I. PENGERTIAN
Menerima pasien yang baru masuk poliklinik untuk dirawat sesuai yang berlaku.
Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk penrimaan pasien baru
III. KEBIJAKAN
Ada petugas yang terampil
IV. PROSEDUR
I. PENGERTIAN
Menggosok tangan dari kotoran dengan sabun antiseptic dan dibilas dengan air mengalir
II. TUJUAN
1. Menjaga kebersihan perorangan
2. Mencegah terjadinya infeksi silang
III. KEBIJAKAN
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
IV. PETUGAS
Medis dan Paramedis
V. ALAT DAN BAHAN
1. Bak cuci dan air mengalir
2. Sabun atau antiseptic
3. Handuk atau pengering
4. Alat tulis
VI. SOP
C.Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan axilla pasien pada lengan yang jauh
3. Membersihkan axilla dengan tissue
4. Memeriksa thermometer, pastikan pada skala dibawah 35o C, bila belum
turunkan dengan cara mengibaskan thermometer
5. Memasang reservoir thermometer tepat pada axilla
6. Menyilangkan tangan di depan, memegang bahu
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
3
7. Mengangkat thermometer setelah 10 menit
8. Mengusap thermometer dengan tissue kering kearah reservoir
9. Membaca hasil pengukuran
10. Mencatat hasil pengukuran
11. Membersihkan thermometer, mencelupkan kedalam air sabun kemudian usap
kearah reservoir, mencelupkan kedalam larutan desinfektan selanjutmya
dibersihkan dengan air bersih dan usap dari arah reservoir
12. Menurunkan air raksa
13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
C. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membersihkan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
II. TUJUAN
Mendapatkan data obyektif
III. KEBIJAKAN
1. Pasien baru
2. Perkembangan kondisi pasien
IV. PETUGAS
Perawat/Bidan
II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intracutan
III. KEBIJAKAN
1. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil
2. Penyuntikan dengan menggunakan spuit sekali pakai
IV. PROSEDUR
Persiapan alat :
1. Bak semprit
2. Spuit steril 1 cc
3. Obat suntikan
4. Kapas desinfektan
5. Bengkok
6. Alat tulis / buku suntikan
Prosedur :
1. Memberitahukan / menjelaskan tindakan pada pasien / keluarga pasien
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan / disinfektan lokasi suntikan
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 15o – 20o
8. Memasukkan obat perlahan- lahan sampai terjadi gelembung putih dalam kulit
kemudian jarum dicabut
9. Merapikan pasien dan alat
10. Mendokumentasikan hasil tindakan
Hal – hal yang diperlukan :
1. Daerah suntikan jangan dimasage
2. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan reaksi suntikan
I. PENGERTIAN
Injeksi intramuskuler adalah suntikan kedalam otot
II. TUJUAN
Sebagai acuan tindakan suntikan kedalam otot
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
Penatalaksanaan
A. INDIKASI :
1. Pada pasien yang memerlukan suntikan i.m.
2. Atas perintah dokter
B. PERSIAPAN :
1. Disp. Spuit 5. Gergaji ampul
2. Kapas alcohol 6. Tempat sampah / bengkok
3. Bengkok 7. Obat yang dibutuhkan
4. Aquabidest steril 8. Bak instrumen
C. PELAKSANAAN
1. Inform concent
2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit sesuai dengan
kebutuhan
3. Cocokkan nama obat dan nama pasien
4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikkan pasien
5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik
6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik
7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik arah 90 derajat
8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan
9. Obat disemprotkan perlahan – lahan
10. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat
11. Kulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan masage
12. Pasien dirapikan
Perhatian :
Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat mengenai saraf
I. PENGERTIAN
Nebulizer adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan
melonggarkan jalan nafas.
II. TUJUAN
Sebagai acuan tindakan nebulizer
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Peralatan nebulizer standar
IV. PROSEDUR
PERSIAPAN ALAT :
1. Tabung O2
2. Obat untuk bronchodilator antara lain : ventolin,
3. Dexamethasone
4. Masker oksigen
5. Nebulizer
PERSIAPAN PASIEN :
PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
2. Mengisi ventolin pada nebu;izer
3. Mengisi pada tempat humidifaier dengan bronchodilator misalny : ventolin
(salbutamol) atau kadang diberi dexamethasone pada kasus asmatikus
4. Memasang masker pada pasien
5. Nebulizer dinyalakan
6. Observasi pasien
7. Selesai dilakukan tindakan pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan dan dikembalikan
9. Mencuci tangan
Reaksi berbicara :
5 : Bingung, disorientasi waktu, tempat
4 : Komunikasi verbal, jawaban tepat
3 : Dengan rangsangan, reaksi berbentuk suara tidak berbentuk kalimat
2 : Dengan rangsangan, reaksi berbentuk suara tidak berbentuk kata
1 : Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun
Reaksi berakal :
6 : Mengikuti perintah
5 : Dengan rangsangan nyeri dapat mengetahui tempat rangsangan
4 : Dengan rangsangan nyeri menarik anggota badan
3 : Dengan rangsangan nyeri timbul reaksi flexi abnormal
2 : Dengan rangsangan nyeri timbul reaksi ekstensi abnormal
1 : Dengan rangsangan nyeri tidak ada reaksi
I. PENGERTIAN
Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut
II. TUJUAN
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir,
melonggarkan jalan nafas
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
PERSIAPAN ALAT :
Perangkat penghisap lendir meliputi :
1. Mesin penghisap lendir
2. Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
3. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya ( kom )\
4. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
5. Pinset anatomi untuk memegang slang
6. Spatel / sundip lidah yang dibyngkus dengan kain kasa
7. Sarung tangan
8. Bak instrument
9. Kasa
10. Bengkok
PERSIAPAN PASIEN :
1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar ;
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar
PELAKSANAAN :
I. PENGERTIAN
Memberikan tindakan pertolongan akibat adanya benda panda atau binatang
yang masuk kedalam telinga dan hidung.
II. TUJUAN
1. Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
2. Mengembalikan fungsi indera
Steril :
1. Bak instrument
a. Spuit irigasi 50 cc
b. Pinset anatomis
c. Pincet chirrugis
d. Arteri klem
2. THT shet
3. Kassa dan depress dalam tromol
4. Handscoon / glove steril
5. Neerbeken (bengkok)
6. Lampu kepala
7. Kom kecil/sedang
8. Tetes telinga
9. Caira pencuci luka dan desinfektan (Cairan NS)
Non steril :
3. Perawat memeriksa lokasi corpus alienum ditelinga baik dengan langsung atau
memakai lampu kepala
4. Perawat menentukan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan letak dan jenis
benda yang masuk ketelingan / hidung antara lain :
A. Benda padat
a) Perawat memakai alat sone telinga / hidung (ukuran sonde sesuai dengan
ukuran biji didalam)
b) Perawat memasukkan sonde masuk kedalam telinga / hidung dengan arah
masuk melalui bagian luar biji – bijian teresbut
c) Setelah sonde masuk kedalam telinga / hidung dan posisi sonde sudah lebih
dalam daripada posisi biji – bijian, maka dilakukan pengulangan mulai dari
awal.
B. Binatang
1. Lintah
V. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
2. Mendekatkan peralatan disamping penderita
3. Memasang perlak dan petugas mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Mengatur posisi pasien
PADA LAKI – LAKI
1. Mengolesi slang kateter dengan aqua jelly
2. Tangan kiri dengan kassa memegang penis sampai tegak ± 60º
3. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan – pelan
sampai urine keluar
PADA PEREMPUAN
1. Jari tangan kiri dengan kapas cebok membuka labia
2. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan-pelan
sampai urine keluar
3. Bila urine telah keluar, pangkal kateter dihubungkan dengan urine bag.
4. Kunci kateter dengan larutan Aqua / NS (20 – 30 cc)
5. Mengobservasi respon pasien
6. Menggantungkan urobag disisi tempat tidur pasien
7. Memfiksasi kateter dengan plaster
8. Klien dirapikan
9. Alat – alat dibersihkan dan dibereskan
10.Perawat cuci tangan
11. Mencatat kegiatan respon pasien pada catatan keperawatan
I. PENGERTIAN
Melepas drainase urine pada klien yang dipasang kateter
II. TUJUAN
Melatih klien berkemih secara spontan (normal) tanpa menggunakan kateter
III. PERALATAN
1. Sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit 10 cc
4. Betadine
5. Bengkok 2 buah
6. Kapas Alkohol
IV. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien
2. Mendekatkan alat
3. Menjaga privasi dengan menutup gorden
4. Mencuci tangan
5. Membuka plester dengan kapas alcohol
6. Memakai sarung tangan
7. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit 10 cc
8. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk nafas panjang, kemudian letakkan kateter
pada bengkok
9. Olesi area preputium (meatus,uretra) dengan betadin
10. Membereskan alat
11. Melepaskan sarung tangan
12. Mendokumantasikan
I. PENGERTIAN
Memberikan oksigen pada pasien
II. TUJUAN
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT
1. Tabung oksigen lengkap dengan manometer
2. Mengukur aliran (flowmeter)
3. Botol pelembab berisi air steril / aquadest
4. Selang oksigen
5. Plester
6. Kapas alcohol
B. PELAKSANAAN
1. Atur posisi semifowler
2. Slang dihubungkan
3. Sebelum memasang slang pada hidung pasien slang dibersihkan terlebih dahulu
dengan kapas alcohol
4. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali
5. Memasang kanul hidung, lakukan fiksasi (plester)
6. Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advise dokter
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Apakah jumlah yang masuk (cc/mnt) sudah sesuai dengan instruksi? Lihat pada
angka manometer
2. Apakah ujung kateter oksigen sudah masuk maksimal kelubang hidung? Bila ujung
kateter masih belum masuk maksimal,supaya posisi kateter diperbaiki
3. Bila memakai oksigen, tetap / masih sianosis lapor dokter
4. Memberitahukan pada keluarga pasien untuk melapor kepada petugas bila tabung
oksigen / air steril habis
I. PENGERTIAN
Tata cara mengobati luka tusuk paku
II. TUJUAN
1. Memberi rasa aman
2. Mencegah komplikasi dan infeksi nosokomial
3. Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka tusuk paku
III. KEBIJAKAN
1. Perawat yang terampil
2. Alat – alat yang lengkap
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT STERIL :
1. Pinset anatomi 7. Kapas
2. Pinset chirruge 8. Handscoon
3. Gunting 9. Spuit
4. Bengkok 10. NaCl
5. Kom kecil
6. Kassa
B. BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Perban
4. Obat desinfeksidalam tempatnya (betadine)
5. Tempat sampah
6. Lidocaine injeksi sebagai anastesi
V. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien dan keluarga
2. Perawat cuci tangan\
3. Mengatur posisi (perawat memaka handscoon)
4. Perawat membersihkan luka
5. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
6. Memberikan dichlore ethil atau lidocaine
7. Membuat luka tusuk paku pada luka / cross incici
8. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine
9. Tutup luka dengan kassa steril
10.Mencatat kegiatan dan hasil observasi
11. Klien dirapikan
12. Alat dibereskan dan dibersihkan
13. Perawat cuci tangan
I. PENGERTIAN
Memantau keadaan pasien gawat
II. TUJUAN
Sebagai acuan pemantauan / observasi penderita gawat agar selamat jiwanya
III. KEBIJAKAN
Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang
IV. PROSEDUR
1. Penderita gawat harus diobservasi
2. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatannya
3. Observasi dilakukan oleh paramedic perawat, bila perlu oleh dokter
4. Hal –hal yang perlu diobservasi :
a. Keadaan umum penderita
b. Kesadaran penderita
c. Kelancaran jalan nafas (air way)
d. Kelancaran pemberian oksigen
e. Tanda – tanda vital :
- Tensi
- Suhu
- Nadi
- Respirasi / pernafasan
f. Kelancaran infuse
5. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin tidak baik maka
paramedic erawat harus lapor kepada dokter yang sedang bertugas (diluar jam kerja
via telepon)
6. Apabila kasus penyakitnyadiluar kemampuan Dokter POLIKLINIK maka perlu
dirujuk
7. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya diputuskan penderita (les
POLIKLINIK) / lembar observasi
9. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan / rawat inap / rujuk
1. Nama Pekerjaan
Melakukan orientasi kepada petugas baru
2. Tujuan
Memperkenalkan ruangan-ruangan atau tempat alat-alat kesehatan yang ada di Klinik dan
RB Delta Mutiara
3. Ruang Lingkup
Semua petugas baru yang bertugas atau praktek di Klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan
5. Langkah Kerja
5.1 Memperkenalkan diri kepada petugas baru yg akan diorientasi
5.2 Memberi tau tugas-tugas yang akan dilakukan
5.3 Memberi tahu semua ruangan yang ada di Klinik dan RB Delta Mutiara
5.4 Memberi tahu tempat alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan\
5.5 Memberi tahu cara-cara memperlakukan pasien baru datang
5.6 Memberi tahu jadwal praktek dokter/bidan yang praktek di Klinik dan RB Delta
Mutiara
5.7 Memberi tahu tentang peralatan yang digunakan untuk bersih-bersih
5.8 Memberi tahu cara menjadi asisten dokter/bidan pada saat praktek
5.9 Memberi tahu cara menerima resep
I. PENGERTIAN
Padamnya aliran listrik mendadak
II. TUJUAN
Sebagai acuan penanganan listrik padam
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab POLIKLINIK, bagian diesel
IV. PROSEDUR
1. Apabila listrik padam petugas diesel tanpa menunggu perintah menghidupkan
generator poliklinik
2. Diluar jam kerja, selain petugas jaga diesel, petugas yang lain perlu membantu
petugas jaga diesel menghidupkan generator
3. Apabila dalam tempo 1 menit listrik belum menyala petugas POLIKLINIK perlu :
a. Menghubungi petugas diesel
b. Petugas diesel mematikan aliran listrik PLN
c. Setelah aliran dari PLN putus, kemudian generator dihidupkan
4. Apabila listrik padam lebih 10 menit dan generator tidak bisa hidup maka petugas
POLIKLINIK harus lapor kepala POLIKLINIK lewat telepon
5. Apabila listrik hidup kembali petugas diesel mematikan diesel, kemudian saluran
dari PLN dihidupkan lagi
I. PENGERTIAN
Suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi
II. KRITERIA DIAGNOSIS
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
- Bradikardia relative
III. TUJUAN
Sebagai acuan tatalaksana penderita tifoid
IV. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
V. PROSEDUR
A. Diagnosis Diferensial
