Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN JIWA
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Di susun oleh :
ARIFA DEWI FITRIANI
(P1337420116038)

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukakan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang
dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
2. Penyebab
A. Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan
cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
b. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga
secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar
c. Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar
d. Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.
B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai
seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Manifestasi Klinis
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kkekerasan:
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Jalan mondar mandir
Klien dengan perilaku kekerasan seringmenunjukan adanya (Kartika Sari, 2015: 138) :
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik dan
bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan berbahaya bagi dirinya,
orang lain, dan lingkungan, misalnya menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah dan lain – lain. Sehingga pasien dengan perilaku kekerasan beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan
5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi music
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan kesadaran klien
6. Pohon Masalah
7. Asuhan Keperawatan
a. Masalah Keperawatan
No Fokus Data Masalah
1. Data Subyektif : Perilaku kekerasan / amuk

 Klien mengatakan benci atau kesal pada


seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

2. Data subyektif: Gangguan konsep diri : harga diri


Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak rendah
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
3. Data Subyektif : Resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan
 Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
c. Fokus Intervensi
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

o Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan
o Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
o Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

Tindakan:

o Beri kesempatan mengungkapkan


o Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
o Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

Tindakan :

o Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.


o Observasi tanda perilaku
o Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

o Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


o Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
o Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

Tindakan:

o Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.


o Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
o Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

o Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.


o Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
o Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
o Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku

Tindakan:

o Bantu memilihcara yang paling tepat.


o Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
o Bantu mensimulasikan cara yang telah
o Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
o Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari

Tindakan :

o Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


o Beri reinforcement positif atas keterlibatan
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

o Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
o Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara
dan waktu).
o Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

8. Daftar Pustaka
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
MEdia.
Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta
Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai