Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEN PERSARAFAN

 Anatomi Sistem Saraf


            Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau
sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu
respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :

1.      Input Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak
di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
2.      Antivitas Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi
dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.
3.      Output Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari
otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

            Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan atas 2 divisi


anatomi yaitu :
1.      Sistem Saraf Pusat ( sentral ) terdiri dari otak dan medulla spinalis
 ( sumsum tulang belakang)  yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
2.      Sistem Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari
saraf cranial dan saraf spinal.  Yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan
reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan
sistem eferen.
a.    Saraf Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke Sistem Saraf Pusat
b.   Saraf Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen
dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi :
a)   Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan
respons motorik volunter pada otot rangka.
b)   Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot
jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur .
      Saraf Simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
      Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
      Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan
parasimpatis.

2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron


            Neuron atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron
mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan kemampuan eksistabilitas
(dapat dirangsang), serta kemampuan merespon ransangan dengan sangat baik. Neuron terdiri
atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya berbeda antara satu dengan yang lain. Di
otak terdapat sekitar 100 milliar neuron dan sel  glial. Neuron berkomunikasi melalui
persimpangan neuron yang disebut sinapsis. 
            Bagian - bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut:
1.      Badan Sel atau Perikarion, yaitu suatu neuron yang mengendalikan metabolisme keseluruhan
neuron serta berfungsi untuk menerima impuls (ransangan) dari dendrit dan meneruskan ke
Akson (neurit). Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
a.      Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti kompleks golgi dan
mitokondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b.      Badan nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta
berperan dalam sintesis protein.
c.       Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop
cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
2.      Dendrit, adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, serta berfungsi
dendrit berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan
Spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.
3.      Akson, adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian
ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar)
atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson. Akson memiliki bagian-bagian spesifik.
Bagian-bagian akson adalah sebagai berikut:
a.         Neurofibril : Neurofibril adalah bagian terdalam dari akson, berupa serabut-serabut halus.
Bagian-bagian pada akson inilah yang mempunya tugas pokok atau funsi yaitu untuk
meneruskan impuls
b.        Selubung Mielin : Selubung mielin merupakan bagian yang tersusun atas sel-sel pipih yang
juga disebut dengan sel Schwann. Selubung Mielin adalah bagian paling luar dari
akson. Fungsi Selubung Mielin adalah untuk melindungi akson. Selain dari itu, selubung
mielin memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan
kegiatan dari akson
c.         Nodus Ranvier : Nodus ranvier adalah bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi oleh
selubung mielin. Bagian dari akson ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian-
bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku. Fungsi nodus ranvier adalah sebagai
loncatan untuk mempercepat impuls saraf ke otak atau sebaliknya. 
4.      Sel Schwann : Sel Schwann merupakan sel yang menjadi pembungkus selubung mielin. Sel
Schwann memiliki fungsi untuk menghasilkan lemak berkali-kali hingga terbentuklah
selubung mielin. Fungsi dari sel schwann sendiri adalah untuk mempercepat pergerakan
rangsangan, membantu dalam menyediakan persediaan makanan untuk akson dan juga
membantu neurit dalam melakukan regenerasi.

2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron


           
         Susunan Sistem Saraf
            Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1.    SSP (Sistem Saraf Pusat)


a.    Otak
            Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang
1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah
cerebrum, mesenchepalon, dienchephalaon, thalamus, lobus frontalis, lobus temporalis, lobus
parientalis, lobus oksipitalis,  pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.
            Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges
terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
1.      Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak
kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi
jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
2.      Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang
berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan
memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi
otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3.      Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat langsung
pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak
secara langsung.
             
2. SST (Sistem Saraf  Tepi/Perifer)
            Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang  menghubungkan semua bagian  tubuh
dengan sistem saraf pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu:
a.      Sistem saraf sadar/somatic
            Sistem saraf sadar/somatik merupakan sistem saraf yang  kerjanya berlangsung secara
sadar/diperintah oleh otak.  Bedakan menjadi dua yaitu:
1.    Sistem saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan
menjadi 12 pasang saraf,
2.    Sistem saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali
(sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula
spinalis. 31 pasang saraf medula spinalis.

b.      Sistem Saraf Tak Sadar


            Sistem saraf otonom, mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari
atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem
saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem
saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
1.    Sistem saraf simpatik, Disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion
keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25
pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari
sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh
darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis,
memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, dan
meningkatkan sekresi adrenalin.
2.    Sistem saraf parasimpatik, disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa
jarring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf
parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik.
Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada
sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung(Suyitno, 2007: 34-40)

         Klasifikasi Neuron:
            Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya yaitu:
1.    Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera
atau suatu organ internal ke sistem saraf pusat.
2.      Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
3.      Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam sistem saraf pusat.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.
        Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya yaitu :
1.    Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron
motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
2.    Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada organ
indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3.    Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini
sebenarnya bipolar.

2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal Cord)
            Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area
bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
         Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut
medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-
ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
            Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal
ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah
saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen
dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. 31 pasang saraf spinalis terdiri dari :
1.    Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
2.    Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian
belakang torax atau dada.
3.    Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
4.    Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
5.    Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
         Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan
sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak
seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-
lain. Selain itu fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut:
1.    Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori ditransmisikan
dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2.    Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang juga
biasa disebut saraf refleks.
3.    Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala

2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri


            Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area sensorik korteks yang terdiri dari:
1.    Area Sensorik Primer, terdapat dalam girus postsentral disini neuron menerima informasi
sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari
tubuh.
2.    Area Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan menerima informasi dari retina mata.
3.    Area Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus temporal , menerima implus saraf yang
berkaitan dengan pendengaran.
4.    Area Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial lobus temporal, berkaitan
dengan  indera penciuman.
5.    Area Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus parletal dekat bagian inferior girus
postsentral , terlibat dalam persepsi rasa.

2.6.  Reseptor – Reseptor Sensorik
            Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi rangsangan
sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini
mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan
kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan
tinggi. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di
lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor,
distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung reseptor.
1.    Sumber ( lokasi ) sensasi
a.      Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak pada atau di
dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu, penciuman,
penglihatan, serta pendengaran.
b.      Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup
reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan
menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium.
c.       Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh
darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang tejadi
akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan sirkulasi.

2.    Jenis Reseptor Sensorik


a.      Mekanoreseptor, reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensorik yang
mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor ( misalnya, kulit, otot
rangka, persendian, dan organ viseral ).
b.      Termoreseptor, mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu dingin dan
panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan berubahan suhu dalam
darah
c.       Nosiseptor, mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun kerusakan
kimia , terdapat hipotalamus otak.
d.      Reseptor Elekromaknetik, mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata. Perubahan cahaya
akan membuat perubahan gelombang spektrum elektromaknetik.
e.       Kemoreseptor, mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar oksigen
dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida, dan faktor bahan
kimia tubuh.

3.    Distribusi Reseptor
a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.
a.   Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.
4.    Ujung Reseptor Sensorik
               Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :
a.   Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam kulit, jaringat ikat, dan
pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.
b.   Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di kulit, otot,
tendon, persendian, dan organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul:
a)      Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel ini banyak
terdapat pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.
b)     Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.
c)      Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan memantau
tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan palntar kaki.
d)     Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap tekanan sentuhan,
kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.
e)      Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan tegangan ) dalam otot dan
organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon.

2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)  

         Sensasi Somatik
            Kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada
pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di
alihkan Dari suatu bagian tubuh yang lain. nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh
yang timbul bila jaringan sedang rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut.
            Sifat nyeri:
1.      Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit dirasakan daerah kulit mengalami
iritasi kuat.
2.      Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis nyeri yang paling
kuat menyebabkan penderitaan.
3.      Pegal; Suatu nyeri dalam dengan berbagai  tingkat gangguan dan intensitas rendah di daerah
tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.
             Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas yang tersebar
luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak dipersarafi secara luas oleh
ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah. Setiap kerusakan jaringan yang tersebar
menyebabkan pegal pada saerah ini.           Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri
bila dihambat dengan anastesi atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan
lenyap. Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui reflex menggaruk dan berkurangnya gatal
dapat bangkitkan melalui  refleks menggaruk dan berkurangnya gatal dapat terjadi dengan
menggaruk,garukan yang kuat menimbulkan rasa nyeri.
            Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa kriteria
yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan visera lain. Pada
umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri.
Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera
jarang menyebabkan nyeri hebat.
            Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga menyebabkan
peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada atau rongga perut dihantarkan
melalui serabut saraf sensoris yang berjalan dalam simpatis nyeri spastik dalam bentuk
kejang dan terjadi secara ritmis, tiap beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.
            Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-struktur
dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan di dalam otak,
sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak dapat
menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.
            Macam-macam nyeri kepala:
1.    Nyeri kepala pada meningitis: Salah satu nyeri kepala terhebat yang disebabkan oleh
penyakit meningitis (peradangan selaput otak).
2.    Nyeri kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan fenomena vaskuler,
hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral, atau halusinasi sensoris lain.
3.    Nyeri kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras alcohol, menimbulkan toksik
terhadap jaringan langsung mengiritasi dan menyebabkan nyeri serebral.
4.    Nyeri kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik diabsorpsi yang menimbulkan
perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma untuk sementara waktu dalam dinding
usus, dan buruknya aliran darah ke kepala menimbulkan nyeri kepala.
5.    Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung: Membran mukosa hidung dan sinus nasal iritasi
menyebabkan nyeri alih ke belakang mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala
6.    Nyeri kepala gangguan mata: Kesulitan dalam memfokuskan mata menyebabkan kontraksi
berlebihan otot silaris berusaha mendapatkan penglihatan yang lebih jelas meskipun otot ini
sangat kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri kepala retro-orbital.

         Sensasi Suhu
            Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif dingin
dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke panas membakar.
Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor dingin, reseptor hangat,
dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas). Reseptor
dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik yang terpisah masing-
masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian terbesar tubuh jumlah
reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.
            Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang dengan
kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat . Pada menit pertama secara progresif
lebih lambat selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu
kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat secara aktif ia
merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan pada suhu yang sama.
            Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu
mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat
Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung, tetapi
perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
            Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri, dengan
memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas atau ke bawah,
kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat s4h4 yang panjang
menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa isyarat dihantarkan ke
korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam daerah sensoris
somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam daerah kulit tertentu.
2.8.  Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )
            Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang
mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a.    Struktur Mata
1.      Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika
fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a.      Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk ekstrinsik.
b.     Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian depan mata.
Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2.      Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan tersusun dari :
a.    Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal
berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata,
dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
b.   Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh
darah dan otot siliaris. Otot meleka pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot
ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek
berjarak jauh ke objek nberjarak dekat di depan mata.
c.    Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian mata yang
berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan  ikat dan otot radialis serta sirkulasi yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d.   Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat
masuk ke interior mata.
3.      Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat
tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4.      Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga yaitu rongga interior dan
rongga posterior.
a.    Rongga Anterior terbagi menjadi dua ruang
1.      Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang Posterior terlatak di
depan lensa dan di belakang iris.
2.      Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi prosesus siliaris
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous mengalir ke saluran Schlemm
dan masuk ke sirkulasi darah vena.
3.      Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata.
Jika aliran aqueous humor terhambat , tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan
penglihatan , suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b.   Rongga Posterior,  terletak di anatara lensa dan retina dan berisi viterus humor. Semacam gel
transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5.      Retina (lapisan dalam mata),  adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari
lapisan terpigmentasi luar, da lapisan jaringan saraf dalam.
a.    Lapisan terpigmentasi luar: pada retina melekat pada lapisan koroid . lapisan ini lapisan
tngga sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap
cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata.
Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b.   Lapisan jaringan saraf dalam ( optikal ),  yang terletak bersebelahan dengan lapisan
terpigmentasi , adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun  dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1)   Sel batang dan Kerucut,  adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan
terpigmentasi.
2)   Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut
ke sel – sel ganglion.
3)   Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada regia khusus dalam retina untuk
membentuk saraf optik
4)   Sel Horizontal dan Amakrin,  merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina. Sel ini
berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral.
5)   Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang serta kerucut
untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls daraf. Kemudian impuls saraf
menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
c.    Bintik Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor
pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.
d.   Lutea buta, adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e.    Fovea Makula, adalah pelekukan sentral makula yang tidak memilik sel batang dan hanya
mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata, bayangan yang terfokus disini
akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.
f.     Jalur visula ke otak
1)   saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata dan bergabung tepat
di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik.
2)   Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal ( lateral ) setiap
retina tetap berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang ebrasal dari separuh
bagian nasal ( medial ) setiap retina menyilang ke sisi yag berlawanan.
3)   Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang memanjang untuk
bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonnya menjalar ke
korteks lobus oksipital.
4)   Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuklei
pratektumuntuk berpartisipasi dalam refleks  pupilaris dan siliaris.

b.   Karakteristik atau Sifat Optik Mata


1.       Refraksi, adalah defleksi, atau pembelokan , berkas sinar saat melewati salah satu medium
menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin koveks suatu
permukaan , maka akan semakin reflaktif dayanya.
a.    Kornea: bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat
penyesuaian kasar pada mata
b.   Lensa:  berperan dalam sebagian besar aktivitas refraktif yang tersisa dan merupakan alat
penyesuaian halus pada mata.
c.    Cairan aquosus dan vitreus:  bertanggung jawab untuk refraksi minimal.
2.    Akomondasi: adalh proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek
secara jelas pada jarak yang beragam.
a.    Lensa Konveks (tebal di tengah dan tipis di perifer) lebih bundar, mengumpulkan berkas
sinar, dan fokusnya pada objek yang dekat.
b.   Lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas sinar, mendatar dan
fokusnya pada objek berjarak jauh.
c.    Pada emetropia atau akomodasi normal , kontraksi otot siliaris mengurangi tarikan ligamen
suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar sehingga semakin konveks , atau
membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris memperkuat tarikan ligamen
suspensorik pada lensa, sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.
d.   Daya akomodasi: suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring pertambahan usia akibat
penurunan elastisitas lensa, yang tidak dapat menonjol ke luar lagi sebanyak di usia
muda. Kondisi seperti ini disebut presbiopia dan diperbaiki dengan lensa bifocal.
e.    Konvergensi: bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu proses akomodasi
dengan memastikan bahwa bayangan dalam kedua mata jatuh pada bagian koresponden
retina.
f.     Konstriksi pupil: juga terjadi secara refleks salam proses akomodasi untuk menampilkan
berkas sianr yang paling terbias pada layar dan memungkinkan pembentukan bayangan yang
jelas pada retina.
3.    Defek Visual
a.    Miopi ( rabun dekat )
1.      Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang, atau sistem lensa yang terlalu kuat,
menyebabkan fokus bayangan jatuh pada titik di depan retina.
2.      Akibatnya adalah rabun dekat disebut demikian karena mata hanya dapat berfokus pada
objek yang dekat.
3.      Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan di depan mata, sehingga
didapatkan  refraksi yang cukup untuk memfokuskan objek berjarak jauh ke retina
b.   Hiperopia ( rabun jauh )
1.      Bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau terlalu lemah mengakibatkan
bayangan jatuh dibelakang retina. Sehingga penglihatan buram terhadap objek yang berjarak
dekat.
2.      Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang diletakkan di depan mata sehingga fokus
benda jatuh pada retina
c.    Astigmatisme
1.      Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang, berkas sinar yang melewati juga tidak
terefraksi dengan merata sehingga bayangan menjadi buram di salah satu lempeng.
2.      Astigmatisme dapat diperbaiki dengan lensa khusus yang memiliki lengkung perbaikan
berbeda untuk lempeng yang tepat.

c.    Fisiologi penglihatan
1.    Rodopsin (visual unggu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki
dua sub-unit.
a.    Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. zat ini ada dalam dua
bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah all-trans retinal lurus.
b.    Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-retinal.
2.    Pemutihan rodopsin darin unggu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke retina.
Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berkaitan dengan opsin berubah bentuk
menjadi  bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
a.    Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel batang (reseptor), yang
menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke otak
melalui saraf optik.
b.    Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na + pada membran sel batang akan
terbuka jika tidak ada stimulasi (cahaya). Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk
Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan transmiter inhibitorik. Neuron bipolar
dan sel ganglion tidaknterstimulasi.
c.    Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++  dari dalam sel batang menyebabkan
saluran Na+ menutup.  Karena konduksi Na+ menurun, maka bagian sel menjadi semakin
negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar
berdepolarisasi.
d.   Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan akibat depolarisasi membran.
3.    Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah kembali
menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan energi dan
enzim.
4.    Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi ptihan hanya
membutuhkan sedikit cahaya.
5.    Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap
intensitas cahaya yang memasuki nretina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang
atau sebaliknya.
a.    Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan melihat dalam
cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis dan
mengumpulkan cadangan rodopsin.
b.    Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan cepat dan hanya
tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata disebut
beradaptasi         terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang dari cahaya
remang adalah sekitar 20 menit.
c.    Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan vitamin A
suatu           prekursor untuk retinal.
d.   Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan
akbat          degenerasi sel batang dan kerucut.
1)      Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya ber24rang, biasanya terjadi
pada tahap awal defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam hari ketika
hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang adekuat.
2)      Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sel kerucut. Pengobatan dengan
vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut belum rusak.
3)      Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna retina dan semua
jaringan saraf.
e.    Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk menentukan
banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.

6.    Penglihatan warna
a.     Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar yang bertanggung jawab untuk
kejelasan pandangan dan penglihatan warna.
b.    Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat pada opsin yang berada dengan
opsin dalam sel batang.
c.     Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4 sensitif-hijau, sehingga setiap
sel kerucutb memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan warna.
d.    Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi
dalam sel kerucut. Karena pigmen iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang redup, maka
sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.

2.9.   Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri


            Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area sensorik primer,
dan yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi
tingkat tinggi.
1.      Area motorik primer pada korteks
a.    Area Motorik Primer terdapat dalam glrus presentra. Di sini, neuron (piramidal)
mengendalikan kontraksi vlunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus piramidal.
b.   Area Pramotorik Korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron
(ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang, seperti
mengetik
c.    Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini mungkin
hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah kiri). Dan hubungannya dengan
kemampuan wicara.

2.10.   Fungsi Motorik Medulla Spinalis


            Medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang dan
mengaktifkan respons motorik secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat
pada kerja reflek spinal untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan
tubuh.  Sebagai pusat perantara,antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat).
Semua komando motorik volunter dari otak dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat
motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke
otot. Demikian juga sinyal sensoris di medula spinalis. Pada medula spinalis sinyal sensoris
sebagian besar diproses dan diintegrasikan. Oleh karena itu medula spinalis dikatakan sebagai
tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula spinalis.

2.11.   Serebelum dan Ganglia Basalis


1.    Serebelum ( Otak kecil )
            Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium
serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai
dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Serebelum dihubungkan dengan otak tengah
oleh pedunkulus serebri superior , dengan pons varolli oleh pedunkulus serebri media dan
dengan medulla oblongata oleh pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap
hemisfer serebri disebut korteks yang disusun oleh subtansia grisea. Lapisan – lapisan korteks
sereberi ini dipisahkan oleh fisura transverses yang tersusun rapat. Kelompok massa
substansia grisea tertentu pada serebelum tentanam dalam substansia alba yang paling besar
dikenal sebagai nucleus dentatus.
            Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan
otot pada sisi tubuh yang sama. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur.
Berat serebelum ± 150 gram ( 8% -9% ) dari otak seluruhnya . sama seperti lobuli
serebelum , vermis juga dibagi dalam beberapa bagian dari depan ke belakang yaitu :
1.      Lobulus quadrangularis anterior lingua
2.      Lobus sentralis kulmen
3.      Quadrangularis posterior deklive
4.      Lobules semilunaris inferior tuber.
            Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian :
a.      Arkhi Serebelum, lobus otak kecil merupakan bagian kolumna aferen somatic. Lobus ini
menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nucleus vestibularis medialis
inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap tubuh.
b.      Paleoserebelum, bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan visura
prima . bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibular ang ber[eran pada
pengaturan tonus otot.
c.       Neoserebelum, bagian utama dari otak kecil , bagian vermisnya merupakan suatu bangunan
neokorteks serebelum, nucleus pons, dan nucleus oliveri inferior principal pada medula
oblongata . input diperoleh dari indra penglihatan , pendengaran , dan kulit . peranan secara
mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta ketetapan kekuatan arah dan
besarnya garapan gerakan volunter.
            Struktur internal . serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan korteks
substansia alba , didalamnya terdapat kumpulan nuclei pada tiap tiap hemisfer nuklei:
a.    Nucleus dentatus : menerima serabut dari bagian neoserebelum lobus posterior dan lobus
anterior , lalu mengirim serabut ke nucleus ruber ( red nucleus dan nucleus netro lateral
talamus ).
b.   Nucleus interpolaris : terdiri atas nucleus globulus dan nukleus Emboliformis. Kedua nukleus
ini menerima serabut dari paleo sebelum dan mengirim serabut ke nukleus ruber.
c.    Nukleus Fastigii ( fastioginal nukleus ) : menerima serabut dari lobus flokulonodulus ( lobus
flocculonodularis ), lalu mengirim serabut ke nukleus vestibularis dan nukleus retikularis
melalui fesikulus unsinatus ( fasciculus uncinatus )
Substansia alba serebelum Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi yang
berpasangan sebagai berikut.
1.    Pedunkulus Serebelaris Superior ( Brachium Conjunctivum )
         Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa implus dari nukleus dentatus ke
nukleus ruber kontra lateral dan ke talamus.
         Traktus spinoserebelaris ventaris, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan berakhir
pada korteks paleo serebelum.
         Fasikulus unisinatus (hook bundle of russell),melalui fasikulus ini serabut dari nukleus
fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.
2.    Pedunkulus Serebralis Medialis ( Brachium Pontis ), merupakan bagian terbesar, tempat
berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke neoserebelum kontralatera.
3.    Pedunkulus Sereberalis Medialis (Rrestiform Body )
         Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateral menuju ke
korteks hemisfer dan vermis serebelum.
         Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serebut dari medula spinalis menuju ke
korteks lobus anterior dan ke bagian piramidal dan paleoserebelum.
         Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuneatus.
            Serebelum memiliki suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan untuk
mengendalikan pergerakan-pergerakan saat pergerakan sedang berlangsung.
Fungsi  utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan suatu
mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan
ketegangan dalam otot, untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh, terjadinya
kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan
mempunyai aspek keterampilan.
             Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot
antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, sedangkan otot sinergis berusaha
memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam-macam
pergerakan.
2.    Ganglia Basalis ( Basal ganglia )
            Basal Ganglia terdiri atas beberapa kumpulan subtansia grisea padat yang terbentuk
dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan
nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia, ganglia basalis terdiri
atas beberapa elemen saraf sebagai berikut.
1.    Nukleus Kaudatus dan Putamen, nukleus kaudatus sering disebut korpus striatum, sedangkan
putamen dan globus palidus disebut nukleus lentikularis / lentiformalis.
  Korpus Striatum : merupakan suatu kumpulan substansia grisea di sebelah anterior kaput nuklei
kaudatus berhubungan dengan nukleus lentiformalis. Fungsi korpus striatum adalah
pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan tonus otot tidak bekerja sendiri tapi merupakan
bagian penting dari sistem ekstrapiramidal tetapi tetap dibawah pengendalian korpus
striatum.
  Nukleus Lantiformalis : merupakan lapisan subtansia yang tipis di antara korteks dan
permukaan lateral putamen.
2.    Globus Pallidus, terdiri atas dua bagian yaitu globus palidus medialis dan globus palidus
lateralis. Globus palidus terletak di sebelah lateral kapsula interna dan dikenal sebagai
paleostriatum.
3.    Korpus Amigdaloideum (corpus amygdaloideum), dikenal sebagai arkhistriatum
(archistriatum), terletak di sebelah dalam lobus temporalis dan mempunyai hubungan
olfaktorik dengan hipotamulus,dan fungsi-fungsi viseral.
  Hubungan Aferen: langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis untuk mencapai bagian
anterior, kelompok nuklei pars kortikomedialis, dan tidak langsung mencapai kelompok
nuklei pars basolateralis.
  Hubungan Eferen: stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi medial nukleus
kaudatus dan berakhir dalam nukleus hipotalamus ventromedialis dan fibrae amygdalo.
Beberapa serat ini mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus paraterminalis, dan girus
cinguli.
            Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari:
a.    Nukleus kaudatus, putamen, dan globus pallidus
b.    Nuleus subtalmikus
c.    Subtansia nigra
d.   Nukleus ruber (red nucleus)
            Hubungan antara nukleus basal ganglia ini sangat kompleks, Nuklei basal ganglia
mendapat implus dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari basal ganglia
belum jelas. Perangsangan pada umumnya juga tidak memperlihatkan hasil yang jelas tetapi
perangsangan pada nukleus kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan ini mungkin
terjadi dengan cara pengaktifan area inhibisi pada korteks melalui jalur umpan balik talamo
kortikal.           Basal ganglia aktif pada gerakan lambat dan mantap, sedangkan pada gerakan
cepat dan tiba- tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan
dimulai karena berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses
konversi pikiran menjadi gerakan voluter. Aktivitasnya disalurkan melalui talamus menuju
korteks dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.
            Kerusakan pada ganglia basalis pada manusia ke neuron motorik.
1.    Hiperkinetik: terjadinya gerakan- gerakan abnormal yang berlebihan.
2.    Hipokinetik : berkurangnya gerakan misalnya kekakuan.

2.12.    Korteks Serebri
            Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia
grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut
sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi
spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman) membagi
korteksn  selebri menjadi 47 area bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha
untuk menjelaskan berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area tersebut.
            Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang
kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1.    Lamina Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan permukaan
korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lappisan yang lebih dalam.
2.    Lamina Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron berbentuk segi tiga memadati
lapisan ini.
3.    Lamina Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Diantara sel piramid
terdapat sel-sel granural dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4.    Lamina Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk bintang berukuran kecil dengan
akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.
5.    Lamina Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang naik mencapai lamina
molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6.    Lamina Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus
terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferent
dan asosiasi.
            Permukaan hemisfer diliputi oleh cekungan-cekungan yang berupa sulkus,fisura,dan
tonjolan yang disebut dengan gisrus. Oleh karena adanya sulkus dan fisura-fisura ini ,maka
korteks cerebri dibagi menjadi beberapa lobus :
1.    Lobus Frontalis
a.    Area 4 (area motortik primer), sebagian besar girus presentalis dan bagian anterior lobus
parasentralis
b.   Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur berakan motortik
dan prematorik
c.    Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil
d.   9.10,11,12 (area asosiasi frontalis)
                        Lobus frontalis terletak didepan serebrum,bagian belakang dibatasi oleh
sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis
superior,girus frontalis media,dan girus frontalis inferior.Bagian basal lobus frontalis terdapat
girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2.    Lobus Parientalis
a.    Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliput girus sentralis dan meluas
kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
b.    Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer
serebri .
               Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus pariental posterior,giruspariental
superior girus supramarginalis ,girus angularis,dan bagian media lobus parasentralis.
3.    Lobus Oksipitalis
a.    Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior
dan inferior sulfus kalkanius.
b.    Area 18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi permukaan
lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian medial
girus lingualis, bagian basal diantara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.
4.    Lobus Temporalis
a.    Area 41 (korteks audiotori primer): Meliputi girus temporalis superior meluas sampai ke
permukaan lateral girus temporalis
b.    Area 42 (area asosiasi auditorik): Korteks area sedikit meluas sampai ke pada permukaan
girus termporalus superior
c.    Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis
superior, girus temporalis media,dan girus temporalis  inferior. Pada bagian basal terdapat
girus fusiformis.
5.    Area Broka (area bicara motoris): Terletak sulkus latelaris, mengatur gerakan berbicara
6.    Area Visualis:  Terdapat pada polus posterior dan aspek medial  hemisfer cerebri di daerah
sulkus kalkaneus,merupakan daerah menerima visual.
7.    Insula Reili: Bagian  serebrum yang membentuk dasar fisura  silvi yang terdapat diantara
lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus
temporalis dan girus frontalis inferior
8.    Girus Singuli: Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus kolosum
      Fungsi  korteks serebri :
1.    Korteks motorik primer (area4, 6, 8)
a.       Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Implusnya
berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuklei
saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki
terletak di ats,sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral
berbagai bagian tubuh sesuai  dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari bagian tubuh ,
keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas
b.      Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi
c.       Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala

2.    Korteks sensorik primer (area3, 4, 5)


a.       Penerima sensasi umum(area somestesia).
b.      Menerima serabut saraf : Radiasi talamikus yang membawa implus sensoris dari kulit, otot
sendi, dan tendo di sisi kontralateral.Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan sensasi
pada sisi tubuh kontralateral.
c.       Terdapat homunkulus sensorik : Menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-
bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral.Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh,
sebanding dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.

3.    Korteks visual (penglihatan) area 17


a.       Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.
b.      Lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual.
c.       Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.
d.      Menerima impuls dari radio-optika.

4.    Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41


a.       Terletak pada transvers temporal temporal girus di dasar visura latelaris selebri.
b.      Menerima impuls dari radiasiaudiotorik yang bersal dari korpus genikulatum medialis.
c.       Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral.
5.    Area penghidu ( area reseptif  olfakturis)
a.       Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis.
b.      Kerusakan jalur olfaktoris menimbulkan anosmia (tidak mampu mneghidu).
c.       Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktoris. Pada keadaan ini penderita dapat menghidu
bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6.    Area asosiasi
a.       Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motorik,dihubungkan
oleh serabut asosiasi.
b.      Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-
kata, dsb.
c.       Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah frontal (di depan
korteks motorik), daerah temporal (antara girus temporalis superior dan korteks limbuk) dan
daerah parieto-oksipital (antara korteks somestik dan korteks visual).
d.      Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai  dengan
tempat kerusakan.Misalnya, pada area 5,7 akan menimbulkan asteriognosis (tidak mengenali
bentuk benda yang diletakan ditangan dengan mata tertutup) karena rea ini merupakan pusat
asosiasi sensasi (indera) kulit.

2.13.   Aktivitas Otak atau Kerja Otak


              Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai
mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan
akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan
Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi,
musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua
otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.
              Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang
berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan,
menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan.
Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang
mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak
berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim kemarau”.
Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan
konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari
penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak,
2004:97)               Dengan contoh di atas, dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap
aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan
otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan
otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Jika seseorang hanya mengaktifkan
salah satu belahan otaknya dalam beberapa aktivitas, terjadi ketidakseimbangan fungsi kerja
otak pada manusia, maka orang tersebut akan mudah menghadapi kesulitan terutama
kesehatan mental yang kurang baik. Seperti yang dikemukakan DePorter (2004: 38),
“Sesungguhnya, jika Anda termasuk kategori otak kiri dan Anda tidak melakukan upaya
tertentu memasukkan beberapa aktivitas otak kanan dalam hidup Anda, ketidakseimbangan
yang dihasilkan dapat mengakibatkan Anda stressdan juga kesehatan mental dan fisik yang
buruk.”
              Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya
menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas yang memang
membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.

2.14.    Sistem Saraf Otonom


          Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar,
pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan
otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainya
menghambat dan sebaliknya, kedua susunan sitem saraf ini disebut saraf simpatis dan
parasimpatis .
            Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan
organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi
dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis.
1.    Saraf Simpatis
            Saraf simpatis adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula
spinalis) di daerah dada dan pinggang. Saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik dan
umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-organ tubuh, seperti
mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini
mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf
simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Sistem saraf simpatik disebut juga sistem
saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai
dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di
sumsum tulang belakang.
         Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
1.    Mempercepat denyut jantung
2.    Mempersempit diameter pembuluh darah
3.    Memperlambat proses pencernaan
4.    Memperkecil bronkus
5.    Menurunkan tekanan darah
6.    Memperlambat gerak peristaltis
7.    Memperlebar pupil
8.    Menghambat sekresi empedu
9.    Menurunkan sekresi ludah
10.     Meningkatkan sekresi adrenalin.
2.    Saraf Parasimpatik
            Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.  Sistem
saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion
keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi saraf parasimpatik umumnya
memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring
yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya
menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
            Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. Berikut
adalah fungsi dari sistem saraf parasimpatik.
1.    Menghambat denyut jantung
2.    Memperlebar diameter pembuluh darah
3.    Mempercepat proses pencernaan
4.    Memperlebar bronkus
5.    Menaikkan tekanan darah
6.    Mempercepat gerak peristaltis
7.    Mempersempit pupil
8.    Mempercepat sekresi empedu
9.    Menaikkan sekresi ludah
10.  Meninurunkan sekresi adrenalin.
2.15.   Fisiologi  Aliran Darah Otak, Cairan  Serebrospinal, dan Metabolisme    pada otak
1.    Fisiologi  Aliran Darah Otak,
            Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk
memenuhi kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional. Aliran
darah otak (CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari
SSP. 

         Ciri Umum Aliran Darah


                 Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan
trombosit) tersuspensi dalam  plasma. Komponen darah cenderung untuk berkumpul di
bagian tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran lumen, sehingga sifat darah di arteri
yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh
lagi, pernyataan tentang tekanan darah, aliran darah, dan perfusi jaringan harus
dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.
            Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan pH,
tekanan oksigen dan karbondioksida, K+, H+, HCO3-  pada jaringan dan darah; hematokrit,
cardiac output, tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan lainnya termasuk
mediator saraf dan kimiawi.
2.    Cairan Serebrospinal
            Cairan ini disalurkan oleh pleksus koroid ke dala ventrikel yang ada dalam otak
kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang, lalu ke ruang subarakhnoid
melalui ventrikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum tulang belakang,
akan kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus sagitalis superior.
Perjalanan cairan serebrospinalis , setelah meinggalkan ventrikel lateralis I dan II, cairan otak
dan sumsum tulang belakang akan menuju ventrikel III melalui Foramen monro masuk ke
ventrikel IV melalui akuaduktus Sylvius, kemudian cairan dialirkan ke bagian medial foramen
megendie (  foramen of Magendie ) selanjutnya ke sisterna magna. Cairan tersebut akan
membasahi bagian – bagian dari otak dan akan diabsorbsi oleh vili-vili yang terdapat pada
arakhnoid. Jumlah cairan ini tidak tetap, berkisar 80-200 cc dan mempunyai sifat alkalis.
Komposisi cairan serebrospinalis terdiri atas air, protein, glukosa, garam-garam, sedikit
limfosit dan karbondioksida.
          Beberapa fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan kelembaban otak dan medulla spinalis.
2.      Melindungi alat - alat dalam medulla spinalis dan otak dari tekanan.
3.      Melicinkan alat – alat dalam medulla spinalis dan otak.
3.    Metabolisme Otak
          Berat otak manusia normal berkisar antara 1200-1400 gram, merupakan 2% dari berat
badan total manusia. Dalam keadaan istirahat otak memerlukan oksigen sebanyak 20% dari
seluruh kebutuhan oksigen tubuh dan memerlukan 70% glukosa tubuh. Adanya kebutuhan
oksigen yang tinggi tersebut disertai dengan aktifitas metabolik otak yang terjadi secara
terusmenerus memerlukan aliran darah yang konstan ke dalam otak, sehingga otak
memerlukan makanan yang cukup dan teratur. Dalam setiap menit otak memerlukan 800 cc
oksigen dan 100 mg glukosa sebagai sumber energi. berkurang atau hilangnya suplai darah ke
otak dalam beberapa menit akan menimbulkan adanya gangguan pada jaringan otak yang
bervariasi dari ringan hingga yang berat berupa kematian sel otak.
          Secara normal otak memerlukan glukosa untuk menghasilkan energi melalui proses
glikolisis dan siklus krebs serta membutuhkan +- 4 x 10 21 ATP per menit. Glukosa
merupakan sumber utama yang dibutuhkan sel otak disamping oksigen. Kecepatan
metabolisme glukosa di otak adalah 30 umol/100 g otak adalah 165 umol/100 g otak/menit
atau 3.5 ml/100 g otak/menit. Metabolisme glukosa terjadi terutama di mitokondria yang
akan menghasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi seperti ATP 7. Maka jaringan otak sangat
rentan terhadap gangguan suplai glukosa dan oksigen. Kebutuhan akan glukosa dan oksigen
dihantarkan melalui aliran darah secara konstan.

            Neuron-neuron otak neuron - neuron otak mendapatkan seluruh sediaan energi dari


metabolisme  oksidatif glukosa. Untuk melakukan fungsi - fungsinya otak memerlukan
seperempat kebutuhan oksigen yang digunakan oleh tubuhb per menit. Neuron yang
menggunakan energi yang besar ini dibangkitkan dalam mitokondria, untuk dua kelompok
fungsi:
1.    Energi diperlukan untuk mempertahankan integritas sel  membran dan konsentrasi ion intra
dan ekstra seluler, juga diperlukan untuk membuang produk toksis dari siklus biokimiawi
molekuler.
2.    Untuk melakukan peran serebral dalam sintesis, penyimpanan, transport dan pelepasan
neurotransmiter serta dalam mempertahankan respon elektrik.
            Metabolisme aerob glukosa sangat efektif untuk meghasilkan energi yang diperlukan.
Satu molekul glukosa menghasilkan 38 molekul ATP, sedangkan metabolisme anaerob hanya
menghasilkan 2 molekul ATP dengan adanya kerugian dihasilkannya ion laktat dengan
konsekuensi adanya perubahan pH intrasel.
            Kebutuhan energi neuron bervariasi menurut aktivitasnya. Peningkatan penggunaan
energi memerlukan pengiriman oksigen dan glukosa dari darah. Hal ini dapat tercapai dengan
meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut dengan meningkatkan aktivitas atau dengan
meningkatkan ekstraksi oksigen dari darah. Kebutuhan otak secara umum adalah konstan,
tetapi secara lokal bervariasi dan mampu beradaptasi terhadap pasokan darah. Hal ini
mencegah perubahan - perubahan yang mungkin timbul dalam tekanan perfusi yang
dipengaruhi oleh sistem sirkulasi sentral dengan autoregulasi. Hal ini dapat dicapai melalui
kontraksi otot polos terhadap berbagai tingkat resistensi arteri dan arteriole sesuai dengan
tekanan luminal. Hal ini diduga akibat respon langsung mekanisme distensi dari otot polos
atau suatu reflek neurogenik sistem simpatis. Melalui autoregulasi yang memungkinkan
neuron dapat mempertahankan aliran darah otak total diatas rentang yang luas  dari tekanan
perfusi.
            Pada orang dewasa normal mempunyai aliran darah otak antara 50- 55 ml/ 100 gr otak
/ menit. Bila aliran darah otak turun hingga kurang dari 18 ml/ 100 gr/ menit merupakan
ambang atas dari gagahnya pompa ion. Bila aliran darah serebral 8 ml/100 gr/menit
merupakan ambang bawah gagahnya pompa ion. Penumbra iskemik adalah keadaan iskemik
otak diantara kedua amabnag tersebut, dimana  neuron - neuron secara fungsional tidak
melakukan aktifitas namun secara struktural masih intak dan bisa diselamatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2012. Anatomi dan Fisiologi:Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan,Ed.4.  Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2003. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed 2. Jakarta:
EGC.
Sloane Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC.

 
 

Anda mungkin juga menyukai