1. Input Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak
di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
2. Antivitas Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi
dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.
3. Output Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari
otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.
Klasifikasi Neuron:
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya yaitu:
1. Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera
atau suatu organ internal ke sistem saraf pusat.
2. Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
3. Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam sistem saraf pusat.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.
Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya yaitu :
1. Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron
motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
2. Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada organ
indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3. Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini
sebenarnya bipolar.
2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal Cord)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area
bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut
medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-
ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal
ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah
saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen
dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. 31 pasang saraf spinalis terdiri dari :
1. Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
2. Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian
belakang torax atau dada.
3. Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
4. Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
5. Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan
sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak
seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-
lain. Selain itu fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut:
1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori ditransmisikan
dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2. Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang juga
biasa disebut saraf refleks.
3. Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala
2.6. Reseptor – Reseptor Sensorik
Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi rangsangan
sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini
mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan
kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan
tinggi. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di
lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor,
distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung reseptor.
1. Sumber ( lokasi ) sensasi
a. Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak pada atau di
dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu, penciuman,
penglihatan, serta pendengaran.
b. Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup
reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan
menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium.
c. Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh
darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang tejadi
akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan sirkulasi.
3. Distribusi Reseptor
a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.
a. Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.
4. Ujung Reseptor Sensorik
Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam kulit, jaringat ikat, dan
pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.
b. Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di kulit, otot,
tendon, persendian, dan organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul:
a) Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel ini banyak
terdapat pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.
b) Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.
c) Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan memantau
tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan palntar kaki.
d) Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap tekanan sentuhan,
kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.
e) Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan tegangan ) dalam otot dan
organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon.
2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)
Sensasi Somatik
Kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada
pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di
alihkan Dari suatu bagian tubuh yang lain. nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh
yang timbul bila jaringan sedang rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Sifat nyeri:
1. Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit dirasakan daerah kulit mengalami
iritasi kuat.
2. Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis nyeri yang paling
kuat menyebabkan penderitaan.
3. Pegal; Suatu nyeri dalam dengan berbagai tingkat gangguan dan intensitas rendah di daerah
tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.
Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas yang tersebar
luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak dipersarafi secara luas oleh
ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah. Setiap kerusakan jaringan yang tersebar
menyebabkan pegal pada saerah ini. Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri
bila dihambat dengan anastesi atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan
lenyap. Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui reflex menggaruk dan berkurangnya gatal
dapat bangkitkan melalui refleks menggaruk dan berkurangnya gatal dapat terjadi dengan
menggaruk,garukan yang kuat menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa kriteria
yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan visera lain. Pada
umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri.
Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera
jarang menyebabkan nyeri hebat.
Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga menyebabkan
peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada atau rongga perut dihantarkan
melalui serabut saraf sensoris yang berjalan dalam simpatis nyeri spastik dalam bentuk
kejang dan terjadi secara ritmis, tiap beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.
Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-struktur
dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan di dalam otak,
sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak dapat
menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.
Macam-macam nyeri kepala:
1. Nyeri kepala pada meningitis: Salah satu nyeri kepala terhebat yang disebabkan oleh
penyakit meningitis (peradangan selaput otak).
2. Nyeri kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan fenomena vaskuler,
hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral, atau halusinasi sensoris lain.
3. Nyeri kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras alcohol, menimbulkan toksik
terhadap jaringan langsung mengiritasi dan menyebabkan nyeri serebral.
4. Nyeri kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik diabsorpsi yang menimbulkan
perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma untuk sementara waktu dalam dinding
usus, dan buruknya aliran darah ke kepala menimbulkan nyeri kepala.
5. Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung: Membran mukosa hidung dan sinus nasal iritasi
menyebabkan nyeri alih ke belakang mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala
6. Nyeri kepala gangguan mata: Kesulitan dalam memfokuskan mata menyebabkan kontraksi
berlebihan otot silaris berusaha mendapatkan penglihatan yang lebih jelas meskipun otot ini
sangat kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri kepala retro-orbital.
Sensasi Suhu
Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif dingin
dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke panas membakar.
Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor dingin, reseptor hangat,
dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas). Reseptor
dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik yang terpisah masing-
masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian terbesar tubuh jumlah
reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.
Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang dengan
kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat . Pada menit pertama secara progresif
lebih lambat selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu
kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat secara aktif ia
merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan pada suhu yang sama.
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu
mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat
Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung, tetapi
perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri, dengan
memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas atau ke bawah,
kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat s4h4 yang panjang
menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa isyarat dihantarkan ke
korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam daerah sensoris
somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam daerah kulit tertentu.
2.8. Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang
mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a. Struktur Mata
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika
fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian depan mata.
Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan tersusun dari :
a. Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal
berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata,
dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
b. Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh
darah dan otot siliaris. Otot meleka pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot
ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek
berjarak jauh ke objek nberjarak dekat di depan mata.
c. Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian mata yang
berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkulasi yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat
masuk ke interior mata.
3. Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat
tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4. Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga yaitu rongga interior dan
rongga posterior.
a. Rongga Anterior terbagi menjadi dua ruang
1. Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang Posterior terlatak di
depan lensa dan di belakang iris.
2. Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi prosesus siliaris
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous mengalir ke saluran Schlemm
dan masuk ke sirkulasi darah vena.
3. Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata.
Jika aliran aqueous humor terhambat , tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan
penglihatan , suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b. Rongga Posterior, terletak di anatara lensa dan retina dan berisi viterus humor. Semacam gel
transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Retina (lapisan dalam mata), adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari
lapisan terpigmentasi luar, da lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar: pada retina melekat pada lapisan koroid . lapisan ini lapisan
tngga sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap
cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata.
Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam ( optikal ), yang terletak bersebelahan dengan lapisan
terpigmentasi , adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1) Sel batang dan Kerucut, adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan
terpigmentasi.
2) Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut
ke sel – sel ganglion.
3) Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada regia khusus dalam retina untuk
membentuk saraf optik
4) Sel Horizontal dan Amakrin, merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina. Sel ini
berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral.
5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang serta kerucut
untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls daraf. Kemudian impuls saraf
menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
c. Bintik Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor
pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.
d. Lutea buta, adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e. Fovea Makula, adalah pelekukan sentral makula yang tidak memilik sel batang dan hanya
mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata, bayangan yang terfokus disini
akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.
f. Jalur visula ke otak
1) saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata dan bergabung tepat
di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik.
2) Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal ( lateral ) setiap
retina tetap berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang ebrasal dari separuh
bagian nasal ( medial ) setiap retina menyilang ke sisi yag berlawanan.
3) Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang memanjang untuk
bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonnya menjalar ke
korteks lobus oksipital.
4) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuklei
pratektumuntuk berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan siliaris.
c. Fisiologi penglihatan
1. Rodopsin (visual unggu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki
dua sub-unit.
a. Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. zat ini ada dalam dua
bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah all-trans retinal lurus.
b. Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-retinal.
2. Pemutihan rodopsin darin unggu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke retina.
Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berkaitan dengan opsin berubah bentuk
menjadi bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
a. Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel batang (reseptor), yang
menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke otak
melalui saraf optik.
b. Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na + pada membran sel batang akan
terbuka jika tidak ada stimulasi (cahaya). Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk
Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan transmiter inhibitorik. Neuron bipolar
dan sel ganglion tidaknterstimulasi.
c. Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++ dari dalam sel batang menyebabkan
saluran Na+ menutup. Karena konduksi Na+ menurun, maka bagian sel menjadi semakin
negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar
berdepolarisasi.
d. Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan akibat depolarisasi membran.
3. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah kembali
menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan energi dan
enzim.
4. Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi ptihan hanya
membutuhkan sedikit cahaya.
5. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap
intensitas cahaya yang memasuki nretina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang
atau sebaliknya.
a. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan melihat dalam
cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis dan
mengumpulkan cadangan rodopsin.
b. Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan cepat dan hanya
tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata disebut
beradaptasi terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang dari cahaya
remang adalah sekitar 20 menit.
c. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan vitamin A
suatu prekursor untuk retinal.
d. Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan
akbat degenerasi sel batang dan kerucut.
1) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya ber24rang, biasanya terjadi
pada tahap awal defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam hari ketika
hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang adekuat.
2) Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sel kerucut. Pengobatan dengan
vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut belum rusak.
3) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna retina dan semua
jaringan saraf.
e. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk menentukan
banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.
6. Penglihatan warna
a. Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar yang bertanggung jawab untuk
kejelasan pandangan dan penglihatan warna.
b. Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat pada opsin yang berada dengan
opsin dalam sel batang.
c. Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4 sensitif-hijau, sehingga setiap
sel kerucutb memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan warna.
d. Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi
dalam sel kerucut. Karena pigmen iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang redup, maka
sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.
2.12. Korteks Serebri
Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia
grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut
sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi
spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman) membagi
korteksn selebri menjadi 47 area bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha
untuk menjelaskan berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area tersebut.
Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang
kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1. Lamina Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan permukaan
korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lappisan yang lebih dalam.
2. Lamina Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron berbentuk segi tiga memadati
lapisan ini.
3. Lamina Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Diantara sel piramid
terdapat sel-sel granural dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4. Lamina Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk bintang berukuran kecil dengan
akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.
5. Lamina Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang naik mencapai lamina
molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6. Lamina Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus
terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferent
dan asosiasi.
Permukaan hemisfer diliputi oleh cekungan-cekungan yang berupa sulkus,fisura,dan
tonjolan yang disebut dengan gisrus. Oleh karena adanya sulkus dan fisura-fisura ini ,maka
korteks cerebri dibagi menjadi beberapa lobus :
1. Lobus Frontalis
a. Area 4 (area motortik primer), sebagian besar girus presentalis dan bagian anterior lobus
parasentralis
b. Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur berakan motortik
dan prematorik
c. Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil
d. 9.10,11,12 (area asosiasi frontalis)
Lobus frontalis terletak didepan serebrum,bagian belakang dibatasi oleh
sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis
superior,girus frontalis media,dan girus frontalis inferior.Bagian basal lobus frontalis terdapat
girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2. Lobus Parientalis
a. Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliput girus sentralis dan meluas
kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
b. Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer
serebri .
Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus pariental posterior,giruspariental
superior girus supramarginalis ,girus angularis,dan bagian media lobus parasentralis.
3. Lobus Oksipitalis
a. Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior
dan inferior sulfus kalkanius.
b. Area 18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi permukaan
lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian medial
girus lingualis, bagian basal diantara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.
4. Lobus Temporalis
a. Area 41 (korteks audiotori primer): Meliputi girus temporalis superior meluas sampai ke
permukaan lateral girus temporalis
b. Area 42 (area asosiasi auditorik): Korteks area sedikit meluas sampai ke pada permukaan
girus termporalus superior
c. Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis
superior, girus temporalis media,dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat
girus fusiformis.
5. Area Broka (area bicara motoris): Terletak sulkus latelaris, mengatur gerakan berbicara
6. Area Visualis: Terdapat pada polus posterior dan aspek medial hemisfer cerebri di daerah
sulkus kalkaneus,merupakan daerah menerima visual.
7. Insula Reili: Bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvi yang terdapat diantara
lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus
temporalis dan girus frontalis inferior
8. Girus Singuli: Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus kolosum
Fungsi korteks serebri :
1. Korteks motorik primer (area4, 6, 8)
a. Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Implusnya
berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuklei
saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki
terletak di ats,sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral
berbagai bagian tubuh sesuai dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari bagian tubuh ,
keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas
b. Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi
c. Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala
DAFTAR PUSTAKA