Anda di halaman 1dari 123

SOP

MENERIMA PASIEN BARU

I. PENGERTIAN
Menerima pasien yang baru masuk poliklinik untuk dirawat sesuai yang berlaku.
Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk penrimaan pasien baru
III. KEBIJAKAN
Ada petugas yang terampil
IV. PROSEDUR

1. Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah


2. Bila pasien dapat berdiri, atau berat badan sebelum penderita dibaringkan
3. Selanjutnya lakukan pengkajia dan melalui anamneses dan pemeriksaan fisik
4. Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan
5. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di Rumah sakit
orientasi keadaan ruangan / fasilitas yang ada
6. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medic dan catatan perawatan pasien
7. Memberitahukan prosedur perawatan / tindakan yang segera dilakukan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


1
SOP
CUCI TANGAN

I. PENGERTIAN
Menggosok tangan dari kotoran dengan sabun antiseptic dan dibilas dengan air mengalir
II. TUJUAN
1. Menjaga kebersihan perorangan
2. Mencegah terjadinya infeksi silang
III. KEBIJAKAN
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
IV. PETUGAS
Medis dan Paramedis
V. ALAT DAN BAHAN
1. Bak cuci dan air mengalir
2. Sabun atau antiseptic
3. Handuk atau pengering
4. Alat tulis

VI. SOP

A. Tahap Pra Interaksi

Kuku dalam keadaan pendek


B. Tahap Kerja
1. Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju sampai siku.
2. Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka/sayatan
3. Menjaga agar tangan dan pakaian tidak menyentuh
wastafel (jika tangan menyentuh wastafel cuci tangan diulang)
4. Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
5. Membasahi tangan dan lengan bawah, mempertahankannya lebih rendah dari siku
6. Menaruh sedikit sabun / antiseptic (2 – 4 cc ). Untuk sabun batang, pegang dan gosok
sampai berbusa
7. Menggosok kedua lengan dengan cepat, selama 10 – 15 detik
8. Menggosok punggung tangan, sela – sela jari
9. Menggosok sela – sela jari secara melingkar minimal 5 kali
10. Menggosok ujung – ujung jari ke telapak tangan yang lain
11. Membilas lengan dan tangan sampai bersih
12. Menutup kran dengan siku. (Bila kran harus ditutup dengan tangan, cuci kran dengan
sabun terlebih dahulu sebelum membilas tangan)
13. Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


2
SOP
PENGUKURAN SUHU TUBUH
I. PENGERTIAN
Pemeriksaan terhadap suhu badan di axilla dengan menggunakan alat
thermometer
II. TUJUAN
Mendapatkan data obyektif
III. KEBIJAKAN
1. Pasien baru
2. Evaluasi
 Perkembangan
 Kondisi pasien
IV. PETUGAS
Medis dan paramedis
V. ALAT DAN BAHAN
1. Thermometer bersih pada tempatnya
2. Tiga botol : larutan sabun. Desinfektan, air bersih
3. Bengkok
4. Potongan kertas tissue dalam tempatnya
5. Alat tulis
A. Tahap Prainteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan keluarga / pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C.Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan axilla pasien pada lengan yang jauh
3. Membersihkan axilla dengan tissue
4. Memeriksa thermometer, pastikan pada skala dibawah 35o C, bila belum
turunkan dengan cara mengibaskan thermometer
5. Memasang reservoir thermometer tepat pada axilla
6. Menyilangkan tangan di depan, memegang bahu
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
3
7. Mengangkat thermometer setelah 10 menit
8. Mengusap thermometer dengan tissue kering kearah reservoir
9. Membaca hasil pengukuran
10. Mencatat hasil pengukuran
11. Membersihkan thermometer, mencelupkan kedalam air sabun kemudian usap
kearah reservoir, mencelupkan kedalam larutan desinfektan selanjutmya
dibersihkan dengan air bersih dan usap dari arah reservoir
12. Menurunkan air raksa
13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
C. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membersihkan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


4
SOP
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
I. PENGERTIAN
Mengukur tekanan darah pasien dengan menggunakan alat tensimeter air raksa

II. TUJUAN
Mendapatkan data obyektif

III. KEBIJAKAN
1. Pasien baru
2. Perkembangan kondisi pasien

IV. PETUGAS
Perawat/Bidan

V. ALAT DAN BAHAN


1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Alat tulis

VI. Tahap Prainteraksi


1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

VII. Tahap Orientasi


1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
VIII. Tahap kerja
1. Mengatur posisi pasien : supinasi
2. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
3. Mengukur tekanan darah dengan benar
4. Menghitung pernafasan dan andi dengan nadi
5. Mengukur suhu badan dengan benar
6. Melakukan penilaian kesadaran dengan benar
7. Memantau terjadinya perdarahan dengan benar : daerah operasi, konjunktiva, capilery
refill, Hb (bila perlu)
8. Mencatat hasil pemeriksaan
IX. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


5
SOP
SYOK ANAFILAKTIK
1. NAMA PEKERJAAN
Syok Anafilaktik
2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di klinik dan RB delta mutiara
3. RUANG LINGKUP
Semua pasien yang mengalami syok anafilaktik disemua unit pelayanan yang
melakukan tindakan medis yaitu :
3.1 unit pelayanan keluarga berencana
3.2 unit pelayanan kesehatan ibu dan anak
3.3 unit pelayanan imunisasi
3.4 unit pelayanan gigi
3.5 ruang tindakan
4. Ketrampilan petugas
Semua tenaga medis dan paramedis terampil
5. Peralatan
5.1 Tabung Oksigen
5.2 Tensimeter
5.3 Ambulance (jika dirujuk)
5.4 Adrenalin ampul
5.5 Dexamethasone vial
5.6 Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
6. Instruksi kerja
6.1 Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi
6.2 Berikan ADRENALIN inj. 0,3 cc (1 : 1000) secara intra muscular pada lengan atas
6.3 Bila perlu dapat diulang tiap 15 menit, umumnya diperlukan 1 – 4 kali pemberian
6.4 Pasang tornikuet proksimal dari tempat suntikan (untuk mencegah penyebaran),
tornikuet dikendurkan tiap 10 menit
6.5 Jaga sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler agar berjalan baik
6.6 Pemberian cairan bila diperlukan
6.7 Bila perlu kortikosteroid dapat diberikan secara intravena
6.8 Dosis hidrocortison 5 mg / kg BB, dapat diulang tiap 4 – 6 jam
6.9 Bila keadaan tidak membaik, persiapkan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap
7. Dokumen Terkait
7.1 Buku status pasien
7.2 Protap syok anafilaktik
7.3 Buku register unit pelayanan terkait
7.4 Buku daftar rujukan pasien

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


6
SOP
INJEKSI SUBCUTAN
I. PENGERTIAN
Memasukkan obat kedalam jaringan kulit dengan memakai jarum suntik
1. Mendapatkan reaksi setempat
2. Memberikan kekebalan, mis . BCG

II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intracutan

III. KEBIJAKAN
1. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil
2. Penyuntikan dengan menggunakan spuit sekali pakai

IV. PROSEDUR
Persiapan alat :
1. Bak semprit
2. Spuit steril 1 cc
3. Obat suntikan
4. Kapas desinfektan
5. Bengkok
6. Alat tulis / buku suntikan
Prosedur :
1. Memberitahukan / menjelaskan tindakan pada pasien / keluarga pasien
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan / disinfektan lokasi suntikan
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 15o – 20o
8. Memasukkan obat perlahan- lahan sampai terjadi gelembung putih dalam kulit
kemudian jarum dicabut
9. Merapikan pasien dan alat
10. Mendokumentasikan hasil tindakan
Hal – hal yang diperlukan :
1. Daerah suntikan jangan dimasage
2. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan reaksi suntikan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


7
SOP
INJEKSI INTRAMUSKULER

I. PENGERTIAN
Injeksi intramuskuler adalah suntikan kedalam otot
II. TUJUAN
Sebagai acuan tindakan suntikan kedalam otot
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
Penatalaksanaan
A. INDIKASI :
1. Pada pasien yang memerlukan suntikan i.m.
2. Atas perintah dokter
B. PERSIAPAN :
1. Disp. Spuit 5. Gergaji ampul
2. Kapas alcohol 6. Tempat sampah / bengkok
3. Bengkok 7. Obat yang dibutuhkan
4. Aquabidest steril 8. Bak instrumen
C. PELAKSANAAN
1. Inform concent
2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit sesuai dengan
kebutuhan
3. Cocokkan nama obat dan nama pasien
4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikkan pasien
5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik
6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik
7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik arah 90 derajat
8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan
9. Obat disemprotkan perlahan – lahan
10. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat
11. Kulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan masage
12. Pasien dirapikan

Perhatian :
Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat mengenai saraf

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


8
SOP
INJEKSI INTRAVENA
I. PENGERTIAN
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan alat.
II. TUJUAN
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat di absorbs daripada dengan injeksi parenteral
lain
2. Untuk menghindari terjaidnya kerusakan jaringan
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
III. TEMPAT INJEKSI
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
IV. PERALATAN
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan
4.Obat yang sesuai
5. Spuit 3 cc- 5 cc
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. perlak pengalas
10. Pembendung vena (tourniquet)
11. Kassa steril (bila perlu)
12. Bengkok
V. PENATALAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Salam terapeutik
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6. Atur klien pada posisi yang nyaman
7. Pasang perlak pengalas
8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
9
9. Letakkan pembendung vena (tourniquet)
10. Pilih area penusukkan yang bebas dari tanda kekauan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri berlebihan.
11. Pakai sarung tangan
12. Bersihkan area penusukkan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan gerakn
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dri kulit yang mengandung
mikroorganisme
13. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14. Buka tutup jarum. Tarik kulit ke abwah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukkan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukkan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan
pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
15. Rendahkan posisi jarum sejajar dengan kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger
17. Observasi adanya darah pada spuit
18. Jika ada darah, lepaska tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan
19. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukkan.
20. Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadim
21. Kembalikan posisi klien
22. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
23. Buka sarung tangan
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


10
SOP
INJEKSI INTRACUTAN
I. PENGERTIAN
Memasukkan cairan obat langsung pada lapisan dermis atau dibawah epidermis atau
permukaan kulit
II. TUJUAN
1. Digunakan untuk test tuberculin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu
2. Pemberian vaksinasi
III. INDIKASI
1. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux test)
2. Pasien yang akan melakukan vaksinasi
3. Menegakkan diagnose penyakit
4. Sebelum memasukkan obat
1V. KONTRA INDIKASI
1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
2. Pasien dengan kulit terluka
3. Pasien yang sudah dilakukan skin tes
V. PERSIAPAN PASIEN
1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya
4. Jaga privacy klien
5. Atur posisi klien
VI. PERSIAPAN ALAT
1. Handscon 1 pasang
2. Spuit steril dengan jarum no 25-27 atau spuit insulin 1 cc
3. Bak instrumen
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
\ 7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
10. Buku catatan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


11
VI. PENATALAKSANAAN
1. Berikan salam kepada klien
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat
4.Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 6 B
5. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
6. Mengatur posisi senyaman mungkin
7. Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan diinjeksi
8. Pilih area penyuntikan
9. Pakai sarung tangan
10. Bersihkan area penusukkan dengan kapas alcohol dengan gerakan sirkuler
11. Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
12. Buka tutup jarum
13. Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm dibawah area penusukkan
14. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan masukkan jarum
tepat dibawah kulit dengan sudut 15º.
15. Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
16. Cabut jarum sesuai sudut masukkannya
17. Usap pelan daerah penusukkan dengan kapas alcohol. Jangan ditekan
18. Buat lingkaran pada bula dengan menggunakan pulpen/spidol. Dengan diameter ± 5
cm
19. Observasi kulit terhadap kemerahan dan bengkak atau reaksi sistemik (10-15 menit)
20. Kembalikan posisi klien
21. Evaluasi respon klien
22. Berikan reinforcement positif
23. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
24. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya
25. Buka APD dan cuci tangan
26. Dokumantasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


12
SOP
TINDAKAN NEBULIZER

I. PENGERTIAN
Nebulizer adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan
melonggarkan jalan nafas.
II. TUJUAN
Sebagai acuan tindakan nebulizer
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Peralatan nebulizer standar
IV. PROSEDUR
PERSIAPAN ALAT :
1. Tabung O2
2. Obat untuk bronchodilator antara lain : ventolin,
3. Dexamethasone
4. Masker oksigen
5. Nebulizer

PERSIAPAN PASIEN :

1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan


2. Pasien diatur sesuai kebutuhan

PELAKSANAAN

1. Mencuci tangan
2. Mengisi ventolin pada nebu;izer
3. Mengisi pada tempat humidifaier dengan bronchodilator misalny : ventolin
(salbutamol) atau kadang diberi dexamethasone pada kasus asmatikus
4. Memasang masker pada pasien
5. Nebulizer dinyalakan
6. Observasi pasien
7. Selesai dilakukan tindakan pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan dan dikembalikan
9. Mencuci tangan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


13
GLASSGOW COMA SKALE

Reaksi membuka mata :

4. Buka mata spontan


3. Buka mata bila dipanggil
2. Buka mata bila dirangsang nyeri
1. Tidak buka mata dengan rangsangan apapun

Reaksi berbicara :
5 : Bingung, disorientasi waktu, tempat
4 : Komunikasi verbal, jawaban tepat
3 : Dengan rangsangan, reaksi berbentuk suara tidak berbentuk kalimat
2 : Dengan rangsangan, reaksi berbentuk suara tidak berbentuk kata
1 : Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun

Reaksi berakal :
6 : Mengikuti perintah
5 : Dengan rangsangan nyeri dapat mengetahui tempat rangsangan
4 : Dengan rangsangan nyeri menarik anggota badan
3 : Dengan rangsangan nyeri timbul reaksi flexi abnormal
2 : Dengan rangsangan nyeri timbul reaksi ekstensi abnormal
1 : Dengan rangsangan nyeri tidak ada reaksi

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


14
SOP
MENGHISAP LENDIR

I. PENGERTIAN
Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut
II. TUJUAN
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir,
melonggarkan jalan nafas
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
PERSIAPAN ALAT :
Perangkat penghisap lendir meliputi :
1. Mesin penghisap lendir
2. Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
3. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya ( kom )\
4. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
5. Pinset anatomi untuk memegang slang
6. Spatel / sundip lidah yang dibyngkus dengan kain kasa
7. Sarung tangan
8. Bak instrument
9. Kasa
10. Bengkok
PERSIAPAN PASIEN :
1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar ;
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar

PELAKSANAAN :

1. Jelaskan pada pasien/keluarga + inform concert


2. Alat didekatkan pada pasien dan cuci tangan
3. Memakai sarung tangan
4. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
5. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
6. Mesin penghisap lendir dihidupkan
7. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air bersih
yang tersedia
8. tekan lidah dengan spatel
9. hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
10. bersihkan mulut pasien dengan kassa
11. membersihkan slang dengan air dalam kom
12. slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
13. mencuci tangan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


15
SOP
PENGAMBILAN CORPUS ALIENUM DI TELINGA DAN HIDUNG

I. PENGERTIAN
Memberikan tindakan pertolongan akibat adanya benda panda atau binatang
yang masuk kedalam telinga dan hidung.
II. TUJUAN
1. Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
2. Mengembalikan fungsi indera

III. PROSEDUR PERSIAPAN ALAT

Steril :
1. Bak instrument
a. Spuit irigasi 50 cc
b. Pinset anatomis
c. Pincet chirrugis
d. Arteri klem

2. THT shet
3. Kassa dan depress dalam tromol
4. Handscoon / glove steril
5. Neerbeken (bengkok)
6. Lampu kepala
7. Kom kecil/sedang
8. Tetes telinga
9. Caira pencuci luka dan desinfektan (Cairan NS)

Non steril :

1. Perlak + alas perlak / underpad


2. Handscone / gloves bersih
3. Sketsel / tirai
4. Neerbeken / bengkok

A. PENATALAKSANAAN CORPUS ALIENUM PADA TELINGA DAN HIDUNG

1. Perawat memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga / pasien menandatangani


informed consent.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


16
2. Perawat menyiapkan alat dan didekatkan pada pasien

3. Perawat memeriksa lokasi corpus alienum ditelinga baik dengan langsung atau
memakai lampu kepala

4. Perawat menentukan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan letak dan jenis
benda yang masuk ketelingan / hidung antara lain :

A. Benda padat

Biji – bijian dan benda kotak

a) Perawat memakai alat sone telinga / hidung (ukuran sonde sesuai dengan
ukuran biji didalam)
b) Perawat memasukkan sonde masuk kedalam telinga / hidung dengan arah
masuk melalui bagian luar biji – bijian teresbut
c) Setelah sonde masuk kedalam telinga / hidung dan posisi sonde sudah lebih
dalam daripada posisi biji – bijian, maka dilakukan pengulangan mulai dari
awal.

B. Binatang

1. Lintah

a) Perawat memasukkan sonde kedalam telinga / hidung dengan arah masuk


melalui bagian luar lintah tersebut
b) Setelah sonde masuk ke dalam telinga / hidung dan posisi sonde sudah lebih
dalam daripada posisi lintah, maka dilakukan pergerakan untuk mengeluarkan
lintah
c) Perawat memakai lat sonde telinga / hidung (ukuran sonde sesuai dengan
ukuran lintah didalam)
d) Bila lintah belum keluar dilakukan pengulangan mulai awal

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


17
SOP
PEMASANGAN KATETER URINE
I. PENGERTIAN
Tata cara melakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kencing
II. TUJUAN
Sebagai acuan pelaksanaan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kencing
III. KEBIJAKAN
1. Perawat yang terampil
2. Tersedia alat-alat yang lengkap
IV. PROSEDUR PERSIAPAN ALAT
1. Slang kateter 8. Kasa dalam tempatnya
2. Aqua jelly 9. Betadine
3. Sarung tangan 10. Urobag
4. Aquadest dala kom 11. Stik pan / urinal
5. Spuit 12. Pinset
6. Plester 13. Bengkok
7. Gunting 14. Perlak

V. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
2. Mendekatkan peralatan disamping penderita
3. Memasang perlak dan petugas mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Mengatur posisi pasien
PADA LAKI – LAKI
1. Mengolesi slang kateter dengan aqua jelly
2. Tangan kiri dengan kassa memegang penis sampai tegak ± 60º
3. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan – pelan
sampai urine keluar
PADA PEREMPUAN
1. Jari tangan kiri dengan kapas cebok membuka labia
2. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong secara pelan-pelan
sampai urine keluar
3. Bila urine telah keluar, pangkal kateter dihubungkan dengan urine bag.
4. Kunci kateter dengan larutan Aqua / NS (20 – 30 cc)
5. Mengobservasi respon pasien
6. Menggantungkan urobag disisi tempat tidur pasien
7. Memfiksasi kateter dengan plaster
8. Klien dirapikan
9. Alat – alat dibersihkan dan dibereskan
10.Perawat cuci tangan
11. Mencatat kegiatan respon pasien pada catatan keperawatan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


18
SOP
PELEPASAN KATETER URINE

I. PENGERTIAN
Melepas drainase urine pada klien yang dipasang kateter

II. TUJUAN
Melatih klien berkemih secara spontan (normal) tanpa menggunakan kateter

III. PERALATAN
1. Sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit 10 cc
4. Betadine
5. Bengkok 2 buah
6. Kapas Alkohol

IV. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien
2. Mendekatkan alat
3. Menjaga privasi dengan menutup gorden
4. Mencuci tangan
5. Membuka plester dengan kapas alcohol
6. Memakai sarung tangan
7. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit 10 cc
8. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk nafas panjang, kemudian letakkan kateter
pada bengkok
9. Olesi area preputium (meatus,uretra) dengan betadin
10. Membereskan alat
11. Melepaskan sarung tangan
12. Mendokumantasikan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


19
SOP
MEMBERIKAN OKSIGEN

I. PENGERTIAN
Memberikan oksigen pada pasien
II. TUJUAN
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT
1. Tabung oksigen lengkap dengan manometer
2. Mengukur aliran (flowmeter)
3. Botol pelembab berisi air steril / aquadest
4. Selang oksigen
5. Plester
6. Kapas alcohol
B. PELAKSANAAN
1. Atur posisi semifowler
2. Slang dihubungkan
3. Sebelum memasang slang pada hidung pasien slang dibersihkan terlebih dahulu
dengan kapas alcohol
4. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali
5. Memasang kanul hidung, lakukan fiksasi (plester)
6. Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advise dokter
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Apakah jumlah yang masuk (cc/mnt) sudah sesuai dengan instruksi? Lihat pada
angka manometer
2. Apakah ujung kateter oksigen sudah masuk maksimal kelubang hidung? Bila ujung
kateter masih belum masuk maksimal,supaya posisi kateter diperbaiki
3. Bila memakai oksigen, tetap / masih sianosis lapor dokter
4. Memberitahukan pada keluarga pasien untuk melapor kepada petugas bila tabung
oksigen / air steril habis

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


20
SOP
MENGOBATI LUKA TUSUK PAKU

I. PENGERTIAN
Tata cara mengobati luka tusuk paku
II. TUJUAN
1. Memberi rasa aman
2. Mencegah komplikasi dan infeksi nosokomial
3. Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka tusuk paku
III. KEBIJAKAN
1. Perawat yang terampil
2. Alat – alat yang lengkap
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT STERIL :
1. Pinset anatomi 7. Kapas
2. Pinset chirruge 8. Handscoon
3. Gunting 9. Spuit
4. Bengkok 10. NaCl
5. Kom kecil
6. Kassa
B. BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Perban
4. Obat desinfeksidalam tempatnya (betadine)
5. Tempat sampah
6. Lidocaine injeksi sebagai anastesi
V. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien dan keluarga
2. Perawat cuci tangan\
3. Mengatur posisi (perawat memaka handscoon)
4. Perawat membersihkan luka
5. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
6. Memberikan dichlore ethil atau lidocaine
7. Membuat luka tusuk paku pada luka / cross incici
8. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine
9. Tutup luka dengan kassa steril
10.Mencatat kegiatan dan hasil observasi
11. Klien dirapikan
12. Alat dibereskan dan dibersihkan
13. Perawat cuci tangan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


21
SOP
PENANGANAN LUKA BAKAR
I. PENGERTIAN
Luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan bena-benda yang
menghasilkan panas (misalnya: api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (misalnya: asam kuat dan basa kuat)
1. Mencegah masukan kuman-kuman dan kotoran kedalam luka
2. Mencegah sekresi yang berlebihan
3. Mengurangi rasa sakit
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang luka atau sakit
5. Merawat semua derajat luka bakar sesuai dengan kebutuhan
II. TUJUAN
Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka bakar
III. KEBIJAKAN
1. Perawat yang terampil
2. Alat – alat yang lengkap
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT STERIL :
1. Pinset anatomi 7. Kapas
2. Pinset chirruge 8. Handscoon
3. Gunting 9. Spuit
4. Bengkok 10. NaCl
5. Kom kecil
6. Kassa
B. BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Perban
4. SSD (silver sulfa diacin)
5. Tempat sampah
V. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien dan keluarga
2. Perawat cuci tangan\
3. Mengatur posisi (perawat memaka handscoon)
4. Perawat membersihkan luka bakar
5. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
6. Memberikan SSD (siver sulfa diacin)
9. Tutup luka dengan kassa steril
10.Mencatat kegiatan dan hasil observasi
11. Klien dirapikan
12. Alat dibereskan dan dibersihkan dan perawat cuci tangan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


22
SOP
OBSERVASI PASIEN GAWAT

I. PENGERTIAN
Memantau keadaan pasien gawat
II. TUJUAN
Sebagai acuan pemantauan / observasi penderita gawat agar selamat jiwanya
III. KEBIJAKAN
Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang
IV. PROSEDUR
1. Penderita gawat harus diobservasi
2. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatannya
3. Observasi dilakukan oleh paramedic perawat, bila perlu oleh dokter
4. Hal –hal yang perlu diobservasi :
a. Keadaan umum penderita
b. Kesadaran penderita
c. Kelancaran jalan nafas (air way)
d. Kelancaran pemberian oksigen
e. Tanda – tanda vital :
- Tensi
- Suhu
- Nadi
- Respirasi / pernafasan
f. Kelancaran infuse
5. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin tidak baik maka
paramedic erawat harus lapor kepada dokter yang sedang bertugas (diluar jam kerja
via telepon)
6. Apabila kasus penyakitnyadiluar kemampuan Dokter POLIKLINIK maka perlu
dirujuk
7. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya diputuskan penderita (les
POLIKLINIK) / lembar observasi
9. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan / rawat inap / rujuk

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


23
SOP
ORIENTASI PETUGAS BARU

1. Nama Pekerjaan
Melakukan orientasi kepada petugas baru

2. Tujuan
Memperkenalkan ruangan-ruangan atau tempat alat-alat kesehatan yang ada di Klinik dan
RB Delta Mutiara

3. Ruang Lingkup
Semua petugas baru yang bertugas atau praktek di Klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan

5. Langkah Kerja
5.1 Memperkenalkan diri kepada petugas baru yg akan diorientasi
5.2 Memberi tau tugas-tugas yang akan dilakukan
5.3 Memberi tahu semua ruangan yang ada di Klinik dan RB Delta Mutiara
5.4 Memberi tahu tempat alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan\
5.5 Memberi tahu cara-cara memperlakukan pasien baru datang
5.6 Memberi tahu jadwal praktek dokter/bidan yang praktek di Klinik dan RB Delta
Mutiara
5.7 Memberi tahu tentang peralatan yang digunakan untuk bersih-bersih
5.8 Memberi tahu cara menjadi asisten dokter/bidan pada saat praktek
5.9 Memberi tahu cara menerima resep

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


24
SOP
KONDISI LISTRIK PADAM

I. PENGERTIAN
Padamnya aliran listrik mendadak
II. TUJUAN
Sebagai acuan penanganan listrik padam
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab POLIKLINIK, bagian diesel
IV. PROSEDUR
1. Apabila listrik padam petugas diesel tanpa menunggu perintah menghidupkan
generator poliklinik
2. Diluar jam kerja, selain petugas jaga diesel, petugas yang lain perlu membantu
petugas jaga diesel menghidupkan generator
3. Apabila dalam tempo 1 menit listrik belum menyala petugas POLIKLINIK perlu :
a. Menghubungi petugas diesel
b. Petugas diesel mematikan aliran listrik PLN
c. Setelah aliran dari PLN putus, kemudian generator dihidupkan
4. Apabila listrik padam lebih 10 menit dan generator tidak bisa hidup maka petugas
POLIKLINIK harus lapor kepala POLIKLINIK lewat telepon
5. Apabila listrik hidup kembali petugas diesel mematikan diesel, kemudian saluran
dari PLN dihidupkan lagi

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


25
SOP
PENANGANAN DEMAM TIFOID

I. PENGERTIAN
Suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi
II. KRITERIA DIAGNOSIS
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala

- Kesadaran menurun
- Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
- Bradikardia relative

III. TUJUAN
Sebagai acuan tatalaksana penderita tifoid
IV. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
V. PROSEDUR
A. Diagnosis Diferensial
- Infeksi karena virus = (Dengue Influenza)
- Malaria
- Broncho Pneumonia
B. Pemeriksaaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab
- Hb, Leukosit, Diff, Trpmbosit, Ht
- Urine lengkap
- Widal
C. Terapi
1. Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau cotrimoksazole 2 x 2 tab
diberikan sampai 7 hari bebas napas atau Quinolon
2. Pemberian cairan infuse RL / D5%
D. Penyulit
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


26
SOP
PERTOLONGAN PADA LUKA BARU

I. PENGERTIAN
Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
II. TUJUAN
Agar luka tidak terjadi infeksi
III. KEBIJAKAN
Seluruh perawat diijinkan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi tidak pada
luka putus tendon
IV. PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT :

Steril

1. Bak instrument besi


a. Spuit irigasi 50 cc
b. Soft koteker / tobe feeding
c. Pinset anatomis
d. Pinset chirrugis
e. Gunting jaringan
f. Arteri klem
g. Knop sonde
h. Cortainer untuk cairan irigasi
2. Korentang dengan tempatnya
3. Kassa dan depress dalam tromol
4. Handscoon / gloves steril
5. Neerbeken (bengkok)
6. Kom kecil / sedang

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


27
7. Pembalut sesuai kebutuhan
a. Kasa
b. Kasa gulung
8. Topical terapi
a. Betadine sol
b. Sofratule
9. Cairan pencuci luka dan desinfektan
a. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34º - 37º C
b. Alkohol 70%

Non steril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handscoon / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastic kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10. Form inform consent

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


28
SOP
PENANGANAN GASTROENTERITIS

I. PENGERTIAN
Mengetahui gejala, tanda tingkat dehidrasi dan prinsip tindakan (rehidran)
II. TUJUAN
Sebagai acuan tatalaksana penderita GE agar petugas menyatakan tanda gejala,tingkat
dehidrasi dan mampu menghitung kebutuhan cairan\
III. KEBIJAKAN
Sikap petugas harus mampu menyatakan tanda gejaladan tingkat dehidrasi serta
mampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita
IV. PROSEDUR
1. Gejala yang menonjol dari GE adalah muntah dan berak serta berulang, sehingga
berakibat kehilangan cairan / dehidrasi
2. Dehidrasi secra klinik dibedakan menjadi 3 :
a. Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan 2 – 5 % BB
b. Dehidrasi sedang : Kehilangan cairan 5 – 8 % BB
Gambaran klinik : Turgor jelip suara serak,nadi cepat,nafas cepat, Pre syock
c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % BB
Gambaran klinik : syock, apatis, syonotik, kejang, sampai koma
3. Prinsip tindakan adalah Rehidrasi sesuai dengan tingkatan dehidrasi
a. Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral
b. Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral dengan infuse cairan
4. Penderita MRS (Masuk Rumah Sakit)
Dalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah status tingkat dehidrasi
menjadi dehidrasi ringan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


29
SOP
PENANGANAN DIARE AKUT

I. PENGERTIAN
Criteria diagnosis : Mencret, ubun – ubun cekung, mulut / bibir kering, turgor
menurun, nadi cepat, mata cekung, nafas cepat dan dalam, oliguri
II. TUJUAN
Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut
III. KEBIJAKAN
Dibawah tanggung jawab POLIKLINIK dan rawat inap
IV. PROSEDUR
A. Diagnosis diferensial :
1. Mencret psikologi (shigella, V.Cholera, Salmonella, E.Coli, Raota Virus, Campilo
Bacter).
2. Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan tinja secara rutin
4. Perawatan
5. Rawat inap, bila terdapat dehidrasi berat / sedang
6. Terapi
7. Rehidrasi oral / parenteral, antibiotic atas indikasi, diit
8. Penyulit
9. Asidosis, hipokalemi, renjatan, hipernatremi, kejang
10. Informed consent
11. Diperlukan pada tindakan invasive
12. Lama perawatan 3 sampai 5 hari
13. Masa pemulihan 2 sampai 3 minggu
14. Out put
15. Sembuh total
16. Terapi
Dehidrasi ringan : (BB s/d 5 %)
- Oralit
- Diit sesuai dengan umur : susu Pengenceran ( 1 T = 40 – 50 cc)
- Susu rendah laktosa / bebas laktosa
- Antibiotik : atas indikasi
Dehidrasi sedang : (BB s/d 10 %)
- Infuse RL
Dehidrasi berat ; (BB s/d 5 %)
- Infuse RL : 1- 2 jam I 20 cc/KgBB
- Selanjutnya sesuai jumlah cc/24 jam

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


30
SOP
PEMELIHARAAN ALKES / PERAWATAN

I. PENGERTIAN
Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawata dan alat-alat kedokteran dengan cara
membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya

II. TUJUAN
Sebagai acuan untuk pemeliharaan alat medis dan keperawatan

III. KEBIJAKAN

IV. PROSEDUR
A. Pemeliharaan Peralatan Dari Logam
1. Membersihkan dan desinfektan
a. Peralatan :
- Alat kotor
- Larutan desinfektan, gelas pengukur
- Bak/ember tempat merendam
- Air mengalir
b. Prosedur :
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan alat dari kotoran yang melekat dibawah air kramn
mengalir
- Dikeringkan (setelah kering dimasukkan ke sterilisator)
2. Menyetrilkan dan Penyimpanan Alat Logam
a. Peralatan :
- Alat-alat logam
- Sterilisator
- Panas keing
- Kain pembungkus bila perlu
b. Prosedur :
- Memakai panas kering (sterilisator)
- Menyusun alat-alat ke dalam bak instrument dalam keadaan
basah/kering
- Membungkus bak instrument berisi alat dengan kain
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
31
- Memasukkan alat ke dalam autoclave (sentral) selama 30 menit
untuk yang dibungkus, 20 menit untuk yang tidak dibungkus
- Mengangkat alat dari setrilisator dan menyimpan dalam tempatnya

B. Pemeliharaan Tensi Meter


- Mengunci air raksa sertelah pemakaian alat.
- Menggulung kain beserta manset dan disusun / dimasukkan ke dalam bak
tensimeter
- Menutup tensimeter dan menyimpan pada tempatnya
- Kain manset di cuci bila kotor atau satu kali seminggu
- Perhatikan kaca pengukur harus tetap dalam keadaan bersih dan mudah
dibaca

C. Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Pispot


a. Peralatan
- Pispot + urinal kotor
- Sarung tangan
- Larutan desinfektan (bayclin)
- Bak septic tank
- Keranjang sampah
- Bak/ember tempat merendam
- Lap bersih dan kering
- Sikat bertangkai
b. Prosedur
- Membawa pispot yang kotor ke dalam spoel hoek
- Memakai sarung tangan
- Membuang tissue bekas pakai keranjang ke keranjang sampah,
demngan memakai korentang spoel hoek
- Membuang kotoran ke bak septic tank, kemudian mengalirkan air kran
supaya kotoran masuk tangki septic tank. Membilas alat dari kotoran
yang masuk, melekat dengan mempergunakan sikat bertangkai
- Larutan desinfektan sampai semua permukaan pispot terendam
- Membersihkan pispot dengan cara menyikat memakai air
sabun/detergen
- Membilas pispot di bawah air mengalir
- Merendam pispot di bak/ ember tempat perendam yang berisi bayclin
- Mengeringkan pot dengan kain lap
- Menyimpan pot pada tempatnya

D. Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Urinal


a. Peralatan
- Urinal yang kotor
- Sarunng tangan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


32
- Larutan desinfektan
- Bak septic tank
- Bak/ember perendam
- Lab bersih dan kering
- Sikat
b. Prosedur
- Membawa urinal ke kamar spoel hoek
- Memakai sarung tangan
- Membuang urinal ke bak septic tank
- Membilas urinal dengan air
- Merendam urinal dalam bak / ember yang berisi larutan desinfektan
sampai semua permukaan urinal terendam (konsentrasi sama dengan
perendaman pispot)
- Membersihkan dengan cara menyikat memakai sabun/detergen
- Membilas urinal dibawah air mengalir
- Mengeringkan urinal dan menggantungnya ditempatnya

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


33
SOP
PEMASANGAN INFUS

I. NAMA PEKERJAAN

Pemasangan infuse pada pasien yang memerlukan kebutuhan cairan

II. TUJUAN

2.1 Sebagai acuan untuk memberikan kebutuhan atau pengobatan melalui infuse
2.2 Sebagai cara untuk memasukkan cairan

III. RUANG LINGKUP

3.1 Ruang persalinan


3.2 Ruang klinik
3.3 Ruang BP

IV. KETRAMPILAN PETUGAS

4.1 Dokter
4.2 Perawat terampil
4.3 Bidan terampil

V. PERALATAN

5.1 Infuse set


5.2 Abocath sesuai dengan kebutuhan
5.3 Tourniguet
5.4 Safety box
5.5 Kapas alcohol
5.6 Standar infuse
5.7 Plester
5.8 Cairan antiseptic (betadine)
5.9 Kasa steril
5.10 Sarung tangan steril
5.11 Cairan yang dibutuhkan (NaCl 0,9%, Dextrose 5% dan 10%, Ringer Lactat dll)

VI. INSTRUKSI KERJA

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


34
6. 1 Baca instruksi dokter dan minta formulir persetujuan tindakan medis (untuk
perawat) di ruang tindakan dan pelayanan 24 jam
6. 2 Jelaskan pada pasien atau keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan
6. 3 Isi form persetujuan tindakan medic dan pasien diminta untuk
menandatanganinya untuk RB
6. 4 Siapkan alat dan bahan
6. 5 Cuci tangan
6. 6 Pakai sarung tangan
6. 7 Tentukan daerah vena yang akan digunakan
6. 8 Bersihkan area dari bulu-bulu jika ada
6. 9 Pasang tourniquet
6. 10 Desinfeksi daerah penusukan
6. 11 Tusukkan jarum abocath dengan posisi 15º lubang jarum menghadap keatas dan
setelah tampak darah pada pangkal abocath masukkan kanule perlahan-lahan
dan secara bersamaan jarum dikeluarkan dengan cara mendorongnya sambil
tangan yang lain menahan kanule tepat ditempatnya
6. 12 Lepas tourniquet
6. 13 Hubungkan kanule infuse dengan set infuse dan fiksasi kanule abocath dnegan
membalut kain kasa steril
6. 14 Sesuaikan kecepatan aliran pemberian sairan (tetesan cairan) sesuai indikasi atau
sesuai instruksi dokter
6. 15 Buang jarum abocath ke dalam safetv box atau kotak
6. 16 Rapikan alat-alat
6. 17 Lepas sarung tangan dan buang dalam sampah infeksius
6. 18 Cuci tangan petugas
6. 19 Catat pada buku status dan uku register

VII. INDIKATOR KERJA

7.1 Tidak terjadi infeksi nosokomial


7.2 Aliran cairan infuse sesuai indikasi
7.3 Rehidrasi tercapai

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


35
SOP
PELEPASAN INFUS

I. PENGERTIAN
Tindakan pelepasan infuse terhadap pasien yang sudah mampu untuk makan/minum obat
lewat oral

II. PERSIAPAN ALAT


1. Perlak dan pengalas
2. Sarung tangan
3. Kapas Alkohol
4. Plester
5. Gunting plester
6. Bengkok

III. PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alcohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan mencabut infuse pelan-pelan
9. Menekan kapas alcohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


36
SOP
ASUHAN ANTENATAL

1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Antenatal Care pada ibu Hamil

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care ( ANC ), sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan
yang optimal pada masa nifas serta dapat menyusui dengan baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Pemeriksaan ibu hamil di unit pelayanan KIA dan RB

4. Uraian Umum
4.1 ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya
4.2 Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama
hamil, bersalin dan nifas
4.3 Mendeteksi dini factor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini

5. Ketrampilan Petugas

5.1 Bidan terlatih


5.2 Dokter

6. Alat dan Bahan


6.1 Alat
6.1.1 Leanec
6.1.2 Doppler / speculum corong
6.1.3 Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
6.1.4 Meteran pengukur LILA
6.1.5 Selimut
6.1.6 Reflex Hammer
6.1.7 Jarum suntik disposible 2,5 ml
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
37
6.1.8 Air hangat
6.1.9 Timbangan berat badan dewasa
6.1.10 Tensimeter air raksa
6.1.11 Stetoscope
6.1.12 Bed Obstetrik
6.1.13 Speculum Gynec
6.1.14 Lampu halogen
6.1.15 Kalender kehamilan

6.2 Bahan
6.2.1 Sarung tangan
6.2.2 Kapas steril
6.2.3 Kassa steril
6.2.4 Alkohol 70 %
6.2.5 Jelly
6.2.6 Sabun antiseptic
6.2.7 Wastafel dengan air mengalir
6.2.8 Vaksin TT

7. Instruksi Kerja
7.1 PERSIAPAN
7.1.1 Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
7.1.2 Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
7.1.3 Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptic dan bilas dengan air mengalir
dan keringkan
7.2 PELAKSANAAN
7.2.1 Anamnesa :
7.2.1.1 Riwayat perkawinan
7.2.1.2 Riwayat penyakit ibu dan keluarga
7.2.1.3 Status riwayat haid, HPHT
7.2.1.4 Riwayat imunisasi ibu saat ini
7.2.1.5 Kebiasaan ibu
7.2.1.6 Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan usia kehamilan dan buat taksiran persalina
7.2.2 Pemeriksaan
7.2.2.1 Pemeriksaan Umum

 Keadaan umum Bumil


 Ukur TB, BB, Lila
 Tanda vital : Tensi, Nadi, RR, HR
 Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstremitas)
 Mata : conjungtiva, ikterus, gigi
 Kaki : oedema kaki, dst.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


38
7.2.2.2 Pemeriksaan khusus

 UMUR KEHAMILAN < 20 Mgg


a) Inspeksi
1. Tinggi fundus uteri
2. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra)
3. Striae
b) Palpasi
1. Tinggi fundus uteri
2. Keadaan perut
3. Auskultasi
 UMUR KEHAMILAN > 20 Mgg
a) Inspeksi
1. Tinggi fundus uteri
2. Hyperpigmentasi dan striae
3. Keadaan dinding perut

b) Palpasi

Lakukan pemeriksaan Leopold dan instruksi kerjanya sbb :

Pemriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral kanan.

a. Leopold 1
1 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri
untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut
tidak mendorong uterus ke bawah (jika perlu fiksasi uterus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan
dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas
simpisis).
2 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari0jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap
ke bagian kepala ibu.
3 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian.

b. Leopold 2
1 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan
dan telapak tangan kananpada dinding perut lateral kiri sejajar
dan pada ketinggian yang sama.
2 Mulai bagian dari atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah bawah dan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


39
rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung)
atau bagian yang kecil(ekstremitas)
c. Leopold 3
1 Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap kebagian
kaki ibu.
2 Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri
bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu, tekan secara lembut bersamaan atau bergantian untuk
menentukan bagian bawah bayi (bagian keras, bulat dan hamper
homogeny adalah kepala, sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simestris adalah bokong).
d. Leopold 4
1 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri
dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
2 Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus.
3 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
4 Pindahkan ibu jari dan telunjuk tanmgan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala didekat leher dan bila presentasi bokong,
upayakan untuk memegang pinggang bayi)
5 Fiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul, kemudian
letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki
pintu atas panggul.
c). Auskultasi
- Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin

d). Pemeriksaan Tambahan

- Laboraturium rutin : Hb, Albumin

- USG

7.2.3 Akhir pemeriksaan :

7.2.3.1 Buat kesimpulan hasil pemeriksaan


7.2.3.2 Buat prognosa dan rencana penatalaksaan
7.2.3.3 Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien
7.2.3.4 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi : usia kehamila,
letak janin, posisi janin, tafsiran persalinan, resiko yang ditemukan atau
adanya penyakit lain.
7.2.3.5 Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


40
7.2.3.6 Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil pemeriksaan
7.2.3.7 Jelaskan pentingnya imunisasi
7.2.3.8 Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
7.2.3.9 Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumah Sakit.

8. Indikator Kerja

8.1 Kehamilan terutama kesehatan ibu dan janin dapat dipantau

9. Catatan Mutu

9.1 Kartu status ibu hamil


9.2 Buku register kohort ibu hamil
9.3 Buku register ibu hamil
9.4 Buku KIA

10. KONTRA INDIKASI

Tidak ada

11. REFERENSI

Buku kesehatan Maternal Neonatus, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo,


Jakarta, 2002.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


41
SOP
PENENTUAN FAKTOR RESTI UNTUK IBU HAMIL

1. Nama pekerjaan
Faktor resti untuk ibu hamil

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam menentukan factor resiko dan resiko tinggi pada ibu hamil

3. Ruang lingkup
Semua ibu hamil yang datang untuk periksa ke Klnik Delta Mutiara

4. Ketrampilan petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan

5. Alat dan bahan


5.1 Alat
5.1.1 Timbangan berat badan
5.1.2 Pita pengukur lingkar lengan atas
5.1.3 Pengukur tinggi badan
5.1.4 Tensi meter
5.1.5 Buku KIA (Score Poedji Rochjati)
5.2 Bahan
5.2.1 Tidak ada

6. Instruksi kerja
Faktor Resiko Ibu Hamil diantaranya
6.1 Primi muda, hamil ke 1 umur kurang dari 16 tahun
6.2 Primi tua, hamil ke 1 umur lebih dari 35 tahun, atau terlalu lambat hamil ke 1 kawin
lebih dari 4 tahun
6.3 Terlalu lama hamil lagi, lebih dari 10 tahun
6.4 Terlalu cepat hamil lagi, kurang dari 2 tahun
6.5 Terlalu banyak anak, anak lebih dari 4
6.6 Terlalu tua, umur lebih dari 35 tahun
6.7 Tinggi badan kurang dari 145 cm

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


42
6.8 Pernah gagal kehamilan
6.9 Pernah melahirkan dengan tarika tang / vakum
6.10 Pernah melahirkan dengan uri dirogoh
6.11 Pernah melahirkan dengan diberi infuse/tansfusi
6.12 Pernah operasi seksio
6.13 Adanya penyakit pada ibu hamil : kurang darah, Malaria, TBC paru, payah
jantung, kencing manis dan penyakit menular seksual\
6.14 Adanya bengkak pada muka/ tungkai dan tekanan darah tinggi
6.15 Hamil kembar 2 atau lebih
6.16 Hamil kembar air (Hydramnion)
6.17 Bayi mati dalam kandungan
6.18 Kehamilan lebih bulan
6.19 Hamil letak sungsang
6.20 Hamil letak lintang
6.21 Hamil dengan perdarahan
6.22 Pre eklamsi berat (kejang)

Kriteria Faktor Resiko Tinggi Ibu Hamil diantaranya

6.23 HB kurang dari 8 gr%


6.24 Tekanan darah tinggi (Sistole > 140 mmhg, diastole > 90 mmhg)
6.25 Eklampsia
6.26 Oedema yang nyata
6.27 Perdarahan pervaginam
6.28 Ketuban pecah dini
6.29 Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
6.30 Letak sungsang pada primigravida
6.31 Infeksi berat/sepsis
6.32 Persalinan premature
6.33 Kehamilan ganda
6.34 Janin yang besar
6.35 Penyakit kronis pada ibu : jantung, paru, ginjal, dll
6.36 Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan

Penatalaksanaan sesuai kelompok Resiko:

6.37 Jumlah skor 2, termasuk kelompok Bumil resiko rendah (KRR), pemeriksaan
kehamilan bisa dilakukan bidan, tidak perlu ditujuk, tempat persalinan bisa di
polindes, penolong bisa bidan
6.38 Jumlah skor 6-10, termasuk kelompok Bumil resiko tinggi (KRT), pemeriksaan
kehamilan dilakukan bidan atau dokter, rujukan ke bidan dan puskesmas, penolong
persalinan bidan atau dokter
6.39 Jumlah skor lebih dari 12, termasuk kelompok Resiko Sangat Tinggi (KRST),
pemeriksaan kehamilan harus oleh dokter, penolong harus dokter

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


43
7. Indikator Kinerja
Faktor resti dapat diidentifikasi sedini mungkin sehingga dapat mengatasi akibat dari
resti itu sendiri dan menurunkan angka kematian ibu

8. Catatan Mutu
8.1 Register kohort ibu hamil
8.2 Register KIA
8.3 Status ibu
8.4 Buku KIA
8.5 Laporan AMP

9. Referensi
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Dinas KesehatanKota Malang, 2007

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


44
SOP
PEMBERIAN TABLET ZAT BESI PADA IBU HAMIL

1. Nama Pekerjaan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemberian tablet zat besi pada ibu hamil dan anemia pada
kehamilan untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

3. Ruang Lingkup
Semua ibu hamil yang berkunjung keunit pelayanan kesehatan ibu dan Rumah bersalin
Delta Mutiara meliputi pasien baru, ibu hamil 28 minggu dan pasien – pasien anemis

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Uraian Umum
Tidak ada

6. Alat dan Bahan


6.1 Alat
6.1.1 Alat tulis
6.1.2 Form pemeriksaan Laboratorium
6.2 Bahan
Tablet Zat besi

7. Instruksi Kerja
7.1. Periksa konjungtiva pasien, untuk menentukan pasien anemis atau tidak
7.2 Catat hasil pemeriksaan dalam kartu status dan KMS ibu hamil
7.3 Isi form pemeriksaan laboratorium
7.4 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemeriksaan
7.5 Jelaskan pada pasien, untuk membayar biaya pemeriksaan laboratorium dikasir
sebelum ke laboratorium dan setelah selesai pemeriksaan membawa hasil
pemeriksaan kembali keunit pelayanan kesehatan ibu

7.6 Rujuk ke unit pelayanan gizi, jika hasil pemeriksaan Hb < 11 gr %


Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
45
7.7 Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil, sedikitnya 1 tablet / hari, selama 30 hari
berturut – turut untuk pasien hamil pada trimester I, sedangkan untuk ibu hamil
dengan anemia diberikan tablet zat besi dan vitamin C tiga kali satu tablet perhari
(3x1), hal ini sangat tergantung dengan persediaan obat yang ada
7.8 Jika tablet zat besi persediaan habis, maka akan diberikan resep luar
7.9 Beri penyuluhan gizi pada semua ibu hamil disetiap kunjungan ANC, tentang
perlunya minum tablet zat besi dan vitamin C, serta menghindari minum the / kopi /
susu dalam 1 jam sebelum / sesudah makan, karena dapat mengganggu penyerapan
zat besi

8. Indikator Kinerja
Bumil tidak anemia pada saat kehamilan

9. Catatan Mutu
9.1 Kartu status ibu hamil
9.2 Buku register kohort ibu hamil
9.3 Buku register ibu hamil
9.4 Buku KIA

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


46
SOP
PENGISIAN KARTU IBU HAMIL

1. Nama Pekerjaan
Pengisian kartu ibu hamil

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status secara lengkap dan teliti
3. Ruang Lingkup
Kartu status ibu hamil meliputi :
3.1 Ante Natal care (ANC)
3.2 Audit Maternal Perinatologi (AMP)
3.3 Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
3.4 Deteksi Resiko Tinggi (DRT)
3.5 Pemberian Zat Besi (Fe)
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan
4.2 Petugas terlatih
5. Alat dan Bahan
5.1 Alat
5.1.1 Ballpoint
5.1.2 Tensimeter
5.1.3 Timbangan Berat Badan
5.1.4 Meteran
5.1.5 Doppler
5.1.6 Leanec
5.2 Bahan
5.2.1 Kartu status
5.2.2 Pita lila
5.2.3 KMS ibu hamil
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
47
6. Instruksi Kerja
6.1 Tulisdengan tinta hitam dengan rapi dan jelas
6.2 Tulis dengan nomor reigister pasien pada kolom bagian kanan atas
\6.3 Tulis identitas pasien pada kolom yang tersedia
6.3.1 Nama, umur, agama, pekerjaan, dan alamat pasien
6.3.2 Nama, umur, dan pekerjaan suami
6.4 Beri tanda rumput ( √ ) pada kolom yang tersedia, bila sudah dilakukan imunisasi TT
6.5 Tulis riwayat kehamilan sebelumnya pada kolom yang tersedia
6.5.1 Tanggal kelahiran
6.5.2 Hasil persalinan ( Lahir Hidup (LH), Lahir Mati (LM), Abortus (AB)
6.5.3 Jenis kelamin anak ( laki – laki ( L ) dan perempuan ( P )
6.5.4 Keadaan pada kelahiran
6.5.5 Berat badan anak waktu lahir
6.5.6 Lamanya menyusui
6.5.7 Penolong persalinan
6.6 Isi kolom riwayat penyakit
6.6.1 Beri tanda rumput ( √ ) jika pasien menderita penyakit yang tertulis dalam
kolom yang tersedia
6.6.2 Tulis TAA ( tidak ada apa – apa ) jika pasien tidak menderita penyakit tersebut
6.6.3 Tulis tahun riwayat penyakit tersebut diderita pasien
6.7 Isi kolom riwayat persalinan
6.7.1 Beri tanda rumput (√ ) pada kolom yang tersedia tentang riwayat persalinan
6.7.2 Tulis tahun riwayat persalinan tersebut
6.8 Isi kolom riwayat persalinan sekarang
6.8.1 Tulis tanggal HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir )
6.8.2 Tulis usia kehamilan
6.8.3 Tulis taksiran partus
6.8.4 Coret salah satu yang tidak perlu pada riwayat haid
6.8.5 Tulis siklus haid
6.8.6 Tulis cara kontraepsi pasien
6.9 Isi kolom pemeriksaan antenatal
6.9.1 Tulis tinggi badan dan ukuran Lila pasien
6.9.2 Tulis tanggal kunjungan pasien

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


48
6.9.3 Tulis keluhan pasien saat kunjungan
6.9.4 Tulis Berat badan sat kunjungan
6.9.5 Tulis umur kehamilan (dalam minggu)
6.9.6 Tulis tinggi fundus uteri saat kunjungan ( dibawah 24 minggu dengan jari
diatas 24 minggu dengan sentimeter)
6.9.7 Tulis letak janin (kepala, sungsang, lintang)
6.9.8 Tulis frekuensi denyut jantung janin dalam satu menit
6,9,9 Tulis hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, Golongan darah, Reduksi urin,
Protein urin)
6.9.10 Tulis hasil pemriksaan khusus (pemeriksaan cor dan pulmo)
6.9.11 Tulis tindakan dan terapi yang dilakukan ( pemberian imunisasi TT, Tablet
Fe,dan lain – lain ) dikolom yang tersedia
6.9.12 Bubuhkan paraf petugas pada kolom yang tersedia setiap pemeriksaan
6.10 Isi kolom resiko tinggi
6.10.1 Tulis tanggal ditemukannya factor resiko tinggi pada pasien
6.10.2 Tulis jenis factor resiko tinggi yang ditemukan pada pasien dengan acuan
Poedji Rochyati Score
6.11 Isi kolom Rujukan
6.11.1 Tulis tanggal dilakukan rujukan
6.11.2 Tulis tujuan rujukan pasien
6.11.3 Tulis tindakan sementara yang dilakukan oleh penerima rujukan
6.11.4 Pengisian kartu status ibu pada halaman berikutnya dilakukan oleh unit
pelayanan RB untuk pasien yang melakukan ANC di Puskesmas kecamatan
Sidoarjo
6.11.5 Jika pasien ANC diluar puskesmas kecamatan Sidoarjo, pengisian kartu status
ibu dilakukan oleh bidan unit pelayanan Rumah Bersalin

7. Catatan Mutu

7.1 Kartu status ibu – RB ( ibu hamil)


7.2 KMS ibu hamil
7.3 Buku register kesehatan ibu hamil
7.4 Buku register kohort ibu hamil

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


49
SOP
PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN

1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Denyut Jantung janin

2.Tujuan
Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut
jantung janin dalam rahim

3. Ruang Lingkup
Ibu hamil dengan usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan yang datang ke unit pelayanan KIA
dan Rumah bersalin

4. Ketrampilan Petugas

4.1 Bidan terlatih


4.2 Dokter

5. Uraian umum

5.1 Detak jantung janin normal yaitu : 120 – 140 / menit


5.2 Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil
5.3 Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan

6. Alat dan Bahan


6.1 Alat
Doppler
6.2 Bahan
Jelly
7. Instruksi Kerja
7.1 Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
7.2 Beri jelly pada Doppler / lineac yang akan digunakan
7.3 Tempelkan Doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin
7.4 Hitung detak jantung janin :
Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada
pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke RS

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


50
8. Indikator Kinerja
Denyut jantung janin dapat diketahui dengan tepat dan benar

9. Catatan Mutu
9.1 Kartu ibu
9.2 Buku register kohort ibu hamil
9.3 Buku register ibu hamil
9.4 Buku KIA

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


51
SOP
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID

1. Nama Pekerjaan

Pemberian imunisasi tetanus toxoid

2. Tujuan
Sebagai acuan untuk melaksanakan suntikan TT untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tetanus

3. Ruang Lingkup
Petunjuk kerja ini mencakup unit pelayanan diruang tindakan, unit pelayanan KIA yang
diberikan pada ibu hamil dan calon pengantin

4. Ketrampilan Petugas

4.1 Bidan terlatih


4.2 Dokter
4.3 Perawat terlatih

5. Uraian Umum

5.1 Imunisasi tetanus toxoid terbukti sebagai satu upaya pencegahan penyakit tetanus
5.2 Diberikan pada usia kehamilan trimester pertama, dengan interval waktu 4 minggu
5.3 Disuntikkan pada lengan atas secara intra muscular 9im) sebanyak 0,5 ml, Intra
Muscular atau subcutan
5.4 Sebelumnya lengan dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air hangat
5.5 Kontra indikasi : gejala – gejala berat karena dosis pertama TT
5.6 Referensi : pedoman teknis imunisasi tingat Klinik dan RB

6. Alat dan Bahan

6.1 Alat

Tidak ada

6.2 Bahan

6.2.1 Kapas
6.2.2 Serum tetanus toxoid
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
52
6.2.3 Jarum suntik disposibel 2,5 ml
6.2.4 Air bersih hangat

7. Instruksi kerja

7.1 Lakukan identifikasi dan anamnesa dengan menanyakan pada pasien :


7.1.1 Nama, umur dan alamat
7.1.2 Apakah ada alergi terhadap obat – obatan
7.2 Pastikan kondisi pasien dalam keadaan sehat
7.3 Isi form persetujuan tindakan medis dan pasien tanda tangan untuk persetujuan
7.4 Tulis tarif tindakan dan persilahkan pasien membayar ke kasir
7.5 Siapkan bahan dan alat suntik
7.6 Ambil vaksin dengan jarum dan semprit disposable sebanyak 0,5 ml
7.7 Persilahkan pasien duduk
7.8 Oleskan kapas steril pada lengan kiri bagian atas
7.9 Suntik pada lengan kiri bagian atas secara intra muscular
7.10 Olesi bekas suntikan dengan kapas steril
7.11 Buang jarum bekas suntikan kedalam kotak
7.12 Persilahkan pasien menunggu 15 menit diluar, dan jika tidak terjadi efek samping
Pasien boleh pulang

7.13 Catat pada buku status KMS ibu hamil

8. Indikator Kerja

Tidak terjadi tetanus toxoid pada saat melahirkan

9. Catatan Mutu

9.1 Kartu status ibu – Rb (ibu hamil)

9.2 Buku register kohort ibu hamil

9.3 Buku register ibu hamil

9.4 Buku catatan resiko tinggi

9.5 formulir persetujuan Tindakan Medis

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


53
PENAPISAN IBU BERSALIN
DETEKSI KEMUNGKINAN KOMPLIKASI GAWAT DARURAT

1. RIWAYAT BEDAH SESAR


2. PERDARAHAN PERVAGINA
3. KEHAMILAN KURANG 9 BULAN (USIA KEHAMILAN KURANG DARI 37
MINGGU)
4. KETUBAN PECAH DENGAN MECONIUM KENTAL
5. KETUBAN PECAH LAMA LEBIH DARI 24 JAM
6. KETUBAN PECAH PADA PERSALINAN KURANG BULAN (KURANG DARI
37 MINGGU USIA KEHAMILAN)
7. ICTERUS
8. ANEMIA BERAT
9. TANDA / GEJALA INFEKSI
10. PREEKLAMPSIA / HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
11. TINGGI FUNDUS UTERI 40 CM ATAU LEBIH
12. GAWAT JANIN
13. PRIMIPAAR DALAM FASE AKTIF PERSALINAN DENGAN PALPASI
KEPALA JANIN MASIH 5/5
14. PRESENTASI BUKAN BELAKANG KEPALA
15. PRESENTASI MAJEMUK
16. KEHAMILAN GEMELI
17. TALI PUSAT MENUMBUNG
18. SYOCK

JIKA SALAH SATU DIATAS “YA” DIRUJUK

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


54
SOP
PERTOLONGAN PERSALINAN

1. Nama Pekerjaan
Pertolongan persalinan

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan pertolongan persalinan, sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan keadaan ibu sehat.

3. Ruang Lingkup
Semua ibu hamil yang datang untuk melakukan proses persalinan di klinik dan RB Delta
Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Pengukur tanda vital
5.2 Dressing cart dengan alas duk steril tertutup atau bak instrument sedang
5.3 Partus set steril, terdiri dari :
5.3.1 2 duk steril / DTT
5.3.2 2 pasang handscoon
5.3.3 1 buah ½ cocker
5.3.4 2 klem cocker
5.3.5 1 gunting episiotomy
5.3.6 1 gunting tali pusat
5.3.7 Catheter nelaton
5.4 Kapas DTT dan tempat
5.5 Betadin dan tempat
5.5 2 bengkok
5.6 1 pot plasenta kecil
5.7 2 tempat sampah ( medis dan non medis )
5.8 2 timba tutup berisi larutan klorin 0,5%
5.9 spuit 3 cc dan 1 cc

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


55
5.10 obat – obatan :

 Uterotonika
 Infuse set beserta cairan RL
 O2

5.11 Lembar observasi


5.12 Partograf
5.13 Linen :

 2 waslap
 Kain dan baju ibu
 Pembalut

5.14 Perlengkapan bayi :

 Timbangan bayi
 Medline
 Salep mata
 Vaksin Hepatitis B (uniject)
 Baj bayi (selimut dan topi)
 Penghisap lendir (K/P)
 Alat resusitasi dan O2

6. Langkah Kerja

 Mengenali Gejala dan Tanda Kala II


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II :
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. vulva dan spingter ani membuka
 Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
3. Pakai celemk
4. Melempaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit)

 Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin baik

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


56
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati –hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT

 Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang


tesedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% )

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput


ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih


memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam secara terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, lepaskan
handscoon secara terbalik kemudian cuci tangan

10. Periksa DJJ setelah kontraksi saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120 – 160x / menit)

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


 Mendokumentasikan hasil –hasil pemeriksaan dala, DJJ dan semua hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginanya

 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar

12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi yang lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif


 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (selain posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
57
 Berikan cukup asupan cairan per – oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan egera lahir setelah meneran 120
menit (2 jam) (primigravida) / 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk menran dalam 60 menit

 Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi), diperut ibu,jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

 Menolong Kelahiran Bayi


 Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan duk bersih tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan untuk bernafas cepat dan
dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewatbagian atas kepala
bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

 Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

 Lahirnya badan Dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


58
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya)

 Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian (selintas) :

 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?


 Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap – megap lakukan langkah
resusitasi pada asfiksia bayi diatas perut ibu.
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk /
kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit im
(intramuscular) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat denganklem kira – kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong tali pusat kearad distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusart

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap
didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada / perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting

33. Selimuti ibu dan bayi dengan hangat, pasang topi dikepala

 Manajemen Aktif kala III

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva

35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


59
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso – kranial) secra hati – hati
(untuk mencegah inversiouteri)

 Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu.
 Mengeluarkan Plasenta

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso – kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu untuk meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso
– kranial)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

 Jika selaput ketuban robekm pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari –jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
 Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15


detik masase
 Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam karung plastic atau tempat
khusus

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


60
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.

 Bila ada robekan dan perdarahan aktif, lakukan penjahitam


 Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam

 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30 – 60 menit. Menyusu pertama berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.

44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic
profilaksis, dan vitamin K 1 mg IM dipaha kiri anterolateral

45. Setelah 1 jam pemberian vit.K berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan
anterolateral

 Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
 Evaluasi

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mengevaluasi perdarahan pervaginam

 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan


 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan penatalaksanaan
atonia uteri

47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pasca
persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 – 60x /
menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5o C)

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


61
 Kebersihan dan Keamanan

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering

54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi minuman dan makanan yang diinginkannya

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam
keluar (lepas secara terbalik) dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

 Dokumentasi

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


62
SOP
PERSALINAN LETAK SUNGSANG

1. Nama Pekerjaan
Persalinan letak sungsang

2. Tujuan
Menolong letak sungsang dengan baik sehingga ibu dan bayi lahir dengan selamat

3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan bersalin dengan kelainan letak sungsang yang datang dengan pembukaan
lengkap di klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Partus set lengkap
5.2 Uterotonika
5.3 Oksigen
5.4 Meja gynecology
5.5 Perlengkapan ibu
5.6 Perlengkapan bayi
5.7 Handscoon / sarung tangan

6.1 Langkah Kerja


6.1 Mengucapkan salam, membaca basmalah
6.2 Atur posisi klien
6.3 Persiapan alat
6.4 Persiapan uteroronika
6.5 Asisten siap dikiri klien
6.6 Memakai sarung tangan steril
6.7 Pada saat bokong janin mulai crowning, suntikkan uterotonika 2 – 5 unit / IM
6.8 Lakukan episiotomy
6.9 Pimpin klien mengejan saat ada his
6.10 Segera setelah bokong lahir, pegang bokong secara bracht, yaitu kedua ibu jari
sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari lain memegang panggul
6.11 Setelah tali pusat lahir, segera longgarkan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


63
6.12 Kemudian lakukan hiperlordosis pada tubuh janin (punggung janin didekatkan ke
perut ibu)
6.13 Tidak boleh melakukan tarikan, hanya mengikuti gerakan rotasi anterior
6.14 Bersamaan dengan hiperlordosis, asisten melakukan ekspresi kristelerpada FU saat
umbilicus lahir (menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi)
6.15 Berturut – turut lahirlah pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut, hidung, dan seluruh
kepala bayi
6.16 Bayi diletakkan diatas perut ibu lalu keringkan dengan handuk, kecuali telapak
tangan
6.17 Lanjutkan seperti menolong persalinan normal (APN)
6.18 Rapikan kembali klien dan lat. Pastikan ibu merasa nyaman
6.19 Celupkan tangan dalam larutan klorin 0,5 % basuh tangan kemudian lepaskan secara
terbalik
6.20 Cuci tangan
6.21 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.22 Lakukan pencatatan hasil tindakan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


64
SOP
PLACENTA MANUAL

1. Nama Pekerjaan
Mengeluarkan placenta secara manual

2. Tujuan
Mengeluarkan placenta secara manual dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan
standar pelayanan

3. Ruang Lingkup
Ibu inpartu kala III di klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Sarung tangan panjang 2 pasang
5.2 Partus set
5.3 Duk steril
5.4 Uterotonika (piton, metergin) min 4 ampul
5.5 Rehidrasi set lengkap
5.6 Celemek
5.7 Gelas Ukur
5.8 Kapas DTT
5.9 Bengkok
5.10 Tempat placenta
5.11 Larutan Antiseptik
5.12 Larutan Dekontaminasi
5.13 Tempat sampah

6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Pasang infus RL, bila diperlukan
6.4 Posisi klien lithotomi
6.5 Memperkenalkan diri pada pasien
6.6 Menjelaskan keadaan pada klien dan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
6.7 Meminta persetujuan medis atas tindakan yang akan dilakukan
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
65
6.8 Mengucapkan basmallah sebelum melakukan tindakan
6.9 Pakai perlengkapan untuk menolong
6.10 Memasang duk steril dibawah bokong
6.11 Melakukan antiseptic pada daerah genetalia eksterna
6.12 Melakukan kateterisasi
6.13 Pindahkan klem 5-10 cm depan vulva
6.14 Tangan kiri memegang klem, menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai
6.15 Tangan kanan masuk secara obstetri (punggung tangan dibawah) dengan menelusuri
tali pusat bagian bawah sampai pada serviks
6.16 Tangan kiri pindah ke fundus lalu menahan fundus uteri, tangan kanan terus
menelusuri tali pusat masuk ke dalam cavum uteri hingga mencapai tempat insersi
6.17 Buka tangan kanan seperti memberi salam (ibu jari merapat ke ujung jari telunjuk)
6.18 Melepas plasenta dari dinding uterus
a. Tangan kanan meraba placenta dimulai dari bagian tepi yang sudah lepas
(Separasi Plasenta)
b. Sisir placenta mulai dari tempat separasi dengan posisi tangan punggung
menghadap ke dinding uterus dengan ujung jari di geser ke kanan atau ke kiri,
apabila kesulitan dapat dikombinasikan dengan sisi ulnar tangan sampai seluruh
placenta terlepas
c. Sambil memperhatikan keadaan umum ibu
d. Tangan kiri yang berada di fundus pindah memegang klem sedangkan tangan
kanan memngeluarkan placenta dari dalam
e. Setelah itu tangan kiri menarik dari luar sampai seluruh placenta lahir tangkap
dengan tangan kiri cek kelengkapannya. Posisi tangan kanan tetap berada didalam.
6.19 Tangan kiri pindah ke fundus, tangan kanan melakukan evaluasi untuk memastikan
tidak ada placenta yang tertinggal dan perforasi uterus
6.20 Setelah yakin tidak ada placenta yang tertinggal, Explorasi bekuan darah/sisa
plasenta dan selaput ketuban sambil keluarkan tangan kanan sedangkan tangan kiri
mendorong uterus kea rah dorso cranial
6.21 Lakukan segera masase uterus ± 15 detik, evaluasi kontraksi uterus apabila :
- Kontraksi uterus baik observasi ketat sampai dengan 2 jam PP
- Kontraksi uterus jelek lakukan Penanganan Atonie Uteri
6.22 Bila perlu berikan uterotonika
6.23 Rapikan kembali klien dan alat. Pastikan ibu merasa nyaman
6.24 Celupkan tangan kedalam larutan klorin 0,5%, basuh tangan kemudian lepaskan
secara terbalik
6.25 Cuci tangan
6.26 Lakukan pencatatn hasil tindakan.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


66
SOP
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA DAN EKSTERNA
PENANGANAN ATONIA UTERI

1. Nama Pekerjaan
Melakukan penanganan atonia uteri dengan kompresi bimanual interna dan eksterna

2. Tujuan
Melakukan penanganan atonia uteri dengan kompresi bimanual interna dan eksterna
dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan

3. Ruang Lingkup
Ibu inpartu kala IV di klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Sarung tangan steril
5.2 Kapas sublimat
5.3 Paket rehidrasi parenteral RL / D5%

6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Kosongkan kandung kemih klien
6.4 Klien anjurkan tidur telentang
6.5 Mengucapkan slaam dan menyapa dengan sopan
6.6 Memperkenalkan diri pada pasien
6.7 Menjelaskan keadaan klien dan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
6.8 Meminta persetujuan medis atas tindakan yang akan dilakukan
6.9 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.10 Anjurkan klien melakukan stimulasi putting susu

Kompresi Bimanual Interna (KBI)


a. Pakai sarung tangan panjang steril
b. Masukkan salah satu tangan ek dalam vagina
c. Bersihkan vagina dari bekuan darah dan selaput ketuban
d. Tangan mengepal dan menahan korpus depan pada forniks anterior

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


67
e. Tangan yang lain diletakkan pada abdomen menahan korpus uteri bagian belakang
sejauh mungkin
f. Tekan korpus uteri dengan kedua tangan dan menekan pembuluh darah dalam uterus
selama 15 menit
g. Jika perdarahan berkurang dan kontraksi uterus ada, teruskan kompresi selama 2
menit, kemudian keluarkan tangan dari vagina
h. Lakukan observasi ketat

Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)


a. Letakkan satu tangan secara mengenggam pada abdomen/ di atas shimpisis
b. Tangan yang lain meraba bagian belakang uterus sejauh mungkin dan menekuk /
saling merapatkan tangan kea rah shimpisis untuk menjepit pembuluh darah yang ada
pada dinding uterus
c. Lakukan kompresi sampai perdarahn berhenti / sampai ada kontraksi uterus baik
d. Bila tidak ada kemajuan pasang infuse, kemudian rujuk smabil tetap lakukan
kompresi bimanual interna
6.11 Rapihkan kembali klian dan alat. Pastikan ibu merasa nyaman
6.12 Celupkan tangan dalamlarutan klorin 0,5% basuh tangan kemudian lepaskan secara
terbalik
6.13 Cuci tangan
6.14 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.15 Lakukan pencatatan hasil tindakan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


68
SOP
PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER
A. PENGERTIAN
Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea
berlebihan pada 24 jam – 42 hari setelah persalinan
B. TUJUAN
Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan
C. INDIKASI
1). Sisa plasenta
2). Robekan jalan lahir
3). Kelainan plasenta dan selaput ketuban
4). Persalinan lama
5). Infeksi uterus
6). Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakanalat
7). Terbukanya luka setelah bedah Caesar dan luka setelah episiotomy
D. PERSIAPAN
a). Alat
1. Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)
2. Obat emergensi
3. Obat anti perdarahan
4. Cairan infuse
5. Infus set
6. Tampon
7. Hecting set
b). Pasien
memberitahukan prosedur yang akan dilakukan
E. PELAKSANAAN
1). Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscon, scort)
2). Petugas menggunakan APD
3). Pantau dengan hati-hati bahwa ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum
sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.
4). Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar
5). Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan
6) Pasang IV line
7). Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda
syok

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


69
SOP
PENATALAKSANAAN PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

A.PENGERTIAN
1. Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS hipertensi,
edema dan protein urine yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai
segera setelah persalinan.
2. Eklampsia adalah kejang atau koma yang menyertai keadaan preeclampsia
B. DIAGNOSIS
1. Preeklampsia Ringan
a. Tekanan darah : > 130/90 mmHg - < 170/110 mmHg
b. Protein urine : < 5 gr/liter dalam 24 jam (+2)
c.Edema : local atau general
2. Preeklampsia Berat
Disebut preeclampsia berat jika terdapat satu atau lebih keadaan berikut ini :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg
b. Tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg atau
c. Kenaikan tekanan sistolik > 60 mmHg
d. Kenaikan takanan diastolic > 30 mmHg
e. Protein urin > 5 gr/l/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif
f. Oliguria < 500 ml/24 jam
g. Nyeri kepala yang hebat
h. Edema yang massif
i. Edema paru
j. Gangguan visus dan cerebral
k. Nyeri epigastrium/nyeri juadran atau abdomen, muntah-muntah
l. Terdapat syndrome HELLP(Haemolysis, Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
count)
C. PENUNJANG DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Lab protein urine
2. PDL
3.LFT
D. PENANGANAN PRE EKLAMPSIA RINGAN
1. Kehamilan kurang dari 37 minggu
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawta jalan
a. Pantau tekanan darah, protein urine, reflex dan kondisi janin
b.Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala preeclampsia dan
eklampsia
c. Lebih banyak istirahat
d. Diet biasa
e. Jika tekanan darah naik maka pasien perlu di rawat
f. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan, jika tidak dirawat sampai aterm

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


70
g. Jika protein urine meningkat tangani sebagai preeklampsi berat
2. kehamilan lebih dari 37 minggu
a. jika serviks matang pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostalgandin atau section
sesaria
E. PENANGANAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
1. penanganan pre eklampsia dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklmpsia. Semua kasus pre
eklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan
F. PENANGANGAN KEJANG
1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang
3. Oksigen 4-5 lt/mnt
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan
G. PENANGANAN UMUM
1. Jika tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg berikan obat antihipertensi, sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg
2. pasang infuse dengan jarum ukuran besar
3. Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai overload
4. \Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urine dan protein urine
5. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml/jam
a. Hentikaan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RL) dengan
kecepatan tetesan 1 liter/8 jam
b. Pantau kemungkinan edema paru
6. Observasi tanda-tanda vital dan denyut jantung janin tiap jam
7. Jika terjadi edema paru berikan injeksi Furosemid 40 mg IV sekali saja.
H. ANTI KONVULSAN
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4 :
a. Dosis awal :
1). MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 20 % atau 40 % selama 5 menit
2). Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr dilarutkan dalam cairan infuse RL 500 ml
diberikan selama 6 jam (untuk MgSO4 40 %, maka 10 cc IV dan 15 cc drip)
3). Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan MgSO4 2gr IV selama 2 menit
b. Dosis Pemeliharaan
1). MgSO4 1-2 gr per jam per infuse
2). Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
berakhir
c. Berikan MgSO4 bila
1). Frekuensi pernapasan >16 X/mnt
2). Reflek patella (+)
3). Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
d. Berhentikan pemberian MgSO4 jika :
1). RR < 16 X/,mnt
2). Reflek patella (-)
3). Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


71
e. Antidotum
1). Jika terjadi henti napas lakukan ventilasi
2). Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) pelan-pelan sampai napas
mulai lagi
2. DIAZEPAM
a. Diazepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada
b. Pemberian intravena
c. Dosis awal
1). Diazepam 20 mg IV pelan – pelan selama 20 menit
2). Jika kejang berulang dosis awal
d. Dosis pemeliharaan
1). Diazepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc per infuse
2). Jangan berikan dosis . 100 mg/24 jam
3. Pemberian melalui rectum :
1). Jika pemberian IV tidak dimungkinkan diazepam dapat diberikan per rectal
dengan dosis awal 20 ,g dengan semprit 10 ml tanpa jarum.
2). Jika konvuldi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/jam tergantung pada berat
pasien dan respon klinik.
I. PERALINAN
Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien stabil
1. Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan induksi dengan oksitosin atau
prostalgandin
2. Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan seksio sesaria
3. Jika DJJ < 100 atau > 180 x/mnt lakukan seksio sesaria
4. Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan seksio sesaria
5. Jika janin mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam dengan matangkan serviks
dengan misoprostol, prostalgandin atau folly kateter
J. PERAWATAN PASCA PERSALINAN
1. Anti konvulsi diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang
2. Teruskan antihipertensi jika tensi>110 mmHg
3. Pantau urin
4. Pantau vital sign per jam

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


72
SOP
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS

1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan fisik pada ibu nifas

2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya keluhan pada saat nifas

3. Ruang Lingkup
Semua ibu nifas di klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan

5.1 Tensimeter / thermometer


5.2 Pembalut / softek
5.3 Jam tangan
5.4 Tissue
5.5 Kapas DTT5.6 Bengkok
5.7 Handscoon / sarung tangan

6. Langkah Kerja
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan fisik pasien
6.4 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.5 Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan
6.6 Memperhatikan keadaan umum klien
6.7 Setelah pasien menyetujui, petugas membantu pasien mempersiapkan diri untuk
mengosongkan kandung kemih
6.8 Mengatur posisi pasien ditempat tidur
6.9 Melakukan cuci tangan 7 langkah
6.10 Membawa alat – alat kedekat pasien
6.11 Melakukan pengukuran TTV

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


73
6.12 Melakukan pemeriksaan payudara
a. periksa kebersihan putting dan payudara
b. periksa konsistensi payudara
c. periksa pengeluaran ASI
6.13 Mengukur TFU / involusi
6.14 Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus
6.15 Mengajarkan pasien cara memeriksa uterus yang berkontraksi
6.16 Memeriksa cairan vagina / lochea
6.17 Melakukan perawatan luka perineum
6.18 Mengganti softek / pembalut
6.19 Rapikan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
6.20 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.21 Mencuci tangan
6.22 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


74
SOP
PERAWATAN LUKA POST SC
I. PENGERTIAN
Tindakan yang dilakukan untuk merawat luka pasca operasi seksio sesaria
II. TUJUAN
Meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi
III. PERSIAPAN ALAT
1. Bak instrument kecil
2. Handscoon
3. Pinset anatomi steril
4. Bengkok
5. Gunting verband
6. Tempat sampah medis
7. Waskom plastic
8. Tempat tidur plastic
9. Meja alat/troli
10. Lembar catatan
11. Kassa steril
12. Plester
13. Larutan Na Cl 0,9%
14. Betadin dalam tempatnya
15. Larutan klorin 0,5%
16. Alkohol
IV. PENATALAKSANAAN
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Sapa ibu dengan ramah dan pastikan
ibu mengerti dengan informasi yang diberikan
2.Siapkan, susun dan dekatkan alat yang akan digunakan.Susun alat secara ergonomis
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Pastikan posisi pasien dalam keadaan nyaman,
penolong mudah melakukan tindakan
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan handuk. Gunakan
tehnik cuci tangan 7 langkah efektif
5. Buka bak instrument dan pakai handscoon. Pastikan sarung tangan tetap dalam keadaan
steril
6. Buka plester dan kassa dengan menggunakan pinset. Sebelumnya plester dibasahi
dengan kassa alcohol dengan tujuan agar mudah dan tidak sakit pada saat plester

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


75
dibuka. Angkat secara hati-hati (jangan sampai kulit ibu terjepit). Buang balutan ke
dalam bengkok
7. Kaji keadaan luka. Tekan daerah sekitar luka,lihat luka sudah kering/basah, keluar
pus/cairan dari tempat luka serta pentupuan kulit dan integritas kulit
8. Membersihkan luka dengan larutan NaCl. Gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi. Lakukan dengan tehnik satu arah. Kassa yang telah digunakan dibuang
ke dalam bengkok
9. Berikan obat luka. Gunakan kassa baru. Oleskan obat dari daerah yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi
10. Tutup luka dengan kassa steril / plester dermafix. Plester di pasang dengan erat agar
tidak mudah terbuka
11. Rapikan pasien, lingkungan dan bersihkan peralatan. Rapikan dan bantu pasien
merapikan pakaiannya sehingga ia merasa nyaman. Bereskan peralatan yang telah
digunakan dan buang semua bahan yang telah digunakan
12. Lepas sarung tangan sebelumnya cuci da rendam peralatan yang telah digunakan ke
dalam larutan klorin 0,5%. Melepas sarung tangan dengan tehnik PI. Rendam peralatan
selama `10 menit untuk dekontaminasi sebelum dicuci
13. Cuci tangan di bawah air mengalir dan keirngkan dengan handuk.
14. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


76
SOP
MEMBIMBING IBU CARA MENYUSUI YANG BAIK

1. NAMA PEKERJAAN
Membimbing ibu cara menyusui yang baik

2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam membimbing ibu melakukan cara menyusui yang baik

3. RUANG LINGKUP
Semua pasien post partum yang menyusui

4. KETRAMPILAN PETUGAS
4.1 Dokter
4.2 Bidan terampil

5. ALAT DAN BAHAN


5.1 Alat
5.1.1 Kursi yang rendah agar kaki tidak menggantung dan punggung bersandar pada
kursi
5.2 Bahan
5.2.1 Lap bersih / tissue

6. INSTRUKSI KERJA
6.1 Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu
6.2 Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putting susu dan areola sekitarnya
6.3 Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
6.4 Punggung bersandar dengan santai pada kursi
6.5 Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
6.6 Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan dibelakang badan ibu
6.7 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ibu
6.8 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
6.9 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
6.10 Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara dan jari lain emnopang
dibawah payudara, jangan menekan putting susu / areolanya saja

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


77
6.11 Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi / sisi
mulut bayi dengan putting susu
6.12 Setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan putting suus dan areola dimasukkan kedalam mulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi sehingga putting berada dilangit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
6.13 Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai payudara terasa kosong
6.14 Lanjutkan dengan menyusui pada payudara yang satu lagi
6.15 Cara melepas isapan bayi
6.15.1 Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut mulutnya
6.15.2 Tekan dagu bayi ke bawah
6.16 Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada putting susu serta
areola sekitarnya dan biarkan kering sendiri
6.17 Jangna lupa menyendawakan setelah menyusui dnegan cara
6.17.1 Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu dan tepuk
punggungnya perlahan
6.17.2 Bayi tidur telungkup dipangkuan ibu dan tepuk punggungnya perlahan
7. DOKUMEN TERKAIT
-

8. INDIKATOR KERJA
Ibu mengerti dan bisa melakukan cara menyusui yang benar.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


78
SOP
PERAWATAN PAYUDARA MASA NIFAS

1. Nama Pekerjaan
Merawat payudara pada masa nifas

2. Tujuan
Merawat payudara pada masa nifas yang baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Semua ibu post partum di Klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Handuk besar
5.2 Minyak kelapa / baby oil
5.3 Waskom berisi air hangat dan air dingin
5.4 Waslap / handuk kecil
5.5 Kapas

6. Langkah Kerja
6.1 Posisi pasien duduk / tidur yang nyaman
6.2 Lingkungan tertutup, penerangan cukup
6.3 Perasat dilakukan menjelang pasien mandi
6.4 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan
handuk
6.5 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.6 Memperkenalkan diri pada pasien
6.7 Menjelaskan tujuan tindaka yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.8 Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan
6.9 Memperhatikan keadaan umum klien
6.10 Menanyakan keadaan pasien dan keluhan yang dirasakan
6.11 Menjajagi kemampuan pasien dalam merawat payudara
6.12 Meminta ijin pasien untuk membantu melakukan perawatan payudara
6.13 Petugas mencuci tangan
6.14 Melakuan pembersihan putting susu : letakkan kapas yamng telah diberi minyak
kelapa/baby oil pada putting susu sampai areola mammae selama ± 2 menit, bersihkan
dengan cara melingkar dari arah dalam keluar

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


79
6.15 Melakukan pengurutan buah dada :
a. Basahi kedua telapak dengan minyak, letakkan anatara kedua payudara
b.Kedua telapak tangandiurut dari tengah keatas, kesamping, ke bawah, payudara
diangkat terus dilepas, lakukan 20x tiap payudara
c. Telapak tangan kiuri menopang payudara kiri, dengan jari-jaritangan kanan sisi
kelingking urut payudara kea rah putting lakukan 20x tiap payudara
d.Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan menggenggam dan
dengan tulang snedi/buku – buku jari payudara diurut dari pangkalpayudara ke
arah putting susu lakukan 20x tiap payudara
e. Melakukan penyiraman dengan air panas dulu selama bergantian selama ± 5 menit
6.16 Rapihkan kembali klien dan alat serta jelaskan haisl pemeriksaan kepada klien
6.17 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.18 Mencuci tangan
6.19 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


80
SOP
PERAWATAN LUKA PERINEUM

1. Nama Pekerjaan
Perwatan luka perineum
2. Tujuan
Melakukan perawatan luka perineum pada ibu post partum dengan baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Ibu post partum yang mengalami penjahitan pada waktu melahirkan di Klinik dan RB
Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Sarung tangan DTT
5.2 Korentang
5.3 Kapas DTT
5.4 Bengkok
5.5 Larutan Antiseptik (betadine)
5.6 Kasa steril I
5.7 Pembalut
5.8 Tempat sampah medis dan non medis
5.9 Bengkok
5.10 Larutan clorin 0,5%

6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Mempersilahkan pasien BAK dan cebok yang bersih dari depan ke belakang
6.3 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan
handuk
6.4 Mengucapkan salam dan menyapa klien dengan sopan
6.5 Memperkenalkan diri pada pasien
6.6 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.7 Membaca basmalah sbelum melakukan tindakan
6.8 Memperhatikan keadaan umum klien
6.9 Menanyakan keadaan pasien dan keluhan yang dirasakan
6.10 Meminta ijin untuk memeriksa luka perineum
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
81
6.11 Menyiapkan alat ke dekat pasien
6.12 Petugas melakukan cuci tangan
6.13 Petugas membantu mengatur posisi pasien ditempat tidur
6.14 Petugas memasang duk sebagai alas bokong
6.15 Petugas memakai handscoen
6.16 Memberiksn kompres pada luka perineum
6.17 Petugas membantu pasien memaki softek/pembalut
6.18 Rapihkan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
6.19 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.20 Mencuci tangan
6.21 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


82
SOP
PENANGANAN BBLR

1. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram.

2. TUJUAN

Mencukupi kebutuhan nutrisi bayi BBLR

3. RUANG LINGKUP

Semua neonatus dengan berat badan < 2500 gram

4. KETERAMPILAN PETUGAS

Dokter dan bidan yang terlatih

5. ALAT DAN BAHAN

5.1 Alat
5.1.1 Selimut hangat / tebal yang bersih / popok serta kain penyeka mulut
5.1.2 inkubator
5.1.3 Penghisap lendir, slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4 Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5 termometer
5.1.6 Timer (jam tangan yang ada detiknya)

5.2 Bahan

5.2.1 Oxygen,ventilasi dengan oxygen

6. INSTRUKSI KERJA

6.1 Mempertahankan suhu tubuh optimal


6.1.1 Ciptakan lingkungan yang bersih
6.1.2 Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang hangat
yang kering
6.1.3 Cek suhu tubuh bayi yang optimal 36,5 – 37,5 º C
6.1.4 Jaga bayi tetap hangat bila perlu dengan menggunakan metode kangguru
6.1.5 Memenuhi kebutuhan O2

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


83
6.2 Mencegah infeksi dengan ketat
6.2.1 Cuci tangan dengan teknik aseptik sebelum dan sesudah melakukan perawatan
bayi BBLR
6.2.2 Merawat tali pusat dengan teknik aseptik, mengganti kasa pembungkus tali pusat
apabila kotor terkena BAB/BAK
6.3 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
6.3.1 Memberikan ASI eksklusif sedini mungkin.,
6.3.2 Apabila ASI belum lancar karena efek menghisap rendah berikan susu formula
dengan di sendoki sedikit demi sedikit tetapi sering
6.3.3 Penuhi kebutuhan nutrisi bayi 30-60 cc /kgBB/hari atau bisa dinaikan secara
bertahap hingga 200 cc/kgBB/hari
6.4 Pemenuhan kebutuhan eliminasi
6.4 1 Perhatikan intake dan output bayi
6.4 2 Segera ganti popok dengan yang baru apabila basah terkena BAB/BAK
6.5 Lakukan penimbangan rutin bayi untuk memantau penambahan berat badan bayi
6.6 Lakukan pemantau TTV bayi HR, RR, suhu secara rutin

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


84
SOP
RUJUKAN NEONATUS DENGAN ASFIKSIA

1. NAMA PEKERJAAN
Rujukan Neonatus dengan asfiksia

2. TUJUAN

Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksia

3. RUANG LINGKUP

Semua neonatus dengan Aspexia yang akan dirujuk

4. KETERAMPILAN PETUGAS

Dokter dan bidan yang akan merujuk Neonatus dengan asfiksia

5. ALAT DAN BAHAN

5.1 Alat
5.1.1 Selimut hangat / tebal yang bersih / popok serta kain penyeka mulut
5.1.2 Sungkup no 1 untuk bayi cukup bulan dan no 0 untuk bayi kurang bulan
5.1.3 Penghisap lendir, slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4 Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5 Pemotong danpengikat tali pusat : 1 set
5.1.6 Timer (jam tangan yang ada detiknya)

5.2 Bahan

\5.2.1 Oxygen,ventilasi dengan oxygen

6. INSTRUKSI KERJA

Neonatus yang mengalami asfiksia memrlukan penanganan khusus oleh dokter, selama
proses merujuk petugas perlu memerlukan tindakan sbb :

6.1 Penanganan Umum

6.1.1 Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang hangat
yang kering

6.1.2 Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


85
6.1.3 Letakkan bayi ditempat keras dan hangat (dibawah radiant – heater ) untuk

resusitasi

6.1.4 Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan

dan resusitasi

6.2 Resusitasi

Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan. Indikator
terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi lahir

6.3 Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi sebagai berikut :

Posisi bayi :

6.3.1 Terlentang

6.3.2 Kepala lurus dan sedikit tengadah / ekstensi (posisi mencium bau )

6.3.3 Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada

6.3.4 Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung, jika terdapat

Darah / meconium dimulut atau jidung, hisap segera untuk menghindari


aspirasi.

Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam ditenggorokan, karena dapat


mengakibatkan turunnya frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti
bernafas

6.3.5 Tetap jaga kehangatan tubuh bayi

6.3.6 Nilai kembali keadaan bayi :

 Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir
 Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi

6.4 Ventilasi bayi baru lahir

6.4.1 Cek kembali posisi bayi

6.4.2 Posisi sungkup dan cek perlekatannya

6.4.3 pasang sungkup diwajah, menutup pipi, mulut dan hidung

6.4.4 Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah

6.4.5 Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya balon

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


86
6.5 Ventilasi bayi perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada. Pertahankan frekuensi
(sekitar 40x / menit) dan tekanan (amati dada mudah naik dan turun)

6.5.1 jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat

6.5.2 Jika dada tidak naik : Cek kembali dan koreksi posisi bayi

Reposisi sungkup untuk perlekatan lebih baik

Remas balon lebih kuat untuk mucus, darah / mekonium

6.6 Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas spontan

6.6.1 Jika pernafasan normal (frekuensi 30 – 60x / menit ), tidak ada tarikan dinding
dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir

6.6.2 Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas
spontan terjadi

6.7 Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama selama 5 menit
setelah tangis berhenti

6.7.1 Jika pernafasan normal (frekuensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan dinding
dada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan, lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir

6.7.2 Jika frekuensi 30 x / menit, lanjutkan ventilasi

6.7.3 Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen, jika
tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju

6.8 Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi :

6.8.1 Rujuk ke pelayanan yang dituju

6.8.2 Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan

6.9 Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit
ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis kepada
keluarga

7. INDIKATOR KERJA

Neonatus yang mengalami asfiksia mendapat penanganan yang sesuai protab

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


87
SOP
PENGISIAN KARTU BAYI

1 Nama Pekerjaan
Pengisian Kartu Status bayi

2 Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status bayi secara lengkap dan benar

3 Ruang Lingkup
Kartu status bayi untuk bayi dibawah 1 tahun yang datang ke unit pelayanan KIA

4 Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan dan petugas terlatih
4.2

5 Alat dan Bahan


5.1 Alat
5.1.1 Ballpoint
5.1.2 Kartu status anak
5.1.3 Timbangan berat badan

6 Instruksi Kerja
6. 1 Tulis dengan ballpoint warna hitam dengan rapih dan jelas
6. 2 Tulis nomor register pasien pada kolom bagian kanan atas
6. 3 Tulis nama klinik pada sudut kiri atas
6. 4 Tulis identitas pasien di halaman depan pada kolom yang tersedia
6.4 1 Nama, alamat pasien
6.4 2 Tanggal lahir, jenis kelamin, tempat lahir
6.4 3 Panjang badan waktu lahir
6. 5 Tulis identitas orang tua
6.5 1 Nama ayah, pekerjaan ayah
6.5 2 Nama ibu, pekerjaan ibu
6. 6 Isi dan tulis pada bagian depan tengah
6.6 1 Macamnya persalinan : normal, tidak normal
6.6 2 Kelainan letak, CPD, cacat bawaan
6. 7 Pelayanan persalinan
6.7.1 Dokter, bidan, tenaga puskesmas, dukum terlatih, tenaga terlatih
6.7.2 Tempat perslainan, rumah, rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, rumah
bidan

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


88
6. 8 Tulis anak nomor
6. 9 Isi pada kolom ASI / bukan ASI
6. 10 Isi da tulis pada kolom imunisasi, jenis imunisasi dan tanggal
6. 11 Isi dan tulis pada halaman pemeriksaan kesehatan anak
6.11.1 Tanggal, umur, berat badan, jenis imunisasi, tanda tangan orang tua,
tanda tangan petugas, tanggal kembali
6. 12 Isi dan tulis pada kolom grafik berat badan
6.12.1 Bulan kelahiran pasien
6.12.2 Bulan pasien berkunjung di puskesmas

7 Catatan Mutu

7.1 Kartu status ibu


7.2 Buku register kesehartan bayi
7.3 Buku register kohort bayi

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


89
SOP
PENGISIAN KARTU ANAK

1 Nama Pekerjaan
Pengisian Kartu Anak

2 Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian kartu status anak secara lengkap dan benar

3 Ruang Lingkup
Kartu anak untuk anak yang datang ke unit pelayanan KIA

4 Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan
4.2 Petugan Terlatih

5 Alat dan Bahan


5.1 Alat

5.1.1 Ballpoint
5.1.2 Kartu status anak
5.1.3 Timbangan berat badan

6 Instruksi Kerja
6. 1 Tulis dengan ballpoint warna hitam dengan rapih dan jelas
6. 2 Tulis nomor register pasien pada kolom bagian kanan atas
6. 3 Tulis nama klinik pada sudut kiri atas
6. 4 Tulis identitas pasien di halaman depan pada kolom yang tersedia
6.4 1 Nama anak
6.4 2 Tanggal lahir, jenis kelamin, tempat lahir
6.4 3 Berat badan waktu lahir (dalam gram)
6. 5 Tulis identitas orang tua
6.5 1 Nama ayah dan ibu, pekerjaan ayah
6.5 2 Umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu
6.5 3 Alamat anak
6. 6 Isi tanggal pemberian imunisasi pada kolom pelayanan imunisasi bayi
6.6 1 Tanggal pemberian imunisasi hepatitis B I/II/III, BCG, DPT I/II/III,
Polio I/II/III/IV dan campak sesuai tanggal pemberian
6. 7 Isi pada kolom pelayanan Vit. A dosisi tinggi
6.7.1 Tanggal pemberian Vit. A dosis tinggi sesuai tanggal pemberiannya
6.7.2
6. 8 Isi kolom deteksi dini perkembangan anak

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


90
6.8.1 Tulis hasil pemeriksaan aspek perkembangan motorik kasar, motorik
halus, gangguan bicara, gangguan sosialisasi dan kemandirian,
pendengaran dan penglihatan ( ditulis normal atau tidak normal ) pada
klolom sesuai umur kunjungan
6. 9 Isi dan tulis pada halaman pemeriksaan kesehatan anak
6.9.1 Tnggal, umur, berat badan / status gizi, pertumbuhan gigi / makanan
anak, keluhan anak, diagnose medis/ keperawatan,
pengobatan/tindakan/rujukan, tanda tangan petugas

7 Catatan Mutu
7.1 Kartu anak
7.2 Buku KIA
7.3 Buku register kesehatan anak
7.4 Buku register kohort anak

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


91
SOP
PENYIMPANAN VAKSIN
I. PENGERTIAN
Vaksin adalah senyawa antigenic yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif dan
meningkatkan imunitas tubuh terhadap suatu penyakit sehingga tubuh dapat segera
membuat antibody yang di kemudian hari dapat mencegah atau kebal dari penyalit tersebut
II. TUJUAN
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan
sediaan bilogis yang rentan terhadap perubahan temperature lingkungan.
III. PENANGANAN DAN PENGELOLAAN VAKSIN

KERUSAKAN VAKSIN PADA SUHU DI BAWAH 0oC

Hep B, DPT-Hep B -0,5 oC Maks ½ Jam


DPT, TT, & DT -5 oC s/d -10 oC Maks 1,5 s/d 2 jam

(Thermo Stability of Vaccines, WHO, 1998)

STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN

Kategori +37 oC +25 oC +5 oC


Polio 2 Hari - 225 Hari
DPT 14 Hari 90 Hari  3 Tahun
Hep B & TT 30 Hari 193 Hari  4 Tahun
Campak & BCG 7 Hari 45 Hari  2 Tahun

IV. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika disimpan pada
suhu yang tidak sesuai.
2. Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar Matahari langsung,
khususnya untuk vaksin BCG.
3. Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka pengaruh kelembaban
sangat kecil, misalnya menggunakan botol atau ampul yang tertutup kedap.

V. PENYIMPANAN VAKSIN
1. Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-
lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


92
2. Pemantauan Suhu secara berkala
3. Pengaturan Stok (Inventory Control)
4. Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM
System
5. Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
6. Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang
penerima.

VI. PEMBEKUAN SAAT PENYIMPANAN

1. Kesalahan Pada Perawatan

 Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar


 Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid

2. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)

 Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik


 Sering merubah posisi thermostat
 Petugas Baru:

- Ketidaktahuan sifat vaksin


- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin

3. Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang sirkulasi.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


93
SOP
PEYIMPANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM

I. PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM


a. Jangan membuka pintu lemari es/freezer.
b. Periksa termometer, pastikan suhu masih diantara 2 oC s/d 8 oC untuk lemari Es (chiller)
atau -15o s/d -25 oC untuk freezer.
c. Hidupkan generator.
d. Apabila suhu lemari es/chiller mendekati +8 oC masukkan coolpack secukupnya.
e. Apabila suhu freezer mendekati -15 oC masukkan cold pack secukupnya.
f. Tindakan ini hanya berlaku 2 x 24 jam.
g. Selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin dengan mengirim ke tempat lain yang
bisa menyimpan vaksin.
II. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN VAKSIN

1. Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau
pengiriman.
2. Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x
sehari).
3. Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
4. Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus
mengetahui cara penyimpanan yang benar.
5. Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
6. Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama
proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier box dan dimonitor
suhunya.
7. Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap
penanganan vaksin.
8. Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan
dikalibrasi.
9. Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
10. Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan
dan setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi
suhu yang diisyaratkan.
11. Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan &
transportasi vaksin yang baik.
12. Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk
setiap produk.
13. Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
14. Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan
kontak langsung dengan es.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


94
SOP
PEMBERIAN IMUNISASI BCG

1. Nama Pekerjaan
Pemberian imunisasi BCG

2. Tujuan

Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi Bacillus Calmette – Guerin (BCG) agar anak
mempunyai daya tahan terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC)

3. Ruang Lingkup

Semua pasien yang akan di imunisasi BCG di unit pelayanan KIA pada anak berumur 0 –
11 bulan

4. Ketrampilan Petugas

4.1 Dokter

4.2 Bidan

4.3 Perawat

5. Uraian Umum

5.1 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosa (batuk
darah)

5.2 Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam

6. Alat dan Bahan

6.1 Alat

Tidak ada

6.2 Bahan

6.1.1 Vaksin BCG

6.1.2 Jarum dan semprit disposibel 1 ml

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


95
6.1.3 Disposibel 5 cc untuk melarutkan

6.1.4 Kapas

6.1.5 Kartu imunisasi

7. Instruksi Kerja

7.1 Petugas mencuci tangan


7.2 Pastikan vaksin dan spuit yang akan digunakan
7.3 Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG 1 ampul (4cc)
7.4 Pastikan anak belum pernah di BCG dengan menanyakan pada orang tua anak
tersebut
7.5 Ambil 0,05 cc vaksin BCG yang telah kita larutkan tadi
7.6 Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan menggunakan
alcohol / desinfektan sebab akan meusak vaksin tersebut
7.7 Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya pada insertion
musculus deltoideus) secara intracutan (ic) / dibawah kulit
7.8 Rapikan alat –alat
7.9 Petugas mencuci tangan
7.10 Mencatat dalam buku

8. Indikator Kinerja

Mendapatkan hasil yang baik, tepat dan akurat

9. Catatan Mutu

9.1 Buku register bayi


9.2 Kohort bayi
9.3 Status bayi
9.4 Kartu KMS

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


96
SOP
PEMBERIAN IMUNISASI DPT COMBO

1. Nama pekerjaan
Pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi DPT agar anak mempunyai daya tahan
terhadap penyakit Dipteri (batuk rejan)

3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi DPT di unit pelayanan KIA pada anak
berumur 0 – 11 bulan

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat

5. Alat dan Bahan


5.1 Alat
Tidak ada

5.2 Bahan
5.2.1 Vaksin DPT
5.2.2 Jarum dan spuit disposible
5.2.3 Kapas bersih

6. Instruksi Kerja
6.1 Petugas mencuci tangan
6.2 Pastikan vaksin yang akan digunakan
6.3 Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11 bulan) jumlah suntikan 3x
untuk imunisasi DPT ini
6.4 Ambil 0,5 vaksin DPT
6.5 Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas yang telah dibasahi air bersih’
6.6 Suntikkan secara intra muskuler (IM) atau sub cutan (SC)
6.7 Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas akibat DPT, nerikan obat
penurun panas / antipiretik kepada ibu anak tersebut bila anak panas tinggi ( lebih
dari 39ºC)
6.8 Rapihkan alat-alat
6.9 Petugas mencuci tangan
6.10 Mencatat dalam buku
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
97
7. Indikator kinerja
Mendapat hasil yang tepat dan benar

8. Catatan mutu

8.1 Buku register bayi


8.2 Kohort bayi
8.3 Status bayi
8.4 Kartu KMS

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


98
SOP
PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

1. Nama Pekerjaan
Pemberian imunisasi polio

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi agar anak mempunyai daya tahan terhadap
penyakit polio

3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio di unit pelayanan KIA anak berumur
0 – 11 bulan

4. Ketrampilan Petugas

4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat

5. Uraian Umum

5.1 Imunisasi polio diberikan pada bayi mulai umur 0 – 11 bulan dalam ruang lingkup
KIA dan 0 – 59 bulan untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
5.2 Imunisasi polio di puskesmas puger diberikan sampai 4 kali dengan selang waktu 1
bulan

6. Alat dan Bahan

6.1 Alat
6.1.1 pinset / gunting kecil
6.2 Bahan
6.1.2 vaksin polio
6.1.3 pippet polio

7. Instruksi Kerja

7.1 Petugas mencuci tangan


7.2 Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor, kadaluarsa dan vvm /
vaksin vial monitor)
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
99
7.3 Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset / gunting kecil
7.4 Pasang pipet diatas botol vaksin
7.5 Letakkan anak pada posisi yang senyaman mungkin
7.6 Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes
7.7 Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang di imunisasi
7.8 Jika dimuntahkan atau ndikeluarkan oleh anak, ulangi lagi penetesannya
7.9 Saat meneteskan vaksin kemulut, agar vaksin tetap dalam kondisi steril
7.10 Alat
7.11 Petugas mencuci tangan

8. Indikator Kinerja

Mendapatkan hasil yang baik dan efektif

9. Dokumen Terkait

Status pasien

10. Catatan Mutu

10.1 Kohort Bayi

10.2 Register KIA

10.3 Status bayi

10.4 Kartu imunisasi

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


100
SOP
PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

1. Nama pekerjaan
Pemberian imunisasi Campak
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi campak agar anak mempunyai daya tahan
terhadap penyakit campak
3. Ruang Lingkup
Unit pelayanan KIA pada anak berumur 9 bulan
4. Ketrampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Bidan
4.3 Perawat
5. Alat dan Bahan
5.3 Alat
5.3.1 Pinset
5.3.2 Disposible spuit
5.4 Bahan
5.2.1 Vaksin
5.2.2 Pelarut
5.2.3 Kapas
5.2.4 Air
6. Instruksi Kerja
6.1 Petugas mencuci tangan
6.2 Pastikan vaksin dalam keadaan baik (no bact/ exp / vvm)
6.3 Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset
6.4 Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5cc)
6.5 Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan )
6.6 Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi
6.7 Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas yang telah dibashi dengan
air
6.8 Suntikkan secara SC
6.9 Rapikan alat-alat
6.10 Petugas mencuci tangan
6.11 Mencatat dalam buku
7. Catatan mutu
7.1 Kohort bayi
7.2 Buku register KIA
7.3 Buku Status bayi
7.4 Kartu Imunisasi

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


101
SOP
KB SUNTIK
I. PENGERTIAN
Jenis Kb suntik adalah suntik kombinasi yaitu berisi 25 mg Depo Medrksiprogeste Asetat
dan 5mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali dan 50 mg
Noretindron dan 5mg Estradiol Valerat yang diberikan I.M sebulan sekali

II. CARA KERJA


1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasu terganggu
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
III. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KONTRASEPSI SUNTIK
- KEUNTUNGAN
1. Resiko terhadap kesehatan kecil
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4. Efek sangat kecil
5. klien tidak perlu menyimpan obat suntik

- KERUGIAN
1. Terjadi perubahan pada haid
2. Mual, sakit kepala. Nyeri payudara ringan
3. Panambahan Berat Badan
4. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
IV. INDIKASI PENGGUNAAN SUNTIK\
1. Usia reproduksi
2. Talah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3. Menyusui ASI pascapesalinan >6 bulan
4. Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
5. Pascapersalinan dan tidak menyusui
6. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
V. KONTAINDIKASI PENGGUNAAN SUNTIK
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
3. Perdarah pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4. Penyakit hati akut
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
102
5. Usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmhg)
VI. CARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan I.M dakam. Klien diminta
datang setiap 4 minggu. Suntik ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diverikan setelah 7 hari jadwal yang telah
ditentukan, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil.

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


103
SOP
PEMASANGAN IUD (AKDR)

1. Nama Pekerjaan
Pemasangan IUD (AKDR)

2. Tujuan
Melakukan pemasangan IUD (AKDR) secara baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) di klinik dan RB Delta
Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 IUD kit
5.2 IUD steril ( Nova T atau Coper T )
5.3 Duk steril
5.4 Meja gynecology
5.5 Antiseptik
5.6 Kassa depress
5.7 Kapas sublimat
5.8 Larutan klorin 0,5%

6. Langkah Kerja
 Konseling Awal
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadaan umum klien
6.6 Melakukan anamnesis pada klien
6.7 Memberikan informasi umum tentang KB
6.8 Memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing – masing kontrasepsi
6.9 Jelaskan apa yang dapat diperoleh dari kunjungannya

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


104
 Konseling Metode Khusus
6.10 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
6.11 Mengumpulkan data pribadi klien
6.12 Menanyakan KB yang diinginkan
6.13 Menanyakan agama atau keprcayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan kontrasepsi
6.14 Mendiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan skap
yang simpatik
6.15 Membantu klien untuk memilih metode yang tepat
6.16 Menjelaskan kemungkinan efek samping AKDR sampai benar – benar dimengerti
oleh klien
 Konseling Pra pemasangan dan seleksi klien
6.17 Melakukan seleksi klien secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Riwayat kesehatan reproduksi :
a. HPHT, lama haid, pola perdarahan
b. Paritas dan riwayat kelahiran terakhir
c. Riwayat kehamilan ektopik
d. Nyeri yang hebat setiap haid
e. Anemia berat
f. Riwayat infeksi system genetalia
g. Berganti – ganti pasangan
h. Kanker serviks
6.18 Menjelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul, menjelaskan
apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan
 Pemeriksaan Panggul
6.19 memastikan bahwa klien sudah mengosongkan kandung kemih dan mencuci
vagina
6.20 Mencuci tangan dengan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk kering atau
tissue
6.21 Menolong klien untuk naik ke meja gynecology sambil mengucapkan basmalah
6.22 Melakukan palpasi daerah perut dan memeriksa adanya nyeri, benjolan atau
kelainan lainnya didaerah suprapubik
6.23 Menggunakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
6.24 Mengatur lampu yang terang untuk melihat serviks
6.25 Petugas memakai sarung tangan
6.26 Mengatur alat dan bahan yang akan dipakai
6.27 Melakukan inspeksi genetalia eksterna
6.28 palpasi kelenjar skene an bartolini, amati adanya nyeri dan discharge
6.29 Membaca basmalah
6.30 Memasukkan speculum vagina
6.31 Melakukan pemeriksaan speculum :
a. Memriksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
b. Inspeksi serviks
6.32 Mengeluarkan speculum dengan hati – hati dan meletakkan kembali pada tempat
semula dengan tidak menyentuh alat yang lain

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


105
6.33 Melakukan pemeriksaan bimanual :

a. Memastikan pergerakan serviks bebas


b. Menentukan besar dan posisi uterus
c. Memastikan tidak adanya kehamilan
d. Memastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa

6.34 Melakukan pemriksaan rektovaginal bila ada indikasi :

a. Kesulitan menentukan besar uterus retroversi


b. Adanya tumor pada cavum douglas

6.35 Mencelupkan sarung tangan pada larutan klorin, membuka dan merendam dalam
keadaan terbalik
6.36 Menjelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang klien rasakan pada saat
proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien mengajukan
pertanyaan
6.37 Memasukkan lengan AKDR didalam kemasan

 Tindakan Pemasangan AKDR

6.38 Memakai sarung tangan yang baru


6.39 Memasang speculum vagina untuk melihat serviks
6.40 Mengusap vagina dan serviks dengan larutan abtiseptik 2 – 3 kali
6.41 Menjepit serviks dengan tenaculum secara hati – hati
6.42 Memasukkan sonde uterus dengan NO TOUCH technique
6.43 Menentukan posisi dan kedalaman cavum uteri dan mengeluarkan sonde uterus
6.44 Mengukur kedalaman cavum pada tabung inserter yang masih dalam kemasan
6.45 Mengangkat tabung AKDR dari kemasannya tanpamenyentuh permukaan yang
tidak steril
6.46 Memegang tabung AKDR dengan leher biru dengan posisi horizontal, sementara
itu lakukan tarikan hati – hati padatenaculum, memasukkan tabung inserter
kedalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan
6.47 Memegang serta menahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
6.48 Melepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik WITH DRAWAL
6.49 Mengeluarkan pendorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh servks
atau terasa adanya tahanan
6.50 Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter, gunting benang AKDR 3 – 4 cm
didepan posio
6.51 Mengeluarkan seluruh tabung inserter dan membuang ketempat sampah
6.52 Melepaskan tenaculum dengan hati – hati dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
6.53 Memriksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenaculum,
tekan dengan kassa 30 – 60 detik

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


106
6.54 Mengeluarkan peculum dengan hati – hati dan rendam ke dalam larutan klorin
0,5%
6.55 Merendam seluruh peralatan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
6.56 Membuang bahan yang tidak terpakai ketempat sampah yang sudah disediakan
6.57 Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin, membuka dan merendam kedalam larutan klorin 0,5%
6.58 Mencuci tangan dengan sabun cair dan bilas dengan air mengalir
6.59 memastikan klien tidak mengalami kram hebat dan mengamati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang
6.60 Rapikan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien

 Konseling Pasca Pemasangan

6.61 Mengajarkan cara memeriksa benang AKDR dan kapan harus dilakukan
6.62 Menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan jika mengalami efek samping
6.63 Memberitahukapan klien harus kembali ke klinik dan RB Delta Mutiara untuk
control
6.64 Mengingatkan bahwa masa pemakaian AKDR
6.65 Meyakinkan klien bahwa dapat datang ke klinik dan RB Delta Mutiara setiap saat
bila memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic dan bila menginginkan AKDR
dicabut
6.66 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
6.67 Memberikan kartu akseptor dan memberitahu klien tentang jadwal kunjungan
ulang, sewaktu – waktu jika ada keluhan
6.68 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.69 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


107
SOP
PELEPASAN IUD (AKDR)

1. Nama Pekerjaan
Pelepasan IUD (AKDR)

2. Tujuan
Melakukan pelepasan IUD (AKDR) secara baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan melepas alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) di klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Speculum
5.2 Extraktor
5.3 Tampon tang / klem
5.4 Meja gynecology
5.5 Antiseptik
5.6 Kassa steril
5.7 Lampu sorot
5.8 Larutan klorin 0,5%

6. Langkah Kerja
 Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadan umum pasien
6.6 Menanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaan
6.7 Menanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya (apaklien ingin mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anak)

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


108
6.8 Menjelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan dirasakan klien pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan

 Tindakan Pra Pencabutan

6.9 Memastikan klien sudah mengosongkan kandung kencing


6.10 Membantu klien naik ke tempat pemeriksaan
6.11 Mencuci tangan dengan air sabun, mengeringkan dengan kain bersih
6.12 Memakai sarung tangan DTT
6.13 Mengatur peralatan dan bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT

 Tindakan Pencabutan

6.14 Mengucapkan basmalah


6.15 Melakukan pemeriksaan bimanual

a. Memastikan gerakan serviks bebas


b. Menentukan besar dan posisi uterus
c. Memastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa

6.16 Memasang speculum vagina untuk melihat serviks


6.17 Mengusap vagina dan serviks dengan larutan
6.18 Menjepit benang yang dekat serviks dan klem
6.19 Menarik keluar benang, mantap tetapi hati – hati untuk mengeluarkan AKDR
6.20 Menunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam larutan klorin
0,5%
6.21 Mengeluarkan speculum dengan hati – hati
6.22 Rapikan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien

 Tindakan Pasca Pencabutan

6.23 Merendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
6.24 Membuang emua bahan – bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kassa, sarung tangan
sekali pakai) ketempat sampah yang telah disediakan
6.25 Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
6.26 Mengamati selama 5 menit, sebelum memperbolehkan klien pulang

 Konseling Pasca Pencabutan


6.27 Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (misalnya
perdarahan yang lama, atau rasa nyeri dalam perut / panggul)
6.28 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
6.29 Menjawab semua pertanyaan klien

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


109
6.30 Mengulangi kembali keterangan tentang pilihan yang tersedia dan resiko keuntungan
dari masing – masing alat kontrasepsi, bila klien ingin tetap mengatur jarak kelahiran
atau ingin membatasi jumlah anak
6.31 Membantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai
6.32 Memberitahu klien tentang jadwal kunjungan ulang, atau sewaktu – waktu jika ada
keluhan
6.33 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.34 Mencuci tangan
6.35 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


110
SOP
PEMASANGAN IMPLANT (AKBK)

1. Nama Pekerjaan
Pemasangan implant (AKBK)

2. Tujuan
Melakukan pemasangan implant (AKBK) secara baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan memakai alat kontrasepsi bawah kulit (IMPLANT) di klinik dan RB Delta
Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Duk steril berlubang
5.2 Sarung tangan steril 1 pasang
5.3 Trokart steril + bisturi mess steril
5.4 Kapsul implant steril 6 biji
5.5 Antiseptik
5.6 Kassa steril perban dan plester
5.7 spuit disposibel 5 cc
5.8 Larutan klorin 0,5%
5.9 lidocain 2% 2 ampul + aquades
5.10 Patrun norplant dan alat – alat tulis

6. Langkah Kerja
 Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.2 Memperkenalkan diri pada pasien
6.3 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarga
6.4 Mengucapkan basmalah sebelum melakukan tindakan
6.5 Memperhatikan keadan umum pasien
6.6 Melakukan seleksi klien secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah kondisi
kesehatan klien. Riwayat kesehatan klien :
a. Hamil / tidak hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


111
c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Mioma uteri dan kanker payudara
e. Gangguan toleransi gula
6.7 Menyapa klien dengan ramah dan hangat
6.8 Menanyakan pada klien tujuan pemakaian alat kontrasepsi
6.9 Bila belum dilakukan konseling implant, petugas memberikan konseling sebelum
dilakukan pemasangan
6.10 Memastikan bahwa klien memang memilih implant
6.11 Memeriksa kembali rekam medic untuk menentukan bahwa klien memang cocok
memakai implant
6.12 Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan atau rujuk bila ada indikasi
6.13 Menilai pengetahuan klien tentang efek samping yang umum pada implant
6.14 Mendengarkan kebutuhan dan kekhawatiran klien terhadap implant
6.15 Menjelaskan proses pemasangan implant dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pemasangan
 Pemasangan Kapsul Implant
6.16 Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air untuk membilasnya
6.17 Menentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas
6.18 Memberi tanda pada tempat pemasangan
6.19 Memastikan bahwa DTT dan keenam kapsul implant sudah tersedia

 Tindakan Pra Pemasangan


6.20 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
6.21 Memakai sarung tangan DTT atau steril (bila sarung tangan diberi bedak, hapus
bedak dari sarung tangan)
6.22 Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
6.23 Memasang kain penutup (duk) steril atau DTT disekeliling lengan klien

 Pemasangan implant
6.24 Mengucapkan basmalah
6.25 Menyuntikkan anatesi local tepat dibawah kulit sedikit menggelembung
6.26 Meneruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing – masing 1
cc diantara pola pemasangan nomor 1, 2, 3 dan 4, 5 dan 6
6.27 Menguji efek anastesinya sebelum melakukan insisi
6.28 Membuat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skapel (alternative lain tusukan trikar
langsung kelapsan dibawah kulit / subdermal)
6.29 Sambil mengungkit kulit, petugas memasukkan terus trokar dan pendorongnya
sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokart) tepat pada luka insisi
6.30 Mengeluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam trokart (dengan tangan atau
dengan pinset)
6.31 Memasukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokart sampai
terasa ada tahanan
6.32 Menahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, tarik trokart keluar sampa
mencapai pegangan pendorong.
6.33 Menarik trokart dan pendorongnya secara bersama – sama sampai batas tanda 2
terlihat pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokart dari tempat insisi)

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


112
6.34 Menahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali trokart
serta pendorongnya sampai tanda 1
6.35 Jangan menarik ujung trokart dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang
6.36 Meraba kapsul untuk memastikan keenam kapsul untuk memastikan keenam kapsul
implant terpasang dalam pola kipas
6.37 Meraba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh di insisi

 Tindakan Pasca Pemasangan


6.38 Mendekatkan ujung – ujung insisi dan tutup dengan band aid
6.39 Memberi pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar
6.40 Menaruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam larutan
klorin untuk dekontaminasi
6.41 Membuang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ketempatnya (kapas, kassa,
sarung angan / alat suntik sekali pakai)
6.42 Melepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
6.43 Mencuci tangan dengan sabun dan air, kemudian mengeringkan dengan kain bersih

 Konseling Pasca Pemasangan


6.44 Menggambar letak kapsul pada rekam medic dan mencatat bila ada hal khusu
6.45 Memberi petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan klien harus datang untuk
control
6.46 Meyakinkan pada klien bahwa dapat datang setiap saat bila menginginkan untuk
mencabut kembali implant
6.47 Melakukan observasi selama 5 menit
6.48 Rapikan kembali klien dan alat – alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
6.49 Memberitahu klien tentang jadwal kunjungan ulang, atau sewaktu – waktu jika ada
keluhan
6.50 Mengucapkan hamdalah dan salam
6.51 Mencuci tangan
6.52 Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


113
SOP
PELEPASAN IMPLANT (AKBK)

1. Nama Pekerjaan
Pelepasan IMPLANT (AKBK)

2. Tujuan
Melakukan pelepasan IMPLANT (AKBK) secara baik dan benar

3. Ruang Lingkup
Ibu yang akan melepas alat kontrasepsi bawah kulit (IMPLANT) di klinik dan RB Delta
Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Duk steril berlubang
5.2 Sarung tangan steril 1 pasang
5.3 “U” klem steril
5.4 Pisau steril, pincet cirruge
5.5 Antiseptik
5.6 Kassa steril perban dan plester
5.7 spuit disposibel 5 cc
5.8 Larutan klorin 0,5%
5.9 lidocain 1%
5.10 aquades

6. Langkah Kerja
 Konseling Pra Pencabutan
6.1 Mengucapkan salam
6.2 Menyapa klien dengan ramah dan hangat
6.3 Menanyakan pada klien alasannya ingin mencabut implant dan jawab semua
pertanyaannya
6.4 Menanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya
6.5 Menjelaskan proses pencabutan implant dan apa yang klien rasakan pada saat proses
pencabutan dan setelah pencabutan
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
114
 Tindakan Pencabutan Kapsul

6.6 Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih
mungkin dengan sabun dan membilasnya dengan air
6.7 Mengatur posisi lengan klien, meraba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi
6.8 Memastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah tersedia

 Tindakan Pra Pencabutan

6.9 Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan kain yang bersih
6.10 Memakai sarung tangan DTT atau steril, bila sarung tangan diberi bedak dengan
menggunakan kassa yang telah dicelupkan kedalam air steril atau DTT
6.11 Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
6.12 Memasang kain penutup (duk) steril atau DTT disekeliling lengan klien

 Penvabutan Kapsul Dengan Teknik Baku

1. Menginjeksi sedikit anastesi (2 – 3 cc) pada tempat insisi dan di bawah ujung akhir
dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul
2. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada kulit
3. Membuat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung jari kaspul
4. Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung (mosquito)
5. Membersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan
kassa steril atau scalpel

 Pencabutan Kapsul Yang Sulit

1. Untuk kapsul yang jauh dari tempat insisi, petuga memasukkan lengkung, dan
menjepit kapsul dengan klem serta menjatuhkan atau memutar klem 180o kearah bahu
klien untuk membuat ujung kapsul mencuat
2. Menjepit kapsul yang sudah mencuat tersebut dengan klem lain dan cabut kapsul
dengan hati – hati dan meletakkannya pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%
3. Memilih kapsul berikutnya yang akan dicabut dan bila perlu suntikkan anastesi

 Pencabutan Kapsul Dengan Teknik Pop Out

1. Membaca basmalah
2. Petugas menginjeksi sedikit anastesi ( 2 – 3 cc)pada tempat insisi dan dibawah ujung
akhir dari kapsul sampai sepertiga panjang kapsul
3. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada kulit
4. Membuat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung dari kapsul
5. Mendorong ujung atas dari kapsul (dekat bahu) untuk membuat ujung kapsul (dekat
siku) menonjol keluar
6. Melepaskan jaringan ikat yang menutupi ujung kapsul dengan kassa setril atau scalpel

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


115
7. Mendorong ujung atas dari kapsul sehingga mencuat (pop out) pada tempat insisi dan
taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%

 Pencabutan Kapsul Dengan Teknik U

1. Membaca basmalah
2. Menginjeksi sedikit anastesi (2 – 3 cc) pada tempat insisi dibawah setiap ujung kapsul
dekat siku
3. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada luka
4. Membuat insisi kecil (4 mm) pada kulit diantara kapsul ke 3 dan ke 4 dengan arah
memanjang ± 5 mm ujung kapsul
5. Memasukkan ujung klem implant, menjepit kapsul dan tarik keluar
6. Menjatuhkan implant 90 derajat kearah bahu sehingga kapsul terlihat
7. Membersihkan kapsuldari jaingan ikat yang mengelilinginya
8. Menjepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung, tarik keluar
dan taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%

 Tindakan Pasca Pencabutan


1. Setelah selesai seluruh kapsul tercabut, petugas menghitung jumlah kapsul untuk
memastikan ke enam kapsul telah tercabut dan perlihatkan pada klien
2. Merapatkan kedua tepi luka insisi dan tutup dengan band aid
3. Member pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar
4. Mengucapkan hamdalah
5. Menaruh alat suntik ditempat yang terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin untuk dekontaminasi
6. Membuang peralatan yang sudah tidak terpakai lagi ke tempatnya
7. Rapikan kembali klien dan alat serta jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
8. Memberitahu klien tentang jadwal kunjungan ulang, atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan
9. Mengucapkan hamdalah dan salam
10. Mencuci tangan
11. Melakukan pendokumentasian

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


116
SOP
PEMERIKSAAN PAP SMEAR

1. Nama Pekerjaan
Pemeriksaan Pap Smear

2. Tujuan
Melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk deteksi dini Ca Serviks

3. Ruang Lingkup
Semua Wanita Usia Subur (WUS) di Klinik dan RB Delta Mutiara

4. Ketrampilan Petugas
4.1 Bidan terlatih
4.2 Dokter

5. Alat dan Bahan


5.1 Sarung tangan DTT
5.2 Speculum
5.3 Tampong tang
5.4 Spatula Ayre
5.5 Obyek Glass
5.6 Kapas DTT
5.7 Alkohol 96 % dalam tempatnya
5.8 Lampu penerangan
5.9 Bengkok
5.10 Larutan dekontaminasi
5.11 Tempat Sampah
5.12 Alat Tulis

6. Langkah Kerja
6.1 Tutup pintu, tirai dan jendela untuk menjaga privacy klien
6.2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, kerinkan dengan handuk
6.3 Posisi klien lithotomic
6.4 Mengucapkan salam dan menyapa dengan sopan
6.5 Memperkenalkan diri pada klien
6.6 Menjelaskan tindakan yang akan dilakuakn beserta tujuannya
6.7 Mengucapkan basmallah
6.8 Memperhatikan keadaan umum klien

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


117
6.9 Membantu ibu berbaring dan mengatur posisi lithotomi dengan tetap menutup bagian
tubuh yang lain
6.10 Menggunakan sarung tangan DTT
6.11 Melakukan vulva hygiene
6.12 Memasang speculum sampai mencapai portio
6.13 Tangan kiri memegang speculum, tangan mengambil spatula ayre lalu dimasukkan
ke dalam vagina menyentuh ujung servik
6.14 Masukkan ujung pendek spatula pada serviks
6.15 Ujung panjang pada bibir portio lalu putar 360º searah jarum jam untuk mengambil
secret vagina
6.16 Keluarkan spatula dan oleskan secret pada obyek glass lalu masukkan dalam alcohol
6.17 Mengambil sceret fornik dengan spatula dengan ujung yang lain & oleskan pada
obyek glass
6.18 Lakukan vagian toilet setelah itu melepaskan speculum
6.19 Celupkan tangan dalam larutan klorin 0,5%, basuh tangan kemudian lepaskan secara
terbalik
6.20 Merendam preparat ke dalam alcohol 90 % selama 30 menit
6.21 Rapikan kembali klien dan alat
6.22 Mengucapkan hamdallah dan salam
6.23 Mencuci tangan
6.24 Memberi etiket dan dikirim ke lab

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


118
STATUS ASMATIKUS

1. O2 2 lt / menit
Kegagalan pernafasan
- Ambubag + O2 4-6 liter/menit

2. Infus D5 / PZ = 3 : 2

Dehidrasi PZ : RL = 1 : 2 / jam

3. a. > 40 th = Aminophilin 10 cc IV pelan-pelan tiap 6 jam

b. < 40 th = Kombinasi dengan adrenalin 0,3 – 0,5 cc tiap 15 menit 3-5 kali

c. Oradexon 4 x 1 ampul IV / hari

d. Antibiotika : Ampicillin (tes dulu) 3 x 1 gr IV / hari

Teramicin 2 x 3 cc 1 m / hr

4. - Kontrol TD / nadi / pernafasan

- ECG = Usia 35 > tanpa adrenalin

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


119
SOP
KEJANG DEMAM PADA ANAK

I. PENGERTIAN

Kejang Demam adalah Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu tubuh
(suhu rectal 38 celcius) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.
II. TUJUAN

Menghilangkan atau mengatasi kejang demam pada anak agar tidak terjadi dampak
yang lebih buruk karena kejang yang terlalu lama.

III. KEBIJAKAN

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Klinik & RB Delta Mutiara

IV. PROSEDUR

Ada 2 Bentuk kejang demam yaitu :

1. Kejang Demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan vocal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikator ( Complek Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala
klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang vocal atau parsial satu sisi atau kejang umyum di dahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam
Anamnesis

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


120
Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluarga anggota lainnya
(ayah, ibu atau saudara kandung)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin tidak dilanjutkan kecuali untuk mengevaluasi sumber
infeksi atau pencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah)
Pemeriksaan Radiologi
X-Ray Kepala, CT-Scan Kepala atau MRI, tidak rutin dan hanaya dikerjakan atas
indikasi
Pemeriksaan EEG
Tidak di rekomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas
(misalnya kejang demam komplikata pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam
vocal)
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan Kejang Demam meliputi penanganan pada saat kejang dan
pencegahan kejang
a. penanganan pada saat kejang
1. menghentikan kejang : Dizepam dosis awal 0,3 – 0,5 mg/kgBB per dosis IV
( perlahan-lahan) atau 0,4-0,6 mg/kgBB per supposutoria bila kejang masih belum
teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
2. Turunkan demam :
Antipiretik : paracetamol 10 mg/kgBB per PO atau ibuprofen 5-10
mg/kgBB per dosis PO keduanya di berikan 3 - 4 kali sehari
Kompres : Suhu >39 celcius : air hangat, Suhu >38 celcius : air biasa
3. Pengobatan penyebab : Antiniotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakit
dasarnya.
4. Penanganan suportif lainnya meliputi:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Pemberiam Oksigen
c. Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
d. Pertahankan keseimbangan tekanan darah
b. Pencegahan Kejang

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


121
1. Pencegahan berkala atau intermiten untuk kejang demam sederhana dengan
diazepam 0,3 mg/kgBB/dosis PO dan antipiretik pada saat anak menderita penyakit
yg disertai demam
2. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikata dengan asam
valproat 15-40 mg/kgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara


122
Standard Operating Procedure (SOP) Klinik Delta Mutiara
123

Anda mungkin juga menyukai