H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS GANGREN
BERDASARKAN STUDI KASUS
OLEH:
AGUNG APRIANTO
NIM: 01.3.20.00434
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES RS. BAPTIS KEDRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI
1.1.2 Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
1.1.3 Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya dan Putri (2013), manifestasi klinis pada Diabetes Melitus
yaitu :
Tabel 1.1 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
No
Gejala DM Tipe I DM Tipe II
.
1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ -
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ -
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +
Sumber : Wijaya dan Putri, 2013
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian
adalah :
1) Keluhan klasik
a) Banyak kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
b) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing.
c) Banyak makan (polifagi)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes
Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar.
d) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan.
2) Keluhan lain
a) Gangguan saraf tepi (kesemutan)
b) Gangguan penglihatan
c) Gatal atau bisul
d) Gangguan ereksi
e) Keputihan
1.1.5 Patofisiologi
Penurunan insulin
Diabetes Melitus
Kurang Penurunan
pengetahuan Penumpukan benda perbaikan jaringan
gastropati
keton
Perubahan
Asupan makanan, kondisi
ketidakadekuatan Mual Asidosis Kerusakan
metabolik jaringan perifer
monitor glukosa muntah
darah, kurang
ketaatan dalam Penurunan Pola nafas Nyeri Akut
manajemen masukan oral tidak efektif
diabetes.
Ketidakmampuan untuk Kerusakan Risiko tinggi
mengobsorbsi nutrisi integritas kulit infeksi
Resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
1.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
1.1.8 Komplikasi
1. Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), komplikasi Diabetes Melitus :
a. Komplikasi bersifat akut
1) Koma hypoglycemia
Karena pemakaian obat – obat diabetik melebihi dosis yang dianjurkan
sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.
2) Ketoasidosis
Tidak adanya glukosa maka benda keton akan dipakai sel. Ini
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda keton yang
berlebihan dapat mengakibatkan asidosis.
3) Koma hiperosmolar nonketotik
Karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel banyak di
ekskresi lewat urine.
b. Komplikasi bersifat kronik
1) Macroangiopathy
Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak. Komplikasi macroangiopathy adalah
penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler
perifer.
2) Microangiopathy
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika, nefropati diabetik.
Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan
membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Pada DMTI
(Diabetes Melitus Tergantung Insulin) terjadi neuropathy, nefropati dan
retinopati. Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan
protein dalam retina berakibat gangguan penglihatan. Retinopati
mempunyai dua tipe yaitu :
a) Retinopati back ground dimulai dari mikroneuronisma di dalam
pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b) Retinopati proliferatif merupakan perkembangan lanjut dari retinopati
back ground.
3) Neuropathy diabetika
Akumulasi orbital dalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Rentan infeksi
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih
5) Kaki diabetik
Perubahan microangiopathy, macroangiopathy dan neuropathy
menyebabkan perubahan ektremitas bawah.
2. Menurut Waspadji (2009), Diabetes Melitus apabila kadar gula tidak dikelola
dengan baik mengakibatkan timbulnya penyulit menahun atau komplikasi
kronis, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) :
positif secara mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
• Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) •
Alkalosis respiratorik • Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. •
Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal. • Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut. Insulin
darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
b) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
c) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( +++
+ ).
d) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
3. Fungsional Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransiLamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
Objektif
1. Gangguan koordinasi
2. Kadar glukosa dalam darah/urin rendah
Kondisi Klinis Terkait
1. Diabetes mellitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemi
4. Hiperglikemi
5. Diabetes gestasioanl
6. Pengguanaan kortikosteroid
7. Nutrisi parental total
SLKI
Tingkat Nyeri L.08066
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konsisten.
Ekspektasi Menurun
Criteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menurunkan
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami
cedera berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
SIKI
Manajemen Nyeri 1.08238
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Obeservasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek smaping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi usik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ., (2009). Buku Saku Patofisiologi 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E., (2005) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk., (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T., (2008). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Riyadi, S & Sukarmin, (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Waspadji S., (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabestes,
Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan, Jilid III, Edisi 4.
Jakarta: FK UI
Wijaya dan Putri, (2013) Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteia Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
1. BIODATA :
Nama : Ny. H No.Reg : 388223
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukorejo, Pasuruan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 18 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 19 maret 2019
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada luka di kaki kiri dengan skala nyeri 5, pasien merasakan
lemas dan aktivitas dibantu keluarga.
Pantangan : Pantangan :
Mengurangi makanan manis. Mengurangi makanan manis.
4. Keadaan Kuku :
4. Keadaan Kuku :
Panjang dan kotor
Pendek dan bersih
5. Ganti Baju :
5. Ganti Baju :
2 x sehari setelah mandi pagi
1 x sehari setelah mandi sore.
No Activity Daily Living Sebelum Sakit Sesudah Sakit
(ADL)
dan sore.
10.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Rambut : Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut
bersih, tidak ada ketombe.
Mata : Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,
tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil
isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen,
telinga bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih baik.
Hidung : Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak
terpasang O2, penciman normal.
Mulut dan gigi : Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien
kelihatan bersih , tidak ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.
Leher : Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada
pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi.
A. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian sela sela
kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan.
D. PemeriksaanJantung :
Inspeksi: tidak terdapat ictus cordis, tidak tampak pulserasi pada jantung, tidak
tampak pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak
nornalan pada bentuk jantung, saat dilakukan palpasi jantung tidak terapa
pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus cordis karena denyutan dinding
thorax pada ICS V midclavikula sinister. Denyutan aorta teraba, tidak ada
nyeri tekan, teraba ictus cordis pada intercosta 2 dan 5.
Perkusi: suara jantung pekak, batas jantung kanan atas intercosta 2 linea
strenalis kanan, batas jantung kanan bawah intercosta 4 linea sternalis kanan,
batas jantung kiri atas intercosta 2 linea sternalis kiri, batas jantung kiri bawah
intercosta 5 linea midclavicula kiri.
Auskultasi: terdengar bunyi jantung S1 (lub) dan bunyi jantung S2 (dub),
bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri, bunyi jantung I pada ICS V
pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi jantugn II pad ICS II garis
sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri. Tidak ada bunyi jantung
tambahan S3 atau S4 seperti murmur maupun galop.
E. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi: tampak simetris, tampak ada luka bekas operasi appendectomy pada
abdomen kanan bawah, luka operasi ditutup menggunakan kasa steril dan
plester secara rapi dan bersih, tidak tampak ada benjolan, tidak tampak
hiperpigmentasi, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit pada bagian
tubuh yang lain, perut tampak simetris, saat pasien bernapas terdapat gerakan
yang simetris pada saat isnpirasi dan ekspirasi yang menandakan tidak ada
kelumpuhan diafragma, tidak ada gerakan peristaltik yang terjadi.
Auskultasi: suara bising usus sebanyak 12 kali per menit di kuadran kanan
bawah abdomen, dan tidak ada kelainan pada saat dilakukan auskultasi pada
peristaltik usus.
Perkusi: mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam terdengar
bunyi timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan,
perkusi pada daerah episgastrum dan hipokondrium dengan bunyi timpani,
terdapat suara pekak pada dearah hati, dan suara pekak pada limfa pada ICS 9
dan ICS 11 di garis aksila anterior kiri. Tidak ada gangguan maupun kelainan
pada perkusi abdomen, tidak terjadi pembesaan organ.
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa dan
tidak terdapat penumpukan cairan, saat palpasi konsistensi abdomen terasa
lunak dan tidak terdapat adanya masa pada abdomen. Saat dilakukan perabaan
hepar tidak teraba hepar maupun pembesaran pada hepar.
G. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus, tidak ada edema, keadaan
selang infus bersih.
Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka ,terdapat
edema dikaki sebelah kanan.
5 5
4 5
Dengan keterangan:
0: tidak ada kontraksi
1: ada tonus, ada kontraksi, ada gerakan minimal
2: mampu bergerak dengan melawan gravitasi
3: mampu bergerak dengan melawan gravitasi tanpa tahanan
4: mampu bergerak luas
5: mampu bergerak melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal dan
dapat bergerak bebas.
H. Pemeriksaan Neurologi :
Total nilai Glasgow Coma Scale sebanyak 14 (kesadaran compos mentis atau
sadar penuh), dengan keterangan:
Eye :4 keterangan: membuka mata dengan spontan tanpa dirangsang.
Verbal : 5 keterangan: orientasi baik, dapat berbicara dengan baik dan
lancer.
Motorik: 5 keterangan: melokalisir nyeri, menjangkau dan menjatuhkan
stimulus saat diberi rangsangan.
Kediri ,
……………………….
DS: DX1
Badan terasa lemas dan letih, Hiperinsulinisme Ketidak Stabilan Kadar
gula darah tinggi, sering merasa Gula Darah (D.0027)
haus dan lapar, klien
DO 2:
- Pasien tampak lemas
- pasien tampak pucat
- GDS 284 mg/dl
Suhu Tubuh : 36,8 ºC
Denyut Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 130/80
mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
DS 1:
Pasien mengatakan nyeri pada
kaki kiri akibat luka.
DO 1:
Infeksi
Pasien tampak meringis
kesakitan Nyeri Akut
Skala nyeri 5 (D.0077)
Pasien tampak gelisah
Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
Klien tampak meringis
kesakitan pada kaki
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. . SLKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SLKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
Jurnal 1
Jurnal 1
1. observasi lokasi, frekuensi dan reaksi nyeri yang dialami pasien. 1. untuk mengetahui kndisi, tingkat rasa nyeri adakah gangguan
nyeri yang dialami pasien.
2. Observasi skala nyeri pasien. 2. Untuk mengetahui skala nyeri pasien
3. Ajarkantehnik distraksi dan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam 3. Tehnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
melalui hidung dikeluarkan melalui mulut secara perlahan. 4. Mengurangi resiko infeksi dan kerusakan jaringan yang lebih
4. Lakukan prosedur rawat luka aseptik. parah.
5. Untuk proses penyembuhan pasien dengan pemberian analgesik
5. Kolaborasi dengan tim medis lain dengan pemberian injeksi
dapat mengurangi rasa nyeri
santagesik 3x1 mg.
Jurnal 2
nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis, intervensi yang
Tidak ada
dibuat adalah ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti
kompres hangat, ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
dengan pemberian analgesik, lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, beratnya
nyeri, dan faktor pencetus, modifikasi tindakan pengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien dengan mengalihkan fokus pasien dengan
bercerita. Diagnosa kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
ulkus DM, intervensi yang dibuat adalah posisikan untuk menghindari
menempatkan ketegangan pada luka, berikan perawatan ulkus pad kulit,
bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dan
anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infek
Jurnal 3
Paint Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Tidak ada
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TTD
2. 2. TTD
S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada kaki
20 maret
kiri yang terdapat luka. Nyeri seperti ditusuk-
2019
tusuk, skala nyeri 5.
13.00
TTD
O: Pasien tampak gelisah, menyeringai kesakitan,
menyentuh bagian yang terasa nyeri.
CATATAN PERKEMBANGAN
TTD
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 25 menit, diharapkan pasien mampu memahami dan mengerti tentang
Diabetes Melitus.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit tentang PHBS, diharapkan pasien dapat:
1. Menjelaskan tentang Diabetes Melitus
2. Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus
3. Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan Diabetes Melitus
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkan Diabetes Melitus
C. Materi Penyuluhan
(terlampir)
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Sasaran Media
Penyuluhan
1. Pembukaan 5 menit a. mengucapkan Menjawab salam Kata-kata/
salam Mendengarkan kalimat
b. memperkenalkan dan menyimak
diri Bertanya
c. c. Menyampaikan mengenai
tentang tujuan perkenalan dan
pokok materi tujuan jika ada
d. d. Meyampakaikan yang kurang
pokok jelas
e. e. pembahasan
e. Kontrak waktu
G. Evaluasi
Diharapkan pasien mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian DM
2. Menjelaskan tentang penyebab DM
3. Menjelaskan tanda dan gejala DM
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan DM
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin disebabkan DM
DIABETES MELITUS
A. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Penyebab
1. Kelainan Genetik
2. Usia
3. Gaya hidup stres
4. Pola makan yang salah
5. Obesitas
6. Infeksi