Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DM GANGREN

Disusun oleh:
1. Sheryel Auradinda Herlambang (202201015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANGI
T.A 2023/202
1.1.Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Pankreas merupakan kelenjar retroperitoneal dengan
panjang sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal 2,5 cm (1 inchi). Pankreas berada di
posterior kurvatura mayor lambung. Pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor dan
biasanya terhubung ke duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan ampula
Vateri. Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas adalah bagian
dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam
usus, dan juga organ endokrin yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam
darah untuk mengontrol metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh
(Parasmita, 2020)

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas

Menurut (Parasmita, 2020) jaringan penyusun pankreas terdiri dari:

 Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur dan
disebut sebagai asinus/pancreatic acini merupakan jaringan yang menghasilkan
enzim pencernaan ke dalam duodenum.
 Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau langerhans/islet of langerhans
yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan
glukagon ke dalam darah

1
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans

Menurut (Parasmita, 2020) pulau-pulau langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel
yaitu:

 Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon

 Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin

 Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin

 Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pancreas

2
1.2.1 Pengertian Diabetes Militus Gangren
Definisi diabetes adalah hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin baik absolut maupun relatif. Secara klinis, diabetes melitus (DM) dibedakan
atas empat bentuk yaitu (1) DM tipe-1 yang sebelumnya sering disebut dengan insulin
dependent diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2) DM tipe-2 atau
non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) (Wisman et al., 2016).

Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolut atau relatif (Ariana, 2016).

Diabetes melitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik, yang temuan


umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat, yang dikenal sebagai
hiperglikemia. Hiperglikemia berat dapat menimbulkan gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan dan
penurunan kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi ketoasidosis atau
non- ketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan gangguan sekresi dan/atau
kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang dan gangguan
fungsional berbagai jaringan dan organ (Widiasari et al., 2021)

Gangrene adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak mendapat pasokan
darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang berat. Gangren yang muncul pada
penderita diabetes melitus disebabkan karena adanya kerusakan pada jaringan nekrosis
oleh emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah
terhenti. Gangren terjadi karena adanya neuropati dan gangguan vaskuler di daerah
kaki. Gangren muncul di daerah kaki dalam bentuk luka terbuka yang diikuti kematian
jaringan setempat, ditandai dengan perubahan warna pada kulit menjadi biru, merah,
ungu atau bahkan hitam (Kirana et al., 2019).

Pada kasus gangren, amputasi adalah pengobatan pilihan yang lebih disukai.
Tindakan amputasi dapat dicapai melalui intervensi bedah, atau pasien dapat
menunggu autoamputasi. Autoamputasi adalah pemisahan spontan dari jaringan yang

3
tidak dapat hidup dari jaringan yang layak sepanjang garis demarkasi yang jelas.
Namun, apabila menunggu tindakan autoamputasi pada ekstremitas dapat
meningkatkan kemungkinan infeksi dan memperpanjang rasa sakit dan
ketidaknyamanan pasien (Al Wahbia, 2019). Amputasi yang dilakukan pada penderita
diabetes melitus dengan gangren adalah amputasi terbuka, dimana dilakukannya
pemotongan pada tulang dan otot ditingkat yang sama. Amputasi ini dilakukan pada
luka yang kotor, seperti luka gangren.

1.2.2 Klasifikasi Diabetes Militus Gangren


1. Diabetes Militus Tipe 1 (Tipe A) / IDDM
Penyakit diabetes mellitus tipe 1 biasanya disebut insulin dependent. Diabetes
mellitus tipe 1 ini terjadi pada usia muda dibawah 30 tahun. Seseorang yang menderita
diabetes mellitus tipe 1 perlu dilakukan suntik insulin. Suntik insulin dilakukan karena
glukosa darah dalam tubuh tidak dapat memproduksi insulin sebagaimana mestinya
(Aris, 2019).

2. Diabetes Militus Tipe 2 (Tipe B) / NIDDM


Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya disebut non-insulin dependent yang
ditandai dengan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Tipe ini sering diderita
oleh seseorang yang berusia diatas 40 tahun. Hal ini terjadi ketika tubuh manusia tidak
dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
disebabkan faktor keturunan, obesitas, kurang aktivitas, penyakit lain dan usia (Aris,
2019).

3. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya terdapat
anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
4. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain (pancreatitis,
kelainan hormonal, dan obat-obatan).
5. Gangren Kaki Diabetik

4
Wagner ( 2019 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan
, yaitu

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan


kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (2019) dan Ward (2019) membagi gangren kaki


menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

5
Pathway diabetes militus

Faktor tidak dapat dirubah: Faktor dapat dirubah: obesitas,


genetik, respon autoimun, infeksi gaya hidup, stress, dan usia
virus

Intoleransi insulin
Kerusakan sel beda didalam organ pankreas

Insulin tidak adekuat


Diabetes militus tipe 1
Diabetes militus tipe 2

Penurunan jumlah insulin

Hiperglikemik

B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bledder B5 Bowel B6 Bone

Pemecahan Penebalan Terganggunya Ginjal tidak Intake Neuropatik


lemak membran aliran darah dapat glukosa perifer
meningkat vaskuler memfiltrasi berkurang
glukosa
Penurunan Gangguan
Produksi Makroangiopati asupan motorik
ketoasidosis
keton ↑ nutrisi dan dan sensori
Glukosuria
oksigen di
Aterosklerosis pembuluh
Asidosis Sel kelaparan
Diuresis Trauma
metabolik
osmotik
Aliran darah Iskemik
Metabolisme Tidak
lambat
Pernapasan karbohidrat ↓ merasakan nyeri
kusmaul Poliuria
Polinekropatik
MK: diabetik
Peningkatan Ulkus
Penurunan MK: Gangguan
MK: Pola kadar gula
curah jantung eliminasi urin
Nafas tidak darah
MK: Nyeri Infeksi
Efektif
akut
MK: Ketidakstabilan Gangren
Kadar Glukosa Darah
dalam Tubuh
MK: Gangguan
Integritas Kulit
6
1.3 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus
1. Pengkajian
Menurut (Annisa, 2021) pengkajian keperawatan pada pasien dengan
diabetes militus adalah sebagai berikut:
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama
Keluhhan utama pada pasien dengan diabetes militus adanya rasa
kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang menurun atau
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita hipoglikemia
biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar, sulit berbicara,
kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya kesadaran. Pada
kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami sensitivitas
pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung dan juga
mudah marah.
c. Riwayat keluhan/penyakit saat ini
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
d. Riwayat kesehatan terdahulu
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami

7
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1: Breathing)

Pada sistem pernafasan, ditemukan kesimetrisan rongga dada


normal, pasien tidak sesak nafas , tidak ada penggunaan otot bantu
nafas, terdapat ketidakseimbangan asam basa yang menyebabkan
kadar cO2 meningkat

b. Kardiovaskuler (B2:Blood)

Pada pasien hipoglikemi ictus cordis teraba,, tidak ada nyeri dada
pasien, irama jantung pasien reguler, terdapat penebalan membran
vesikuler yang menyebbkan aliran darah lambat sehinnga
menyebabkan penurunan curah jantung.

c. Persyarafan (B3: Brain)

Biasanya pasien denga diabetes militus terjadi penurunan


kesadaran seperti koma, agresif, emosi labil, pengelihatan
kabur/ganda, paratensia bibir.

d. Perkemihan (B4: Bladder)


Pada penyakit diabetes militus sistem perkemihan pasien
mengeluarkan urine sebanyak 5x/hari dengan warna kuning tidak
terdapat nyeri tekan dan menggeluarkan urine dengan alat bantu pispot
e. Pencernaan (B5: Bowel)

Pada pasien dengan diabetes militus terdapat nausea dan vomiting,


tidak terdapat distensi abdomen, hepar tidak teraba perbesaran, tidak
terdapat nyeri abdomen.

f. Eksterminas (B6: Bone)

8
Pada pasien hipoglikemi ROM pada pasien bebas, biasanya pasien
tampak lemah dan mudah lelah.

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Annisa, 2021) diagnosis keprawatan DM GANGREN sebagai


berikut:

a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)


b. Penurunan curah jantung (D.0008)
c. Nyeri akut (D.0077)
d. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
f. Gangguan integritas kulit (D.0129)
4. Intervensi Keperawatan

Menurut (Annisa, 2021) intervensi keperawatan sebagai berikut:

No. SDKI SLKI SIKI


1. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan
(D.0005) (L.01004) napas (I.01011)
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan
tindakan keperawatan - Monitor pola napas
hambatan upaya napas
(mis.nyeri saat bernapas, selama 2x24 jam (frekuensi, kedalaman,
kelemahan otot diharakan pola napas usaa napas)
pernapasan) dibuktian
membaik dengan Terapeutik
frekuensi napas
meningkat kriteria: - Posisikan semi
1. Frekuensi napas fowle/fowler
membaik - Berikan oksigen
2. Kedalaman napas Kolaborasi
membaik - Bronkodilator,
Ekspektoran,
Mukolitik jika perlu

9
2. Penurunan curah jantung Curah jantung Perawatan jantung
(D.0008) (L.02008) (I.02075)
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor saturasi
perubahan frekuensi selama 2x24 jam oksigen
jantung dibuktikan diharapkan curah - Monitor aritmia
perubahan irama jantung jantung meningkat (kelainan irama dan
dengan kriteria: frekuensi)
1. Systemic vascular - Monitor nilai
resitance menurun laboratorium jantung
2. Brakikardia menurun (mis. elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
Terapeutik
- Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk

10
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.0066) Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan (I.0238)
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisiologis dibuktikan selama 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh nyeri diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Mringis menurun - Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik

11
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urin Managemen eliminasi
(D.0040) (L.04034) urine (I.04152)
Observasi

12
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan - Identifikasi tanda dan
urine berhubungan tindakan keperawatan gejala retensi atau
dengan penurunan 2x24 jam diharapkan inkontinensia urine
kapasitas kandung kemih eliminasi urine - Identifikasi faktor
dibuktikan dengan sering membaik dengan yang menyebabkan
buang air kecil kriteria: retensi atau
1. Desakan berkemih inkontinensia urin
menurun Terapeutik
2. Volume residu urin - Batasi asupan cairan,
menurun jika perlu
3. Frekuensi BAK Edukasi
membaik - Anjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra, Jika perlu
5. Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Managemen
glukosa darah (D.0027) glukosa darah hiperglikemi (I.03115)
Ketidakstabilan kadar (L.03022) Observasi
glukosa darah Setelah dilakukan - Identifikasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemungkinan
gangguan toleransi 2x24 jam diharakan penyebab
kestabilan kadar hiperglikemia

13
glukosa darah dibuktikan glukosa darah - Identifikasi situasi
dengan hiperglikemi meningkat dengan yang menyebabkan
kriteria: kebutuhan insulin
1. Kadar glukosa dalam meningkat (mis.
darah membaik penyakit kambuhan)
2. Kadar glukosa dalam - Monitor kadar
urine membaik glukosa darah, Jika
perlu
- Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuria,
polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit
kepala)
Terapeutik
- Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap dan ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan
menghindari olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/dL

14
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin, Jika
perlu
6. Gangguan integritas kulit Penyembuhan luka Managemen nyeri
(D.0129) (L.14130) (I.08238)
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor karakteristik
kekurangan/kelebihan 2x24 jam diharapkan luka (mis. drainase,
volume cairan dibuktikan penyembuhan luka warna, ukuran, bau)
dengan kerusakan membaik dengan - Monitor tanda-tanda
jaringan dan/atau lapisan kriteria: infeksi
kulit 1. Edema pada sisi luka Terapeutik
menurun - Lepaskan balutan dan
2. Peradangan luka plester secara perlahan
menurun - Cukur rambut di
3. Nyeri menurun sekitar daerah luka,
4. Bau tidak sedap pada jika perlu
luka menurun - Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit atau
Lesi, jika perlu

15
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu

16
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika perlu

5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal


yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat (Annisa, 2021).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan


pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk pertama mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, kedua memodifikasi rencana tindakan
keperawatan, ketiga meneruskan rencana tindakan keperawatan (Annisa,
2021).

17
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Militus Tipe II
Di Ruang Rawat inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III DR. Reksodiwiryo padang.
102, 314–412.
Ariana, R. (2016). Etiologi Penyakit Diabetes Melitus. 1–23.
Aris, F. (2019). Penerapan Data Mining untuk Identifikasi Penyakit Diabetes Melitus
dengan Menggunakan Metode Klasifikasi. Router Research, 1(1), 1–6.
Awad, N. (2014). GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II Di POLIKLINIK ENDOKRIN BAGIAN / SMF FK-UNSRAT RSU Prof .
1, 45–49.
Laila. (2018). Glukosa Darah. 5–25.
Parasmita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Debridement
Ulkus Digiti Ke III Pada Penderita Diabetes Melitus DI Ruang Jlamprang
RSUD Bendan Kota Pekalongan. 5–34.
http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/150
Putri, O., Wanda, N. P., Kusuma, D., & Gusti, A. (2020). Gambaran Tingkat
Konsumsi Serat Dan Kadar Glukosa Darah Kasus Dm Tipe 2 Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Wangaya Denpasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit. (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta), 2,
1–15. https://riantigorgeouss.files.wordpress.com/2012/03/askep-diabetes.pdf
Ramadhina, A., Sulistyaningsih, D. R., Keperawatan, F. I., Islam, U., & Agung, S.
(2022). KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS ( DM ) DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM DI RS ISLAM SULTAN AGUNG Dm
Diet Compliance And Blood Glucose Levels In Patients Diabetes Mellitus.
September, 857–868.
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Ny.T
Dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan Terhadap Diet Magelang Di RSUD Tidar
Kota Magelang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Bintang_Syarifatul_Hidayah_163110159_Poltekkes_
Kemenkes2.pdf
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2:
Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006

18
LEMBAR KONSULTASI

NO. TANGGAL KETERANGAN REVISI TTD DOSEN


PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai