Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TYPE II

Untuk memenuhi tugas program profesi Ners stase Keperawatan Medikal Bedah

DI SUSUN OLEH:
AEP SAEPUDIN
NIM. 1490122199

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS TYPE II

1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogeny yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (S Smelter,2002:1220)
Diabetes melitus adalah hyperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electyron (ed. Mansjoer.1999:580).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes melitus adala sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relative (Arjatmo, 2002).
Diabetes melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam
bahasa latin yang berarti madu atau mel ( Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan
penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan
kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative
(Suyono, 2002). DM type II adalah DM yang pengobatannya tidak tergantung pada
insulin, umumnya penderita orang dewasa dan biasanya gemuk serta mudah menjadi
koma (Soesirah,1990).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hyperglikemia. ( Suzanne C, Smeltzer,1997).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar gula
didalam sel yang disebabkan oleh keseimbangan antara suplai insulin dengan
kebutuhan tubuh.
2. Anatomi fisiologi organ terkait

Anatomi pancreas

3. Etiologi
a. Diabetes melitus
Dalam kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dio bidang patologi, bio kimia dan
imunologi kini diketahui bahwa diabetes melitus adalah suatu penyakit yang
mempunyai etiologi lebih dari satu (etiologi yang berbeda-beda), dimana factor
genetic dan factor lingkungan memegang peranan besar.
Etiologi diabetes melitus dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1) Factor genetic
Bahwa factor keturunan pada diabetes melitus ada, sudah lama diketahui tetapi
bagaimana terjadi transmisi-transmisi dari seseorang penderita ke anggota
keluarga lain belum diketahui secara pasti.
2) Factor non genetic
Factor non genetic yang menyebabkan diabetes melitus antara lain ionfeksi,
nutrisi, stress, obat-obatan, penyakit-penyakit endokrin (hormonal) dan
penyakit-penyakit pancreas.
4. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar oenghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang terbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta
yang mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar
glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian didalam sel
glukosa tersebut di metabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam
darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes type I.
Pada keadaan diabetes type II, jumlah insulin biasa normal, bahkan lebih banyak, tetapi
jumlah reseptor ( penangkap) insulin dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin ini
dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM
type II, umlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk
kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar.glukosa dan kadar glukosa
dalam darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan DM type I, bedanya adalah DM type II
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin jjuga tinggi atau normal. Pada DM type
II juga biasa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik
sehingga gagal membawa glukosa masuk kedalam sel. Disamping penyebab diatas,
DM juga biasa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga gagal
digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolime energi.
Pathway Diabetes Melitus Type II

Kerusakan sel  dan  pancreas

Kegagalan produksi Produksi glukogen


insulin berlebih

Meningkatkan gula Produksi gula dan


darah lemak dan protein

Osmolaritas
meningkat DefisitNutrisi
Nutrisi
Defisit
isi

poliuri polidipsi poliphagi


Mual
Mual,,muntah
muntahnafas
nafas bau
bau keton
keton

ketidakstabilan kadar gula darah Ketoasidosis


Ketoasidosis

Diabetik Small vessel disease arterosklerosis Gangguan


fungsi imun

Berkurang Suplai darah


sensasi menurun Infeksi, gangguan
neuropati penyembuhan
luka
Gangguan perfusi
jaringan

nekrosis Kerusakan
intergritas kulit
5. Tanda dan gejala
a. Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah :
1) Keluhan klasik
 Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok.
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari
cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
 Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing, kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat menggangu penderita, terutam pada waktu malam hari.
 Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara panas atau beban kerja yang berat.
Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
 Banyak makan
Kalori dari makana yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjadi
glukosa dalam darah tidaks eluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
2) Keluhan lain
 Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga menganggu tidur.
 Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk menganti kacamatanya berulang kali
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
 Gatal/bisul
Kelianan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerahkemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Seringpula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini
dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau
tertusuk peniti.
 Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini m,enjadi masalah yang tersembunyi karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakabn
masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.
 Keputihan
Pada Wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis diabetes melitus
Tujjuan utama pengobatan diabetes melitus yaitu :
1) Mengembalikan konsentrasi glukosa darah menjadi senormal mungkin agar
penyandang DM merasa nyaman dan sehat.
2) Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi.
3) Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar dapat merawat
sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.
Lima komponen pengobatan diabetes melitus yaitu :
1) Mengatur makanan
Makan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-70%,
protein 10-15%, lemak 20-25%.
Prinsip perencanaan makanan :
- Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan (tidak
berlebih).
- Menu sama dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.
- Teratuyr jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)
- Prinsip pembagian porsi maknana sehari-hari
- Disesuaikan dengan kebiasaan makan dan diusahakan porsi tersebar
sepanjang hari.
Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil) :
- Makan pagi – makan selingan pagi
- ‘makan siang – makan selingan siang
- Makan malam – makan selingan malam ( hal ini untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja Panjang)
Pendserita sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat rendah dan
lambat menjadi gula. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama
kubis, kacang Panjang, dan paprika untuk memperbaiki fungsi pancreas.
Pengaturan pola makan membutuhkan kedisplinan. Sebaiknya konsultasikan
dengan ahli gizi mengenai pola makan yang tepat bagi penderita DM.
2) Excersice atau Latihan
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu selama
kurang lebih 30 menit. Menurut haznam (1991) olahraga dianjurkan karena
bertambahnya kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target.
Dengan demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih
sedikit obat anti dabetik (OAD) diperlukan, baik yang berupa insulin maupun
OHO (obat hipoglikemik oral).
Prinsip utama Latihan pada DM adalah CRIPE ( Continous, Rhytmical,
Interval, Progresive dan Endurance).
Continuous : Latihan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
henti misalnya jogging 30 menit tanpa henti.
Rhytmical : Latihan yang menggunakan otot secara berirama seperti berenang,
bersepeda.
Interval : dilakukan secara selang-seling misalnya jogging diselingi jalan.
Progressive : secara bertahap ditingkatkan dari aktivitas ringan hingga sedang
dengan target denyut jantung 75-85% maksimal.
Endurance : dimaksudkan yaitu yang sifatnya meningkatkan ketahanan seperti
cardio training.
3) Pemantauan kadar glukosa darah
4) Pengobatan
Pada prinsipnya, pengendalian diabetes melitus melalui obat ada 2 yaitu :
a) Obat anti diabetes atau obat hipoglikemik oral yang berfungsi untuk
merangsang kerja pancreas untuk mensekresikan insulin.
 Sulfonylurea
Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pancreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Obat I ni juga membantu sel-sel
dalam tubuh menjadi lebih baik dalam mengelola insulin. Beberapa
jenis obat yang mengandung sulfonylurea antara lain chlorpropamide
(Diabinese), tolazamide (Tolinase), acetohexamide, glipizide (
Glucotrol), tolbutamide (Orinase), Glimepiride (Amaryl), glyburide
(Dia-Beta), Micronase), glibenclamide dan gliclazide.
 Meglitinide
Meglitinide juga termasuk jenis obat diabetes yang bekerja dengan
menstimulasi sel-sel beta di pancreas untuk memproduksi insulin. Yang
termasuk golongan Meglitinides adalah repaglinide (Prandin),
nateglanida (Starlix) dan mitiglnida.
 Metformin (Biguanida)
Metformin merupakan obat yang cara kerjanya terutama menurunkan
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa yang diproduksi hati
dan mengurangi resistensi insulin. Metformin bisa digunakan sebagai
monoterapi atau dikombinasikan dengan sulfonylurea.
 Thiazolidinedione
Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi
memperbaiki sensivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu
yang terlibat dalam sintesa lemak dan metabolism karbohidrat.
Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan
sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali diberikan secara
kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau metformin.
 Alpha – glucosidase inhibitor.
Alpha – glucosidase inhibitor termasuk di dalamnya acarbose (prebose,
glucobay) dan miglitol (Glyset) memiliki cara kerja mengurangi kadar
glukosa dengan mengintervensi penyerapan sari pati dalam usus.
Acarbose cenderung menurunkan kadar insulin setelah makan, yang
merupakan keuntungan khusus obat ini, karena kadar insulin yang tinggi
setelah makan berkaitan dengan peningkatan resiko penyakit jantung.
b) Suntikan insulin
Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu makanannya harus teratur
dan disesuaikan dengan waktu pemberian insulinnya. Makanan selingan
diebrikan untuk mencegah hipoglimeia ( Perkeni, 1998). Untuk pasien yang
tidak bisa mengontrol diabetes dengan diet atau pengobatan oral, kombinasi
insulin dan obat-obatan lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala
dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun, pada
pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang memburuk, maka penggantian
insulin total menjadi suatu kebutuhan. Ada beberapa bentuk insulin yang
tersedia atau tengah dalam penelitian.
- NPH yang merupakan insulin standar.
- Long-acting insulin (insulin glargine, ultralente insulin) yang menstimulasi
sekresi insulin alami. Para ahli banyak menganjurkan insulin jenis ini.
- Insulin lispro dan insul;in aspart yang merupakan fast-acting insulin.
Diberikan sebelum makan, dan aksi pendeknya mengurangi resiko
hipoglikemia sesudahnya. Stud pada pasien diabetes melitus tipe 2, insulin
lispro bisa memperbaiki kualitas hidup dan resiko hipoglikemia
dibandingkan insulin regular, meski dalam hal control guladarah tidak ada
perbedaan.
- Investigative oral insulin kini tengah mendapat perhatian sebagai penganti
insulin. Beberapa diberikan secara inhaler atau oral spray yang diserap di
chek lining (Oralin). Pemberian secara oral kemungkinan bisa mengurangi
komplikasi jantung dibandingkan insulin injeksi. Namun studipada tikus
melaporkan adanya masalah pada hati dan meningkatnya kadar trigliserida.
5) Pendidikan Kesehatan
Informasi yang disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda
dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.
7. Kemungkinan data focus
a. Amanesa /wawancara
1) Riwayat Kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
2) Riwayat Kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
3) Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penangannya mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
4) Aktivitas/istirahat : letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
5) Sirkulasi
6) Adakah Riwayat hipertensi, AMI, kaludikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah.
7) Integritas ego ; stress, snsietas.
8) Eliminasi : perubahan pola berkemih (polyuria, nocturia, anuria), diare
9) Makanan/ cairan
10) Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretic.
11) Neurosendori : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemhan pada otot,
parestesia, gangguan penghilatan.
12) Nyeri/kenyaman
Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat).
Pernafasan : batuk dengan/ tanpa sputumpurulrn (tergantung adanya infeksi/
tidak)
13) Keamanan : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Pemeriksaan umum
Data biologis : biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang. ADL dibantu.
Data psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.
2) Pemeriksaan fisik
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi, meliputi pengkajian umum dan status generalis ( head to toe).
a) Inspeksi : sering dijumpai status dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak,
bitnik-bintik coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
b) Palpasi : nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka
aka nada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan
hilang.
c) Auskultasi : diketahui adanya gagal jantung, radang paru-paru, hiepertensi
atau hipotensi.
3) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic pada pasien diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2,
meliputi :
a. Glukosa darah : meningkat 200-1000 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 Mosm/l.
e. Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal
Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosat : kadar meningkat 2-4 kali dari normal yang
mencerminkan control diabetes melitus yang kurang selama 4 bulan
terakhir.
g. Gas darah arteri : biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada
HCO2 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum /kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal).
j. Amilase darah :mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (tipe 1) atau
normal sampai tinggi (tipe 2), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan
dalam penggunaannya. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody (autoantibodi).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas muingkin
meningkat.
n. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
8. Analisa data
Merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah dikumpulkan
dengan melakukan perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan dari
berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal (Hidayat, 2008).

