibatkan loss oil, kemungkinan
isomerisasi, dan reaksi thermokimia yang tidak diinginkan. Poses ini akan menghasilkan PFAD sebagai
hasil Distilat dan RBDPO sebagi hasil utama yang akan diproses selanjutnya untuk menghasilkan minyak
melalui proses Fraksinasi.
B. Fraksinasi
Pada proses fraksinasi, RPO dari deodorizer akan dipisahkan berdasarkan fasa cair (olein)
dan fasa padat (stearin).
1. Kristalisasi
Faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal antara lain komposisi minyak,
polimorphism, dan kondisi cooling (pendinginan).
Komposisi minyak. Minyak sawit mengandung 4-8% digliserida, dimana kandungan digliserida
ini dapat menimbulkan rendahnya nilai solid content, karena range meltingnya yang lebih rendah
dari trigliserida. Dimana hal ini dapat mengakibatkan laju cristalisasi menjadi kecil. Sedangkan
kandungan monogliserida dalam minyak sawit kurang dari 1% tidak memberikan efek signifikan
pada proses kristalisasi
Polimorphism. Trigliserida dari minyak sawit merupakan polymorphic, yang akan dapat
mengkristal dalam berbagai bentuk. Bentuk polimorhic dinyatakan dalam a, b0, dan b. dalam
proses cooling, minyak akan mengkristal dari bentuk a ke b0 dan ke b. Untuk mendapat pemisahan
yang baik dalam filtrasi, yang diharapkan terbentuk adalah bentuk b0, karena kristal dalam bentuk
ini lebih besar, sehingga proses filtrasi akan lebih baik.
Nukleasi adalah pembentukan fasa kristal dari keadaan cair,. Laju nukleasi adalah penentu jumlah
dan ukuran dari kristal yang terbentuk, bentuk polymorphis, dan distribusi kristal padatannya.
Kondisi Cooling, kondisi ini dapat dikontrol pada saat proses antara lain:
1. Subcooling/ Crystalization temperatur
Parameter yang paling penting dalam proses kristalisasi adalah subcooling, atau temperatur
dimana minyak didinginkan di bawah titik kesetimbangannya. Pada saaat subcooling
meningkat, laju nukleasi juga akan meningkat, dan waktu induksi untuk kristalisasi akan
menurun.
2. Cooling rate
Proses kristalisasi juga sangat dupengaruhi oleh laju pendinginan (cooling rate).
Pendinginan dengan cepat ke temperatur yang rendah akan meningkatkan laju nukleasi,
dimana ini akan menbuat terjadinya pembentukan sejumlah kristal kecil. Tetapi, ketika laju
pendinginan dibuat dengan lambat, maka akan terbentuk kristal dengan bentuk yang besar
3. Agitation
Kecepatan pada saat pencampuran umumnya dilakukan untuk membantu nukleasi dan
pertumbuhan kristal. Pada kondisi cooling rate yang lambat dan agitasi yang lambat, akan
meningkatkan jumlah kristal yang terbentuk. laju agitasi yang tinggi akan menyebabkan
laju kristalisasi yang tinggi juga, sehinggga akan terbentuk kristal-kristal yang kecil.
Quality yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah cloud point (CP)
Dimana untuk cloud point dapat dilihat apakah proses pendinginan berlangsung dengan
baik.
Gambar. Cristalizer
HIDROGENASI
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak sehingga akan mengurangi tingkatkejenuhan
minyak atau lemak. Proses hirogenasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak
berlapis plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan
bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap,
akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Pemanasan akan
mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperatur sekitar 2050C dicapai kecepatan reaksi
yang maksimum. Juga penambahan tekanan dan kemurnian gas hidrogen yang dipergunakan akan
menaikkan kecepatan reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon
monoksida dan sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.
Penyimpanan / Storage
Kualitas minyak selama penyimpanan di dalam tangki peyimpanan akan mengalami:
Oksidasi
Hydrolysis
Kontaminasi
Kontaminasi- silang
Oksidasi
Reaksi oksidasi dari lemak dan minyak telah dipelajari dengan baik dan akan terus dipelajari.
Dapat diterima bahwa, dimana ada terdapat oksigen, reaksi oksidasi akan terjadi, yang akan
menyebabkan minyak berbau tengik. Di dalam penyimpanan, penanganan dan pengankutan,
tujuan utama adalah untuk meminimalkan, atau jika mungkin, untuk mencegah terjadinya reaksi
ini. Empat faktor utama yang mempengaruhi reaksi oksidasi pada lemak dan minyak adalah:
Dissolved oxygen yang terkandung dalam minyak
suhu dari minyak
trace metal yang terkandung dalam minyak
adanya cahaya
1. Dissolved oxygen yang terkandung dalam minyak
masuknya udara pada minyak selama penyimpanan harus dihindari. Tangki penyimpanan
harus diisi mulai dari dasar tangki. Saat tangki kepenuhan tidak dapat dihindari dan
harus dikeluarkan, sistem garis batas harus digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan pelonjakan keluar atau keluarnya minyak dari tangki. Hal ini
meningkatkan kemampuan stabilitas oksidasi minyak.
reaksi minyak dengan nitrogen inert juga akan memperlambat oksidasi minyak sehingga
akan mengurangi DOC. Maka dianjurkan untuk menyimpan minyak dalam waktu yang
lama.
2. Temperatur Minyak
Temperatur penyimpanan minyak di dalam tangki harus serendah mungkin.. Minyak
tersebut harus dikeluarkan pada suhu praktikal terendah. Hal ini akan membantu untuk
memperlambat oksidasi minyak, dikarenakan laju oksidasi diketahui akan naik 2x setiap kenaikan
suhu 100C, meskipun kelarutan oksigen dalam minyak menurun pada temperatur tinggi.
Sebagai hasilnya, ini dapat dilihat bahwa dari overheating akan terlihat lebih jelas pada
minyak hasil sulingan. Dalam pengurangan tokoferol dan tocotrienols yang terdapat pada minyak,
sama baiknya dengan penghilangan cerotenoids, yang mana carotenoids akan membantu untuk
melindungi CPO dari keburukan oksidasi.
Temperatur daripada minyak yang disimpan diusahakan seragam mungkin dalam hal untuk
menghindari konveksi searah yang terjadi dalam minyak. Konveksi searah akan meningkatkan
permukaan minyak kontak dengan oksigen yang ada diatas pemukaan minyak. Sebelum
pemberhentiannya, minyak yang disimpan harus dipanaskan secara berangsur-angsur untuk
menghindari pemanasan lokal berlebih dalam minyak, yang akan menuju kerusakan pada
kualitasnya. Laju pemanasan 50C per 24 jam dianjurkan untuk minyak yang disimpan dalam tangki
tanpa pengadukan..laju kenaikan panas yang sangat kecil diperbolehkan jika tangki penyimpanan
dilengkapi dengan pengaduk pada sisinya.
3. Kadar metal sisa pada minyak.
Fe dan Cu sudah dikenal sebagai katalis untuk oksidasi pada minyak tumbuhan dan lemak.
Cu adalah 10 x lebih berpotensi daripada Fe, keduanya merupakan katalis untuk reaksi oksidasi
pertama dan kedua. Fe lebih kuat mengkatalis pada reaksi utama oksidasi dari reaksi oksidasi
keduanya. kadar sisa metal harus dijaga serendah mungkin.. Alat-alat yang mengandung Cu dan
campuran Cu tidak seharusnya diperbolehkan kontak dengan produk minyak kelapa sawit,
terutama pada saat minyak panas. Hal ini terutama pada pengukuran dan alat-alat pengambilan
sampel.
4. Presence of Light.
Oksidasi dari minyak juga dapat terjadi melalui photo oksidasi. Reaksi photo oksidasi
dipengaruhi oleh sumber cahaya alam dan karakteristik transisi, absorpsi dan penyerapan cahaya
refleks oleh component dalam minyak. Jalannya reaksi tersebut kecil untuk produksi
dari hydroperoxides dalam Photo-oxidation ini berbeda dari dalam reaksi autooksidasi. Meskipun
cahaya diketahui untuk mempercepat oksidasi dari minyak, cahaya langsung, bagaimanapun tidak
sama dalam menyeebabkan photo-oksidasi karena panjang gelombang yang dibutuhkan dalam
penyerapan cahaya (yang mana kurang dari 220 nm) ini tidak dapat menjangkau minyak, kecuali
untuk minyak yang secara langsung disinari cahaya matahari. Umumnya percepatan oksidasi
minyak oleh cahaya, oleh karena itu sebuah result dari formasi radikal dihasilkan secara terlihat
dan penyerapan sinar ultra violet (UV) dalam minyak dan dan interaksi mereka yang berikutnya
dengan minyak. Ini dikenal sebagai kepekaan photo-oksidasi. Oleh karena itu 2 tipe dari photo
oksidasi, 1 dikenal sebagai hasil langsung dari penyerapan terhadap cahaya yang panjang
gelombangnya kurang dari 220 nm dan kepekaan dari photooksidasi, dimana oksigen terkandung
disebabkan sebagai hasil dari reaksi antara oksigen molekular dan beberapa spesies yang tertarik
setelah penyerapan cahaya,
Hydrolysis
Hidrolysis adalah reaksi antara molekul minyak dan air, menghasilkan dalam bentuk dari
free fatty acid (FFA) dan partial gliserida seperti digliserida (DG) dan mono gliserida (MG). Jika
tingkat hidrolisis sudah komplit, gliserol akan terbentuk. Reaksi hidrolisis dipengaruhi oleh :
katalis asam
adanya moisture
temperatur minyak
kadar phospor dalam minyak
1. Katalis asam
Reaksi hidrolisis dikatalis oleh asam, sebab itu, adanya FFA dalam produk minyak
sawit akan bertindak sebagai katalis untuk reaksi ini (autokatalitik).
Karena semua minyak dan lemak terdiri dari beberapa tingkat FFA, akan selalu terdapat
kenaikan tingkat keasaman dengan waktu selama pengangkutan dan penyimpanan. Penyimpanan
dari produk minyak sawit.yang tinggi FFA oleh karena itu tidak dianjurkan. penyimpanan minyak
yang berkualitas (dengan rendah kadar FFA) pada ambient temperatur tidak menghasilkan
kenaikan FFA yang signifikan. Hal ini merujuk kepada aktifitas katalis yang rendah pada kadar
FFA yang rendah.
2. Presence of Moisture. Adanya kelembaban diperlukan untuk hidrolisis untuk terjadi,
karena itu, kontaminasi produk minyak sawit oleh air/air laut akan menghasilkan dalam sebuah
kenaikan FFA dalam waktu yang lama. Tangki digunakan untuk penyimpanan dan pengangkutan
dari produk minyak kelapa sawit harusnya dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
3. Temperatur dari Minyak. Seperti laju reaksi oksidasi, reaksi hidrolitik juga berlipat
pada setiap kenaikan suhu 100C. Oleh karena itu produk minyak sawit harus ditangani, disimpan
dan diangkut pada suhu praktial serendah mungkin.
4. Kandungan Fospor dalam Minyak. FFA meningkat mungkin disebabkan dengan
adanya residu fospor dalam minyak. Fospor yang terdapat dalam minyak sawit umumnya dalam
bentuk phospholipids. Phospholipids dalam minyak sawit akan bervariasi dalam sawit sesuai
dengan musim.Kandungan Fospor dapat bervariasi dari 10 ppm hingga 35 ppm.
Kontaminasi Selama Penyimpanan
Senyawa asing dapat menyebabkan kontaminasi minyak dan lemak selama proses penyimpanan
Hal ini disebabkan kelalaian atau buruknya proses, sebagai contoh, tidak seringnya tangki
dibersihkan, perpipaan dan alat yang lainnya, pelapisan yang tidak rata, dan lain-lain. Kontaminasi
juga disebabkan oleh sisa dari proses pananganan sebelumnya, kotor, hujan, atau penambahan
produk berbeda yang tidak disengaja. Kontaminasi oleh air menyebabkan meningkatkan aktivitas
hidrolitik sementara kontaminasi oleh logam kecil menyebabkan meningkatkan reaksi oksidasi.
Kontaminasi oleh zat pengotor berpengaruh pada kualitas spesifikasi kelembapan dan zat
pengotor. Ini juga menyebabkan meningkatkan peluang hidrolisis enzim jika kontaminasi oleh zat
kotor akan memperbesar aktivitas mikroorganisme sebagai sumber makanan.
Kontaminasi-Silang
Kontaminasi-silang adalah salah satu kontaminasi minyak yang utama atau fraksinya dengan jenis
lain atau tingkat atau fraksi dari minyak sebagai contoh, minyak sawit dengan minyak inti sawit,
olein dengan stearin, atau RBD olein dengan CPO, dan sebagainya. Kontaminasi silang akan
mempengaruhi minyak, kualitas, dan menyebabkan minyak tidak cocok lagi untuk tujuan yang
seharusnya. Hal ini akibat dari perubahan sifat kimia dan fisik, akibat dari kontaminasi silang,
contohnya penurunan titik didih, titik embun, dan kandungan lemak.
. Tangki penyimpanan yang tidak dibersihkan secara teratur atau jarang digunakan dapat
menyebabkan kontaminasi dengan meninggalkan sisa residu di dalam tangki. Hal ini akan
memepengaruhi seluruh campuran yang ditambahkan kedalam tangki.
HAL-HAL YANG DIHINDARI SELAMA PROSES PENYIMPANAN
Pada tingkat pabrik, proses penanganan dan penyimpanan, sesuai yang disarankan Bek-nielsen
(1997), dapat memberikan kualitas baik dari CPO :
Pendinginan minyak pada suhu 50oC sebelum dipompakan ke tangki penyimpanan untuk
menghindari terjadinya oksidasi.
Gunakan tangki dengan diameter yang kecil untuk mengurangi area permukaan kontak minyak
dengan udara
Gunakan steam otomatis dengan valves cut-off di set pada 55oC untuk menghindari pemanasan
berlebih selama penyimpanan.
Hindari pemanasan berlebih sebelum despatch, jika memungkinkan gunakan jaket gas inert
atau sparging.
Hindari karatan besi dengan menggunakan perlengkapan stainless steel disemua proses, sehingga
pada proses berikutnya dipastikan kualitas produksi minyak itu baik.
Pabrik harus memiliki tangki penyimpanan cadangan yang mampu menampung minyak dan
pengosongan tangki pada saat pembersihan.
Tangki secara berkala dikosongkan untuk menghindari terjadinya pengerakan dan pada saat tangki
dikosongkan.
Tangki penyimpanan dibersihkan sedikitnya sekali setahun atau dianjurkan dengan interval
frekuensi lebih dari satu kali.
Isi tangki dari bagian bawah tangki, hindari udara masuk pada saat tangki diisi dan pengosongan.
Jika tangki butuh pemanasan ikuti prosedur yang direkomendasikan.
Tangki penimpanan sebaiknya diberi pelapis. Ini akan membantu pada saat pembersihan tangki
dan menghindari terikutnya besi pada saat tangki berkarat dan melarutnya logam oleh FFA.
Keringkan minyak dengan tingkat kelembapan optimal (0,15%-0,20%).
Perawatan pompa dan alat tambahan sacara berkala serta alat penyimpanan akan mencegah
masuknya udara melalui kebocoran.
Lakukan semua hasil proses dan ekstraksi minyak pada temperatur serendah mungkin dan kurangi
waktu kontak antara minyak-air, terutama saat minyak panas.
Jangan mencampurkan minyak kualitas bagus dengan minyak kualitas rendah. Ini akan merusak
kualitas dari CPO begitu juga dengan minyak refine.
Hindari penggunaan tembaga atau campuran tembaga pada alat proses tempat terjadinya kontak
dengan minyak sawit.
Bersihkan tangki penyimpanan apabila produk yang baru akan disimpan.
Gunakan sistem pipa yang terpisah dan kode warna untuk menghindari kontaminasi silang.
Rumus Mol
Keterangan:
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gram/mol)
Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-, Jika mol zat
terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol ekivalen yaitu
Mol ekivalen = n x a
Keterangan:
a = ekivalen suatu zat
n = mol suatu zat (mol)
untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-
Rumus Molalitas
Keterangan:
m = molalitas suatu zat (molal)
n = mol suatu zat (mol)
p = massa pelarut (gr)
Diketahui:
n = 60 gram x 1000 = 60000 mol
p = 3 kg = 3000 gram
Mr = 40
Ditanya m…?
Jawab:
m = n/p
m = (gr x 1000)/(Mr x p)
m = (60 x 1000)/(40 x 3000)
m = 60000/120000
m = 0,5 molal
Rumus Molaritas
Keterangan:
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)
2. 120 gram NaCl (Mr = 58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest hingga volume 400 ml.
Berapa M NaCl?
M = (gr x 1000) / (Mr x V)
M = (120 x 1000) / (58.5 x 400)
M = 5,1 mol/L
Rumus Normalitas
Keterangan:
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)
Contoh ppm
Suatu air minum mengandung besi sebesar 2 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air minum
tersebut (massa jenis air = 1) mengandung 2 mg besi.
Persen Massa
Simbol satuan persen massa adalah % (b/b).Rumus persen massa yaitu:
Contoh Soal Menghitung Persen Massa
1. NaOH 60% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini mengandung
60 gram NaOH.
2. 20 ml H2SO4 95% (massa jenis = 1.834) terlarut dalam 100 ml air (massa jenis air =
1), maka besar konsentrasi larutan asam sulfat dalam % ?
Persen Volum
Simbol satuan persen volum adalah % (v/v). Rumus persen volum yaitu:
2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan alkohol?