Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.

H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS GANGREN
BERDASARKAN STUDI KASUS

OLEH:
AGUNG APRIANTO
NIM: 01.3.20.00434
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES RS. BAPTIS KEDRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

NAMA : AGUNG APARIANTO


NIM : 01.3.20.00434
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny. H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS
GANGREN BERDASARKAN STUDI KASUS

Kediri, 03 Oktober 2020


Dosen Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., M.Kep


KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Tuhan sehingga tugas Asuhan Keperawatan dengan


judul ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.H DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS GANGREN BERDASARKAN
STUDI KASUS ini dapat disusun dengan baik hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah terlibat dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya siapapun dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan Asuhan Keperawatan ini, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 03 September 2020


Penulis,
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Teori Diabetes Mellitus


1.1.1 Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa (Rab, 2008)

1.1.2 Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

1.1.3 Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya dan Putri (2013), manifestasi klinis pada Diabetes Melitus
yaitu :
Tabel 1.1 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
No
Gejala DM Tipe I DM Tipe II
.
1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ -
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ -
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +
Sumber : Wijaya dan Putri, 2013

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian
adalah :
1) Keluhan klasik
a) Banyak kencing (Poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
b) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing.
c) Banyak makan (polifagi)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes
Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar.
d) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan.
2) Keluhan lain
a) Gangguan saraf tepi (kesemutan)
b) Gangguan penglihatan
c) Gatal atau bisul
d) Gangguan ereksi
e) Keputihan
1.1.5 Patofisiologi

Kelainan genetik Gaya hidup stres Malnutrisi Obesitas Infeksi

Penyampaian kelainan Meningkatkan beban Penurunan Peningkatan Merusak


pankreas ke individu metabolik pankreas produk insulin kebutuhan pankreas
turunan
insulin

Penurunan insulin

Diabetes Melitus

Penurunan fasilitas glukosa dalam sel

Sel tidak memperoleh nutrisi


Glukosa menumpuk PK
di darah
Hyperglikemia Starvasi selluler
Peningkatan tekanan
osmolaritas plasma Pemecahan glikogen, Pembongkaran protein
asam lemak, keton untuk dan asam amino
Peningkatan GD
energi

Kurang Penurunan
pengetahuan Penumpukan benda perbaikan jaringan
gastropati
keton
Perubahan
Asupan makanan, kondisi
ketidakadekuatan Mual Asidosis Kerusakan
metabolik jaringan perifer
monitor glukosa muntah
darah, kurang
ketaatan dalam Penurunan Pola nafas Nyeri Akut
manajemen masukan oral tidak efektif
diabetes.
Ketidakmampuan untuk Kerusakan Risiko tinggi
mengobsorbsi nutrisi integritas kulit infeksi
Resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
- Darah kapiler < 80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

1.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

1.1.8 Komplikasi
1. Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), komplikasi Diabetes Melitus :
a. Komplikasi bersifat akut
1) Koma hypoglycemia
Karena pemakaian obat – obat diabetik melebihi dosis yang dianjurkan
sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.

2) Ketoasidosis
Tidak adanya glukosa maka benda keton akan dipakai sel. Ini
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda keton yang
berlebihan dapat mengakibatkan asidosis.
3) Koma hiperosmolar nonketotik
Karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel banyak di
ekskresi lewat urine.
b. Komplikasi bersifat kronik
1) Macroangiopathy
Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak. Komplikasi macroangiopathy adalah
penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler
perifer.
2) Microangiopathy
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika, nefropati diabetik.
Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan
membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Pada DMTI
(Diabetes Melitus Tergantung Insulin) terjadi neuropathy, nefropati dan
retinopati. Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan
protein dalam retina berakibat gangguan penglihatan. Retinopati
mempunyai dua tipe yaitu :
a) Retinopati back ground dimulai dari mikroneuronisma di dalam
pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b) Retinopati proliferatif merupakan perkembangan lanjut dari retinopati
back ground.
3) Neuropathy diabetika
Akumulasi orbital dalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Rentan infeksi
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih
5) Kaki diabetik
Perubahan microangiopathy, macroangiopathy dan neuropathy
menyebabkan perubahan ektremitas bawah.

2. Menurut Waspadji (2009), Diabetes Melitus apabila kadar gula tidak dikelola
dengan baik mengakibatkan timbulnya penyulit menahun atau komplikasi
kronis, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf

1.1.9 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
b) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
kulit terasa gatal.
c) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan
JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
e) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal

2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) :
positif secara mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
• Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) •
Alkalosis respiratorik • Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. •
Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal. • Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut. Insulin
darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
b) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
c) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( +++
+ ).
d) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

3. Fungsional Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransiLamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


1.2.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
1.2.2 Masalah Keperawatan
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2. Nyeri akut
1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa : Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
1. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah (D.0027)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
Penyebab Hipoglikemi
2. Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
3. Hiperinsulinisme
4. Endokrinopati
5. Disungsi hati
6. Disfungsi ginjal kronis
7. Efek agen farmakologi
8. Tindakan pembedahan neoplasma
9. Gangguan metabolik bawaan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengantuk
2. Pusing

Objektif
1. Gangguan koordinasi
2. Kadar glukosa dalam darah/urin rendah
Kondisi Klinis Terkait
1. Diabetes mellitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemi
4. Hiperglikemi
5. Diabetes gestasioanl
6. Pengguanaan kortikosteroid
7. Nutrisi parental total

Intervensi dan Implementasi sesuai SIKI


1. Intervensi Ketidastabilan Kadar Glukosa Darah
Manajemen Hipoglikemi
Manajemen Hipoglikemi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa dalam darah
Tindakan
Observasi
- Observasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
- Ajarkan membawa karbohidrat sederhana
Terapeutik
- Berikan glukagon
- Berikan karbohidrat sederhana
- Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
- pertahankan kepatenan jalan nafas
- pertahankan akses IV
- Hubungi layanan medis darurat
Edukasi
- Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
- Anjurkan menonitor glukosa darah
- Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
- Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyuluhan
program pengobatan
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolahan hipoglikemi
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu

Evaluasi sesuai SLKI


1. Kestabilan Kadar Glukosa Darah

Kestabilan Kadar Glukosa Darah


Definisi
Kadar glukosa darah berada pada rentang normal
Ekspektasi-------------Meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kesadaran 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Mengantuk 1 2 3 4 5
Pusing 1 2 3 4 5
Lelah/Lesu 1 2 3 4 5
Keluhan 1 2 3 4 5
lapar
Gemetar 1 2 3 4 5
Berkeringat 1 2 3 4 5
Mulut kering 1 2 3 4 5
Rasa haus 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
aneh
Kesulitan 1 2 3 4 5
berbicara
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Kadar 1 2 3 4 5
glukosa
dalam darah
Kadar 1 2 3 4 5
glukosa
dalam urine
Frekuensi 1 2 3 4 5
makan
Palpitasi 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Jumlah urine 1 2 3 4 5

Diagnosa : Nyeri Akut


NYERI AKUT ( D.0077)
Kategori : psikologis
Subkategori : nyeri dan kenyamanan
Definisi :
Pengalaman senseorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulandisebabkan
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologi (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, proseduroperasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda miyor Objektif :
Subjektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada posisi
1. Mengeluh nyeri
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Suli ttidur

Gejala dan tanda minor Objektif :


Subjektif : 1. Tekanandarahmeningkat
2. Polanapasberubah
1. Tidak tersedia
3. Nafsumakanberubah
4. Proses berpikirterganggu
5. Menarikdiri
6. Berfokuspadadirisendiri
7. Diaforesis
KondisiKlinis
1. Kondisi pembedahan 5. Glakoma
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut

SLKI
Tingkat Nyeri L.08066
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konsisten.
Ekspektasi Menurun
Criteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menurunkan
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami
cedera berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Control Nyeri L.08063


Definisi: tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
Ekspektasi Meningkat
Criteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5
terkontrol
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali onset
nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
penyebab nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunakan
teknik non-
farmakologis
Dukungan orang 1 2 3 4 5
terdekat
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesic

Status Kenyamanan L.08064


Definisi : keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis ,spiritual,sosial
budaya dan lingkungan
Ekspektasi meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan 1 2 3 4 5
psikologis
Dukungan sosial 1 2 3 4 5
dari keluarga
Dukungan sosial 1 2 4 5
dari teman
Perawatan sesuai 1 2 3 4 5
kenyakinan budaya
Perawatan sesuai 1 2 3 4 5
kebutuhan
Kebebasan 1 2 3 4 5
melakukan ibadah
Rileks 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Keluhan tidak 1 2 3 4 5
nyaman
Gelisah 1 2 3 4 5
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan 1 2 3 4 5
kedinginan
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Menyalahkan diri 1 2 3 4 5
sendiri
Konfusi 1 2 3 4 5
konsumsi alcohol 1 2 3 4 5
Penggunaan zat 1 2 3 4 5
Percobaan bunuh 1 2 3 4 5
diri
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
membaik membaik
Memori masa lalu 1 2 3 4 5
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Postur tunbuh 1 2 3 4 5
Kewaspadaan 1 2 3 4 5
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

SIKI
Manajemen Nyeri 1.08238
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Obeservasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek smaping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi usik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ., (2009). Buku Saku Patofisiologi 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E., (2005) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk., (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T., (2008). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Riyadi, S & Sukarmin, (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Waspadji S., (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabestes,
Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan, Jilid III, Edisi 4.
Jakarta: FK UI
Wijaya dan Putri, (2013) Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteia Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : Agung Aprianto


NIM : 01.3.20.00434
RUANG :-
TANGGAL :-

1. BIODATA :
Nama : Ny. H No.Reg : 388223
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukorejo, Pasuruan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 18 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 19 maret 2019
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada luka di kaki kiri dengan skala nyeri 5, pasien merasakan
lemas dan aktivitas dibantu keluarga.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan saat dirumah kakinya hanya luka biasa, lalu kemudian menjadi
semakin luas lukanya. Kemudian berobat ke puskesmas sukorejo tidak ada hasil,
anaknya membawa ke spesialis penyakit dalam Dr. Budi diberikan surat pengantar ke
IGD RSUD Bangil pada tanggal 18 Maret 2019 jam 15.08, selang beberapa waktu
pasien dipindah ke rawat inap melati. Saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada kaki
bagian kiri lalu dilakukan rawat luka dan cek gula darah nya. Keadaan luka pasien
adanya kemerahan sekitar luka, terdapat pus dan sedikit berbau, luas luka 3-4 cm,
kedalamanya 1-2 cm dan luka tampak terbalut kasa.
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Klien menderita penyakit Diabetes selama 20 tahun yang lalu ,pasien tidak pernah
dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat kepukesmas , tapi jarang
minum obat.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
Diabetes, yaitu ibu klien.
Genogram :
6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan lingkungan tempat tinggal
pasien. Ketika dirawat di Rumah Sakit pasien dapat berapatasi dengan baik dengan
lingkungan Rumah Sakit, dan dapat berinteraksi dengan pasien lain dan kooperatif
ketika berkomunikasi dengan tenaga kesehatan. Pasien beragama Islam, ketika di rumah
rutin melaksanankan ibadah Sholat 5 waktu, namun sejak dirawat di rumah sakit pasien
tidak lagi mampu malaksanakan sholat.
7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas,
kebersihan dan seksual ).
No Activity Daily Living Sebelum Sakit Sesudah Sakit
(ADL)
1. Pemenuhan kebutuhan Makan/Minum Makan/Minum
Nutrisi dan Cairan Jumlah : 3 x sehari Jumlah :
Jenis : Jenis : Diet ML
1) Nasi : 1 (porsi) 1) Nasi : habis 1/4 (porsi)
2) Lauk : ada/tidak, 2) Lauk : ada/tidak,
nabati/hewani nabati/hewani
3) Sayur : ada/tidak 3) Sayur : ada/tidak
4) Minum : 7-8 gelas /hari 4) Minum : 5-6 gelas /hari

Pantangan : Pantangan :
Mengurangi makanan manis. Mengurangi makanan manis.

Kesulitan Makan/Minum : Kesulitan Makan/Minum :


Tidak ada. Tidak ada.

Usaha mengatasi kesulitan : Usaha mengatasi kesulitan :


Tidak ada. Tidak ada.

2. Pola Eliminasi BAK : 5-6 x/hari BAK : 10 x/hari


No Activity Daily Living Sebelum Sakit Sesudah Sakit
(ADL)
Jumlah : - cc Jumlah : - cc

BAB : 1x sehari BAB : 1 x selama satu minggu.


Konsistensi : Konsistensi : kekuningan, lunak
Lunak, kekuningan, tidak ada
darah.
Masalah dan cara mengatasi:
Masalah dan cara mengatasi: Makan makanan tinggi serat.
Tidak ada.

3. PolaistirahatTidur Siang : 2 jam Siang : 2 jam

Sore : - jam Sore : - jam

Malam : 6 jam Malam : 7 jam

Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :


Tidak ada Sering terbangun untuk kencing.

Penggunaan Obat Tidur : Penggunaan Obat Tidur :


Tidak ada. Tidak ada.

4. Personal Hygiene 1. Frekuensi Mandi : 2 x/hari 1. Frekuensi Mandi : 2 x/hari


(KebersihanDiri)
2. Frekuensi mencuci rambut : 2 2. Frekuensi mencuci rambut :
hari sekali Belum keramas sejak masuk
RS.

3. Frekuensi gosok gigi : 2 x


3. Frekuensi gosok gigi :
sehari

4. Keadaan Kuku :
4. Keadaan Kuku :
Panjang dan kotor
Pendek dan bersih

5. Ganti Baju :
5. Ganti Baju :
2 x sehari setelah mandi pagi
1 x sehari setelah mandi sore.
No Activity Daily Living Sebelum Sakit Sesudah Sakit
(ADL)
dan sore.

5. Aktivitas Lain Aktivitas rutin : Aktivitas rutin :


Bekerja dari pagi hingga sore. Berbaring di tempat tidur.

Aktivitas yang dilakukan pada Aktivitas yang dilakukan pada


waktu luang : waktu luang :
Berkumpulbersama keluarga. Menonton tv dan bercerita
dengan keluarga.

8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


Pasien tampak lemas, hanya dapat berbaring di tempat tidur, tidak dapat melakukan
aktifitas mandiri dan sehari-hari dibantu oleh keluarga. Terpasang infus di tangan kiri,
pasien tampak gelisah dan cemas.
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,8 ºC
Denyut Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

10.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Rambut : Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut
bersih, tidak ada ketombe.
Mata : Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,
tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil
isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen,
telinga bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih baik.
Hidung : Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak
terpasang O2, penciman normal.
Mulut dan gigi : Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien
kelihatan bersih , tidak ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.
Leher : Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada
pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi.
A. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian sela sela
kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan.

B. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (Bila diperlukan) :


Tidak terkaji.

C. Pemeriksaan Dada /Thorak


Inspeksi: bentuk dada kanan dan kiri simetris, bentuk postur normal, tidak ada
tanda tanda distress pernafasan, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,
warna kulit dada sama dengan warna kulit pada bagian tubuh yang lain, tidak
ikterik atau sianosis, tidak ada pembengkakan atau tonjolan, sisi kanan dan kiri
dada tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi: palpasi pada dada didapatkan integritas kulit baik, tidak teraba masa
atau tanda tanda peradangan, tidak ada benjolan atau ketidaknormalan tulang
pada dada, tidak terdapat nyeri tekan, taktil vremitus cenderung lebih terasa
pada sisi kanan.
Perkusi: batas paru atas didaerah supraskapularis (seluas 3-4 jari dipundak)
batas bawah setinggi vertebra torakal X di garis scapula, batas kiri pada ICS
VII-VIII dan batas paru kanan ICS IV-V, suara perkusi resonan, tidak ada
suara tambahan seperti hiperesonan maupun dullness.
Auskultasi: suara napas vesikuler, dan tidak ada suara tambahan seperti rales,
ronkhi, maupun wheezing. Suara auskultasi vesikuler pada semua lapang par,
suara bronchial pada trakea bawah leher dan suara bronco vesikuler pada
daerah percabangan pada bronkus trakea. Suara auskultasi pada dada pasien
tidak terdapat ketidaknormalan.

D. PemeriksaanJantung :
Inspeksi: tidak terdapat ictus cordis, tidak tampak pulserasi pada jantung, tidak
tampak pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak
nornalan pada bentuk jantung, saat dilakukan palpasi jantung tidak terapa
pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus cordis karena denyutan dinding
thorax pada ICS V midclavikula sinister. Denyutan aorta teraba, tidak ada
nyeri tekan, teraba ictus cordis pada intercosta 2 dan 5.
Perkusi: suara jantung pekak, batas jantung kanan atas intercosta 2 linea
strenalis kanan, batas jantung kanan bawah intercosta 4 linea sternalis kanan,
batas jantung kiri atas intercosta 2 linea sternalis kiri, batas jantung kiri bawah
intercosta 5 linea midclavicula kiri.
Auskultasi: terdengar bunyi jantung S1 (lub) dan bunyi jantung S2 (dub),
bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri, bunyi jantung I pada ICS V
pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi jantugn II pad ICS II garis
sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri. Tidak ada bunyi jantung
tambahan S3 atau S4 seperti murmur maupun galop.

E. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi: tampak simetris, tampak ada luka bekas operasi appendectomy pada
abdomen kanan bawah, luka operasi ditutup menggunakan kasa steril dan
plester secara rapi dan bersih, tidak tampak ada benjolan, tidak tampak
hiperpigmentasi, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit pada bagian
tubuh yang lain, perut tampak simetris, saat pasien bernapas terdapat gerakan
yang simetris pada saat isnpirasi dan ekspirasi yang menandakan tidak ada
kelumpuhan diafragma, tidak ada gerakan peristaltik yang terjadi.
Auskultasi: suara bising usus sebanyak 12 kali per menit di kuadran kanan
bawah abdomen, dan tidak ada kelainan pada saat dilakukan auskultasi pada
peristaltik usus.
Perkusi: mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam terdengar
bunyi timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan,
perkusi pada daerah episgastrum dan hipokondrium dengan bunyi timpani,
terdapat suara pekak pada dearah hati, dan suara pekak pada limfa pada ICS 9
dan ICS 11 di garis aksila anterior kiri. Tidak ada gangguan maupun kelainan
pada perkusi abdomen, tidak terjadi pembesaan organ.
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa dan
tidak terdapat penumpukan cairan, saat palpasi konsistensi abdomen terasa
lunak dan tidak terdapat adanya masa pada abdomen. Saat dilakukan perabaan
hepar tidak teraba hepar maupun pembesaran pada hepar.

F. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya (biladiperlukan) :


Genetalis : Tidak terjaji.
Anus : Tidak terkaji.

G. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus, tidak ada edema, keadaan
selang infus bersih.
Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka ,terdapat
edema dikaki sebelah kanan.
5 5

4 5

Dengan keterangan:
0: tidak ada kontraksi
1: ada tonus, ada kontraksi, ada gerakan minimal
2: mampu bergerak dengan melawan gravitasi
3: mampu bergerak dengan melawan gravitasi tanpa tahanan
4: mampu bergerak luas
5: mampu bergerak melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal dan
dapat bergerak bebas.

H. Pemeriksaan Neurologi :
Total nilai Glasgow Coma Scale sebanyak 14 (kesadaran compos mentis atau
sadar penuh), dengan keterangan:
Eye :4 keterangan: membuka mata dengan spontan tanpa dirangsang.
Verbal : 5 keterangan: orientasi baik, dapat berbicara dengan baik dan
lancer.
Motorik: 5 keterangan: melokalisir nyeri, menjangkau dan menjatuhkan
stimulus saat diberi rangsangan.

I. Pemeriksaan Status Mental :


Emosi pasien terkontrol dengan baik, pasien dapat menerima kondisi yang
dialaminya saat ini, pasien memiliki keyakinan bahwa penyakit yang
dialaminya dapat disembuhkan dan kesehatannya dapat pulih seperti sedia
kala, pasien mengalami gangguan pola tidur yang diakibatkan karena nyeri
bekas luka operasi appendectomy, pasien tidak mengalami disorientasi tempat,
waktu, dan orang.

11. Pemeriksaan Penunjang Medis


Tanggal :
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil
1. Leukosit WBC 11,2 3,70-10,1 Meningkat
Neutrofil 8,8
2. Limfosit 1,9
Monosit 0,6 -
3. Eosinofil 0,3 -
Basofil 0,1
4. Neutrofil % H 75,4 % 39,3-73,3 Meningkat
5. Limfosit% L 16,3% 18,10-48,3 Menurun
6. Monosit% 5,45% 4,40-12,7 Normal
7. Eosinofil % 2,2% 0,600-7,30 Normal
8. Basofil% 0,7% 0,00-1,70 Normal
9. Eritrosit (RBC) L 3,555 10/ul 4,2-11,0 Menurun
10. Hemoglobi L 10,47 g/dl 12,0-16,0 Menurun
11. Hematokrit L 30,97% 38-47 Menurun
12. PLT H 394 10/ul 155-36674-106 Meningkat

GDS 284 mg/dL 74-106 meningkat


No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil

12. Pelaksanaan / Therapi :


1. Infus Ring As : 1000 Ml/24 jam sebaagai pembantu peroses penyembuhan infeksi luka
2. injeksi latus : 0-0-16 IU SC untuk mengontrol gula darah pada pasien diabetes
3.injeksi apidra 3x6 IU SC untuk menurunkan gula darah yang sama dengan insulin alami
manusia
4. injeksi terfacef 2x1 mg unutk mengobati infeksi sluran pernafasan, ISK, infeksi
tulang,kulit, dan sendi, dan berbagai infeksi lain
5. injeksi metronidazole 3x500mg digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob
6. injeksi pumpicel 1x40 mg digunakan untuk merdahkan kasus peradangan sedang dan berat
tukak lambung dan tukak usus
7. injeksi santagesik 3x1 mg untuk mengtasi nyeri akut kronik berat

12. Harapan Klien / Keluarga sehubungan dengan penyakitnya :


Pasien dan keluarga berharap supaya kesehatan segera pulih kembali sehingga
dapat melakukan aktifitas seperti biasa dan berkumpul bersama dengan keluarga.

Kediri ,
……………………….

Tanda Tangan Mahasiswa,


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223

DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH


DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (P)

DS: DX1
Badan terasa lemas dan letih, Hiperinsulinisme Ketidak Stabilan Kadar
gula darah tinggi, sering merasa Gula Darah (D.0027)
haus dan lapar, klien
DO 2:
- Pasien tampak lemas
- pasien tampak pucat
- GDS 284 mg/dl
Suhu Tubuh : 36,8 ºC
Denyut Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 130/80
mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

DS 1:
Pasien mengatakan nyeri pada
kaki kiri akibat luka.
DO 1:
Infeksi
 Pasien tampak meringis
kesakitan Nyeri Akut
 Skala nyeri 5 (D.0077)
 Pasien tampak gelisah
 Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
 Klien tampak meringis
kesakitan pada kaki
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223
NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
(SDKI)
1. 20 Ketidak stabilan kadar gula 20 maret 2019 TTD
maret2019 darah berhubungan dengan
hiperinsulinisme yang tandai
dengan pasien mengatakan
badan terasa lemas dan letih
gulah darah tinggi sering
merasa haus dan lapar, pasien
tampak lemas, pasien tampak
pucat, GDS 284 mg/dl. S:
36,8 ºC, N: 80x/menit,
P:20x/menit,
TD:130/80mmHg
.

2. 20 maret 2019 TTD


20 maret 2019

Nyeri akut berhubungan


dengan infeksi yang
ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada
kaki kiri akibat luka,pasien
tampak meringis, skala
nyeri 5, pasien tampak
gelisah, terdapat nyeri
tekan di daerah kaki yang
luka, pasien tampak
meringis kesakitan pada
kaki

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223

DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Ketidak Stabilan Kadar Gula Darah berhubungan dengan


Hiperinsulinisme
1. SLKI : Kestabilan Kadar Glukosa Darah
a. Kesadaran Dipertahankan/ditingkatkan pada

b. Mengantuk Dipertahankan/ditingkatkan pada 5


c. Lelah/lesu Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Mulut kering 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
e. Rasa haus 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Kadar glukosa dalam darah Dipertahankan/ditingkatkan
pada...............................
h. Frekuensi makan Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. . SLKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SLKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223
DIAGNOSIS KEPERAWATAN :Nyeri Akut berhubungan dengan Infeksi (dx.1)

1. SLKI : Tingkat Nyeri L.08066


a. Keluhan nyeri 5 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
b. Meringis 5 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
c. Gelisah 5 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
d. Kesulitan tidur 5 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
e. Perasaan depresi 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
f. Ketegangan otot 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
g. Proses berpikir 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
h. Focus 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
i. Nafsu makan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
j. Pola tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

2. SLKI : Kontrol Nyeri L.08063


a. Melaporkan nyeri terkontrol 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Kemampuan mengenali onset Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada

c. Kemampuan mengenali penyebab Dipertahankan/ditingkatkan pada 5


nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

d. kemampuan menggunakan teknik Dipertahankan/ditingkatkan pada


non-farmakologis 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

e. Dukungan orang terdekat 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5


f. Keluhan nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
g. Penggunaan analgesic 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

3. SLKI : Status Kenyamanan L.08064


a. Kesejahteraan fisik 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Kesejahteraan psikologis 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Perawatan sesuai kebutuhan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Rileks 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Keluhan tidak nyaman 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
f. Gelisah 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
g. Keluhan sulit tidur 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
h. Lelah 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
i. Merintih 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 1
j. Pola tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1. Dx. 1 . Manajemen Hipoglikemi
Ketidak stabilan kadar gula darah Observasi
- Untuk mengetahui gejala dan pengobatan
berhubungan dengan hiperinsulinisme - Observasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Untuk mengantisipasi koplikasi dan resiko syok
yang tandai dengan pasien mengatakan - Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
badan terasa lemas dan letih gulah
- Berikan glukagon - Untukk memberikan pengobatan yang optimal
darah tinggi sering merasa haus dan - Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet - Untuk mengatur kadar glukosa
lapar, pasien tampak lemas, pasien - pertahankan kepatenan jalan nafas - Untuk mempertahankan sirkulasi pernafasan
- pertahankan akses IV - Untuk memeperthankan cairan dalam tubuh
tampak pucat, GDS 284 mg/dl. S: 36,8 Edukasi
ºC, N: 80x/menit, P:20x/menit, - Anjurkan menonitor glukosa darah - Untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah
TD:130/80mmHg - Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang
penyuluhan program pengobatan - Untuk mengoptimalkan pengobatan
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolahan hipoglikemi - Mencegah terjadinya syok
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemi
Kolaborasi - Untuk memperhankan kesetabilan kadar gula darah
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
3. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu - Untuk megoptimalkan pengobatan

Jurnal 1
Jurnal 1
1. observasi lokasi, frekuensi dan reaksi nyeri yang dialami pasien. 1. untuk mengetahui kndisi, tingkat rasa nyeri adakah gangguan
nyeri yang dialami pasien.
2. Observasi skala nyeri pasien. 2. Untuk mengetahui skala nyeri pasien
3. Ajarkantehnik distraksi dan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam 3. Tehnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
melalui hidung dikeluarkan melalui mulut secara perlahan. 4. Mengurangi resiko infeksi dan kerusakan jaringan yang lebih
4. Lakukan prosedur rawat luka aseptik. parah.
5. Untuk proses penyembuhan pasien dengan pemberian analgesik
5. Kolaborasi dengan tim medis lain dengan pemberian injeksi
dapat mengurangi rasa nyeri
santagesik 3x1 mg.
Jurnal 2
nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis, intervensi yang
Tidak ada
dibuat adalah ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti
kompres hangat, ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
dengan pemberian analgesik, lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, beratnya
nyeri, dan faktor pencetus, modifikasi tindakan pengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien dengan mengalihkan fokus pasien dengan
bercerita. Diagnosa kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
ulkus DM, intervensi yang dibuat adalah posisikan untuk menghindari
menempatkan ketegangan pada luka, berikan perawatan ulkus pad kulit,
bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dan
anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infek

Jurnal 3
Paint Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Tidak ada
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1. Dx. 2 Manajemen Nyeri
Nyeri akut berhubungan dengan O: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, 1. Mengetahui karakteristik nyeri yang dialami pasien.
infeksi yang ditandai dengan pasien intensitas nyeri.
mengatakan nyeri pada kaki kiri 2. Mengetahui seberapa parah nyeri yang dialami pasien.
akibat luka,pasien tampak meringis, 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Meminimalkan kecemasan dan depresi.
skala nyeri 5, pasien tampak gelisah, 3. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima nyeri. 4. Supaya pasien dapat mengatasi nyeri yang dialami secara
terdapat nyeri tekan di daerah kaki N: 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. mandiri.
yang luka, pasien tampak meringis
kesakitan pada kaki TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
5. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan. 5. Mempermudah pasien untuk menerima informasi yang
diberikan.
6. Memberikan informasi mengenai nyeri yang dialami pasien.
E: 6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. 7. Menambah informasi yang diterima pasien.
8. Supaya pasien dapat mengikuti instruksi dengan benar.
7. Jelaskan tujuan dan manfaat teknik nafas dalam.
8. Jelaskan prosedur teknik nafas dalam.
9. Meringankan nyeri melalui terapi farmakologis.
C: 9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


