DISUSUN OLEH :
SABILA HANIFA YULIANTI
132STYC21
A3/ S1 KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Pemasangan kateter urine adalah dengan melakukan
insersi kateter Folley/Nelaton melalui uretra ke muara kandung
kemih untuk mengeluarkan urine.
Perawatan kateter adalah melakukan tindakan perawatan
pada daerah genital wanita yang tepasang kateter
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International
Association for Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemasangan kateter dan perawatan kateter?
2. Bagaimana nyeri dan manajemen nyeri?
3. Bagaimana pemeriksaan CCT?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pemasangan dan
perawatan kateter
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana nyeri dan manajemen
nyeri
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pemeriksaan CCT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pemasangan Kateter
a) PENGERTIAN
Pemasangan kateter urine adalah dengan melaku kan insersi
kateter Folley/Nelaton melalui uretra ke muara kandung kemih
untuk mengeluarkan urine.
INDIKASI
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien dengan tindakan operasi besar
3. Pasien dengan retensio urine
4. Pasien dengan inkontenesia urine
5. Pasien dengan cidera medula spinalis
b) TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memulihkan/ mengatasi retensi urine
akut atau kronis, pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca
operasi, dan menentukan jumlah urine sisa sesudah miksi.
MEMASANG KATETER URIN
NO PROSEDUR
1 Menyiapkan alat :
B. Perawatan Kateter
a) Pengertian
Perawatan kateter adalah melakukan tindakan perawatan pada daerah
genital wanita yang tepasang kateter
b) Tujuan
- Mencegah infeksi
- Memberikan rasa nyaman
NO PROSEDUR
Peralatan
Penatalaksanaan
3. Sifat-Sifat Nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
2. Nyeri bersifat subjektif dan indvidual.
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat
perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
5. Hanya klien yang tau kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
6. Nyeri merupakan tanda adanya kerusakan jaringan.
7. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
8. Persepsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri
jadi tidak optimal.
4. Macam-macam Nyeri
i. Berdasarkan sumbernya
Nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Cutaneus superficial, yaitu nyeri yang mengenai jaringan sub
kutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh :
terkena ujung pisau atau gunting.
2. Deepsomatic (nyeri dalam), yaitu nyeri yang muncul dari
ligamen, pembuluh darah, tendon dan saraf, mnyebar dan lebih
lama dari cutaneus. Contoh : sprain sendi.
3. Viseral (pada organ dalam), yaitu stimulasi reseptor nyeri
didalam rongga abdomen, cranium, thorax. Biasanya terjadi
karena spasme otot, iskemia.
Berdasarkan penyebab
Nyeri dibagi 2 yaitu :
1. Nyeri fisik, bisa terjadi karena stimulasi fisik.contoh fraktur
femur.
2. Neri Psikogenik, terjadi karena sebab yang kurang jelas atau
susah diidentifikasi, bersumber dari emosi atau psikis dan
biasanya tidak disadari. Contoh : orang yang marah tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya.
Bedasarkan lama atau durasinya
Nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya
berlangsung beberapa hari sampai proses penyembuhan.
Tanda- tanda utama inflamasi adalah: rubor (kemerahan
jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor (pembengkakan
jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi
jaringan).
2. Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu
berlangsungnya lama atau merupakan ikutan dari proses akut,
dimana nyeri masih berlangsung meskipun kerusakan jaringan
sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri
akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi
kemudian nyeri berlangsung terus- menerus sesuai dengan
perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak ditangani.
Berdasarkan lokasi atau letak
Nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Radiating pain: nyeri yang mnyebar dari sumber nyeri ke
jaringan yang didekatnya. Contoh : nyeri kardiak.
2. Referred pain : nyeri dirasaan pada baian tubuh tertentu yang
diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
3. Intrcable pain: nyeri yang susah dihilangkan . contoh nyeri
kanker maligna
4. Phantom pain : Nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang
hilang. Contoh bagian tubuh yang diamputasi.
5. Fisiologi Nyeri
Banyak teori yang berusaha menjelaskan dasar neurology dari nyeri.
Untuk memudahkan memahami fisiologis nyeri maka perlu mempelajari
tiga komponen fisiologi berikut ini :
1. Reaksi : respon fisiologis dan prilaku setelah mempersepsikan nyeri
resepsi
2. Resepsi : proses perjalanan nyeri
3. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Adanya stimulus yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia) ,
akan menyebabkan pelepasan subtansi kimia, seperti histamine,
bradikinin, kalium. Substansi tersebut mnyebabkan nosi resetor bereaksi.
Apabila nosi reseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul Impuls
saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Sarabut saraf perifer
yang akan membawa impuls saraf ada 2 jenis, yaitu : serabut A delta
dan serabut C. impuls saraf akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai
ke cornudorsalis medulla spinalis. Impuls saraf tersebut akan
mnyebabkan cornudorsalis melepasakan neurotransmitter ( substansi P).
Substansi P ini menyebabkan transmisi sinap dari saraf perifer kesaraf
traktus spinotalamus. Hal ini memngkinkan impuls saraf ditransmisikan
lebih jauh kedlam system saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai di otak,
otak akan mengolah impuls saraf kemudian akan timbul reflek protektif.
Contoh : apabila tangan terkena strika, maka akan merasakan sensasi
terbakar, tangan juga mealkukan refllek dengan mnarik tangan dari
permukaan strika.
- Cup serum
- Cuvet
- Tabung reaksi
- Yellow tip
- Blue tip
- Rak tabung
- Centrifuge
- Fotometer CLIMA MC 15
- Automated Clinical Analyzer TMS 30i
- Tisu
3. Bahan dan Reagensia
Bahan:
- Serum / plasma darah
- Urine 24 jam
- Aquadest
Blank Sampel
Sampel serum - 50 µI
Aquadest 50 µI -
Monoreagen 1000 µI 1000 µI
9. Masing – masing campuran dihomogenkan, lalu inkubasi
pada suhu 20-25 ˚C selama 1 menit
10. Setelah inkubasi, masukkan campuran larutan pada
selang shipper secara bergantian
11. Kemudian baca absorbansi larutan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 492 nm.
4.1.3 Analitik Kreatinin Urine
1. Alat semi automatic ST-9000 sudah dalam keadaan
menyala dan siap
2. Hubungkan selang peristaltic dengan pompa
3. Mencuci alat dahulu dengan aquadest dengan cara selang
aspirator dicelupkan kedalam aquadest, lalu tekan tombol
sample pada monitor. Aquadest akan terhisap kedalam
alat dan melakukan proses pencucian.
4. Pada menu utama klik Test maka akan muncul pilihan
parameter pemeriksaan.
5. Klik parameter CREA pada menu test.
6. Buat campuran meno-reagen dengan perbandingan
reagen 1 sebanyak 4 bagian dan reagen 2 sebanyak 1
bagian.
7. Siapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi
label “blanko”. “standar”, “sampel”
8. Untuk sampel urine diencerkan terlebih dahulu sebanyak
50x dengan perbandingan 20µ1 urine dan 980 µ1
aquadest
9. Masing –masing tabung diberi larutan sebagai berikut:
Blank Sampel
Sampel urine yg - 50 µ1
sudah diencerkan
Aquadest 50 µ1 -
Monoreagen 1000 µ1 1000 µ1
10. Masing – masing campuran dihomogenkan, lalu inkubasi
pada suhu 20-25˚C selama 1 menit
11. Setelah diinkubasi, masukkan larutan pada selang shipper
secara bergantian
12. Kemudian, baca absorbansi larutan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 492 nm
4.1.4 Pasca Analitik
- Catat hasil yang tertera pada layar
- Lakukan perhitungan dengan rumus:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemasangan kateter urine adalah dengan melakukan
insersi kateter Folley/Nelaton melalui uretra ke muara kandung
kemih untuk mengeluarkan urine.
Perawatan kateter adalah melakukan tindakan perawatan pada
daerah genital wanita yang tepasang kateter
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan
jaringan, pada orang lain ataupun diri sendiri.
Creatinine clearance adalah banyaknya plasma (ml) darah yang
akan dibersihkan dari kreatinin dalam waktu 1 menit (ml/menit) Uji
CCT (Creatinine Clearance Test) dilakukan dengan membandingkan
kadar kreatinin yang ada dalam darah dan urine. Dengan begitu, akan
diketahui estimasi dari laju filtrasi glomerulus (LFG) atau Glomerulus
Filtration Rate (GFR) dengan kata lain efektivitas fungsi
penyaringan pada ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2nd ed.
Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316.
Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2002.
Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag Anestesiologi
dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta, 2001.
Hamill, R.J., The Assesment of Pain, In: Handbook of Critical Care Pain
Management, New York, McGrow-Hill Inc, 1994, 13-25
http:repository.unimus.ac.id/2714/4BAB%202.pdf diakses pada
tanggal 18 Februari 2021 pukul 10:00 WIB
http:repository.unimus.ac.id/1167/3/BAB%20II.pdf diakses pada
tanggal 18 Februari 2021 pukul 10:00 WIB