LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
KODE MK : BDN19640
SEMESTER : VI (ENAM)
BEBAN : 3 SKS (T : 2; P : 1)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan
modul praktikum untuk mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Modul praktikum ini
merupakan panduan dan pedoman mahasiswa dalam proses pembelajaran dan praktikum mata
kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal ,selain modul praktikum ini masih banyak buku
pedoman lain yang di gunakan dalam proses belajar oleh mahasiswa dan pengajar mata kuliah
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Modul praktikum Kegawatdaruratan Maternal Neonatal merupakan modul yang digunakan
pada semester 6 selama 14 minggu dengan beban 3 SKS. Modul praktikum ini dapat menjadi
langkah awal mahasiswa untuk memahami mengenai Kegawatdaruratan Maternal Neonatal yang
akan membahas tentang deteksi dini dan penatalaksanaan pada kasus Maternal dan Neonatal.
Selain itu mahasiswa di harapkan dapat memadukan ilmu dan keterampilan yang di perolehnya.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan modul ini, untuk
itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan modul. Kami ucapkan terima
kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan modul praktikum ini.
1 Mampu menjelaskan tentang 1. Menjelaskan deteksi dini 1. Partisipasi dan Deteksi Dini Kegawat Tatap Maya # 1 Pembelajaran Asinkron
10 Mampu menjelaskan dan 1. Menjelaskan dan 1. Partisipasi dan Penatalaksanaan Awal Tatap Muka # 10 Pembelajaran Asinkron
mempraktekkan mempraktekkan peran aktif Kegawatdaruratan Tatap maya akan Obyek Pembelajaran : Penugasan Luring # 12 2,5%
penatalaksanaan awal penatalaksanaan awal mahasiswa Maternal & Stabilisasi dilaksanakan pada 1. Mempelajari jobsheet Menyusun laporan praktikum
kegawatdaruratan maternal kegawatdaruratan maternal 2. Penugasan daring Pasien pertemuan ke 10 praktikum penatalaksanaan awal
& stabilisasi pasien 2. Menjelaskan dan dan luring baik 1. Penatalaksanaan awal Agenda : 2. Video / animasi terkait kegawatdaruratan maternal
mempraktekkan stabilisasi mandiri & kegawatdaruratan 1. Praktikum kelompok. penatalaksanaan awal dan stabilisasi pasien
pasien kolaboratif maternal Dibagi 3 kelompok @ 6 kegawatdaruratan Penugasan Daring # 13
3. Forum diskusi 2. Stabilisasi pasien mhs maternal dan stabilisasi Diskusi kelompok kolaboratif ;
tanya jawab 2. Review & refleksi pasien Journal & book reading tentang
4. Kehadiran sesama teman Deteksi Dini Kegawatdaruratan
praktikum di lab 3. Praktikum mandiri Neonatal
13 Memahami dan 1. Menjelaskan prinsip dasar 1. Partisipasi dan Penatalaksanaan Tatap Muka # 13 Pembelajaran Asinkron
14 Memahami dan 1. Menjelaskan prinsip dasar 1. Partisipasi dan Penatalaksanaan Tatap Muka # 14 Pembelajaran Asinkron
mempraktekkan kegawatdaruratan neonatal peran aktif di e- Kegawatdaruratan Tatap muka akan Obyek Pembelajaran : Penugasan Luring # 16 5%
penatalaksanaan kejang Learning Neonatal Presentasi & dilaksanakan pada 1. Mempelajari jobsheet Menyusun laporan praktikum
kegawatdaruratan neonatal 2. Menjelaskan dan 2. Penugasan daring Prolapsus Tali Pusat pertemuan ke 14 praktikum penatalaksanaan
presentasi dan prolapsus tali mempraktekkan penilaian baik mandiri & 1. Prinsip dasar Agenda : 2. Video / animasi terkait kegawatdaruratan presentasi &
pusat : prinsip dasar, awal kasus kejang kolaboratif kegawatdaruratan 1. Praktikum kelompok. tentang prolapsus tali pusat
penilaian awal, penilaian 3. Menjelaskan dan 3. Forum diskusi neonatal presentasi & Dibagi 3 kelompok @ 6 kegawatdaruratan
klinik lengkap dan mempraktekkan penilaian daring prolapsus tali pusat mhs presentasi & prolapsus
penatalaksanaan kasus klinik lengkap kasus asfiksia 4. Kehadiran 2. Penilaian awal kasus 2. Review & refleksi tali pusat
presentasi dan prolapsus tali kejang praktikum di lab presentasi & prolapsus sesama teman
pusat 4. Mempraktekkan tali pusat 3. Praktikum mandiri
penatalaksanaan kasus kejang 3. Penilaian klinik lengkap semua perasat
kasus presentasi &
prolapsus tali pusat
4. Penatalaksanaan kasus
presentasi & prolapsus
tali pusat
14 Memahami dan 1. Menjelaskan prinsip dasar 1. Partisipasi dan Penatalaksanaan Tatap Muka # 14 Obyek Pembelajaran : Penugasan Luring # 17 5%
mempraktekkan kegawatdaruratan neonatal peran aktif di e- Kegawatdaruratan Tatap muka akan 1. Mempelajari jobsheet Menyusun laporan praktikum
penatalaksanaan tetanus neonatorum Learning Neonatal Tetanus dilaksanakan pada praktikum penatalaksanaan
kegawatdaruratan neonatal 2. Menjelaskan dan 2. Penugasan daring Neonatorum pertemuan ke 14 2. Video / animasi terkait kegawatdaruratan tetanus
tetanus neonatorum : prinsip mempraktekkan penilaian baik mandiri & 1. Prinsip dasar Agenda : kegawatdaruratan neonatorum
dasar, penilaian awal, awal kasus tetanus kolaboratif kegawatdaruratan 1. Praktikum kelompok. tetanus neonatorum
penilaian klinik lengkap dan neonatorum 3. Forum diskusi neonatal tetanus Dibagi 3 kelompok @ 6
penatalaksanaan kasus 3. Menjelaskan dan daring neonatorum mhs
b. DESKRIPSI
Mata kuliah ini membahas tentang kegawatdaruratan pada maternal dan neonatal dengan
pokok bahasan: Pengertian kegawatdaruratan, deteksi dini kegawatdaruratan maternal dan
neonatal kasus kegawatdaruratan maternal, penanganan awal kegawatdaruratan pada ibu,
stabilisasi pasien, kegawatdaruratan neonatal, serta penanganan awal kegawatdaruratan
pada bayi baru lahir.
c. WAKTU
1 SKS (P) x 170 menit x 14 minggu = 39, 2 jam / semester = 2,8 jam / minggu
d. PRASYARAT
Tidak ada MK prasyarat
e. TEMPAT PRAKTIKUM
Laboratorium Kegawatdaruratan
g. INDIKATOR PENCAPAIAN
1. Memahami dan mempraktekkan penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal
antepartum pada kasus Abortus, Perdarahan Kehamilan Lanjut, Preeklampsia, Syok
Obstetric
2. Memahami dan mempraktekkan penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal
intrapartum pada kasus Induksi Oksitosin, Distosia Bahu, Persalinan Sungsang,
Retensio Plasenta, Atonia Uteri.
3. Memahami dan mempraktekkan penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal
postpartum pada kasus Mastitis, Sepsis Puerperalis.
4. Memahami dan mempraktekkan penatalaksanaan kegawatdaruratan neonatal pada
kasus Asfiksia
B. DASAR TEORI
Prinsip pengobatan abortus inkomplit adalah pembersihan sisa konsepsi dan kavum
uteri. Cara melaksanakan pembersihan tersebut, tergantung dari usia kehamilan, besar
uterus dan hasil penghitungan HPHT. Selain itu dilihat ketersediaan peralatan, pasokan
medic dan tenaga kesehatan yang terampil. Bila sarana dan tenaga terampil tersebut tidak
tersedia maka dianjurkan untuk merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
(Affandi dkk, 2002).
Evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit hingga usia kehamilan 12-14 minggu
dapat dilakukan dengan aspirasi vakum atau dilatasi dan kuretase (D&K). Dari beberapa
hasil penelitian, aspirasi vakum menunjukkan risiko yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan kuret tajam. Aspirasi vakum, tidak memerlukan anestesi umum dan tidak
memerlukan ruang khusus (dapat dilayani secara rawat jalan)
Kewenangan Bidan dalam kasus abortus adalah mengidentifikasi dan melakukan
penatalaksaan awal sebelum melakukan rujukan. Tindakan kuretase maupun aspirasi vakum
dilaksanakan oleh dokter spesialis obstetric ginekologi. Bidan dalam hal ini bertugas untuk
melakukan persiapan baik pasien, obat maupun alat. Menjamin kesiapan peralatan dan
pasien sebelum tindakan dilaksanakan sehingga penanganan dapat dilakukan secara
cermat. Selanjutnya melaksanakan evaluasi tanda vital, perdarahan, tanda akut abdomen
dan produksi urine paska tindakan (WHO, POGI, IBI, 2013)
2. SEDATIF
Diazepam (Valium®) : Dosis 10 mg
o Sediaan obat 1 amp (2 cc) = 10 mg
C. KESELAMATAN KERJA
1. Pastikan bahwa semua obat dan peralatan sudah disiapkan
2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang akan dan sedang dilakukan tindakan
3. Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
4. Evaluasi ketat kondisi ibu dan janin selama pemberian obat analgesic & sedatif, selama
tindakan kuretase dan sesudah tindakan
5. Hati – hati, waspada terhadap tanda-tanda komplikasi analgesic
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Langkah-langkah Gambar
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Key Point :
Pastikan ibu dan keluarga memahami tentang tujuan
tindakan kuretase
Pastikan pasien sudah puasa 6-8 jam sebelumnya / cek
tanyakan makan terakhirnya
Siapkan formulir informed consent
2. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan dilakukan
Key Point :
Susun alat dan bahan secara berurutan dan periksa
kelengkapannya serta letakkan pada tempat yang mudah
dijangkau
Urutan penataan alat :
Spekulum Sim. tampon tang, tenakulum, sonde uterus, klem
ovum/ Fenster klem, dilatators, sendok kuret dan bahan steril
lainnya.
3. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
Key Point :
Pastikan ruangan tertutup
Gordyn / tirai tertutup untuk menjaga privacy
Pasang alas bokong dan beri penutup pada perut bagian
bawah
4. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan keamanan pasien
Key Point :
Tidurkan pasien di meja ginekologi
Penopang kaki dipasang apabila sudah siap untuk tindakan
kuretase
5. Cuci tangan
Keypoint :
Melepaskan jam tangan dan perhiasan
Mencuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun / cairan
desinfektan
Menggunakan teknik cuci tangan 7 langkah
Mengeringkan dengan handuk pribadi bersih
6. Lakukan pemasangan wing needle untuk memasukkan obat
anestesi & sedatif
Key Point :
Pasang ditangan yang tidak dominan
Pasang perlak dan kain alasnya kemudian gunakan
Keypoint :
Hati-hati, perhatikan dan baca dengan baik etiket masing –
masing obat.
Rumus perhitungan dosis obat baca di box teori
Siapkan semua spuit dalam bak injeksi dan dekatkan ke
pasien
8. Siapkan pemberian obat analgesic dan sedative (setelah
sebelumnya konsultasi dengan dokter SpOG/dokter
penanggung jawab)
Keypoint :
Beritahu pasien bahwa akan dilakukan penyuntikan obat
yang akan membuat pasien tidak sadar dan untuk
mengurang nyeri saat tindakan
Perkiraan waktu inisiasi penyuntikan obat analgesic &
sedative dengan waktu dimulainya tindakan kuretase oleh
dokter SpOG sehingga akan didapatkan efek maksimal obat
(lihat di box teori)
Amati tanda-tanda reaksi obat (penurunan kesadaran,
pernafasan dan tanda vital lainnya)
9. Lakukan asistensi tindakan kuretase
Keypoint :
Posisikan dan nyalakan lampu sorot
Pakai APD
Buka peralatan steril
Asisten berada pada sebelah kanan pasien dengan
membantu memegang speculum sim, sementara
operator/dokter SpOG melakukan tindakan asepsis pada
daerah serviks dan mengukur kedalaman uterus dengan
sonde uterus dan selanjutnya melakukan kerokan/evakuasi
jaringan.
Selama proses evakuasi, amati dengan seksama jaringan
yang keluar : jumlah dan adanya massa kehamilan, jumlah
darah, kelainan-kelainan diluar massa kehamilan (mis
gelembung mola)
Perhatikan kondisi pasien dan kesadarannya.
Setelah tindakan kuretase selesai, sementara masing
Keypoint :
Lakukan evaluasi TTV, kesadaran pasca tindakan setiap 30
menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ke ruang
perawatan.
Pantau perdarahan yang keluar dan keluhan GIT sebagai
efek samping analgesic terutama Ketamin Hcl ( apabila ada
mual/muntah, miringkan kepala pasien untuk mencegah
aspirasi)
Upayakan pasien bisa beristirahat dengan tenang sehingga
pemantauan dapat berlangsung dengan baik.
Lakukan evaluasi TTV, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen dan produksi urine setiap 6 jam selama 24 jam.
Atas advis dokter, pasien bisa diberikan antibiotika
profilaksis, terutama apabila ditemui tanda-tanda infeksi.
Periksa kadar Hb setelah 24 jam, bila hasil baik dan kadar Hb
>8 gr/dl dan kondisi pasien stabil, mampu mobilisasi tanpa
bantuan dan mendapat informasi tentang
pengobatan/perawatan lanjutan pasien diperbolehkan pulang
11. Berikan informasi pasca tindakan
Keypoint :
Tanda-tanda pemulihan berjalan normal :
Spasme/kram pada uterus hingga beberapa hari pasca
tindakan, berangsur berkurang atau masih dapat diatasi
dengan analgesic ringan
Jumlah perdarahan yang makin lama makin berkurang
Kembalinya siklus menstruasi (4-8 minggu)
Petunjuk yang harus diketahui/dijalankan, diantaranya :
Menghindari hubungan seksual atau memasukkan sesuatu
kedalam vagina (tampon, bilasan/douching) hingga
perdarahan benar-benar berhenti (5-7 hari)
Dalam 2 minggu pasca keguguran, kesuburan mungkin akan
kembali sehingga perlu sekali dijelaskan tentang
kemungkinan terjadinya kehamilan atau tawaran untuk
menggunakan kontrasepsi (bila pasien belum menginginkan
kehamilan berikutnya) Kecuali metode alamiah, hampir
semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasien
pasca keguguran.
Tempat untuk kunjungan ulang/fasilitas kesehatan yang
dapat memberikan pertolongan gawat darurat (bila
diperlukan)
F. EVALUASI
1. Peralatan dan bahan disiapkan secara lengkap dan tepat tanpa ada yang tertinggal
2. Setiap langkah dikerjakan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ada pada
daftar tilik dan standar
3. Aturan keselamatan kerja ditaati pada saat melakukan pemberian persiapan tindakan
kuretase
4. Evaluasi nilai dan kemampuan mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan
menggunakan daftar tilik dari masing – masing prasat. Setiap kegiatan praktikum
memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar
dapat lulus adalah 70.
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN ALAT
Persiapan Obat :
1. Analgetika (Phethidin 1-2 mg/kgBB atau ketamin
HCL 0,5 mg/kgBB)
2. Sedative (Diazepam 10 mg)
3. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/kgBB
4. Uterotonika (Oksitosin 10 UI atau Ergometrin 0,2
mg)
Persiapan Alat & Bahan
1. Alat steril :
Speculum Sim Double 2 buah
Tampon tang 1 buah
Tenakulum 1 buah
Sonde uterus 1 buah
Klem ovum / fenster klem 1 buah
Dilatator berbagai ukuran
Sendok kuret 1 set
Cucing steril yang berisi povidon iodine
(Bethadine®)
Kassa depress steril secukupnya
Handscoen steril
Kain/duk steril
2. Bahan :
Spuit 3 cc
Spuit 5 cc
Wing needle
Perlak kecil + kain alas
Pembendung vena/tourniqet
Alkohol 70 %
Kapas alkohol dalam kom
Bengkok
Hand scoen bersih
Plester
Hansaplast
Gunting plester
3. Alat non steril
Lampu sorot
Kain alas (underpad) dan penutup perut bawah
Penampung darah & jaringan
Apron
Masker
Kacamata pelindung
Tempat sampah kering, terkontaminasi dan
tidak terkontaminasi
Baskom plastic berisi larutan klorin 0,5 %
Wadah instumen tajam
Sarung tangan utulity / kerja
Pelengkap tindakan :
1. Phantom IV injection arm
2. Meja ginekologi dengan penopang kaki
B PERSIAPAN PASIEN
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan. Pastikan pasien
sudah puasa 6-8 jam sebelumnya / cek tanyakan
makan terakhirnya
2. Siapkan formulir informed consent
C CARA KERJA
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
3. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan
keamanan pasien
4. Cuci tangan 7 langkah
5. Lakukan pemasangan wing needle untuk
memasukkan obat anestesi & sedatif
6. Hitung dosis obat analgesic dan sedative (setelah
sebelumnya konsultasi dengan dokter
SpOG/dokter penanggung jawab)
7. Siapkan pemberian obat analgesic dan sedative
(setelah sebelumnya konsultasi dengan dokter
SpOG/dokter penanggung jawab)
8. Lakukan asistensi tindakan kuretase
9. Observasi pasca tindakan kuretase / pemantauan
pemulihan pasien
10. Berikan informasi pasca tindakan
TOTAL
Feedback :
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………………
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
B. DASAR TEORI
Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada kehamilan lanjut, diantaranya adalah :
• Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan
• Perdarahan intrapartum sebelum kelahiran
Perdarahan pada kehamilan lanjut dapat dibedakan seperti dalam Tabel dibawah ini :
Gejala Dan Tanda Faktor
Penyulit Lain Diagnosa
Utama Predesposisi
Perdarahan tanpa nyeri, Grande Syok Plasenta
usia gestasi > 22 mg multipara Perdarahan setelah Previa
Darah segar atau koitus
kehitaman dengan
bekuan
Tidak ada kontraksi
uterus
Perdarahan dapat terjadi
setelah miksi atau Bagian terendah janin
defikasi, aktivitas fisik, tidak masuk pintu atas
Kontraksi Braxton Hicks panggul
atau koitus Kondisi janin normal
atau terjadi gawat janin
Perdarahan dengan nyeri Hipertensi Syok yang tidak sesuai Solutio
interminten atau menetap Versi luar dengan jumlah darah Plasenta
Warna darah kehitaman Trauma yang keluar (tipe
dan cair, tetapi mungkin abdominal tersembunyi)
ada bekuan jika solusio Polihidramnion Anemia berat
relative baru Gemelli Melemah atau hilangnya
Jika ostium terbuka, Defisiensi gizi gerak janin
terjadi perdarahan Gawat janin atau
berwarna merah segar hilangnya denyut
jantung janin
Uterus tegang dan nyeri
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
PLASENTA PREVIA
1. Placenta Previa, yaitu keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau di dekat
serviks. Perhatikan beberapa kondisi sebagai berikut:
Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesaria (pemeriksaan boleh
dilakukan di ruang operasi)
Pemeriksaan inspikulo secara hati-hati dapat menentukan sumber perdarahan
berasal dari kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi
atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan
diagnosis placenta previa.
Perbaikan kekurangan cairan/darah dengan memberikan infus cairan IV (NaCl
0.9% atau Ringer Laktat)
Lakukan rujukan di tempat rujukan tersier
Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
o Syarat terapi ekspektatif :
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar haemoglobin dalam batas normal)
Janin masih hidup
o Rawat inap, tirah baring dan berikan pemberian antibiotika profilaktif
o Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, letak dan
presentasi janin
o Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous Fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan
o Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse
o Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika
terjadinperdarahan
SOLUSIO PLASENTA
2. Solusio Plasenta, yaitu lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan.
o Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan dengan
segera jika :
Pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ekstrasi vacuum
Pembukaan belum lengkap, persalinan dengan sektio seksaria. Pada setiap
kasus solution plasenta, waspadai terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.
o Jika perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam bahaya)
tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) :
DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher
Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup, persalinan dengan seksio seksaria
DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit :
Lakukan persalinan dengan segera
Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, persalinan diakhiri dengan
seksio seksaria
F. EVALUASI
1. Peralatan dan bahan disiapkan secara lengkap dan tepat tanpa ada yang tertinggal
2. Setiap langkah dikerjakan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ada pada
daftar tilik dan standar. Total nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus
adalah 70.
3. Aturan keselamatan kerja ditaati pada saat melakukan kegiatan praktikum
B. DASAR TEORI
Pada hipertensi dalam kehamilan terjadi perubahan mendasar akibat peningkatan
vasokonstriksi yang bersumber dari iskemia regio uteroplasenter. Perubahan tsb dapat
menyebabkan gangguan fungsi vital dan dapat menyebabkan kematian maternal dan
perinatal yang tinggi.
Konsep pengobatannya harus dapat mematahkan mata rantai iskemia regio
uteroplasenter regional sehingga gejala hipertensi dalam kehamilan dapat diturunkan.
Rekomendasi pengobatan secara internasional adalah Magnesium Sulfat / Sulfas
Magnesium SM (MgSO4), yang dianggap dapat mematahkan mata rantai kesinambungan
gejala tsb ditambah dengan obat antihipertensi dan diuretik dengan indikasi khusus.
Cara kerja MgSO4 sentral pada korteks serebri dan sinaps serat saraf, tidak masuk
melalui plasenta dan tidak berpengaruh pada janin
C. KESELAMATAN KERJA
1. Pastikan bahwa syarat untuk memberikan injeksi MgSO4 sudah terpenuhi
2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang akan dan sedang dilakukan tindakan
3. Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
4. Evaluasi ketat kondisi ibu dan janin selama terapi pemberian MgSO4
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Langkah-langkah Gambar
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Key Point :
Pastikan ibu dan keluarga memahami tentang tujuan injeksi
MgSO4
Berikan informed consent
2. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan dilakukan
Key Point :
Susun alat dan bahan secara berurutan dan periksa
kelengkapannya serta letakkan pada tempat yang mudah
dijangkau
Siapkan plester sesuai kebutuhan
3. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
Key Point :
Pastikan ruangan tertutup
Gordyn / tirai tertutup untuk menjaga privacy
4. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan keamanan
pasien
Key Point :
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, k/p pasang
guard drail
5. Periksa syarat-syarat untuk pemberian MgSO4
Key Point :
Pastikan reflek patella (+) kuat
Frekuensi pernafasan ≥ 16 x/menit
Produksi urine ≥ 30 cc dalam 1 jam sebelumnya
6. Cuci tangan
Keypoint :
Melepaskan jam tangan dan perhiasan
Mencuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun / cairan
desinfektan
Menggunakan teknik cuci tangan 7 langkah
Mengeringkan dengan handuk pribadi bersih
Key Point :
Pastikan jarum infus set terjaga kesterilannya
Tusuk ujung botol Ringer Laktat dengan mantap
Gantungkan botol pada standart infus, tekan bagian
saringan infus set sampai terisi separuh cairan kemudian
buka klem dan biarkan cairan mengisi seluruh selang infus
set untuk mengeluarkan udara
Key Point :
Pasang urine bag/ urobag pada sisi tempat tidur
Isi spuit dengan aquadest ± 6-10 cc
Buka bungkus kateter dan letakkan didalam bak instrumen
steril, beri jelly/pelumas pada ujung kateter
Pasang alas perlak, dekatkan bengkok dekat vulva
Pakai sarung tangan steril dan lakukan vulva higiene
Genggam kateter dan masukkan kateter ke meatus uretra
5-7,5 cm/sampai urine mengalir, minta pasien tidak
mengejan
Sambungkan ujung kateter dengan urobag
Kunci kateter dengan aquadest
Fiksasi kateter dengan plester pada paha pasien untuk
mempertahankan posisi kateter
Lepas sarung tangan rendam terbalik dalam larutan klorin
0,5%
Bereskan alat , cuci tangan dan catat jumlah urine yang
keluar
9. Siapkan pemberian MgSO4
Keypoint :
Hati-hati, perhatikan dan baca dengan baik etiket MgSO4 ;
bedakan antara yang MgSO4 20% dan 40 %
Ambil 5 cc=2 gr MgSO4 40 % dengan spuit 10 cc,
kemudian ambil 5 cc aquadest
Ambil 5 cc=2 gr MgSO4 40 % dengan spuit 10 cc,
kemudian ambil 5 cc aquadest
Siapkan semua spuit dalam bak injeksi dan dekatkan ke
pasien
10. Lakukan injeksi MgSO4 dosis awal/loading dose
Keypoint :
Masukkan MgSO4 sebanyak 20 cc langsung ke dalam vena
melalui selang infus
Masukkan secara perlahan-lahan selama 20 menit, 1 cc
obat selama 1 menit, total untuk injeksi 20 cc = 20 menit
Amati reaksi pasien selama proses pemberian SM
11. Lakukan drip MgSO4 sebagai dosis rumatan/maintenance
dose
Keypoint :
Masukkan 6 gr MgSO4 40% (15 ml) ke dalam 500 ml
larutan Ringer Laktat
Atur kecepatan tetesan 28 tetes/menit selama 6 jam
Dosis rumatan diulang hingga 24 jam setelah persalinan
atau kejang berakhir (bila eklampsia)
12. Berikan MgSO4 apabila ada kejang ulang
Keypoint :
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan 2 gram
MgSO4 40% (5 ml) secara IV perlahan selama 15-20 menit.
Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat
kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg
IV selama 2 menit
13. Lakukan observasi ketat kesadaran pasien,TTV, reflek patella,
jumlah urine, DJJ, tanda gawat janin serta komplikasi lain.
Awasi tanda –tanda keracunan/intoksikasi MgSO4
Keypoint :
Tanda-tanda keracunan MgSO4 harus selalu dipantau
Bila terjadi keracunan MgSO4 SEGERA HENTIKAN
pemberian MgSO4!
Bebaskan jalan nafas & segera berikan Calcium Gluconas
10% 10 ml bolus IV perlahan dalam waktu 10 menit sampai
pernafasan kembali spontan
F. EVALUASI
1. Peralatan dan bahan disiapkan secara lengkap dan tepat tanpa ada yang tertinggal
2. Setiap langkah dikerjakan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ada pada
daftar tilik dan standar. Total nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus
adalah 70.
3. Aturan keselamatan kerja ditaati pada saat melakukan pemberian injeksi SM
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Bahan
14. Phantom IV injection arm & phantom manikin
dewasa
B PERSIAPAN PASIEN
1. Beri penjelasan pada ibu atas tindakan yang
akan dilakukan
C CARA KERJA
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan
dilakukan
2. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
3. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan
keamanan pasien
4. Periksa syarat-syarat untuk pemberian SM
5. Cuci tangan
6. Lakukan prosedur pemasangan infus
7. Lakukan prosedur pemasangan kateter
8. Siapkan pemberian SM
Feedback :
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
Huruf Angka Interval
A 4,00 85 - 100
A- 3,67 80 - 84 Sidoarjo, ……………………....
B+ 3,33 75 - 79 Penguji
B 3,00 70 - 74
B- 2,67 65 - 69
C+ 2,33 60 - 64
C 2,00 55 - 59
D 1,00 40 - 54
E 0,00 0 - 39
B. DASAR TEORI
Induksi persalinan merupakan upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam
keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan (belum inpartu). Ada beberapa jenis induksi
persalinan yang dapat dilakukan untuk merangsang timbulnya tanda-tanda persalinan antara
lain amniotomi, oksitosin dan kateter foley Induksi persalinan yang relatif sering dilakukan
adalah induksi dengan menggunakan oksitosin. Oksitosin digunakan secara hati-hati karena
gawat janin dapat terjadi akibat hiperstimulasi. Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula
terjadi, terutama pada multipara (WHO, POGI, IBI :2013).
Inisiatif pelaksanaan induksi oksitosin merupakan kewenangan dokter spesialis obstetric
ginekologi. Kewenangan bidan dalam hal ini adalah mengidentifikasi kondisi awal pasien,
melakukan observasi ketat serta memantau tanda vital, kontraksi dan DJJ. Oksitosin
diberikan melalui infus sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diketahui secara pasti.
Keberhasilan induksi oksitosin bergantung pada kontraksi adekuat yg efektif dalam
menimbulkan dilatasi serviks yang progresif. Prosedur ini lebih cenderung berhasil jika
serviks dikatakan sudah matang yaitu telah mengalami perubahan struktur untuk
menimbulkan pelunakan, dilatasi dan penipisan.
Indikasi Maternal
▫ Kehamilan postterm
▫ Hipertensi ; include pre-eklampsia
▫ Diabetes
▫ Masalah medis
▫ Abruptio plasenta
▫ Bad Obstetric History
▫ KPD
Indikasi Janin
▫ Dicurigai adanya gangguan pada janin
▫ IUFD
Kontraindikasi Induksi
▫ Plasenta previa
▫ Presentasi janin melintang atau campuran
Senantiasa lakukan observasi ketat pada pasien yang mendapat induksi oksitosin
C. KESELAMATAN KERJA
1. Pastikan bahwa tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan induksi oksitosin
2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang akan dan sedang dilakukan tindakan
3. Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
4. Evaluasi ketat kualitas his dan DJJ selama pemberian induksi oksitosin
5. Hati – hati terhadap RUI ( Ruptura Uteri Imminen ) dan gawat janin
6. Jangan pernah meninggalkan pasien sendirian selama pemberian induksi oksitosin
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Langkah-langkah Gambar
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan
Key Point :
Pastikan ibu dan keluarga memahami tentang prosedur
induksi
Siapkan formulir informed consent
2. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan dilakukan
Key Point :
Susun alat dan bahan secara berurutan dan periksa
kelengkapannya serta letakkan pada tempat yang mudah
dijangkau
Siapkan plester sesuai kebutuhan
3. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
Key Point :
Pastikan ruangan tertutup
Gordyn / tirai tertutup untuk menjaga privacy ibu
4. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan privasi serta
kenyamanan ibu
Key Point :
Atur posisi ibu dalam posisi tidur semi fowler
5. Pakai apron dan cuci tangan
Keypoint :
Melepaskan jam tangan dan perhiasan
Mencuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun /
cairan desinfektan
Menggunakan teknik cuci tangan 7 langkah
Mengeringkan dengan handuk pribadi bersih
6. Buka bungkus infus set dan pasang pada botol cairan
dextrose 5 %
Key Point :
Pastikan jarum infus set terjaga kesterilannya
Tusuk ujung botol dextrose 5% dengan mantap
Gantungkan botol pada standart infus, tekan bagian
saringan infus set sampai terisi separuh cairan kemudian
buka klem dan biarkan cairan mengisi seluruh selang
infus set untuk mengeluarkan udara
Tampung cairan dibengkok
7. Pasang perlak dan kain alasnya kemudian gunakan
handscoen bersih
Key Point :
Perhatikan cara memasang perlak dan alasnya dengan
benar, posisi perlak dibawah dan kain alas diatasnya
Gunakan handscoen yang sesuai dengan ukuran tangan
8. Lakukan insersi abbocath
Key Point :
Minta ibu untuk menggenggam dengan jempol didalam
Perhatikan posisi dan kejelasan vena yang akan
dilakukan penusukan
Lakukan antisepsis dengan kapas alkohol 70% dengan
gerakan memutar satu arah
Bendung bagian atas vena dgn pembendung vena /
tourniquet
Lakukan insersi dengan lubang jarum abbocath
menghadap ke atas
Insersi benar jika terlihat darah ditabung kontrol
9. Sambung ujung set infus dengan abbocath
Keypoint :
Pastikan jarum diujung infus set telah dilepas
Lepas jarum abbocath perlahan sehingga menyisakan
hanya plastik abbocath
Hubungkan dengan hati-hati dan pastikan terkait erat
Buka klem slang infus dan biarkan cairan mengalir
10. Fiksasi jarum infus
Keypoint :
Pangkal jarum infus ditutup dengan hansaplast
Fiksasi sekitarnya dengan plester secukupnya
11. Masukkan oksitosin 5 IU
Keypoint :
Patahkan leher ampul oksitosin dengan hati-hati
Ambil seluruh oksitosin dengan spuit 5 cc
Tutup klem slang infus untuk sementara
Masukkan seluruh oksitosin kedalam cairan dextrose 5 %
atau NaCl 0,9% dan goyang perlahan sehingga obat
tercampur rata
Buka klem dan hitung tetesan awal sebanyak 8
tetes/menit
12. Bereskan alat dan cuci tangan
Keypoint :
Cuci tangan dibawah air mengalir dengan menggunakan
sabun / cairan desinfektan
Gunakan teknik cuci tangan 7 langkah
Keringkan dengan handuk pribadi bersih
13. Lakukan observasi ketat his, DJJ, tanda gawat janin serta
komplikasi lain
Keypoint :
Naikkan tetesan 4 tetes/15 menit sampai tetesan
F. EVALUASI
1. Peralatan dan bahan disiapkan secara lengkap dan tepat tanpa ada yang tertinggal
2. Setiap langkah dikerjakan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ada pada
daftar tilik dan standar
3. Aturan keselamatan kerja ditaati pada saat melakukan pemberian induksi oksitosin
4. Evaluasi nilai dan kemampuan mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan
menggunakan daftar tilik dari masing – masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki
bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus
adalah 70.
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN ALAT
1. Oksitosin 5 IU
2. Cairan Dextrose 5 %/NaCl 0.9 %
3. Infus set (transfusion set)
4. Abbocath 16/18 G
5. Standar infus
6. Perlak kecil + kain alas
7. Pembendung vena/tourniqet
8. Spuit 3 cc
9. Alkohol 70 %
10. Kapas alkohol dalam kom
11. Bengkok
12. Hand scoen bersih dalam kom
13. Plester
14. Hansaplast
15. Gunting plester
16. Funduskop
17. Jam tangan berdetik
18. Baskom berisi larutan klorin 0,5 %
19. Lembar catatan partograf
20. Tempat sampah
Bahan
1. Phantom dewasa
2. Phantom abdomen kehamilan
B PERSIAPAN PASIEN
1. Beri penjelasan pada ibu atas tindakan yang
akan dilakukan
C CARA KERJA
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy ibu
3. Siapkan ibu pada tempat tidur dan perhatikan
privasi serta kenyamanan ibu
4. Pakai apron dan cuci tangan
5. Buka bungkus infus set dan pasang pada botol
cairan dextrose 5 %
6. Pasang perlak dan kain alasnya kemudian
gunakan handscoen bersih
7. Lakukan insersi abbocath
8. Sambung ujung set infus dengan abbocath
9. Fiksasi jarum infus
10. Masukkan oksitosin 5 IU
11. Bereskan alat dan cuci tangan
12. Bereskan alat dan cuci tangan
13. Lakukan observasi tetesan infus setiap 30 menit
dan observasi his, DJJ, tanda gawat janin serta
komplikasi lain atau sewaktu – waktu apabila
terdapat tanda bahaya
TOTAL
B. DASAR TEORI
a. Pengertian
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk
menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan
seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan
seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa
distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik. American College of
Obstetrician and Gynecologist (2002): angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6
– 1.4%.
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Penatalaksanaan distosia bahu (APN 2007)
1. Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
2. Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.
3. Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert.
a. Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin
kearah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga membantu.
b. Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis untuk
menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis. Tidak diperbolehkan mendorong
fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.
Manuver Mc Robert
4. Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas
1. Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan
2. Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN ALAT
Sesuai dengan persiapan alat APN
B PERSIAPAN PASIEN
Beri penjelasan pada ibu atas tindakan yang akan
dilakukan
C CARA KERJA
1. Posisikan pantat ibu dipinggir tempat tidur ( bila
perlu ).
2. Pakai sarung tangan DTT.
3. Lakukan episiotomi secukupnya.
4. Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya,
minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh
mungkin kearah dada ibu.
5. Pegang kepala secara biparietal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
6. Bersamaan dengan langkah no 6 asisten
melakukan tekanan bahu depan di atas simfisis.
Bila tidak berhasil :
7. Minta ibu untuk posisi merangkak.
8. Lakukan tarikan perlahan-lahan bahu anterior
kearah atas dengan hati-hati, segera setelah bahu
anterior lahir, lahirkan bahu posterior dengan
tarikan perlahan kearah bawah dengan hati-hati.
9. Setelah bahu lahir penatalaksanaan sesuai
dengan prosedsur APN
Feedback :
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
Huruf Angka Interval
A 4,00 85 - 100
A- 3,67 80 - 84 Sidoarjo, ……………………....
B+ 3,33 75 - 79 Penguji
B 3,00 70 - 74
B- 2,67 65 - 69
C+ 2,33 60 - 64
C 2,00 55 - 59
D 1,00 40 - 54
E 0,00 0 - 39
B. DASAR TEORI
a) PENGERTIAN
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas
panggul atau simfisis (Manuaba, 1988).
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu,
sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar
bayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai
mekanisme “Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat,
sehingga hanya mempunyai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan
waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan
kematian bayi yang besar (Manuaba, 1998).
b) ETIOLOGI
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari (Manuaba, 2010):
Faktor ibu
a. Keadaan rahim
Rahim arkuatus
Septum pada rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
a) Selama proses persalinan, risiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan persalinan
pervaginam pada presentasi belakang kepala.
1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan
umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan dan asisten penolong.
b) Pertolongan persalinan sungsang terdapat beberapa manuver, sebagai berikut :
1. Spontan Bracht
2. Manual Aid (Klasik)
3. Manual Aid (Muller)
4. Manual Aid (Lovset)
5. Manual Aid (Muriceau)
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang tes cairan ketuban dengan menggunakan
kertas lakmus, mahasiswa di harapkan mampu melakukan tes cairan ketuban dengan
menggunakan kertas lakmus dengan benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan kemampuan
mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan menggunakan daftar tilik dari masing –
masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang
harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus adalah 70.
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN ALAT
Alat Steril :
- Partus Set
- Heacting Set
- Duk Kecil 4
- Klem Duk 4
- Cunam Piper
- Bahan habis pakai
Alat Bersih :
- Bengkok
- Matkan (gelas ukur)
- Tempat sampah
- Perlengkapan untuk ibu
- Perlengkapan untuk bayi
Persiapan Obat :
- Cairan RL
- Infus set
- Oksitosin
Persiapan Pasien :
- Penjelasan
- Informed Concent
- Posisi
Persiapan Petugas :
- Cuci Tangan
- Memakai APD
- Posisi
C CARA KERJA
PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
SPONTAN BRACHT
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
B. DASAR TEORI
PERDARAHAN DALAM KALA URI
Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan
plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah
rahim, maka uterus akan berkontraksi (his pengeluaran plasenta) untuk mengeluarkan
plasenta (Mochtar, 1998).
RETENSIO PLASENTA
PENGERTIAN
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir (Mochtar, 1998).
SEBAB – SEBAB
1) Plasenta belum terlepas dari rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, yang
menurut tingkat pelekatannya dibagi menjadi
a. Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam;
b. Plasenta senta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua sampai ke miometrium;
c. Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi
belum menembus serosa; serta
d. Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding
rahim.
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rectum penuh, karena itu keduanya harus dikosongkan.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir,
apalagi bila terjadi perdarahan, maka harus segera dikeluarkan. Tindakan yang dapat
dikerjakan adalah :
(1) Coba 1 – 2 kali dengan perasat Crede.
(2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta).
Pasang infus cairan dektrosa 5%, ibu dalam posisi litotomi, dengan narkosa dan segala
sesuatunya dalam keadaan suci hama.
Tekhnik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga
rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas–disisihkan
dengan tepi jari-jari tangan–bila sudah lapas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah
ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah
Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan
membawa infeksi.
(3) Bila perdarahan banyak berikan transfuse darah.
(4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang tes cairan ketuban dengan menggunakan kertas
lakmus, mahasiswa di harapkan mampu melakukan tes cairan ketuban dengan
menggunakan kertas lakmus dengan benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan kemampuan
mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan menggunakan daftar tilik dari masing –
masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang
harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus adalah 70.
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN 1
1. Informed consent
2. Persiapan alat
3. Persiapan pasien
4. Persiapan petugas
5. Persiapan Obat (Anestesia verbal atau analgesia per
rektal)
B TINDAKAN 3
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (7
langkah), keringkan dengan handuk satu kali pakai
2. Pakai sarungtangan
3. Pasang infuse RL dan masukkan analgesic
(profenit) 100 µg per rectal
4. Asepsis vulva dan tali pusat dengan menggunakan
betadine
5. Celupkan tangan ( pakai handschoon ) ke dalam
larutan
6. Klorin 0,5 %, dan keringkan dengan handuk sekali
pakai
7. Gunakan sarungtangan steril
8. Pasang duk pada pantat, paha dan perut
9. Klem antara duk
10. Gunakan sarungtangan obstetric sterile
11. Buka labia dan masukkan tangan secara obstetric
ke dalam jalan lahir
12. Pindahkan tangan kiri untuk meregangkan tali pusat
13. Masukkan tangan kanan sambil menyusuri tali pusat
dari bawah sampai ostium uteri eksternum (buka
serviks)
14. Pindahkan tangan kiri di atas fundus uteri untuk
fiksasi fundus uteri
15. Masukkan tangan ke dalam kavum uteri sampai
insersi tali pusat
16. Buka tangan yang berada di kavum uteri seperti
berjabatan tangan, tentukan implantasi plasenta dan
temukan tepi plasenta paling bawah.
Feedback :
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………………
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
B. DASAR TEORI
PERDARAHAN POSTPARTUM
Pengertian
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan karena retensio
plasenta (Mochtar, 1998)
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24
jam, biaanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Menurut Wiknjosatro H. (1960), perdarahan, terutama perdarahan postpartum, masih
merupakan salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
postpartum, yaitu :
a. Penghentian perdarahan
b. Jaga jangan sampai timbul syok
c. Penggantian darah yang hilang.
Frekuensi
Frekuensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan
adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan–laporan baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Berdasarkan
penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :
a. Atonia uteri : 50% - 60%
b. Retensio plasenta : 16% - 17%
c. Sisa plasenta : 23% - 24%
d. Laserasi jalan lahir : 4% - 5%
e. Kelainan darah : 0,5% - 0,8%
Etiologi
Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Secara ringkas
membuat diagnosis adalah seperti bagan di halaman berikut :
a. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
b. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak,
c. Atonia uteri lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :sisa-sisa plasenta dan
ketuban, robekan jalan lahir,robekan rahim,plasenta suksenturiata
d. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah.
e. Pemeriksaan laboratorium: periksa darah, Hb, clot observation test (COT), dan lain-
lain (kelainan pembekuan darah).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dapat waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau
dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus-terusan yang juga
berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi
lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok. Karena itu adalah penting sekali pada setiap
ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta pengawasan tekanan
darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
Penanganan
Pencegahan perdarahan postpartum,Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap
siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau
Prognosis
Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965): “Perdarahan postpartum masih merupakan
ancaman yang tidak terduga; walaupun dengan pengawasan yang sebaikbaiknya,
perdarahan postpartum masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting”.
Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern: “Perdarahan poatpartum tidak
perlu mambawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar bila kesadaran
masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dalam klinik tersedia banya darah dan cairan serta
fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan, bahwa darahnya adalah
merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun jiwa
istri dan keluarganya sendiri.
Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. dkk, (1969) melaporkan angka kematian ibu
sebesar 7,9% dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8% – 4,5%. Tingginya angka kematian ibu
karena banyak penderita yang dikirim dari luar negeri dengan keadaan umum yang sangat
jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Perdarahan harus minimal jika uterus wanita berkontraksi dengan baik setelah kelahiran
plasenta. Jika ada aliran menetap atau pancaran kecil darah dari vagina, maka bidan harus
mengambil langkah berikut :
a) Periksa konstensi uterus yang merupakan langkah pertama yang berhubungan dengan
atonia uterus
b) Jika uterus bersifat atonik, massase untuk menstimulasi kontraksi sehingga pembuluh
darah yang mengalami perdarahan
c) Jika perdarahan tidak terkendali minta staf perawat melakukan panggilan ke dokter
d) Jika rest plasenta atau kotiledon hilang lakukan eksplorasi uterus, uterus harus benar-
benar kosong agar dapat berkontraksi secara efektif.
e) Jika uterus kosong dan berkontraksi dengan baik tetapi perdarahan berlanjut periksa
pasien untuk mendeteksi laserasi serviks, vagina dan perineum, karena mungkin ini
merupakan penyebab perdarahan (ikat sumber perdarahan dan jahit semua laserasi).
Jika terjadi syok (penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, pernafasan cepat
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
PROSEDUR TINDAKAN KBI DAN KBE
Nilai :
Nama Mahasiswa : ............................................................
NIM : ............................................................
Skala
No Uraian Kegiatan Bobot Penilaian Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1 Inform consent
2 Pasien
3 Peralatan
4 Penolong
5 Pencegahan infeksi sebelum tindakan
B TINDAKAN
1 Pakai sarung tangan DTT
2 Kosongkan kandung kemih
Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut kateter
3 dan masukkan kedalam wadah yang berisi cairan
klorin 0,5% selama 10 menit
4 Eksplorasi gumpalan darah dari vagina
Celupkan tangan ( pakai handscone) ke dalam
5 larutan klorin 0,5% dan keringkan dengan handuk
sekali pakai
6 Gunakan sarung tangan obstetric steril
KOMPRESI BIMANUAL UTERUS INTERNA
Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan
antiseptic pada sarung tangan kanan. Dengan ibu
7 jari telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labia mayora
ke lateral dan secara obstetric, masukkan tangan
kanan melalui introitus
Kepalkan tangan kanan dan letakkan daratan
8 punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior, dorong uterus ke kranio anterior.
Telapak tangan kiri menekan bagian belakang
9
korpus uteri
Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan
10 telapak tangan kiri dengan kepalan tangan kanan
pada forniks anterior
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan
berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
11
kontraksi uterus membaik. Bila perdarahan belum
berhenti lanjutkan tindakan berikut
Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan
12
dan rendam dalam klorin 0,5%
KOMPRESI BIMANUAL UTERUS EKSTERNA
13 Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
14 uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus
Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak
15 tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian
depan
Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan
16 telapak tangan kiri dan kanan dan perhatikan
perdarahan yang terjadi
17 Suntikkan Ergometrine 0,2 mg intramuskular
Pasang infuse dan beri oksitosin 20 IU dengan
18
tetesan cepat (500 cc habis dalam 10 menit)
Feedback :
JUMLAH SKOR
NILAI = SKOR MAKSIMAL x 100
B. DASAR TEORI
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme. Dengan demikian syok merupakan suatu keadaan serius
yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu
mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai.
Syok sulit di definisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang di namis,
yang di tandai dengan perubahan sehubungan penurunan sirkulasi volume darah yang
menyebabkan ketidaksadaran jika tidak di tangani dapat menyebabkan kematian.
Pada kondisi hamil, syok dapat terjadi pada kehamilan muda ataupun kehamilan
lanjut, penyebabnya dapat disebabkan karena nyeri ataupun perdarahan yang berdampak
pada keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran dar ah, t erm asuk
kelainan jantung (misalnya serangan jantungatau gagal jantung), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah
(misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).Oleh karena itu pemberi layanan kesehatan
termasuk bidan harus mampu melakukan identifikasi syok dan memberikan
penatalaksanaan yang tepat, cepat dan berkualitas.
Curigai atau antisipasi syok, jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut :
Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik, atau mola)
Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (plasenta previa, solution
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN UMSIDA | 89
Modul Praktikum Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
plasenta, rupture uteri)
Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan jalan lahir,
plasenta yang tertinggal)
Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septik, amnionitis, metritis,
pienefretis )
Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus, rupture
uteri, robekan jalan ahir)
b. Syok Neurogenik
Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan
ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forceps atau persalinan
letak sungsang di mana pembukaan serviks belum lengkap, versi dalam yang kasar,
firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang
terlalu cepat (pecah ketuban pada polihidramnion), dan penurunan tekanan tiba-tiba
daerah splanknik seperti pengangkatan tiba- tiba tumor ovarium yang sangat besar.
c. Syok Kardiogenik
Yaitu syok yang terjadi karena kontraksi otot jantungyang tidak efektif yang disebabkan
oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada penyakit-penyakit
katup jantung.
d. Syok Endotoksik/septic
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN UMSIDA | 90
Modul Praktikum Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya
toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada
abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
e. Syok Anafilatik
Yaitu syok yang sering terjadi akibat alergi/hipersensitif terhadap obat-obatan. Penyebab
syok yang lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus, komplikasi anastesi dan
kombinasi seperti pada abortus inkompletus (hemoragik dan ensotoksin) dan kehamilan
ektopik terganggu dan rupture uteri (hemoragik dan neurogenik).
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medik dalam penanganan
kedaruratan medik dalam kebidanan atau setiap kedaruratan adalah ABC yang terdiri atas
menjaga fungsi saluran nafas (Airway). Pernapasan (Breathing) dan sirkulasi darah
(Circulation). Jika situasi tersebut terjadi di luar rumah sakit, pasien harus dikirim ke rumah
sakit dengan segeran dan aman.
PENANGANAN SYOK
Penanganan Awal
a. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat
b. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan
bahwa jalan napas bebas.
c. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
d. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya
aspirasi jika ia muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
e. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
f. Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki)
Penanganan Khusus
Mulailah infus intra vena jika memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum
terbesar no. 6 ukuran terbesar yang tersedia. Darah diambil sebelum pemberian cairan
infus untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocokan (cross match), pemeriksaan
hemoglobin, dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk
trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.
a. Segera berikan cairan infus (garam fisiologik atau Ringer laktat) awalnya dengan
kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
b. Catatan: Hindari penggunaan pengganti plasma (seperti dekstran). Belum terdapat
bukti bahwa pengganti plasma lebih baik jika dibandingkan dengan garam fisiologik
pada resusitasi ib yag mengalami syok dan dekstran dalam jumlah banyak dapat
berbahaya.
c. Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi
cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan
d. Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam
kecepatan 1 liter per 6-8 jam
Setelah syok teratasi, langkah selanjutnya yang harus anda kerjakan adalah
Penentuan dan penanganan penyebab syok. Tentukan penyebab syok setelah ibu tersebut
stabil keadaannya.
Syok Perdarahan
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok:
a. Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan perdarahan (seperti
oksitosin, masasse uterus, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk
tindakan pembedahan).
b. Transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok
karena perdarahan, transfusi dubutuhkan jika Hb <8 g%. Biasanya darah yang
diberikan ialah darah segar yang baru diambil dari donor darah.
c. Tentukan penyebab perdarahan dan tata laksana:
Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan, curigai abortus,
kehamilan ektopik atau mola
Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi sebelum
melahirkan, curigai plasenta previa, solusio plasenta atau robekan dinding uterus
(rupture uteri).
Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus, atonia
uteri, robekan jalan lahir, plasenta tertinggal.
d. Nilai ulang keadaan ibu: dalam waktu 20-30 mnit setelah pemberian cairan, nilai ulang
keadaan ibu tersebut untuk melihat tanda-tanda perbaikan.
Syok Septik
Jika infeksi dicurigai menjadi penyebab syok:
Ambil sampel secukupnya darah, urin, pus, untuk kultur mikroba sebelum memulai
terapi antibiotika, jika fasilitas memungkinkan.
Penyebab utama syok septic (70% kasus) ialah bakteri gram negatif seperti
Esckherisia koli, Klebsiella pnemoniae, Serratia, Enterobakter, dan Psedomonas.
Antibiotika harus diperhatikan apabila diduga atau terdapat infeksi, misalnya pada
kasus sepsis, syok septic, cedera intraabdominal, dan perforasi uterus.
Jangan diberikan antibiotika melalui mulut pada ibu yang sedang syok:
Untuk kebanyakan kasus dipilih antibiotika berspektrum luas yang efektif terhadap
kuman gram negatif, gram positif, anerobik, dan klamidia. Antibiotika harus diberikan
dalam bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas.
Berikan kombinasi antibiotika untuk mengobati infeksi aerob dan anaerob dan
teruskan sampai ibu tersebut bebas demam selama 48 jam.
Penisillin g 2 juta unit atau ampisilin 2 g I. V setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB I.V. setiap 24 jam
Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
Nilai ulang keadaan ibu tersebut untuk menilai adanya tanda-tanda perbaikan
Jika trauma dicurigai sebagai penyebab syok, lakukan persiapan untuk tindakan
pembedahan
Perubahan kondisi sepsis sulit diperkirakan, dalam waktu singkat dapat memburuk
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan adalah :
- Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmhg
- Denyut jantung stabil
- Kondisi maternal membaik, ekspresi ketakutan berkurang
- Produki urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30
ml/jam
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang syok obstetric, mahasiswa di harapkan mampu
melakukan penatalaksanaan syok obstetric dengan benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan
kemampuan mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan menggunakan daftar tilik dari
masing – masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki bobot nilai yang berbeda. Total
nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus adalah 70.
B. DASAR TEORI
Sepsis puerperalis merupakan infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap
saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus. Untuk menentukan apakah sepsis putperalis terjadi, maka Anda
dapat mendeteksinya melalui adanya dua atau lebih dan hal – hal berikut ini :
1. Nyeri pelvik
2. Demam >38,5° diukur melalui oral kapan saja;
3. Vagina yang abnormal
4. Vagina berbau busuk;
5. Keterlambatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
KOMPLIKASI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN UMSIDA | 97
Modul Praktikum Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Peritonitas menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian
peritonium, ini berarti baik peritoneum parietal,yaitu membran
PERITONITAS yang melapisi dinding abdomen,maupaun
peritoneum viseral,yang terletak di atas vasera atau organ- organ
internal meradang
Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada ovariun dan tuba fallopi.
SALPINGO-OOFORITIS
Parametritis adalah infeksi pada parametrium.,jaringan yang
DAN PARAMETRITIS
memanjang sampai kesisi servik dan kepertengahan lapisan-
lapisan ligamen besar
Septikemia adalah ada dan berkembangbiaknya bakteri di dalam
SEPTIKEMIA
aliran darah.
Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada pemeriksaan vagina,
ABSES nyeri yang hebat dan nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun
diberikan antibiotik
Untuk mengetahui adanya kegawatdarutan ibu nifas dengan sepsis peurperalis, Anda
dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif, seperti dibawah ini :
Data Subjektif Data Objektif
Ibu menyampaikan baru melahirkan Partus lama utama ketuban pecah
Riwayat persalinan dengan tindakan lama
(digunting, dengan alat dan plasenta Tindakan bedah vagina yang
dirogoh ) menyebabkan perlukaan pada
Proses persalinan lama lebih 1 jam jalan lahir
bayi tidak segera lahir Tertinggalnya sisa plasenta,
Saat hamil ibu dengan penyakit mis: selaput ketuban dan bekuan darah
batuk lama, dada berdebar- debar, Demam tinggi sampaji menggigil
kencing manis dll Nadi kecil dan cepat
Nyeri tekan pada kedua sisi
abdomen
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
RUJUK
Dirujuk Langsung ke RUMAH SAKIT
BAKSOKU (Bidan, Alat, Kendaraan, Surat, Obat,
Keluarga, Uang )
Bagan : 3.1. Pengelolaan KegawatdaruratanIbu Nifas dengan Sepsis Puerperium
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang tes cairan ketuban dengan menggunakan
kertas lakmus, mahasiswa di harapkan mampu melakukan tes cairan ketuban dengan
menggunakan kertas lakmus dengan benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan kemampuan
mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan menggunakan daftar tilik dari masing –
masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang
harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus adalah 70.
B. DASAR TEORI
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting
susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah
Bila tidak segera ditangani menyebabkan Abses Payudara (pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara) merupakan komplikasi berat dari mastitis
Dibedakan berdasar tempat serta penyebab dan kondisinya
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan
abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Menurut penyebab dan kondisinya
Mastitis Puerperalis/
Mastitis Periductal Mastitis Supurativa
Lactational
Untuk menentukan adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis, dapat diilhat
dari tanda dan gejala yang muncul , biasanya terjadinya akhir minggu pertama pasca
partum. Hal ini berkaitan erat dengan produksi dari ASI yang dihasilkan oleh kelenjar acinin
yang dalam alveoli dan tidak dapat dipancarkan keluar. Tanda gejala kegawatdaruratan ibu
nifas dengan mastitis sebagai berikut :
Adanya nyeri ringan sampai berat
Payudara nampak besar dan memerah
Badan terasa demam seperti hendak flu, nyeri otot, sakit kepala, keletihan
Abses Payudara
Untuk memperjelas adanya mastitis pada ibu post partum, Anda dapat memilahkan tanda
gejala tersebut dengan mencari data subyektif maupun obyektif, seperti dibawah ini :
Data Subjektif Data Objektif
Ibu menyampaikan kalau baru Adanya nyeri ringan pada salah satu
melahirkan hari yang lalu lobus payudara, yang diperberat jika
Mengeluh payudaranya terasa berat bayi menyusui.
dan sakit Teraba keras dan tampak memerah
Tidak berani untuk meneteki bayinya Permukaan kulit dari payudara yang
Badan terasa demam seperti hendak terkena infeksi juga tampak seperti
flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan pecah-pecah
Peningkatan suhu yang cepat dari
(39,5– 40oC)
Nadi kecil dan cepat
Mengigil
Malaise umum, sakit kepala
Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area
payudara keras
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
Penatalaksanaan Mastitis
Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu untuk aliran ASI yang baik
dengan lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.
Bila ibu merasa sangat nyeri, menyusui dimulai dari sisi payudara yang sehat,
kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila
sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang.
Posisikan bayi pada payudara, dagu atau ujung hidung berada pada tempat
yang mengalami sumbatan agar membantu mengalirkan ASI dari daerah
tersebut.
Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari
payudara dengan tangan atau pompa.
Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim
selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat
membantu melancarkan aliran ASI.
Konseling suportif
• Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang
aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan
membahayakan bayi, serta payudara akan pulih bentuk maupun fungsinya
• Pengeluaran ASI yang efektif
• Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
• Dorong untuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan
• Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai
menyusui dapat dimulai lagi
Terapi antibiotika, diindikasikan pada:
• Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
• Gejala berat sejak awal
• Terlihat putting pecah-pecah
• Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
• Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
• Pengobatan simtomatik
• Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen, Parasetamol)
• Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
• Penggunaan kompres hangat pada payudara
• Yakinkan ibu untuk cukup cairan
• Pendekatan terapeutik lain (misalnya penyinggiran pus, tindakan diit,
pengobatan herbal, menggunakan daun kol untuk kompres dingin
Lakukan rujukan untuk terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan penyaluran)
Dukungan untuk menyusu
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang tes cairan ketuban dengan menggunakan
kertas lakmus, mahasiswa di harapkan mampu melakukan tes cairan ketuban dengan
menggunakan kertas lakmus dengan benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan kemampuan
mahasiswa dalam praktikum akan di nilai dengan menggunakan daftar tilik dari masing –
masing prasat. Setiap kegiatan praktikum memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang
harus di peroleh mahasiswa agar dapat lulus adalah 70.
B. DASAR TEORI
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih,
waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, dan interkostal pada saat inspirasi.
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan
organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis
yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan
sistem kardiovaskuler. Kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan
kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4-6 menit).
Kegawatdaruratan pada neonatus dapat terjadi kapan saja, baik saat bayi dilahirkan,
maupun dalam periode neonatus. Deteksi terjadinya kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilakukan dengan melihat faktor resiko sebagaimana telah dijelaskan diatas, serta
melakukan penilaian apakah air ketuban bersih tidak bercampur meconium, dan apakah bayi
menangis atau bernafas spontan dan teratur? Untuk lebih jelasnya silahkan anda perhatikan
bagan berikut.
Asfiksia Neonatal
Merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir. Untuk mengetahui lebih lanjut neonatus dengan asfiksia dapat
melihat bagan di bawah ini :
Asfiksia merupakan :
Kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.
Menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir dinilai dengan skor Apgar (apparance,
pulse, grimace, activity, respiration)
Nilai menit 1 untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi.
Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup.
Nilai pada menit kelima untuk menilai prognosis neurologis
C. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu / pasien, tanggap terhadap reaksi
ibu yang sedang diperiksa
2) Lakukan tindakan dengan hati-hati dengan memperhatikan reaksi pasien
3) Melindungi dan menjaga privasi pasien.
Ante /intrapartum
Bila ada kegawat janin utamanya sebelum aterm, yang terpikir penyakit
membran hyalin (kematangan paru) pada bayi.
Penataksanaan :
Pertahankan kehamilan (kolaburasi medis) dengan pemberian tokolitik dan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
Kehamilan <35 minggu, kehamilan tidak dapat dipertahankan untuk percepat
kematangan paru dengan kortikosteroid dosis tunggal
Pasca resusitasi
1. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap
2. Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowitz/modifikasi
3. Lakukan perawatan tali pusat dengan antibiotika/antiseptik dengan kasa
steril
4. Tetes mata/zalf mata untuk cegah Go
5. Vit K 1 mg im/ 1-2 mg/peroral
6. Beri identitas ibu dan bayi yang sama
7. Perawatan BBLR sesuai dengan masa gestasi
- Perawatan 1/rawat gabung rooming in
- Perawatan 2/perawatan khusus untuk observasi
- Perawatan 3/perawatan intensive neonatus/neonatal intensive care unit
F. EVALUASI
Setelah mahasiswa mempelajari tentang asfiksia neonatus, mahasiswa di harapkan
mampu melakukan penatalaksanaan neonatus dengan asfiksia dengan resusitasi secara
benar dan mandiri. Evaluasi nilai dan kemampuan mahasiswa dalam praktikum akan di nilai
dengan menggunakan daftar tilik dari masing – masing prasat. Setiap kegiatan praktikum
memiliki bobot nilai yang berbeda. Total nilai yang harus di peroleh mahasiswa agar dapat
lulus adalah 70.
Petunjuk Penggunaan :
1. Skala penilaian di ukur dengan skala 5 hingga 1
2. Beri tanda centang (√) kolom skala penilaian sesuai dengan kemampuan mahasiswa
3. Keterangan skala penilaian sebagai berikut :
Skala 5 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengar benar, mampu dan mantap
(setara dengan 81 – 100)
Skala 4 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan benar dan mantap
(setara dengan 60 – 80)
Skala 3 :Bila kompetensi tersebut dikerjakan sebagian benar dan ragu-ragu
(setara dengan 41 – 60)
Skala 2 : Bila kompetensi tersebut dikerjakan dengan ragu-ragu dan salah
(setara dengan 21 -40)
Skala 1 : Bila kompetensi tersebut tidak dikerjakan (setara dengan 0 – 20)
Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot
5 4 3 2 1 Ket
A PERSIAPAN ALAT 1
1. 3 helai kain
2. Alat penghisap lendir De Lee dalam kotak steril
3. Alat resusitasi tabung dan sungkup dalam kotak
steril / ventilator set
4. Jam tangan
5. Sarung tangan steril
6. Set O2 lengkap
7. Stetoscope
8. Obat (Epineprine)
9. Spuit dalam bak injeksi
…………………. : 9 x 1(bobot) = ……………………..
B PERSIAPAN TEMPAT 1
1. Menyiapkan ruangan yang hangat, tidak dingin,
menyalakan lampu
2. Menyiapkan tempat resusitasi yang rata, keras,
bersih, kering, hangat
…………………. : 2 x 1(bobot) = ……………………..
C PERSIAPAN KELUARGA
Membahas dengan keluarga persiapan persalinan dan
resusitasi BBL
D PERSIAPAN PASIEN 1
1. Meletakkan kain 1 di perut ibu dekat perineum ibu
untuk mengeringkan bayi
2. Meletakkan kain 2 di tempat resusitasi untuk
membungkus bayi
3. Menggulung kain 3 untul ganjal bahu bayi di bawah
kain ke 2
(± 3 cm)
4. Meletakkan kotak alat dekat tempat resusitasi
…………………. : 4 x 1(bobot) = ……………………..
E PERSIAPAN DIRI 1
1. Mengenakan alat perlindungan diri
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu
dikeringkan
3. Mengenakan kedua sarung tangan
…………………. : 3 x 1(bobot) = ……………………..
I KOMPRESI DADA 3
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN UMSIDA | 112
Modul Praktikum Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
1. Letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada,
tepat diatas sifoid
a. Teknik ibu jari
Kedua ibu jari untuk menekan tulang
dada,sementara kedua tangan melingkar dada
dan jari-jari tangan yang lain menopang tubuh
bayi
b. Teknik dua jari
Ujung jari tengah dan ajari telunjuk atau jari
tengah dan jari manis dari satu tangan untuk
menekan tulang dada. Tangan yang lain untuk
menopang bagian belakang bayi
2. Tekan dada dengan kedalaman ± 1/3 diameter
antero posterior dada dengan rasio 3 (tekanan dada)
: 1 (VTP) dalam 30 detik
3. Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari
dada diantara penekanan
Lakukan Penilaian Bayi
4. Menilai apa bayi bernafas normal, frekuensi jantung
(dalam 6” x 10) dan warna kulit
Bila denyut jantung > 60x/mnt, hentikan kompresi
dada dan lanjutkan ventilasi 20x/mnt
Bila denyut jantung > 100x/mnt, hentikan
kompresi dada dan hentikan ventilasi secara
bertahap jika bayi bernafas spontan
Bila denyut jantung < 60x/mnt, lakukan intubasi,
jika belum dilakukan cara yang lebih terpercaya
untuk melanjutkan ventilasi dan memberikan
epinephrine
…………………. : 4 x 3(bobot) = ……………………..
J PEMBERIAN EPINEPRIN 2
1. Ikat plester / tali pusat secara longgar pada ujung tali
pusat
2. Membersihkan tali pusat dengan povidone iodine
(betadine)
3. Isi kateter umbilical 3,5 / 5 dengan larutan garam
fisiologis. Lubang kateter dihubungkan dengan
stopcock atau semprit
4. Potong tali pusat di bawah klem, 1-2 cm dari ujung
kulit
5. Masukkan kateter ke dalam vena umbilical sampai
dengan 2-4 cm sampai mendapat aliran yang bebas
6. Suntikkan epinephrine dengan dosis tepat (0,1-0,3
ml/kg BB larutan 1 : 10.000) diikuti dengan 0,5 – 1
ml larutan garam fisiologis
7. Setelah selesai resusitasi , kateter, plester pengikat
dilepas, ikat tali pusat di kencangkan
…………… : 7 x 2 (bobot) = ……………
Feedback :
Kurt A. Smith, MD, FACEP; Suzanne Bryce, MD. Management of the Pregnant Trauma Patient in
the Emergency Department - Trauma EXTRA Supplement (Trauma CME). 2020.
https://www.ebmedicine.net/topics/ob-gyn/pregnancy-trauma
Otolorin E, Gomez P, Currie S, Thapa K, Dao B. Essential basic and emergency obstetric and
newborn care: from education and training to service delivery and quality of care. Int J
Gynaecol Obstet. 2015 Jun;130 Suppl 2:S46-53. doi: 10.1016/j.ijgo.2015.03.007. PMID:
26115858. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26115858/
UNFPA. Urgent Response : Providing Emergency Obstetric and Newborn Care. 2012
https://www.unfpa.org/sites/default/files/resource-pdf/EN-SRH%20fact%20sheet-Urgent.pdf