- Infeksi karena virus = (Dengue Influenza)
- Malaria
- Broncho Pneumonia
B. Pemeriksaaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab
- Hb, Leukosit, Diff, Trpmbosit, Ht
- Urine lengkap
- Widal
C. Terapi
1. Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau cotrimoksazole 2 x 2 tab
diberikan sampai 7 hari bebas napas atau Quinolon
2. Pemberian cairan infuse RL / D5%
D. Penyulit
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus
I. PENGERTIAN
Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
II. TUJUAN
Agar luka tidak terjadi infeksi
III. KEBIJAKAN
Seluruh perawat diijinkan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi tidak pada
luka putus tendon
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT :
Steril
Non steril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handscoon / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastic kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10. Form inform consent
I. PENGERTIAN
Mengetahui gejala, tanda tingkat dehidrasi dan prinsip tindakan (rehidran)
II. TUJUAN
Sebagai acuan tatalaksana penderita GE agar petugas menyatakan tanda gejala,tingkat
dehidrasi dan mampu menghitung kebutuhan cairan\
III. KEBIJAKAN
Sikap petugas harus mampu menyatakan tanda gejaladan tingkat dehidrasi serta
mampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita
IV. PROSEDUR
1. Gejala yang menonjol dari GE adalah muntah dan berak serta berulang, sehingga
berakibat kehilangan cairan / dehidrasi
2. Dehidrasi secra klinik dibedakan menjadi 3 :
a. Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan 2 – 5 % BB
b. Dehidrasi sedang : Kehilangan cairan 5 – 8 % BB
Gambaran klinik : Turgor jelip suara serak,nadi cepat,nafas cepat, Pre syock
c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % BB
Gambaran klinik : syock, apatis, syonotik, kejang, sampai koma
3. Prinsip tindakan adalah Rehidrasi sesuai dengan tingkatan dehidrasi
a. Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral
b. Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral dengan infuse cairan
4. Penderita MRS (Masuk Rumah Sakit)
Dalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah status tingkat dehidrasi
menjadi dehidrasi ringan
I. PENGERTIAN
Criteria diagnosis : Mencret, ubun – ubun cekung, mulut / bibir kering, turgor
menurun, nadi cepat, mata cekung, nafas cepat dan dalam, oliguri
II. TUJUAN
Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab POLIKLINIK dan rawat inap
IV. PROSEDUR
A. Diagnosis diferensial :
1. Mencret psikologi (shigella, V.Cholera, Salmonella, E.Coli, Raota Virus, Campilo
Bacter).
2. Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan tinja secara rutin
4. Perawatan
5. Rawat inap, bila terdapat dehidrasi berat / sedang
6. Terapi
7. Rehidrasi oral / parenteral, antibiotic atas indikasi, diit
8. Penyulit
9. Asidosis, hipokalemi, renjatan, hipernatremi, kejang
10. Informed consent
11. Diperlukan pada tindakan invasive
12. Lama perawatan 3 sampai 5 hari
13. Masa pemulihan 2 sampai 3 minggu
14. Out put
15. Sembuh total
16. Terapi
Dehidrasi ringan : (BB s/d 5 %)
- Oralit
- Diit sesuai dengan umur : susu Pengenceran ( 1 T = 40 – 50 cc)
- Susu rendah laktosa / bebas laktosa
- Antibiotik : atas indikasi
Dehidrasi sedang : (BB s/d 10 %)
- Infuse RL
Dehidrasi berat ; (BB s/d 5 %)
- Infuse RL : 1- 2 jam I 20 cc/KgBB
- Selanjutnya sesuai jumlah cc/24 jam
I. PENGERTIAN
Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawata dan alat-alat kedokteran dengan cara
membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya
II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk pemeliharaan alat medis dan keperawatan
III. KEBIJAKAN
IV. PROSEDUR
A. Pemeliharaan Peralatan Dari Logam
1. Membersihkan dan desinfektan
a. Peralatan :
- Alat kotor
- Larutan desinfektan, gelas pengukur
- Bak/ember tempat merendam
- Air mengalir
b. Prosedur :
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan alat dari kotoran yang melekat dibawah air kramn
mengalir
- Dikeringkan (setelah kering dimasukkan ke sterilisator)
2. Menyetrilkan dan Penyimpanan Alat Logam
a. Peralatan :
- Alat-alat logam
- Sterilisator
- Panas keing
- Kain pembungkus bila perlu
b. Prosedur :
- Memakai panas kering (sterilisator)
- Menyusun alat-alat ke dalam bak instrument dalam keadaan
basah/kering
- Membungkus bak instrument berisi alat dengan kain
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
31
- Memasukkan alat ke dalam autoclave (sentral) selama 30 menit
untuk yang dibungkus, 20 menit untuk yang tidak dibungkus
- Mengangkat alat dari setrilisator dan menyimpan dalam tempatnya
I. NAMA PEKERJAAN
II. TUJUAN
2.1 Sebagai acuan untuk memberikan kebutuhan atau pengobatan melalui infuse
2.2 Sebagai cara untuk memasukkan cairan
4.1 Dokter
4.2 Perawat terampil
4.3 Bidan terampil
V. PERALATAN
I. PENGERTIAN
Tindakan pelepasan infuse terhadap pasien yang sudah mampu untuk makan/minum obat
lewat oral
III. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alcohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan mencabut infuse pelan-pelan
9. Menekan kapas alcohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Antenatal Care pada ibu Hamil
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care ( ANC ), sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan
yang optimal pada masa nifas serta dapat menyusui dengan baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Pemeriksaan ibu hamil di unit pelayanan KIA dan RB
4. Uraian Umum
4.1 ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya
4.2 Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama
hamil, bersalin dan nifas
4.3 Mendeteksi dini factor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini
5. Ketrampilan Petugas
6.2 Bahan
6.2.1 Sarung tangan
6.2.2 Kapas steril
6.2.3 Kassa steril
6.2.4 Alkohol 70 %
6.2.5 Jelly
6.2.6 Sabun antiseptic
6.2.7 Wastafel dengan air mengalir
6.2.8 Vaksin TT
7. Instruksi Kerja
7.1 PERSIAPAN
7.1.1 Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
7.1.2 Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
7.1.3 Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptic dan bilas dengan air mengalir
dan keringkan
7.2 PELAKSANAAN
7.2.1 Anamnesa :
7.2.1.1 Riwayat perkawinan
7.2.1.2 Riwayat penyakit ibu dan keluarga
7.2.1.3 Status riwayat haid, HPHT
7.2.1.4 Riwayat imunisasi ibu saat ini
7.2.1.5 Kebiasaan ibu
7.2.1.6 Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan usia kehamilan dan buat taksiran persalina
7.2.2 Pemeriksaan
7.2.2.1 Pemeriksaan Umum
b) Palpasi
a. Leopold 1
1 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri
untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut
tidak mendorong uterus ke bawah (jika perlu fiksasi uterus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan
dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas
simpisis).
2 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari0jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap
ke bagian kepala ibu.
3 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian.
b. Leopold 2
1 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan
dan telapak tangan kananpada dinding perut lateral kiri sejajar
dan pada ketinggian yang sama.
2 Mulai bagian dari atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah bawah dan
- USG
8. Indikator Kerja
9. Catatan Mutu
Tidak ada
11. REFERENSI
1. Nama pekerjaan
Faktor resti untuk ibu hamil
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam menentukan factor resiko dan resiko tinggi pada ibu hamil
3. Ruang lingkup
Semua ibu hamil yang datang untuk periksa ke Klnik Delta Mutiara
4. Ketrampilan petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
6. Instruksi kerja
Faktor Resiko Ibu Hamil diantaranya
6.1 Primi muda, hamil ke 1 umur kurang dari 16 tahun
6.2 Primi tua, hamil ke 1 umur lebih dari 35 tahun, atau terlalu lambat hamil ke 1 kawin
lebih dari 4 tahun
6.3 Terlalu lama hamil lagi, lebih dari 10 tahun
6.4 Terlalu cepat hamil lagi, kurang dari 2 tahun
6.5 Terlalu banyak anak, anak lebih dari 4
6.6 Terlalu tua, umur lebih dari 35 tahun
6.7 Tinggi badan kurang dari 145 cm
6.37 Jumlah skor 2, termasuk kelompok Bumil resiko rendah (KRR), pemeriksaan
kehamilan bisa dilakukan bidan, tidak perlu ditujuk, tempat persalinan bisa di
polindes, penolong bisa bidan
6.38 Jumlah skor 6-10, termasuk kelompok Bumil resiko tinggi (KRT), pemeriksaan
kehamilan dilakukan bidan atau dokter, rujukan ke bidan dan puskesmas, penolong
persalinan bidan atau dokter
6.39 Jumlah skor lebih dari 12, termasuk kelompok Resiko Sangat Tinggi (KRST),
pemeriksaan kehamilan harus oleh dokter, penolong harus dokter
8. Catatan Mutu
8.1 Register kohort ibu hamil
8.2 Register KIA
8.3 Status ibu
8.4 Buku KIA
8.5 Laporan AMP
9. Referensi
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Dinas KesehatanKota Malang, 2007
1. Nama Pekerjaan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemberian tablet zat besi pada ibu hamil dan anemia pada
kehamilan untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung
3. Ruang Lingkup
Semua ibu hamil yang berkunjung keunit pelayanan kesehatan ibu dan Rumah bersalin
Delta Mutiara meliputi pasien baru, ibu hamil 28 minggu dan pasien – pasien anemis
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
5. Uraian Umum
Tidak ada
7. Instruksi Kerja
7.1. Periksa konjungtiva pasien, untuk menentukan pasien anemis atau tidak
7.2 Catat hasil pemeriksaan dalam kartu status dan KMS ibu hamil
7.3 Isi form pemeriksaan laboratorium
7.4 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemeriksaan
7.5 Jelaskan pada pasien, untuk membayar biaya pemeriksaan laboratorium dikasir
sebelum ke laboratorium dan setelah selesai pemeriksaan membawa hasil
pemeriksaan kembali keunit pelayanan kesehatan ibu
8. Indikator Kinerja
Bumil tidak anemia pada saat kehamilan
9. Catatan Mutu
9.1 Kartu status ibu hamil
9.2 Buku register kohort ibu hamil
9.3 Buku register ibu hamil
9.4 Buku KIA
1. Nama Pekerjaan
Pengisian kartu ibu hamil
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status secara lengkap dan teliti
3. Ruang Lingkup
Kartu status ibu hamil meliputi :
3.1 Ante Natal care (ANC)
3.2 Audit Maternal Perinatologi (AMP)
3.3 Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
3.4 Deteksi Resiko Tinggi (DRT)
3.5 Pemberian Zat Besi (Fe)
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan
4.2 Petugas terlatih
5. Alat dan Bahan
5.1 Alat
5.1.1 Ballpoint
5.1.2 Tensimeter
5.1.3 Timbangan Berat Badan
5.1.4 Meteran
5.1.5 Doppler
5.1.6 Leanec
5.2 Bahan
5.2.1 Kartu status
5.2.2 Pita lila
5.2.3 KMS ibu hamil
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
47
6. Instruksi Kerja
6.1 Tulisdengan tinta hitam dengan rapi dan jelas
6.2 Tulis dengan nomor reigister pasien pada kolom bagian kanan atas
\6.3 Tulis identitas pasien pada kolom yang tersedia
6.3.1 Nama, umur, agama, pekerjaan, dan alamat pasien
6.3.2 Nama, umur, dan pekerjaan suami
6.4 Beri tanda rumput ( √ ) pada kolom yang tersedia, bila sudah dilakukan imunisasi TT
6.5 Tulis riwayat kehamilan sebelumnya pada kolom yang tersedia
6.5.1 Tanggal kelahiran
6.5.2 Hasil persalinan ( Lahir Hidup (LH), Lahir Mati (LM), Abortus (AB)
6.5.3 Jenis kelamin anak ( laki – laki ( L ) dan perempuan ( P )
6.5.4 Keadaan pada kelahiran
6.5.5 Berat badan anak waktu lahir
6.5.6 Lamanya menyusui
6.5.7 Penolong persalinan
6.6 Isi kolom riwayat penyakit
6.6.1 Beri tanda rumput ( √ ) jika pasien menderita penyakit yang tertulis dalam
kolom yang tersedia
6.6.2 Tulis TAA ( tidak ada apa – apa ) jika pasien tidak menderita penyakit tersebut
6.6.3 Tulis tahun riwayat penyakit tersebut diderita pasien
6.7 Isi kolom riwayat persalinan
6.7.1 Beri tanda rumput (√ ) pada kolom yang tersedia tentang riwayat persalinan
6.7.2 Tulis tahun riwayat persalinan tersebut
6.8 Isi kolom riwayat persalinan sekarang
6.8.1 Tulis tanggal HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir )
6.8.2 Tulis usia kehamilan
6.8.3 Tulis taksiran partus
6.8.4 Coret salah satu yang tidak perlu pada riwayat haid
6.8.5 Tulis siklus haid
6.8.6 Tulis cara kontraepsi pasien
6.9 Isi kolom pemeriksaan antenatal
6.9.1 Tulis tinggi badan dan ukuran Lila pasien
6.9.2 Tulis tanggal kunjungan pasien
7. Catatan Mutu
1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Denyut Jantung janin
2.Tujuan
Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut
jantung janin dalam rahim
3. Ruang Lingkup
Ibu hamil dengan usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan yang datang ke unit pelayanan KIA
dan Rumah bersalin
4. Ketrampilan Petugas
5. Uraian umum
9. Catatan Mutu
9.1 Kartu ibu
9.2 Buku register kohort ibu hamil
9.3 Buku register ibu hamil
9.4 Buku KIA
1. Nama Pekerjaan
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk melaksanakan suntikan TT untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tetanus
3. Ruang Lingkup
Petunjuk kerja ini mencakup unit pelayanan diruang tindakan, unit pelayanan KIA yang
diberikan pada ibu hamil dan calon pengantin
4. Ketrampilan Petugas
5. Uraian Umum
5.1 Imunisasi tetanus toxoid terbukti sebagai satu upaya pencegahan penyakit tetanus
5.2 Diberikan pada usia kehamilan trimester pertama, dengan interval waktu 4 minggu
5.3 Disuntikkan pada lengan atas secara intra muscular 9im) sebanyak 0,5 ml, Intra
Muscular atau subcutan
5.4 Sebelumnya lengan dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air hangat
5.5 Kontra indikasi : gejala – gejala berat karena dosis pertama TT
5.6 Referensi : pedoman teknis imunisasi tingat Klinik dan RB
6.1 Alat
Tidak ada
6.2 Bahan
6.2.1 Kapas
6.2.2 Serum tetanus toxoid
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
52
6.2.3 Jarum suntik disposibel 2,5 ml
6.2.4 Air bersih hangat
7. Instruksi kerja
8. Indikator Kerja
9. Catatan Mutu
1. Nama Pekerjaan
Pertolongan persalinan
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan pertolongan persalinan, sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan keadaan ibu sehat.
3. Ruang Lingkup
Semua ibu hamil yang datang untuk melakukan proses persalinan di klinik dan RB Delta
Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
Uterotonika
Infuse set beserta cairan RL
O2
2 waslap
Kain dan baju ibu
Pembalut
Timbangan bayi
Medline
Salep mata
Vaksin Hepatitis B (uniject)
Baj bayi (selimut dan topi)
Penghisap lendir (K/P)
Alat resusitasi dan O2
6. Langkah Kerja
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
3. Pakai celemk
4. Melempaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit)
10. Periksa DJJ setelah kontraksi saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120 – 160x / menit)
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginanya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi yang lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk menran dalam 60 menit
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi), diperut ibu,jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan duk bersih tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan untuk bernafas cepat dan
dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewatbagian atas kepala
bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap – megap lakukan langkah
resusitasi pada asfiksia bayi diatas perut ibu.
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk /
kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit im
(intramuscular) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat denganklem kira – kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong tali pusat kearad distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusart
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap
didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada / perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting
33. Selimuti ibu dan bayi dengan hangat, pasang topi dikepala
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso – kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu untuk meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso
– kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robekm pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari –jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam karung plastic atau tempat
khusus
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30 – 60 menit. Menyusu pertama berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic
profilaksis, dan vitamin K 1 mg IM dipaha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vit.K berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan
anterolateral
Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa disusukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pasca
persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 – 60x /
menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5o C)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi minuman dan makanan yang diinginkannya
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam
keluar (lepas secara terbalik) dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV
1. Nama Pekerjaan
Persalinan letak sungsang
2. Tujuan
Menolong letak sungsang dengan baik sehingga ibu dan bayi lahir dengan selamat
3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan bersalin dengan kelainan letak sungsang yang datang dengan pembukaan
lengkap di klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
1. Nama Pekerjaan
Mengeluarkan placenta secara manual
2. Tujuan
Mengeluarkan placenta secara manual dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan
standar pelayanan
3. Ruang Lingkup
Ibu inpartu kala III di klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Pasang infus RL, bila diperlukan
6.4 Posisi klien lithotomi
6.5 Memperkenalkan diri pada pasien
6.6 Menjelaskan keadaan pada klien dan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
6.7 Meminta persetujuan medis atas tindakan yang akan dilakukan
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
65
6.8 Mengucapkan basmallah sebelum melakukan tindakan
6.9 Pakai perlengkapan untuk menolong
6.10 Memasang duk steril dibawah bokong
6.11 Melakukan antiseptic pada daerah genetalia eksterna
6.12 Melakukan kateterisasi
6.13 Pindahkan klem 5-10 cm depan vulva
6.14 Tangan kiri memegang klem, menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai
6.15 Tangan kanan masuk secara obstetri (punggung tangan dibawah) dengan menelusuri
tali pusat bagian bawah sampai pada serviks
6.16 Tangan kiri pindah ke fundus lalu menahan fundus uteri, tangan kanan terus
menelusuri tali pusat masuk ke dalam cavum uteri hingga mencapai tempat insersi
6.17 Buka tangan kanan seperti memberi salam (ibu jari merapat ke ujung jari telunjuk)
6.18 Melepas plasenta dari dinding uterus
a. Tangan kanan meraba placenta dimulai dari bagian tepi yang sudah lepas
(Separasi Plasenta)
b. Sisir placenta mulai dari tempat separasi dengan posisi tangan punggung
menghadap ke dinding uterus dengan ujung jari di geser ke kanan atau ke kiri,
apabila kesulitan dapat dikombinasikan dengan sisi ulnar tangan sampai seluruh
placenta terlepas
c. Sambil memperhatikan keadaan umum ibu
d. Tangan kiri yang berada di fundus pindah memegang klem sedangkan tangan
kanan memngeluarkan placenta dari dalam
e. Setelah itu tangan kiri menarik dari luar sampai seluruh placenta lahir tangkap
dengan tangan kiri cek kelengkapannya. Posisi tangan kanan tetap berada didalam.
6.19 Tangan kiri pindah ke fundus, tangan kanan melakukan evaluasi untuk memastikan
tidak ada placenta yang tertinggal dan perforasi uterus
6.20 Setelah yakin tidak ada placenta yang tertinggal, Explorasi bekuan darah/sisa
plasenta dan selaput ketuban sambil keluarkan tangan kanan sedangkan tangan kiri
mendorong uterus kea rah dorso cranial
6.21 Lakukan segera masase uterus ± 15 detik, evaluasi kontraksi uterus apabila :
- Kontraksi uterus baik observasi ketat sampai dengan 2 jam PP
- Kontraksi uterus jelek lakukan Penanganan Atonie Uteri
6.22 Bila perlu berikan uterotonika
6.23 Rapikan kembali klien dan alat. Pastikan ibu merasa nyaman
6.24 Celupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5%, basuh tangan kemudian lepaskan
secara terbalik
6.25 Cuci tangan
6.26 Lakukan pencatatn hasil tindakan.
1. Nama Pekerjaan
Melakukan penanganan atonia uteri dengan kompresi bimanual interna dan eksterna
2. Tujuan
Melakukan penanganan atonia uteri dengan kompresi bimanual interna dan eksterna
dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan
3. Ruang Lingkup
Ibu inpartu kala IV di klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Kosongkan kandung kemih klien
6.4 Klien anjurkan tidur telentang
6.5 Mengucapkan slaam dan menyapa dengan sopan
6.6 Memperkenalkan diri pada pasien
6.7 Menjelaskan keadaan klien dan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
6.8 Meminta persetujuan medis atas tindakan yang akan dilakukan
6.9 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.10 Anjurkan klien melakukan stimulasi putting susu
A.PENGERTIAN
1. Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS hipertensi,
edema dan protein urine yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai
segera setelah persalinan.
2. Eklampsia adalah kejang atau koma yang menyertai keadaan preeclampsia
B. DIAGNOSIS
1. Preeklampsia Ringan
a. Tekanan darah : > 130/90 mmHg - < 170/110 mmHg
b. Protein urine : < 5 gr/liter dalam 24 jam (+2)
c.Edema : local atau general
2. Preeklampsia Berat
Disebut preeclampsia berat jika terdapat satu atau lebih keadaan berikut ini :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg
b. Tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg atau
c. Kenaikan tekanan sistolik > 60 mmHg
d. Kenaikan takanan diastolic > 30 mmHg
e. Protein urin > 5 gr/l/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif
f. Oliguria < 500 ml/24 jam
g. Nyeri kepala yang hebat
h. Edema yang massif
i. Edema paru
j. Gangguan visus dan cerebral
k. Nyeri epigastrium/nyeri juadran atau abdomen, muntah-muntah
l. Terdapat syndrome HELLP(Haemolysis, Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
count)
C. PENUNJANG DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Lab protein urine
2. PDL
3.LFT
D. PENANGANAN PRE EKLAMPSIA RINGAN
1. Kehamilan kurang dari 37 minggu
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawta jalan
a. Pantau tekanan darah, protein urine, reflex dan kondisi janin
b.Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala preeclampsia dan
eklampsia
c. Lebih banyak istirahat
d. Diet biasa
e. Jika tekanan darah naik maka pasien perlu di rawat
f. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan, jika tidak dirawat sampai aterm
1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya keluhan pada saat nifas
3. Ruang Lingkup
Semua ibu nifas di klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan fisik pasien
6.4 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.5 Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan
6.6 Memperhatikan keadaan umum klien
6.7 Setelah pasien menyetujui, petugas membantu pasien mempersiapkan diri untuk
mengosongkan kandung kemih
6.8 Mengatur posisi pasien ditempat tidur
6.9 Melakukan cuci tangan 7 langkah
6.10 Membawa alat – alat kedekat pasien
6.11 Melakukan pengukuran TTV
1. NAMA PEKERJAAN
Membimbing ibu cara menyusui yang baik
2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam membimbing ibu melakukan cara menyusui yang baik
3. RUANG LINGKUP
Semua pasien post partum yang menyusui
4. KETRAMPILAN PETUGAS
4.1 Dokter
4.2 Bidan terampil
6. INSTRUKSI KERJA
6.1 Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu
6.2 Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putting susu dan areola sekitarnya
6.3 Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
6.4 Punggung bersandar dengan santai pada kursi
6.5 Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
6.6 Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan dibelakang badan ibu
6.7 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ibu
6.8 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
6.9 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
6.10 Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara dan jari lain emnopang
dibawah payudara, jangan menekan putting susu / areolanya saja
8. INDIKATOR KERJA
Ibu mengerti dan bisa melakukan cara menyusui yang benar.
1. Nama Pekerjaan
Merawat payudara pada masa nifas
2. Tujuan
Merawat payudara pada masa nifas yang baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Semua ibu post partum di Klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Posisi pasien duduk / tidur yang nyaman
6.2 Lingkungan tertutup, penerangan cukup
6.3 Perasat dilakukan menjelang pasien mandi
6.4 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan
handuk
6.5 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.6 Memperkenalkan diri pada pasien
6.7 Menjelaskan tujuan tindaka yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.8 Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan
6.9 Memperhatikan keadaan umum klien
6.10 Menanyakan keadaan pasien dan keluhan yang dirasakan
6.11 Menjajagi kemampuan pasien dalam merawat payudara
6.12 Meminta ijin pasien untuk membantu melakukan perawatan payudara
6.13 Petugas mencuci tangan
6.14 Melakuan pembersihan putting susu : letakkan kapas yamng telah diberi minyak
kelapa/baby oil pada putting susu sampai areola mammae selama ± 2 menit, bersihkan
dengan cara melingkar dari arah dalam keluar
1. Nama Pekerjaan
Perwatan luka perineum
2. Tujuan
Melakukan perawatan luka perineum pada ibu post partum dengan baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Ibu post partum yang mengalami penjahitan pada waktu melahirkan di Klinik dan RB
Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Mempersilahkan pasien BAK dan cebok yang bersih dari depan ke belakang
6.3 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan
handuk
6.4 Mengucapkan salam dan menyapa klien dengan sopan
6.5 Memperkenalkan diri pada pasien
6.6 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.7 Membaca basmalah sbelum melakukan tindakan
6.8 Memperhatikan keadaan umum klien
6.9 Menanyakan keadaan pasien dan keluhan yang dirasakan
6.10 Meminta ijin untuk memeriksa luka perineum
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
81
6.11 Menyiapkan alat ke dekat pasien
6.12 Petugas melakukan cuci tangan
6.13 Petugas membantu mengatur posisi pasien ditempat tidur
6.14 Petugas memasang duk sebagai alas bokong
6.15 Petugas memakai handscoen
6.16 Memberiksn kompres pada luka perineum
6.17 Petugas membantu pasien memaki softek/pembalut
6.18 Rapihkan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
6.19 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.20 Mencuci tangan
6.21 Melakukan pendokumentasian
1. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram.
2. TUJUAN
3. RUANG LINGKUP
4. KETERAMPILAN PETUGAS
5.1 Alat
5.1.1 Selimut hangat / tebal yang bersih / popok serta kain penyeka mulut
5.1.2 inkubator
5.1.3 Penghisap lendir, slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4 Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5 termometer
5.1.6 Timer (jam tangan yang ada detiknya)
5.2 Bahan
6. INSTRUKSI KERJA
1. NAMA PEKERJAAN
Rujukan Neonatus dengan asfiksia
2. TUJUAN
3. RUANG LINGKUP
4. KETERAMPILAN PETUGAS
5.1 Alat
5.1.1 Selimut hangat / tebal yang bersih / popok serta kain penyeka mulut
5.1.2 Sungkup no 1 untuk bayi cukup bulan dan no 0 untuk bayi kurang bulan
5.1.3 Penghisap lendir, slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4 Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5 Pemotong danpengikat tali pusat : 1 set
5.1.6 Timer (jam tangan yang ada detiknya)
5.2 Bahan
6. INSTRUKSI KERJA
Neonatus yang mengalami asfiksia memrlukan penanganan khusus oleh dokter, selama
proses merujuk petugas perlu memerlukan tindakan sbb :
6.1.1 Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang hangat
yang kering
6.1.2 Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat
resusitasi
dan resusitasi
6.2 Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan. Indikator
terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi lahir
Posisi bayi :
6.3.1 Terlentang
6.3.2 Kepala lurus dan sedikit tengadah / ekstensi (posisi mencium bau )
6.3.4 Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung, jika terdapat
Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir
Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi
6.4.5 Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya balon
6.5.2 Jika dada tidak naik : Cek kembali dan koreksi posisi bayi
6.6 Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas spontan
6.6.1 Jika pernafasan normal (frekuensi 30 – 60x / menit ), tidak ada tarikan dinding
dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir
6.6.2 Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas
spontan terjadi
6.7 Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama selama 5 menit
setelah tangis berhenti
6.7.1 Jika pernafasan normal (frekuensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan dinding
dada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan, lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir
6.7.3 Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen, jika
tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju
6.8.2 Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan
6.9 Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit
ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis kepada
keluarga
7. INDIKATOR KERJA
1 Nama Pekerjaan
Pengisian Kartu Status bayi
2 Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status bayi secara lengkap dan benar
3 Ruang Lingkup
Kartu status bayi untuk bayi dibawah 1 tahun yang datang ke unit pelayanan KIA
4 Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan dan petugas terlatih
4.2
6 Instruksi Kerja
6. 1 Tulis dengan ballpoint warna hitam dengan rapih dan jelas
6. 2 Tulis nomor register pasien pada kolom bagian kanan atas
6. 3 Tulis nama klinik pada sudut kiri atas
6. 4 Tulis identitas pasien di halaman depan pada kolom yang tersedia
6.4 1 Nama, alamat pasien
6.4 2 Tanggal lahir, jenis kelamin, tempat lahir
6.4 3 Panjang badan waktu lahir
6. 5 Tulis identitas orang tua
6.5 1 Nama ayah, pekerjaan ayah
6.5 2 Nama ibu, pekerjaan ibu
6. 6 Isi dan tulis pada bagian depan tengah
6.6 1 Macamnya persalinan : normal, tidak normal
6.6 2 Kelainan letak, CPD, cacat bawaan
6. 7 Pelayanan persalinan
6.7.1 Dokter, bidan, tenaga puskesmas, dukum terlatih, tenaga terlatih
6.7.2 Tempat perslainan, rumah, rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, rumah
bidan
7 Catatan Mutu
1 Nama Pekerjaan
Pengisian Kartu Anak
2 Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status anak secara lengkap dan benar
3 Ruang Lingkup
Kartu anak untuk anak yang datang ke unit pelayanan KIA
4 Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan
4.2 Petugan Terlatih
5.1.1 Ballpoint
5.1.2 Kartu status anak
5.1.3 Timbangan berat badan
6 Instruksi Kerja
6. 1 Tulis dengan ballpoint warna hitam dengan rapih dan jelas
6. 2 Tulis nomor register pasien pada kolom bagian kanan atas
6. 3 Tulis nama klinik pada sudut kiri atas
6. 4 Tulis identitas pasien di halaman depan pada kolom yang tersedia
6.4 1 Nama anak
6.4 2 Tanggal lahir, jenis kelamin, tempat lahir
6.4 3 Berat badan waktu lahir (dalam gram)
6. 5 Tulis identitas orang tua
6.5 1 Nama ayah dan ibu, pekerjaan ayah
6.5 2 Umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu
6.5 3 Alamat anak
6. 6 Isi tanggal pemberian imunisasi pada kolom pelayanan imunisasi bayi
6.6 1 Tanggal pemberian imunisasi hepatitis B I/II/III, BCG, DPT I/II/III,
Polio I/II/III/IV dan campak sesuai tanggal pemberian
6. 7 Isi pada kolom pelayanan Vit. A dosisi tinggi
6.7.1 Tanggal pemberian Vit. A dosis tinggi sesuai tanggal pemberiannya
6.7.2
6. 8 Isi kolom deteksi dini perkembangan anak
7 Catatan Mutu
7.1 Kartu anak
7.2 Buku KIA
7.3 Buku register kesehatan anak
7.4 Buku register kohort anak
1. Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika disimpan pada
suhu yang tidak sesuai.
2. Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar Matahari langsung,
khususnya untuk vaksin BCG.
3. Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka pengaruh kelembaban
sangat kecil, misalnya menggunakan botol atau ampul yang tertutup kedap.
V. PENYIMPANAN VAKSIN
1. Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-
lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
1. Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau
pengiriman.
2. Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x
sehari).
3. Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
4. Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus
mengetahui cara penyimpanan yang benar.
5. Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
6. Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama
proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier box dan dimonitor
suhunya.
7. Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap
penanganan vaksin.
8. Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan
dikalibrasi.
9. Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
10. Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan
dan setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi
suhu yang diisyaratkan.
11. Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan &
transportasi vaksin yang baik.
12. Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk
setiap produk.
13. Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
14. Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan
kontak langsung dengan es.
1. Nama Pekerjaan
Pemberian imunisasi BCG
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi Bacillus Calmette – Guerin (BCG) agar anak
mempunyai daya tahan terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC)
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan di imunisasi BCG di unit pelayanan KIA pada anak berumur 0 –
11 bulan
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat
5. Uraian Umum
5.1 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosa (batuk
darah)
5.2 Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam
6.1 Alat
Tidak ada
6.2 Bahan
6.1.4 Kapas
7. Instruksi Kerja
8. Indikator Kinerja
9. Catatan Mutu
1. Nama pekerjaan
Pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi DPT agar anak mempunyai daya tahan
terhadap penyakit Dipteri (batuk rejan)
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi DPT di unit pelayanan KIA pada anak
berumur 0 – 11 bulan
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat
5.2 Bahan
5.2.1 Vaksin DPT
5.2.2 Jarum dan spuit disposible
5.2.3 Kapas bersih
6. Instruksi Kerja
6.1 Petugas mencuci tangan
6.2 Pastikan vaksin yang akan digunakan
6.3 Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11 bulan) jumlah suntikan 3x
untuk imunisasi DPT ini
6.4 Ambil 0,5 vaksin DPT
6.5 Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas yang telah dibasahi air bersih’
6.6 Suntikkan secara intra muskuler (IM) atau sub cutan (SC)
6.7 Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas akibat DPT, nerikan obat
penurun panas / antipiretik kepada ibu anak tersebut bila anak panas tinggi ( lebih
dari 39ºC)
6.8 Rapihkan alat-alat
6.9 Petugas mencuci tangan
6.10 Mencatat dalam buku
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
97
7. Indikator kinerja
Mendapat hasil yang tepat dan benar
8. Catatan mutu
1. Nama Pekerjaan
Pemberian imunisasi polio
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi agar anak mempunyai daya tahan terhadap
penyakit polio
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio di unit pelayanan KIA anak berumur
0 – 11 bulan
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat
5. Uraian Umum
5.1 Imunisasi polio diberikan pada bayi mulai umur 0 – 11 bulan dalam ruang lingkup
KIA dan 0 – 59 bulan untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
5.2 Imunisasi polio di puskesmas puger diberikan sampai 4 kali dengan selang waktu 1
bulan
6.1 Alat
6.1.1 pinset / gunting kecil
6.2 Bahan
6.1.2 vaksin polio
6.1.3 pippet polio
7. Instruksi Kerja
8. Indikator Kinerja
9. Dokumen Terkait
Status pasien
1. Nama pekerjaan
Pemberian imunisasi Campak
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi campak agar anak mempunyai daya tahan
terhadap penyakit campak
3. Ruang Lingkup
Unit pelayanan KIA pada anak berumur 9 bulan
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat
5. Alat dan Bahan
5.3 Alat
5.3.1 Pinset
5.3.2 Disposible spuit
5.4 Bahan
5.2.1 Vaksin
5.2.2 Pelarut
5.2.3 Kapas
5.2.4 Air
6. Instruksi Kerja
6.1 Petugas mencuci tangan
6.2 Pastikan vaksin dalam keadaan baik (no bact/ exp / vvm)
6.3 Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset
6.4 Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5cc)
6.5 Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan )
6.6 Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi
6.7 Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas yang telah dibashi dengan
air
6.8 Suntikkan secara SC
6.9 Rapikan alat-alat
6.10 Petugas mencuci tangan
6.11 Mencatat dalam buku
7. Catatan mutu
7.1 Kohort bayi
7.2 Buku register KIA
7.3 Buku Status bayi
7.4 Kartu Imunisasi
- KERUGIAN
1. Terjadi perubahan pada haid
2. Mual, sakit kepala. Nyeri payudara ringan
3. Panambahan Berat Badan
4. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
IV. INDIKASI PENGGUNAAN SUNTIK\
1. Usia reproduksi
2. Talah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3. Menyusui ASI pascapesalinan >6 bulan
4. Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
5. Pascapersalinan dan tidak menyusui
6. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
V. KONTAINDIKASI PENGGUNAAN SUNTIK
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
3. Perdarah pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4. Penyakit hati akut
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
102
5. Usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmhg)
VI. CARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan I.M dakam. Klien diminta
datang setiap 4 minggu. Suntik ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diverikan setelah 7 hari jadwal yang telah
ditentukan, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil.
1. Nama Pekerjaan
Pemasangan IUD (AKDR)
2. Tujuan
Melakukan pemasangan IUD (AKDR) secara baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) di klinik dan RB Delta
Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
Konseling Awal
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadaan umum klien
6.6 Melakukan anamnesis pada klien
6.7 Memberikan informasi umum tentang KB
6.8 Memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing – masing kontrasepsi
6.9 Jelaskan apa yang dapat diperoleh dari kunjungannya
6.35 Mencelupkan sarung tangan pada larutan klorin, membuka dan merendam dalam
keadaan terbalik
6.36 Menjelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang klien rasakan pada saat
proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien mengajukan
pertanyaan
6.37 Memasukkan lengan AKDR didalam kemasan
6.61 Mengajarkan cara memeriksa benang AKDR dan kapan harus dilakukan
6.62 Menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan jika mengalami efek samping
6.63 Memberitahukapan klien harus kembali ke klinik dan RB Delta Mutiara untuk
control
6.64 Mengingatkan bahwa masa pemakaian AKDR
6.65 Meyakinkan klien bahwa dapat datang ke klinik dan RB Delta Mutiara setiap saat
bila memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic dan bila menginginkan AKDR
dicabut
6.66 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
6.67 Memberikan kartu akseptor dan memberitahu klien tentang jadwal kunjungan
ulang, sewaktu – waktu jika ada keluhan
6.68 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.69 Melakukan pendokumentasian
1. Nama Pekerjaan
Pelepasan IUD (AKDR)
2. Tujuan
Melakukan pelepasan IUD (AKDR) secara baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan melepas alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) di klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadan umum pasien
6.6 Menanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaan
6.7 Menanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya (apaklien ingin mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anak)
Tindakan Pencabutan
6.23 Merendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
6.24 Membuang emua bahan – bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kassa, sarung tangan
sekali pakai) ketempat sampah yang telah disediakan
6.25 Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
6.26 Mengamati selama 5 menit, sebelum memperbolehkan klien pulang
1. Nama Pekerjaan
Pemasangan implant (AKBK)
2. Tujuan
Melakukan pemasangan implant (AKBK) secara baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan memakai alat kontrasepsi bawah kulit (IMPLANT) di klinik dan RB Delta
Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadan umum pasien
6.6 Melakukan seleksi klien secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah kondisi
kesehatan klien. Riwayat kesehatan klien :
a. Hamil / tidak hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Pemasangan implant
6.24 Mengucapkan basmalah
6.25 Menyuntikkan anatesi local tepat dibawah kulit sedikit menggelembung
6.26 Meneruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing – masing 1
cc diantara pola pemasangan nomor 1, 2, 3 dan 4, 5 dan 6
6.27 Menguji efek anastesinya sebelum melakukan insisi
6.28 Membuat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skapel (alternative lain tusukan trikar
langsung kelapsan dibawah kulit / subdermal)
6.29 Sambil mengungkit kulit, petugas memasukkan terus trokar dan pendorongnya
sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokart) tepat pada luka insisi
6.30 Mengeluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam trokart (dengan tangan atau
dengan pinset)
6.31 Memasukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokart sampai
terasa ada tahanan
6.32 Menahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, tarik trokart keluar sampa
mencapai pegangan pendorong.
6.33 Menarik trokart dan pendorongnya secara bersama – sama sampai batas tanda 2
terlihat pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokart dari tempat insisi)
1. Nama Pekerjaan
Pelepasan IMPLANT (AKBK)
2. Tujuan
Melakukan pelepasan IMPLANT (AKBK) secara baik dan benar
3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan melepas alat kontrasepsi bawah kulit (IMPLANT) di klinik dan RB Delta
Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam
6.2 Menyapa klien dengan ramah dan hangat
6.3 Menanyakan pada klien alasannya ingin mencabut implant dan jawab semua
pertanyaannya
6.4 Menanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya
6.5 Menjelaskan proses pencabutan implant dan apa yang klien rasakan pada saat proses
pencabutan dan setelah pencabutan
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
114
Tindakan Pencabutan Kapsul
6.6 Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih
mungkin dengan sabun dan membilasnya dengan air
6.7 Mengatur posisi lengan klien, meraba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi
6.8 Memastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah tersedia
6.9 Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan kain yang bersih
6.10 Memakai sarung tangan DTT atau steril, bila sarung tangan diberi bedak dengan
menggunakan kassa yang telah dicelupkan kedalam air steril atau DTT
6.11 Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
6.12 Memasang kain penutup (duk) steril atau DTT disekeliling lengan klien
1. Menginjeksi sedikit anastesi (2 – 3 cc) pada tempat insisi dan di bawah ujung akhir
dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul
2. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada kulit
3. Membuat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung jari kaspul
4. Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung (mosquito)
5. Membersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan
kassa steril atau scalpel
1. Untuk kapsul yang jauh dari tempat insisi, petuga memasukkan lengkung, dan
menjepit kapsul dengan klem serta menjatuhkan atau memutar klem 180o kearah bahu
klien untuk membuat ujung kapsul mencuat
2. Menjepit kapsul yang sudah mencuat tersebut dengan klem lain dan cabut kapsul
dengan hati – hati dan meletakkannya pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%
3. Memilih kapsul berikutnya yang akan dicabut dan bila perlu suntikkan anastesi
1. Membaca basmalah
2. Petugas menginjeksi sedikit anastesi ( 2 – 3 cc)pada tempat insisi dan dibawah ujung
akhir dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul
3. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada kulit
4. Membuat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung dari kapsul
5. Mendorong ujung atas dari kapsul (dekat bahu) untuk membuat ujung kapsul (dekat
siku) menonjol keluar
6. Melepaskan jaringan ikat yang menutupi ujung kapsul dengan kassa setril atau scalpel
1. Membaca basmalah
2. Menginjeksi sedikit anastesi (2 – 3 cc) pada tempat insisi dibawah setiap ujung kapsul
dekat siku
3. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada luka
4. Membuat insisi kecil (4 mm) pada kulit diantara kapsul ke 3 dan ke 4 dengan arah
memanjang ± 5 mm ujung kapsul
5. Memasukkan ujung klem implant, menjepit kapsul dan tarik keluar
6. Menjatuhkan implant 90 derajat kearah bahu sehingga kapsul terlihat
7. Membersihkan kapsuldari jaingan ikat yang mengelilinginya
8. Menjepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung, tarik keluar
dan taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%
1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Pap Smear
2. Tujuan
Melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk deteksi dini Ca Serviks
3. Ruang Lingkup
Semua Wanita Usia Subur (WUS) di Klinik dan RB Delta Mutiara
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter
6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Posisi klien lithotomic
6.4 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.5 Memperkenalkan diri pada klien
6.6 Menjelaskan tindakan yang akan dilakuakn beserta tujuannya
6.7 Mengucapkan basmallah
6.8 Memperhatikan keadaan umum klien
1. O2 2 lt / menit
Kegagalan pernafasan
- Ambubag + O2 4-6 liter/menit
2. Infus D5 / PZ = 3 : 2
Dehidrasi PZ : RL = 1 : 2 / jam
b. < 40 th = Kombinasi dengan adrenalin 0,3 – 0,5 cc tiap 15 menit 3-5 kali
Teramicin 2 x 3 cc 1 m / hr
I. PENGERTIAN
Kejang Demam adalah Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu tubuh
(suhu rectal 38 celcius) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.
II. TUJUAN
Menghilangkan atau mengatasi kejang demam pada anak agar tidak terjadi dampak
yang lebih buruk karena kejang yang terlalu lama.
III. KEBIJAKAN
IV. PROSEDUR
1. Kejang Demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan vocal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikator ( Complek Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala
klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang vocal atau parsial satu sisi atau kejang umyum di dahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam
Anamnesis