NO Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. DS. Kerusakan fugsi Ketidakstabilan
- Klien mengeluh sakit kepala pancreas dan sel kadar gula darah
- Klien mengeluh sering BAK beta
dan selalu merasa haus.
Do. kegagalan
- Kelemahan produksi insulin
- Klien tampak sering ke kamar
mandi meningkatnya
kadar gula darah

ketidakstabilan
kadar gula darah
2. Ds : Penurunan Defisit nutrisi
-Klien mengatakan selama di pemakaian glukosa kurang dari
rumah sakit klien makan 2x sehari oleh sel kebutuhan tubuh
dan hanya makan separuh porsi
kurang lebih sekitar 2 sendok
makan. Proteolisis
-Pasien mengatakan merasa mual
dan ingin muntah
Asam amino
Do. meningkat
- BB sebelum sakit : 62 kg
- BB setelah sakit : 58 kg
- TB : 168 Glukoneugenesis
- Indeks Masa Tubuh (IMT) :
20,5
Ketogenesis
Ketonemia

Penurunan BB
3. Ds : Defisiensi insulin Defisit
-Klien mengaku klien tidak absolute pengetahuan
mengetahui penyakitnya tentang proses
-Klien mengatakan tidak penyakit, diet, dan
mengetahui kadar gula darahnya Perubahan status pengobatan
tinggi kesehatan
-Klien tetap mengonsumsi
makanan yang manis.
-Klien mengatakan sudah 1 bulan Hospitalisasi
ini pasien mengaku berhenti
minum obat tersebut.
Informasi in
adekuat
Do :
Saat pasien ditanya tentang
diabetes pasien hanya tau diabees
itu penyakit kencing manis

9. Diagnosa keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama :
kadar gula darah keperawatan, Management
berhubungan Kestabilan kadar glukosa darah hiperglikemia
dengan disfungsi ( L.05022) (I.03115)
pancreas. dengan kriteia hasil - Monitor kadar
(D.0027) - Kesadaran meningkat (5) glukosa darah
- Kadar glukosa dalam darah - Ajarkan
membaik (5) pengelolaan
- Kadar gluksoa dalam urine diabetes (mis.
membaik (5) Penggunaan
insulin, obat oral,
monitor asupan
cairan pengantian
karbohidrat, dan
bantuan
professional
Kesehatan).
- Kolaborasi
pemberian
insulin,jika perlu
2. (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi
Defi Tujuan: Setelah dilakukan (l.03119)
sit
Tindakan
Nutrisi tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 3x24 - Identifikasi
jam diharapkan status nutrisi statusnutrisi
pasien membaik. - Identifikasi
Kriteria Hasil: alergi dan
1. Porsi makan yang intoleransi
dihabiskan meningkat (5) makanan
2. Kekuatan otot menelan - Identifikasi
meningkat (5) makananyang
3. Verbalisasi keinginan disukai
untuk meningkatkan - Monitor
nutrisi meningkat (5) asupanmakanan
4. Pengetahuan tentang - Monitor berat
badan
pilihan makan yang sehat
Terapeutik
meningkat (5)
- Fasilitasi
5. Pengetahuan tentang
mentukan
minuman yang sehat
pedoman diet
meningkat (5)
- Sajikan
6. Pengetahuan tentang
makanan secara
standar asupan nutrisi
menarik dan
yang tepat meningkat (5)
suhu yang sesuai
7. Sikap
terhadapmakanan/minuman - Berikan

sesuai dengan tujuan makanan tinggi


kesehata meningkat(5) serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan
posisiduduk,
jika mampu
- Ajarkan diet
yangterprogram
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
3. (D.0111) Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Perilaku
Pengetahuan (L.12111) Upaya Kesehatan
Tujuan: Setelah dilakukan (I1
tindakan asuhan 2435)Tindakan
keperawatan selama 2x24 Observasi
jam diharapkan tingkat - Identifikasi
pengetahuan pasien kesiapan dan
meningkat. kemampuan
Kriteria Hasil : menerima
1. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat (5) Terapeutik
2. Kemampuan - Sediakan materi
menjelaskan dan media
pengetahuan tentang pendidikan
suatu topik meningkat (5) Kesehatan
3. Kemampuan - Jadwalkan
menggambarkan pendidikan
pengalaman sebelumnya kesehatan sesuai
yang sesuaidengan topik kesepakatan
meningkat (5) - Berikan
4. Perilaku sesuai dengan kesempatan
pengetahuan meningkat(5)
untuk bertanya
5. Pertanyaan tentang - Gunakan variasi
masalah yang dihadapi mode
menurun (5) pembelajaran
6. Presepsi yang keliru - Gunakan
terhadap masalah pendekatan
menurun (5) promosi
kesehatandengan
memperhatikan
pengaruh
dan
hambatan dari
program
kesehatan dalam
kehidupan
lingkungan,
sosial serta
budaya.
- Berikan pujian
dan dukungan
terhadap usaha
positif dan
pencapaiannya
Edukasi
- Jelaskan
penanganan
masalah
Kesehatan
- Informasikan
sumber yang
tepat yang
tersedia di
masyarakat
- Anjurkan
menggunakan
fasilitas
Kesehatan
- Anjurkan
menentukan
perilaku spesifik
yang
akan diubah
(mis. keinginan
mengunjungi
fasilitas
kesehatan)
- Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang
akandicapai
- Ajarkan
sehari hari
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan Tindakan


keperawatan, edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan indicator
diagnostic, edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1, Jakarta : DPP PPNI.
Corwin, EJ.20120. buku Saku Patofisologi. 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Johnson, M.,et al.2013. nursing outcomes classifgication (NOC) second Edition. New
Jersey : Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk.2014. kapita selecta kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Rab, T. 2016. Agenda gawat darurat (critical care). Bandung : penerbit PT Alumni
panduan diagnose keperawatan NANDA 2016. Jakarta : Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai