DM GANGREN
Disusun oleh:
1. Sheryel Auradinda Herlambang (202201015)
Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur dan
disebut sebagai asinus/pancreatic acini merupakan jaringan yang menghasilkan
enzim pencernaan ke dalam duodenum.
Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau langerhans/islet of langerhans
yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan
glukagon ke dalam darah
1
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans
Menurut (Parasmita, 2020) pulau-pulau langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel
yaitu:
2
1.2.1 Pengertian Diabetes Militus Gangren
Definisi diabetes adalah hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin baik absolut maupun relatif. Secara klinis, diabetes melitus (DM) dibedakan
atas empat bentuk yaitu (1) DM tipe-1 yang sebelumnya sering disebut dengan insulin
dependent diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2) DM tipe-2 atau
non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) (Wisman et al., 2016).
Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolut atau relatif (Ariana, 2016).
Gangrene adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak mendapat pasokan
darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang berat. Gangren yang muncul pada
penderita diabetes melitus disebabkan karena adanya kerusakan pada jaringan nekrosis
oleh emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah
terhenti. Gangren terjadi karena adanya neuropati dan gangguan vaskuler di daerah
kaki. Gangren muncul di daerah kaki dalam bentuk luka terbuka yang diikuti kematian
jaringan setempat, ditandai dengan perubahan warna pada kulit menjadi biru, merah,
ungu atau bahkan hitam (Kirana et al., 2019).
Pada kasus gangren, amputasi adalah pengobatan pilihan yang lebih disukai.
Tindakan amputasi dapat dicapai melalui intervensi bedah, atau pasien dapat
menunggu autoamputasi. Autoamputasi adalah pemisahan spontan dari jaringan yang
3
tidak dapat hidup dari jaringan yang layak sepanjang garis demarkasi yang jelas.
Namun, apabila menunggu tindakan autoamputasi pada ekstremitas dapat
meningkatkan kemungkinan infeksi dan memperpanjang rasa sakit dan
ketidaknyamanan pasien (Al Wahbia, 2019). Amputasi yang dilakukan pada penderita
diabetes melitus dengan gangren adalah amputasi terbuka, dimana dilakukannya
pemotongan pada tulang dan otot ditingkat yang sama. Amputasi ini dilakukan pada
luka yang kotor, seperti luka gangren.
3. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya terdapat
anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
4. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain (pancreatitis,
kelainan hormonal, dan obat-obatan).
5. Gangren Kaki Diabetik
4
Wagner ( 2019 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan
, yaitu
5
Pathway diabetes militus
Intoleransi insulin
Kerusakan sel beda didalam organ pankreas
Hiperglikemik
7
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1: Breathing)
b. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Pada pasien hipoglikemi ictus cordis teraba,, tidak ada nyeri dada
pasien, irama jantung pasien reguler, terdapat penebalan membran
vesikuler yang menyebbkan aliran darah lambat sehinnga
menyebabkan penurunan curah jantung.
8
Pada pasien hipoglikemi ROM pada pasien bebas, biasanya pasien
tampak lemah dan mudah lelah.
3. Diagnosa Keperawatan
9
2. Penurunan curah jantung Curah jantung Perawatan jantung
(D.0008) (L.02008) (I.02075)
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor saturasi
perubahan frekuensi selama 2x24 jam oksigen
jantung dibuktikan diharapkan curah - Monitor aritmia
perubahan irama jantung jantung meningkat (kelainan irama dan
dengan kriteria: frekuensi)
1. Systemic vascular - Monitor nilai
resitance menurun laboratorium jantung
2. Brakikardia menurun (mis. elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
Terapeutik
- Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
10
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.0066) Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan (I.0238)
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisiologis dibuktikan selama 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh nyeri diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Mringis menurun - Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
11
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urin Managemen eliminasi
(D.0040) (L.04034) urine (I.04152)
Observasi
12
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan - Identifikasi tanda dan
urine berhubungan tindakan keperawatan gejala retensi atau
dengan penurunan 2x24 jam diharapkan inkontinensia urine
kapasitas kandung kemih eliminasi urine - Identifikasi faktor
dibuktikan dengan sering membaik dengan yang menyebabkan
buang air kecil kriteria: retensi atau
1. Desakan berkemih inkontinensia urin
menurun Terapeutik
2. Volume residu urin - Batasi asupan cairan,
menurun jika perlu
3. Frekuensi BAK Edukasi
membaik - Anjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra, Jika perlu
5. Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Managemen
glukosa darah (D.0027) glukosa darah hiperglikemi (I.03115)
Ketidakstabilan kadar (L.03022) Observasi
glukosa darah Setelah dilakukan - Identifikasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemungkinan
gangguan toleransi 2x24 jam diharakan penyebab
kestabilan kadar hiperglikemia
13
glukosa darah dibuktikan glukosa darah - Identifikasi situasi
dengan hiperglikemi meningkat dengan yang menyebabkan
kriteria: kebutuhan insulin
1. Kadar glukosa dalam meningkat (mis.
darah membaik penyakit kambuhan)
2. Kadar glukosa dalam - Monitor kadar
urine membaik glukosa darah, Jika
perlu
- Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuria,
polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit
kepala)
Terapeutik
- Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap dan ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan
menghindari olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/dL
14
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin, Jika
perlu
6. Gangguan integritas kulit Penyembuhan luka Managemen nyeri
(D.0129) (L.14130) (I.08238)
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor karakteristik
kekurangan/kelebihan 2x24 jam diharapkan luka (mis. drainase,
volume cairan dibuktikan penyembuhan luka warna, ukuran, bau)
dengan kerusakan membaik dengan - Monitor tanda-tanda
jaringan dan/atau lapisan kriteria: infeksi
kulit 1. Edema pada sisi luka Terapeutik
menurun - Lepaskan balutan dan
2. Peradangan luka plester secara perlahan
menurun - Cukur rambut di
3. Nyeri menurun sekitar daerah luka,
4. Bau tidak sedap pada jika perlu
luka menurun - Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit atau
Lesi, jika perlu
15
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
16
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika perlu
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi
17
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Militus Tipe II
Di Ruang Rawat inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III DR. Reksodiwiryo padang.
102, 314–412.
Ariana, R. (2016). Etiologi Penyakit Diabetes Melitus. 1–23.
Aris, F. (2019). Penerapan Data Mining untuk Identifikasi Penyakit Diabetes Melitus
dengan Menggunakan Metode Klasifikasi. Router Research, 1(1), 1–6.
Awad, N. (2014). GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II Di POLIKLINIK ENDOKRIN BAGIAN / SMF FK-UNSRAT RSU Prof .
1, 45–49.
Laila. (2018). Glukosa Darah. 5–25.
Parasmita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Debridement
Ulkus Digiti Ke III Pada Penderita Diabetes Melitus DI Ruang Jlamprang
RSUD Bendan Kota Pekalongan. 5–34.
http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/150
Putri, O., Wanda, N. P., Kusuma, D., & Gusti, A. (2020). Gambaran Tingkat
Konsumsi Serat Dan Kadar Glukosa Darah Kasus Dm Tipe 2 Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Wangaya Denpasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit. (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta), 2,
1–15. https://riantigorgeouss.files.wordpress.com/2012/03/askep-diabetes.pdf
Ramadhina, A., Sulistyaningsih, D. R., Keperawatan, F. I., Islam, U., & Agung, S.
(2022). KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS ( DM ) DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM DI RS ISLAM SULTAN AGUNG Dm
Diet Compliance And Blood Glucose Levels In Patients Diabetes Mellitus.
September, 857–868.
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Ny.T
Dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan Terhadap Diet Magelang Di RSUD Tidar
Kota Magelang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Bintang_Syarifatul_Hidayah_163110159_Poltekkes_
Kemenkes2.pdf
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2:
Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
18
LEMBAR KONSULTASI