TANGAN
1. 1. 20 maret 2019 1. Mengidentifikasi TTV
08.00 Suhu Tubuh : 36,8 ºC TTD
Denyut Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
08.15 2.Mengecek GDS : GDS 284 mg/dl
08.30 3.Memberikan HE untuk memonitor / TTD
08.45 mempertahankn kadar glukosa dalam tubuh
09.00 4.Kalaborasi dengan dokter dalam pengobatan
TTD
2 2 09.15 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri. Didapatkan hasil: lokasi nyeri pada
bagian kaki kiri, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, dengan skala nyeri 5.
2. Observasi adanya petunjuk non verbal,
hasil: pasien menyeringai kesakitan. TTD
3. Mengidentifikasi factor penyebab nyeri,
didapatkan hasil: nyeri bertambah ketika
pasien bergerak dan berkurang ketika
pasien berbaring di tempat tidur.
TTD
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri, hasil: pasien dapat
memahami dengan baik.
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (terapi napas TTD
dalam).
6. Menjelaskan teknik napas dalam untuk
meredakan nyeri, dan mempraktikkan
secara langsung prosedur teknik napas
dalam bersama pasien. Hasil: pasien
dapat melakukan secara mandiri.
7. Menganjurkan pasien supaya memonitor
nyeri yang dialami secara mandiri.
8. Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian analgesic.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223

N NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


O TANGAN
1. 2. 20 maret 2019
08.00 1. Mengidentifikasi TTV TTD
Suhu Tubuh : 36 ºC
Denyut Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
08.15 2. Mengecek GDS : GDS 200 mg/dl
3. Memberikan HE untuk memonitor
08.30 mempertahankn kadar glukosa dalam tubuh TTD
08.35 4.Kalaborasi dengan dokter dalam
pengobatan
08.40 5. Kalaborasai dengan dokter perawatan luka
. TTD
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


TANGAN
1. 1. 21 Juni 2019
08.00 1. Mengidentifikasi skala nyeri pasien. TTD
Hasil: skala nyeri 4.
2. Melakukan pengkajian nyeri
08.15 komperhensif, hasil: nyeri masih terasa TTD
namun tidak separah kemarin.
3. Observasi tanda-tanda vitas pasien, hasil:
120/80 mmHg.
4. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal.
08.30 TTD
Hasil: pasien menyentuh bagian yang
nyeri.
5. Memposisikan pasien semi fowler, hasil:
08.45 TTD
pasien lebih nyaman dengan posisi saat
ini.
6. Menidentifikasi kegiatan teknik napas
dalam yang dilakukan pasien. Hasil:
09.00 pasien selalu melakukan teknik napas jika TTD
rasa nyeri mulai muncul.
7. Anjurkan pasien untuk meneruskan
melakukan teknik napas dalam untuk
mengurangi nyeri secara non
09.15 TTD
farmakologis. Hasil: pasien mulai
terbiasa untuk melakukan teknik napas
dalam.
8. Membagikan obat analgesic untuk
meringankan nyeri pasien. Hasil: pasien
mengkonsumsi obat secara rutin.
09.30 TTD
9. Menganjurkan pasien untuk bergerak
perlahan ketika akan berpindah posisi.
Hasil: pasien bergerak perlahan dan
dibantu oleh ibunya.
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 3882231
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1. 1. 20 maret S: pasien mengatakan masih terasa lemas TTD
2019
13.00 O: GDS: 200 mg/dl
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemas TTD

A: masalah belum teratasi

TTD

P: intervensi dilanjutkan mengatur kadar glukosa


TTD
darah

2. 2. TTD
S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada kaki
20 maret
kiri yang terdapat luka. Nyeri seperti ditusuk-
2019
tusuk, skala nyeri 5.
13.00
TTD
O: Pasien tampak gelisah, menyeringai kesakitan,
menyentuh bagian yang terasa nyeri.

A: Masalah nyeri akut berhubungan dengan infeksi


TTD
belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan: Mengidentifikasi nyeri


TTD
yang dialami pasien, mengukur skala nyer secara
berkala, memberikan analgesic untuk
mengurangi nyeri, menganjurkan pasien untuk
melakukan teknik napas dalam secara mandiri.

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Ny.H


UMUR : 61 tahun
NO. REGISTER : 388223
NO NO.DX JAM EVALUASI TTD
1. 1. 21 Juli 2019 TTD
13.00 S: pasien mengatakansudah mulai membaik tetapi
masih terasa agak lemas

O: pasien tampak segar TTD


GDS : 200
Pasien tidak mengeluh pusing
Mukosa bibir basah
TTD
A : masalah teratasi sebagian
TTD
P: intervensi dilanjutkan

S: S: Pasien mengatakan bahwa nyeri sudah


2. 2. 21 Juli 2019 berkurang dan mulai membaik, skala nyeri 4. TTD
13.00
O: Pasien tidak tampak gelisah, tidak menunjukkan
ekspresi menyeringai kesakitan.

A: Masalah nyeri akut berhubungan dengan


tindakan pembedahan teratasi sebagian. TTD

P: Intervensi dilanjutkan: mengukur skala nyeri


secara berkala, memberikan analgesic untuk
mengurangi nyeri, menganjurkan pasien untuk TTD
melakukan teknik napas dalam secara mandiri

TTD
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

Pokok pembahasan : Diabetes Melitus


Sub pokok pembahasan : Pengertian DM, Penyebab DM, Tanda dan Gejala
DM, Penatalaksanaan DM, Komplikasi yang
mungkin ditimbulkan.
Sasaran : Pasien
Waktu : 25 menit
Tanggal : 20 Juni 2019

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 25 menit, diharapkan pasien mampu memahami dan mengerti tentang
Diabetes Melitus.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit tentang PHBS, diharapkan pasien dapat:
1.      Menjelaskan tentang Diabetes Melitus
2.      Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus
3.      Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus
4.      Menjelaskan tentang penatalaksanaan Diabetes Melitus
5.      Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkan Diabetes Melitus
C. Materi Penyuluhan
(terlampir)
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2.   Tanya Jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Sasaran Media
Penyuluhan
1. Pembukaan 5 menit a. mengucapkan Menjawab salam Kata-kata/
salam Mendengarkan kalimat
b. memperkenalkan dan menyimak
diri Bertanya
c.    c. Menyampaikan mengenai
tentang tujuan perkenalan dan
pokok materi tujuan jika ada
d.   d. Meyampakaikan yang kurang
pokok jelas
e. e. pembahasan
e.     Kontrak waktu

2. Pelaksanaan 15 menit a.  a.Penyampaian Mendengarkan Leaflet


Materi dan menyimak
b.  b. Menjelaskan Bertanya
tentang pengertian mengenai hal-
DM hal yang belum
  c. Menjelaskan jelas dan
penyebab DM dimengerti
d.  d. Menjelaskan
tanda dan gejala
DM
e.  e. Menjelaskan
tentang
penatalaksanaanD
M
f.   f. Menjelaskan
komplikasi DM
g.  g. Tanya Jawab
h.  h. Memberikan
kesempatan  pada
peserta untuk
bertanya

3. Penutup 5 menit M a. Melakukan Sasaran dapat Kata-kata dan


evaluasi menjawab kalimat
   b. Menyampaikan tentang
kesimpulan materi pertanyaan yang
   c. Mengakhiri diajukan
pertemuan dan Mendengar
menjawab salam Memperhatikan
Menjawab salam

G. Evaluasi
Diharapkan pasien mampu :
1.      Menjelaskan tentang pengertian DM
2.      Menjelaskan tentang penyebab DM
3.      Menjelaskan  tanda dan gejala DM
4.      Menjelaskan  tentang penatalaksanaan DM
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin disebabkan DM

DIABETES MELITUS
A. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Penyebab
1. Kelainan Genetik
2. Usia
3. Gaya hidup stres
4. Pola makan yang salah
5. Obesitas
6. Infeksi

C. Tanda dan Gejala


1. Sering kencing
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
4. Penurunan berat badan
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal disekitar penis dan vagina
7. Ketonuria
8. Kelemahan dan keletihan
9. Terkadang tanpa gejala
D. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara laian :
1. Motivasi
Pasien diberitahu bahwa penyakit DM tidak dapat disembuhjan , tapi kadar
gula darah dapat diturunkan, jadi harus ada kerja sama dengan pasien
2. Diit
a) Tujuan Diit: Mengakibatkan pertumbuhan yang normal, Mengarahkan BB normal,
Mempertahankan GD normal, Mencegah / menunda komplikasi.
b) Pedoman Diit
Jumlah
Relatif body wheight (RBW)
RBW : BB / TB – 100 x 100%
Klasifikasi :
- Kurus ( under weight ) < 70 %
- Un Over nutrisi < 80 %
- Normal 90- 110 %
- Gemuk (over wheight) 110-120 %
- Obesitas >120 %
Pedoman pemberian kalori
- Kurus : BB x 40-60 kal
- Normal : BB x 30 kal
- Gemuk : BB x 20 kal
- Obesitas: BB x 10-15 kal
Jadwal: Jadwal pemberian 3 jam dengan cara bergantian antara snak dengan
makanan.
Jenis: Jenis bahan makanan yang boleh diberikan adalah golongan B yaitu
apel, pisang kopok, pepaya, kedondong, tomat.
 3. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
4.  Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video,
diskusi kelompok, dan sebagainya.
5.  Insulin
E. Komplikasi
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang disebabkan peningkatan
sikardian kadar glukosa pada pagi hari.
2. Komplikasi jangka panjang

a. Makroangiopati (penyakit arteri koroner, penyakit vaskuler perifer, stroke)


b. Mikroangiopati (retinopati, nefropati, neuropati diabetik)

Anda mungkin juga menyukai