Anda di halaman 1dari 29

PALLIATIVE CARE DENGAN KASUS

GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH :

KELOMPOK 6

1. I Putu Budi Atmika (18.321.2837)

2. I Wayan Roki Darma Hendra (18.321.2838)

3. Ni Made Maria Sari (18.321.2848)

4. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)

5. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
2
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PALLIATIVE CARE DENGAN KASUS GAGAL GINJAL KRONIK”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Palliatif

            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

            Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Denpasar, 7 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………….2
1.3 TUJUAN………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PERMASALAHAN PALLIATIVE CARE
PADA GAGAL GINJAL KRONIK………………………………..3
2.2 JENIS TERAPEUTIK PERAWATAN PALLIATIVE CARE PADA
GAGAL GINJAL KRONIK………………………………………..5
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GAGAL
GINJAL KRONIK………………………………………………….8

BAB III PENUTUP  


3.1 KESIMPULAN………………………………………………………..23
3.2 SARAN………………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal ginjal kronik adalah Penyakit yang bisa timbul karena kerusakan
pada filtrasi dan sekresi ginjal akan berujung pada gagal ginjal kronik atau
disebut chronic kidney disease (CKD). Chronic kidney disease sendiri di
sebabkan oleh beberapa faktor yaitu hipertensi, glomerulonefritis, nefropati
analgesik, nefropati diabetic, nefropati refluk, ginjal polikistik, obstruksi
dan gout (Mansjoer, 2007). Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah
menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia. Menurut WHO
(2012) penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian
sekitar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit ini meduduki peringkat ke -12 tertinggi angka kematian atau
peringkat tertinggi ke-17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta
penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis) dan
angka ini terus bertambah sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua
juta orang yang menjalani dialisis. Menurut Suhardjono (2005), di
Indonesia, berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PDPERS jumlah penderita PGK dianggarkan sekitar 50
orang per satu juta penduduk. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 100.000
orang penderita gagal ginjal kronik di Indonesia (Sinaga,2007) .Pelayanan
asuhan keperawatan ditujukan untuk 2 mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah
kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidakmampuan bahkan
kematian (Depkes,2005)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan palliative care pada gagal ginjal kronik?
2. Bagaimana jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative
pada gagal ginjal kronik?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal kronik?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui permasalahan palliative care pada gagal ginjal kronik


2. Untuk mengetahui jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan
palliative pada gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal
kronik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan palliative care pada gagal ginjal kronik

1. Dalam Kondisi Terminal

Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai


masalah baik fisik, psikologis, maupun sosio-spiritual, antara
lain:

a. Problem oksigenisasi

Nafas tidak teratur,cepat atau lambat, pernafasan cheyne


stokes,sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi
gelisah,tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi sekret, nadi
ireguler.

b. Problem eliminasi

Banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan


rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan
hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan
hidup bagi orang-orang tercinta yang ditinggalkan. Selama
tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan
hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-
urusan yang belum selesai dan harus dibereskan sebelum mati.
Misalnya: lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir untuk
melihat pertandingan olahraga, mengunjungi seorang kerabat,
melihat cucu terkecil, pergi makan ke restaurant dsb. Perawat
dianjurkan memenuhi permohonan itu karena tawar menawar
membantu klien memasuki tahap-tahap berikutnya.

2. Penatalaksanaan :

1). Tahap Pertama (Tahap Penolakan)

3
a. Berikan kesempatan klien mempergunakan caranya
sendiri dalam menghadapi kematiannya sejauh tidak
merusak.

b. Memfasilitasi klien menghadapi kematian, luangkan


waktu setidak-tidaknya 10 menit sehari, baik dengan
bercakap-cakap ataupun sekedar bersamannya.

2). Tahap Kedua (Tahap Marah)

a. Berikan kesempatan klien mengungkapakan


kemarahannya dengan kata-kata.

b. Bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan


‘’mengapa hal ini bisa terjadi padaku?”

c. Seringkali perasaan ini dialihkan kepada orang lain


atau anda sebagai cara klien lanjut usia bertingkah
laku.

3). Tahap Ketiga (Tahap Tawar Menawar)

a. Klien akan mempergunakan ungkapan-ungkapan,


seperti, seandainya saya..

b. Berikan kesempatan klien lanjut usia menghadapi


kematian dengan tawar-menawar.

c. Tanyakan kepada klien kepentingan-kepentingan


apakah yang masih ia inginkan. Dengan cara
demikian dapat menunjukkan kemampuan perawat
untuk mendengarkan keluh kesah perasaannya.

4). Tahap Keempat (Tahap Sedih)

4
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia.
Ingatlah bahwa tindakan ini sebenarnya hanyalah
memenuhi kebutuhan petugas, jangan takut menyaksikan
klien lanjut usia atau menangis. Hal ini merupakan
ungkapan pengekspresian kesedihannya. Anda boleh saja
berduka cita dengan empati bukan simpati.

b. Klien hanya sekedar mengisidan menghabiskan


waktu untuk perasaan-perasaannya dan bukannya
mencari jawaban. Biasanya klien lanjut usia
menanyakan sesuatu yang sebetulnya sudah mengetahui
jawabannya.

5). Tahap Kelima (Tahap Akhir/Tahap Menerima)

Klien telah menerima, dapat mengatakan bahwa


kematian akan tiba dan ia tidak boleh menolak.
Sebenarnya klien lanjut usia tidak menghendaki
kematian ini terjadi, akan tetapi ia tahu bahwa akan
terjadi. Jadi, klien tidak merasa tenang dan damai

2.2 Jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative pada gagal


ginjal kronik

1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PALLIATIVE CARE

 Defenisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara


perawat-pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien.
Maksud komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain. 

5
 Teknik Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal terminal
menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
 Tahap Denial Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik
komunikasi :

a. Listening

 Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan


kontak mata dan observasi komunikasi non verbal.
 Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan
sentuhan dan ciptakan suasana tenang.

b. Silent

 Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat


perawat pada pasien secara non verbal.
 Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan
dengan tidak menghindar dari situasi sesungguhnya

c. Broad opening

 Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang


dipikirkan pasien.
 Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan
denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau
prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.
 Tahap Angger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi
listening

 Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan,


menggambarkan apa yang akan dan sedang terjadi pada
mereka.

 Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah


injuri. Biasanya pasien akan merasa berdosa telah
mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat
perlu membantunya agar mengerti bahwa marah

6
merupakan hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kematian.

 Tahap Bargaining

a. Focusing

 Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang


penting

 Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam


hidupnya yang bermakna.

b. Sharing perception

 Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai


kemampuan untuk meluruskan kerancuan.

 Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.

 Tahap Depresi

 Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan


tetap realitas.

 Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada


asal pengertian harusnya diklarifikasi.

 Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan


mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan
lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati
reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga
menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

 Tahap Acceptance

 Informing

 Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang


aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian
pasien.

7
 Broad opening

 Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang


dipikirkannya dan harapan-harapannya.

5. Peran Perawat Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien


Terminal

Menurut Stuart & Sundeen (2009) keadaan terminal dapat


menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon
kehilangan diantaranya adalah:

1. Kehilangan kesehatan

2. Kehilangan situasi

3. Kehilangan rasa nyaman

4. Kehilangan fungsi fisik

5. Kehilangan fungsi mental

6. Kehilangan konsep diri

7. Kehilangan peran dalam kelompok

2.3 Asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal kronik


A. Pengkajian
1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : NY. S

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Agama : Hindu

Suku / bangsa : Bali / Indonesia

8
Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jln Ratna Gang Sari Dewi

Nomor RM : 879679

Tanggal MRS : 1 Maret 2020

Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2020

Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan khawatir karena sesak nafas yang semakin parah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Rumah Sakit pada tanggal 13 April 2016 dengan


keluhan sesak napas yang semakin parah, menyebabkan pasien dan keluarga
khawatir dengan kondisi pasien saat ini. Keluhan tambahan pasien mengatakan
tidak nafsu makan, lemas dan letih. Sekarang pasien dirawat di Rumah Sakit
Margono Soekarjo dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami dan pengobatan/tindakan yang
dilakukan.
2. Pasien mengalami penyakit gagal ginjal kronik karena
hipertensi yang di deritanya selama 2 tahun yang lalu akibat
pola makan yang terlalu banyak mengandung garam dan
sekarang pasien melakukan hemodialisa rutin setiap hari senin
dan kamis.

9
3. Pernah dirawat/dioperasi. Lamanya dirawat, Pasien mengatakan
pernah dirawat di RS Margono selama 5hari.
4. Penggunaan obat
◦ Dextrose 50% 10 tpm
◦ Ranitidin 2 x 50 mg IV
◦ Furosemid 3 x 10 mg IV
◦ Amlodipin 3 x 10 mg tablet
◦ Kalsium karbonat 3 x 500 mg tablet
◦ Oksigen 3L/mnt

5. Alergi

Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat ataupun makanan

6. Status imunisasi

Pasien mengatakan telah di imunisasi lengkap

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama

8. Riwayat Psikososial

a. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien mengatakan takut dengan


penyakitnya dan ingin segera sembuh

b. Konsep diri :

1. Body image : Pasien menerima kondisinya saat ini dan


bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi umur panjang.

10
2. Ideal diri : Pasien berkeinginan agar anak-anaknya menjadi
orang yang sukses dan memiliki pekerjaan yang mapan.

3. Harga diri : Pasien merasa dihargai dan dihormati oleh


keluarganya.

4. Peran diri : Pasien berperan sebagai seorang ibu

5. Personal identity: Pasien adalah seorang wanita sekaligus ibu


yang memiliki 3 orang anak

c. Keadaan emosi

Pasien sering merasa takut akan masa depan yang akan dihadapi dan
perasaan marah yang berhubungan dengan pertanyaan mengapa hal tersebut
terjadi pada dirinya.

Tahap Berduka

1. Tahap Penyangkalan ( Denial )

Klien mengatakan saat baru terdiagnosa Gagal Ginjal Kronis,


klien menyangkal dan menolak dengan kenyataan diagnosa tersebut.

2. Tahap Marah ( Anger )

Klien yang baru terdiagnosa Gagal Ginjal Kronis merasa marah


terhadap keadaanya, menyalahkan dirinya mengapa ini terjadi dan
marah terhadap Tuhan yang telah memberi penyakit tersebut.

3. Tahap Depresi ( Depression )

Klien merasa malu dengan kondisinya sehingga klien berusaha


untuk tidak berhubungan dengan orang lain.

4. Tahap Tawar Menawar ( Bergaining )

11
Klien tahu bahwa dia menderita Gagal Ginjal Kronis, namun
dirinya belum mau menerima dan berusaha meminta pada Tuhan
merubah hal tersebut.

5. Tahap Penerimaan ( Acceptance )

Klien sudah mau menerima kondisinya serta mulai mencari cara


untuk mensiasati penyakitnya dan mencari cara untuk kembali
kekehidupan normalnya.

9. Riwayat Social

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang masih aktif


mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat, seperti arisan dan perkumpulan
ibu- ibu PKK. Pasien merasa senang karena dengan kondisi yang sekarang ini
teman dan juga tetangganya masih bisa menerimanya dan selalu memberikan
support dan semangat kepada pasien.

10. Riwayat Budaya

Dahulu pasien tinggal di daerah pesisir laut. Suami pasien adalah


seorang nelayan, makanan sehari- hari pasien dan keluarga adalah ikan asin.
Karena banyak mengkonsumsi garam, pasien sering menderita pusing, dan
kaku kuduk yang menyebabkan hipertensi.

11. Pola Kebiasaan Sehari – Hari

a. Nutrisi

1. Sebelum Sakit

Pasien biasa makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk, pasien
jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien makan hanya sedikit

12
kurang lebih setengah porsi. Minum 6-8 gelas/hari berupa air putih dan
teh.

2. Selama Sakit

Selama dirawat di rumah sakit Pasien makan dengan bantuan


NGT dan dibantu oleh keluarga ataupun perawat.

b. Pola Eliminasi

1. Sebelum Sakit

Pasien biasa BAB 1 kali sehari, waktunya tidak tentu. Pasien


mengatakan tidak ada keluhan selama BAB dan juga tidak terdapat
darah pada saat BAB. Pasien biasa BAK 4-6 kali sehari dan juga tidak
ada keluhan selama BAK.

2. Selama Sakit

Pasien biasa BAB 1 kali sehari dengan karakter feses cair, warna
kuning. Pasien BAK melalui selang nefrostomi yang dipasang pada
punggung bagian kanan dan kiri, produksi urine kurang lebih 600cc per
hari dengan warna kemerahan dan terdapat stosel. Pasien terpasang
nefrostomi sejak tanggal 25 Januari 2020

c. Pola Aktivitas Istirahat Tidur

1. Sebelum Sakit
a. Keadaan aktivitas sehari-hari. Pasien dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti halnya BAB, BAK,
makan, dan juga mandi. Dan pasien tidak menggunakan alat
bantu apapun selama menjalankan aktivitasnya.
b. Keadaan pernafasan. Pasien tidak biasa menggunakan obat-
obatan untuk melancarkan pernafasan. Tidak ada rasa sesak
selama bernafas.

13
c. Kebutuhan tidur. Pasien biasa tidur kurang lebih 7 jam sehari,
pasien biasa mulai tidur pukul 22.00 WIB dan bangun pukul
4.30 WIB. Pasien biasa tidur siang kurang lebih 1,5 jam.
Kebutuhan istirahat. Waktu luang biasa digunakan untuk
bersantai di rumah. Pasien biasa duduk di depan rumah dan
berbincang-bincang dengan anaknya ataupun tetangga dekat
rumah

2. Selama Sakit
a. Keadaan aktifitas sehari-hari. Keluarga pasien mengatakan jika
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga diantaranya memakai
baju, makan, mandi, duduk, ataupun untuk miring kanan kiri
pasien juga membutuhkan bantuan. Pasien BAK melalui selang
nefrostomi. Pasien makan ataupun minum menggunakan NGT.
b. Keadaan pernafasan. Pasien mengatakan sering merasa sesak
jika terlalu banyak bergerak. Pasien mengatakan posisi yang
nyaman agar tidak sesak jika kepalanya lebih ditinggikan.
Respirasi rate 19x/menit.
c. Keadaan kardiovaskuler. Pasien mengatakan tidak ada rasa
nyeri dada ataupun pusing. Nadi 98x/menit.
d. Kebutuhan tidur. Pasien mengatakan jika tidur sering terbangun
karena merasa tidak nyaman selama di rumah sakit. Kebutuhan
tidur pasien kurang lebih 5- 6 jam sehari. Pasien terlihat lemas,
mata sayu.
e. Kebutuhan istirahat. Pasien mengatakan merasa bosan di rumah
sakit dan ingin cepat pulang. Selain itu pasien mengatakan tidak
bisa tidur jika berada di rumah sakit.

12. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

14
Kesadaran : composmentis

GCS : 15, E : 4; M : 6; V: 5

b. Tanda – tanda Vital

TD : 160 / 100 mmHg

Nadi `: 98 x/mnt

RR : 30 x/mnt

o
Suhu : 38 C

BB : 68 kg

TB : 155cm
 Kepala : tidak ada kelainan
 Mata : tidak ada kelainan
 Telinga : tidak ada kelainan
 Hidung :terpasang NGT pada lubang hidung kiri dan terpasang
oksigen 3 liter / menit
 Mulut dan kerongkongan : tidak ada kelainan
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Tengkuk : Tidak terjadi kaku kuduk.
 Dada
 Inspeksi : Simetris, tidak terdapat benjolan
 Palpasi : Tidak ada ketinggalan gerak, respirasi
rate 19x/menit.
 Perkusi : Terdengar suara sonor.
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler
 Punggung

15
Tidak ada kelainan bentuk punggung. Pada bagian
punggung terpasang selang nefrostomi pada bagian kanan dan kiri
sejak tanggal 25 Januari 2010 dan selang nefrostomi bagian kiri
merembes.
 Abdomen
 Inspeksi : Abdomen simetris, tidak terdapat bekas
luka pada bagian abdomen
 Auskultasi : Terdengar suara bising usus.
 Perkusi : Terdengar suara tympani.
 Palpasi : Supel, tidak ada distensi abdomen.
 Anus dan rektum : tidak ada kelainan.
 Genetalia : tidak ada kelainan
 Ekstremitas
 Atas

Terpasang infus pada tangan kanan sejak tanggal 20 Januari 2010


dengan jenis airan yaitu NaCl 20 tpm. Tidak terjadi kemerahan pada
area tusukan. Anggota gerak lengkap dan dapat digerakkan meskipun
kekuatan otot lemah.
 Bawah

Kaki kanan dan kiri bengkak. Anggota gerak lengkap dan kekuatan
otot lemah.

16
ANALISA DATA

DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

17
DS : Pasien mengatakan sesak napas Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
saat malam hari napas
DO : Pasien terpasang oksigen 3 liter /
menit, RR : 30 x / menit

18
DS : Pasien mengatakan BAK sedikit Penurunan kemampuan ginjal dalam Kelebihan volume cairan 
DO : Pasien tampak edema,turunnya meregulasi cairan dan elektrolit
rentang gerak atau lemah ,TD
160/100 mm/Hg berat badan naik
dari 58-68kg, RR 30 x/menit.
Penurunan Hb (Hb : 9,7 g/dl),
hematokrit 26 %. Ureum darah
130,1 mg/dl, kreatinin darah 10, 33
mg /dl

NIC
Dx Tujuan NOC

19
1 Setelah NOC : NIC :
dilakukan a. Respiratory Status: ventilation Airway Management
tindakan b. Respiratory Status : airway a. Posisikan
keperawatan patency pasien
selama 3×24 c. Vital Sign Status untuk
jam Kriteria hasil : memaksim
diharapkan a. Mendemonstrasikan suara napas alkan
pola napas yang bersih, tidak ada sianosis, ventilasi
efektif dan dyspneu b. Auskultasi
b. Menunjukkan jalan napas yang suara
paten napas,
c. Tanda- tanda vital dalam rentang catat
yang normal adanya
suara
tambahan
c. Atur intake
untuk
cairan
mengoptim
alkan
keseimban
gan
d. Monitor
respirasi
dan status
oksigen
e. Monitor
aliran

20
oksigen
f. Monitor
TD, nadi,
RR
g. Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan

Dx Tujuan Noc Nic

21
2 Setelah
NOC : NIC :
dilakukan
tindakan
keperawatan a. Electrolit and acid base balance Fluid Management
selama 3x24
jam b. Fluid balance
diharapkan a. Pertahankan
tidak terjadi c. Keparahan overload cairan catatan intake
kelebihan
volume cairan dan output yang
yang sistemik Kriteria Hasil :
akurat (balance

a. Terbebas dari edema cairan)

b. Bunyi napas bersih, tidak ada dyspneu b. Monitor hasil


Hb yang sesuai
c. Terbebas dari distensi vena jugularis
dengan retensi
d. Vital sign dalam batas normal cairan
e. Tidak mengalami pendek napas c. Monitor vital
f. Terbebas dari kelelahan sign

d. Kaji lokasi dan


luas edema

e. Kolaborasi
pemberian
diuretic sesuai
interuksi
(furosemid)

f. Batasi masukan
cairan

g. Lakukan
dialysis

22
Fluid Monitoring

a. Tentukan
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan
eliminasi

b. Timbang berat
badan

Monitor vital sign

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
kemampuan ginjal dalam meregulasi cairan dan elektrolit

BAB III
PENUTUP

23
3.1 KESIMPULAN
1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif
dan lambat (berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan
cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir
yang disertai dengan komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya
menyebabkan kematian.
2. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal
terminal, perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis,
laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang
terjadi.
3. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya
dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan
untuk mencegah atau memperlambat tejadinya kematian.

3.2 SARAN
1. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal
kronik, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab
penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan melalui makanan maupun
berolaharaga yang benar.
2. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas
mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC

24
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.unmuhjember.ac.id/1008/1/ARTIKEL.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1997/1/Nur%20Ilmi.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai