TROMBOSITOSIS ESENSIAL
DISUSUN OLEH:
Monica Azizatul Arifah
H1AP13027
PEMBIMBING:
dr. Yandi Kurniawan, Sp.PD., FINASIM.
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Yunus
Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Yandi Kurniawan, Sp.PD, FINASIM sebagai pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk
serta bantuan dalam penyusunan referat ini.
2. Teman – teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun
moral kepada penulis dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis sangat
berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi semua.
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
tahun (di Amerika) tidak berbeda bermakna dengan populasi normal dan kematian
pada pendderita ini biasanya disebabkan oleh komplkasi trombotik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Trombosit
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari
sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi
darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright –
Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma
berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar
merata1 .
7
Gambar 2.1. Proses Terbentuknya Trombosit
Setiap megakariosit 3 menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu
dari diferensiasi sel induk (stem cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar
membutuhkan sekitar 10 hari pada manusia Trombopoesis dipengaruhi oleh
hormone trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal dan sejumlah sitokin
seperti: IL-11, IL-3, dan IL-6. Interval waktu dari diferensiasi stem sel sampai
dihasilkan trombosit sekitar 7-10 hari dan dalam keadaan normal angka trombosit
menunjukkan 150.000-400.000/μL. Volume trombosit berkurang saat matang
dalam sirkulasi karena trombosit muda dapat memakan waktu 24-36 jam dalam
limfa setelah dibebaskan dari sumsum tulang dan sampai sepertiga pengeluaran
trombosit sumsum tulang dapat ditangkap pada satu waktu dalam limfa normal.
Trombosit berperan dalam adhesi, sekresi, dan agregasi, sehingga nantinya
berperan dalam hemostatis primer yaitu pembentukan sumbat trombosit2 .
8
2. Bagian Granulomer/ chromatomer : di bagian tengah, lebih tebal,
membias sinar lebih kuat, terdapat granula alfa (protein pembekuan darah), delta
(ion Ca 2+, ADP, ATP), dan lambda (enzim lisosom), mitokondria, dan glikogen.
3. Bagian Hialomer : di bagian tepi, lebih tipis, homogen (biru pucat),
terdapat filament untuk mempertahankan bentuk trombosit, proses retraksi bekuan
darah dan pembentukan pseudopodia.
4. Mengandung aktin & myosin yang menyebabkan kontraksi sehingga
dapat membuat sumbatan bila terjadi perdarahan
5. Granula dalam trombosit banyak berisi serotonin, epinefrin, ADP,
kalsium, kalium dan faktor-faktor untuk penjendalan darah.
6. Dalam sitoplasma terdapat :
a. Molekul aktin, miosin, dan tromboplastin.
b. Sisa retikulum endoplasmik dan aparatus golgi, tempat sintesis enzim
dan menyimpan ion Ca.
c. Mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk ATP dan
ADP.
d. Sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, hormon setempat yang
dapat menyebabkan reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan
setempat.
e. Faktor stabilisasi fibrin.
f. Faktor pertumbuhan1
9
adalah senyawa protein yang terbentuk di hati. Pembekuan senyawa ini
dipengaruhi oleh vitamin k. Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus
memadai dalam kuantitas (jumlah) dan kualitasnya. Pembentukan sumbat
hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan
kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi juga bagus.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah.
Dikatakan trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 –
150.000 per mmk darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk
darah maka akan cenderung terjadi perdarahan1,2 .
Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah melibatkan suatu proses
yang cepat :
1. Vasokontriksi pembuluh darah.
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan
serotonin dan tromboksan A2 (prostagladin), yang menyebabkan otot polos
dinding pembuluh darah berkontraksi. Hal ini pada awalnya akan mengurangi
darah yang hilang.
2. Sumbatan trombosit
a. Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut
kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan
trombosit.
b. Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga
mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentu sumbat.
c. Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu
menghentikan perdarahan.
d. Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat mengurangi
perdarahan,sampai proses pembekuan terbentuk.
3. Pembekuan darah.
Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin aktivator.
Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin dengan
bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen
menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam segala arah dan
10
menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan darah.
Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme.
a. Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal
pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh
darah, akan melepas tromboplastin (membran lipoprotein),yang akan
mengaktivasi protrombin activator.
b. Mekanisme 5ntrinsic. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13
faktor pembekuan, yang hanya ditemukan dalam darah.
4. Pembentukan jaringan ikat.
Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat
kedalam bekuan darah untuk menutup luka secara permanen1,2.
2.2. Trombositosis
Jumlah trombosit normal berkisar antara 150000-450000 x 106cell/mm3.
Bila jumlah platelet lebih besar dari 2 SD diatas rata-rata disebut trombositosis.
Beberapa kepustakaan menyebutkan trombositosis dengan jumlah yang bervariasi
antara 400-1000 x109/L. Angka kejadian pasti dari trombositosis tidak diketahui,
Sutor dalam beberapa penelitian menjumpai trombositosis pada anak 3-13% yang
dirawat di rumah sakit dan pada anak 1,5% yang berobat jalan. Jumlah trombosit
yang berlebihan dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi dapat dikelompokkan
dalam 3 keadaan, yaitu :-
a. Gangguan primer, seperti mieloproliferatif atau sindroma dysplasia
b. Peningkatan produksi yang disebabkan oleh rangsangan (usia trombosit
yang memanjang yang menyebabkan trombositosis tidak dapat dijelaskan)
c. Pergeseran trombosit dari splenic pool ke dalam sirkulasi perifer.
11
Trombosistosis dapat terbagi menjadi trombositosis reaktif dan primer.
Pada trombositosis primer, terdapat gangguan pengikatan trombopoetin terhadap
trombosit dan megakariosit abnormal sehingga terdapat peningkatan kadar
trombopoetin bebas dalam plasma. Megakariosit menjadi hipersensitif terhadap
aksi trombopoetin yang akhirnya menyebabkan peningkatan produksi trombosit.
Trombositosis reaktif terjadi karena produksi berlebih dari sitokin proinflamasi
seperti (IL)-1, IL-6, dan IL-11 yang muncul pada inflamasi kronik, infektif, dan
keganasan. terdapat suatu penyakit dasar yang akan merangsang peningkatan
sintesis trombopoetin dengan mediator berbagi sitokin diantaranya IL-6 yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas megakariosit memproduksi trombosit.
Walau sama-sama terjadi peningkatan produksi trombosit, terdapat perbedaan
diantara keduanya. Pada trombositosis primer tidak terdapat suatu penyakit dasar,
umumnya ditemukan splenomegali, gambaran darah tepi pasien berupa trombosit
raksasa, dengan fungsi trombosit yang mungkin abnormal. Selain itu pada
sumsum tulang dapat terlihat hiperplasia megakariositik. Pada trombositosis
reaktif penyakit dasar sering kali muncul, tidak terdapat splenomegali, gambaran
darah tepi menunjukan trombosit yang normal dan fungsi yang normal5 .
12
pertama kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan
Goedel pada tahun 1934.
13
Pada Trombositemi esensial, kadar trombopoietin normal atau bahkan
meningkat meskipun terjadi peningkatan massa trombosit dan megakariosit. 3,4
Terjadinya disregulasi kadar trombopoietin plasma pada trombositemi esensial
diduga disebabkan karena :
1. Produksi trombopoieitin yang berlebihan dan/atau
2. Abnormalitas pengikatan dan pemakainan trombopoietin oleh trombosit dan
megakariosit. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya ekspresi c-mpl pada
trombosit penderita trombositemi esensial .1,5
14
Trombosis diduga disebabkan karena :
1. Peningkatan massa trombosit disertai hiperagregabilitas trombosit. 2
2. Aktivasi hemostasis oleh lekosit polimorfonuklear. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan elastase, mieloperoksidase , ekspresi CD11b
dan LAP (leucocyte alkaline phosphatase) antigen pada permukaan lekosit
yang menyebabkan kerusakan endotel (peningkatan trombomodulin dan
faktor von Willebrand antigen) dan hiperkoagulasi (peningkatan kompleks
trombinantitrombin, fragmen protrombin 1+2, D-dimer) pada penderita
Trombositemi esensial .6
15
1. Manifestasi perdarahan ( 13-37 % penderita) : epistaksis, easy bruising,
petekie, perdarahan traktus gastrointestinal berulang.
2. Manifestasi trombosis (18-84 % penderita)
Banyak ditemukan pada orang tua
Trombosis vena : vena hepatica (sindroma Budd-Chiari),
mesenterika, lienalis, priapism (trombosis vena penis), emboli
paru.
Trombosis arteri : transient cerebral ischemia, eritromelalgia
(obstruksi mikrosirkulasi jari-jari kaki/tangan), dapat berlanjut
menjadi akrosianois.
3. Spenonegali ringan dapat ditemukan pada 40 % penderita, splenonegali
moderate ditemukan pada 20-50 % penderita
4. Hepatomegali
5. Limfadenopati (jarang)
6. Ulkus peptikum, varises gaster dan esofagus
7. Gout
8. Abortus berulang dan gangguan pertumbuhan fetus , karena adanya infark
multipel di plasenta yang disebabkan thrombus trombosit yang
mengakibatkan insufisiensi plasenta.
2.4. Laboratorium
Pada Trombositemi esensial didapatkan peningkatan jumlah trombosit
ynag bervariasi dari sedikit di atas normal sampai berberapa juta /mm 3. Pada
beberapa penderita juga ditemukan anemi ringan dan lekositosis (15000-
40000/mm3). Kelainan laboratorium lainnya adalah :1,2,4
a. Apus darah tepi :
Eritrosit : normokrom normositer, dapat hipokrommikrositer (pada
perdarahan kronik)
Lekosit : dapat lekositosis, bergeser ke kiri sampai mielosit,
eosinofili , basofili ringan
16
Trombosit : bergumpal-gumpal, abnormalitas bentuk , ukuran dan
struktur (heavy granulation, hipo granular), giant trombocyte,
kadang- kadang didapatkan fragmen megakariosit
b. Sumsum tulang: hiperplasia megakariosit, kadang-kadang disertai
hiperplasia granulosit atau eritrosit, retikulin meningkat
c. LAP ( leucocyte alkaline phosphatase) meningkat pada 40 % penderita
d. LDH dan asam urat meningkat (pada 25 % penderita)
e. Pseudohiperkalemi (karena pelepasan kalium intraseluler dari trombosit
dan lekosit selama proses pembekuan invitro ).
f. Trombopoetin normal atau meningkat.
g. Kadar interlekin- 6 dan CRP rendah
h. Pemanjangan waktu perdarahan (pada < 20 % penderita)
i. Abnormalitas agregasi trombosit :
Penurunan respon agregasi terhadap kolagen, ADP dan asam
arakhidonat (didapatkan pada kurang dari 1/3 kasus).
menghilangnya respon trombosit terhadap epinefrin
hiperagregabilitas
17
Gambar 2.3. Kriteria Diagnosis Trombositemi Essensial
18
Gambar 2.4. Perbedaan Trombositemi Esensial dan Trombosis Reaktif2
2.7. Pengobatan
Pengelolaan Trombositemi esensial harus didasarkan pertimbangan besarnya
risiko terjadinya komplikasi trombosis. Faktor-faktor risiko yang menjadi
pertimbangan adalah :7
19
2.6. Stratifikasi Risiko Trombohemoragik pada Trombositemi
Esensial
Obat-obat sitoreduksi :
1. Hidroksiurea
Hidroksi urea menjadi pilihan terapi Trombositemi esensial karena
efektivitasnya dan efek toksik yang rendah. Dosis awal pemberian dalah 15-20
mg/kg/hari, kemudian disesuaikan untuk mempertahankan jumlah trombosit
kurang dari 400000/mm3 tanpa disertai penurunan netrofil. Pemberian
hidroksiurea menurunkan jumlah trombosit di bawah 500000/mm3 dalam waktu
8 minggu pad 80 % penderita. Penurunan jumlah trombosit dengan pemberian
20
hidroksiurea berhubungan secara bermakna dengan perbaikan gejala iskemi dan
perdarahan.8
Pada uji klinik random terhadap 114 penderita Esensial
trombositemberusia > 60 tahun, atau adanya riwayat trombosis , atau trombosit >
1.500.000/mm3 , pemberian hidroksiurea selama rata-rata 27 bulan menurunkan
episode trombosis sebesar 20,4 % (episode trombosis pada kelompok
hidroksiurea adalah 3,6 %, sedangkan pada kelompok kontrol 24 %).9 Efek
samping yang sering ditemukan adalah netropeni, anemi makrositik. Netropeni
berhubungan dengan dosis dan reversibel dengan penghentian obat selama
beberapa hari. Efek samping yang jarang terjadi adalah demam, gejala kutaneus,
ulkus tungkai. Penghentian hidroksiurea akan diikuti rebound jumlah tormbosit.
Kegagalan hidroksiurea dalam menurunkan jumlah trombosit dilaporkan antara
11-21 %.8
Peningkatan risiko terjadinya lekemi pada pemberian hidroksiurea
merupakan hal yang sering dibicarakan akhir-akhir ini dan menjadi suatu
pertanyaan dalam penggunaannya pada terapi Trombositemi esensial.
Hidroksiurea merupakan obat non-alkilating, pada awalnya dianggap tidak
bersifat mutagenik. Meskipun demikian pada pemantauan jangka panjang,
didapatkan kejadian lekemi akut antara 3,5-10 % setelah 4-10 tahun penggunaan
hidroksiurea pada penderita Trombositemi esensial dan Polisitemi vera.8,10
Risiko ini meningkat sebesar 14 % pada penggunaan kombinasi hidroksiurea
dengan obat sitotoksik lain selama 8 tahun.5
Faktor-faktor yang diduga berperan dalam transformasi menjadi lekemi
akut adalah :
Kelainan sitogenetik
Kira-kira 5 % penderita Trombositemi esensial mempunyai kelainan
sitogenetik, terbanyak ditemukan pada kromosom 1,2,5,17,20,21. Delesi
17p merupakan kelainan yang ditemukan pada sebagian besar kasus
Trombositemi esensial yang mengalami transformasi menjadi lekemi
mieloblastik akut dan sindroma mielodisplasi setelah terapi
hidroksiurea.8,10
21
Adanya mielofibrosis.8
Penggunaan obat-obat sitotoksik lain.5,8
Dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat, dapat disimpulkan terdapat
bukti bahwa pemberian hidroksiurea pada penderita trombositemi esensial dengan
risiko tinggi bermanfaat dalam menurunkan risiko trombosis. Sebaliknya, risiko
terjadinya lekemi akut pada pemberian hidroksiurea merupakan hal yang sulit
diterima pada penderita Trombositemi esensial dengan risiko rendah. Pada saat ini
hidroksiurea direkomendasikan hanya pada pengobatan penderita Trombositemi
esensial dengan risiko tinggi.8 2.
2. Busulfan
Busulfan merupakan obat alkilating dengan kerja spesifik terhadap
proliferasi megakariosit. Dosis yang dipergunakan antara 2-4 mg/hari, disesuaikan
dengan respon hematologis dan pemeriksaan trombosit setiap minggu. Setelah
jumlah trombosit normal, kontrol jangka panjang dapat dicapai dengan pemberian
intermiten. Dengan cara pemberian ini dapat dihindari efek samping obat yang
biasa terjadi pada pemberian dosis tinggi seperti aplasi sumsum tulang,
pigmentasi kulit, amenore dan fibrosis paru.Meskipun tidak ditemukan adanya
transformasi menjadi lekemi akut pada pemberian busulfan pada Trombositemi
esensial, pertimbangan adanya kemungkinan efek lekemogenik membatasi
penggunaannya hanya pada orang tua.8
3. Interferon
Rekombinan interferon (IFN) mempunyai efek sitoreduktif tanpa efek
samping mutagenik. Dasar pertimbangan penggunaan IFN adalah efek
mielosupresif dan efek antagonis PDGF (platelet-derified growth-factor). PDGF
merupakan produk megakariopoiesis yang merangsang proliferasi fibroblas . 8
Dosis interferon yang digunakan berkisar antara 21- 35 juta unit/ minggu pada
fase induksi , biasanya berlangsung 4-6 minggu. Repon komplit dan parsial
biasanya di atas 80 %. Dosis pemeliharaan adalah dosis minimal yang diperlukan
untuk mempertahankan respon komplit ( trombosit < 450000/mm 3 ) atau parsial
22
( trombosit < 600000/mm3 ), biasanya 3 juta unit 3 kali seminggu sampai 3 juta
unit/hari.2 Penggunaan IFN pada Trombositemi esensial telah diteliti pada
berberapa penelitian kohort. Pada 90 % dari 212 penderita, didapatkan penurunan
trombosit < 600000/mm3 setelah 3 bulan pemberian IFN dengan dosis rata-rata 3
jutaIU/hari. Waktu dan derajat penurunan trombosit pada fase induksi bergantung
kepada dosis. Selama fase pemeliharaan, dosis IFN dapat diturunkan.
Penghentian IFN menyebabkan rebound pada sebagian besar pasien. IFN tidak
berefek teratogenik dan tidak melalui plasenta, karena itu IFN digunakan untuk
terapi Trombositemi esensial pada kehamilan.
Efek samping yang sering terjadi adalah demam, flu like symptoms,
kelemahan , mialgia, penurunan berat badan, rambut rontok, depresi berat, gejala
gastrointestinal dan kardiovaskuler, tiroiditis atau terbentuknya antibody tiroid.
Efek-efek samping ini menyebabkan penghentian pemakaian IFN pada 25 %
2,8
kasus. Tidak ditemukan efek lekemogenik pada pemberian IFN. Meskipun
adanya efek samping dan harga yang mahal, IFN merupakan pilihan terapi
terutama pada penderita Trombositemi esensial usia muda.8
4. Anagrelide
Anagrelide merupakan senyawa imidazo (2,1-b) quinazolin-2-one dengan
efek inhibisi agregasi trombosit melalui penghambatan cyclic nucleotide
phosphodiesterase dan phospholipase A2.8,10,11 Pada dosis yang lebih rendah ,
anagrelide mempunyai efek menurunkan jumlah trombosit. Mekanisme kerja
anagrelide dalam menurunkan jumlah trombosit tanpa mempengaruhi lekosit dan
eritrosit belum sepenuhnya diketahui. Data-data menunjukkan , kerja utama
anagrelide adalah inhibisi maturasi megakariosit.8,10
Efektivitas anagrelide telah diteliti dalam beberapa penelitian non
komparatif. Respon didefinisikan sebagai penurunan jumlah trombosit <
500000/mm3 atau 600000/mm3 atau penurunan 50 % jumlah trombosit. Respon
pemberian anagrelide berkisar antara 60 –93 %. Rata-rata dosis yang diperlukan
untuk mengontrol jumlah trombosit adalah 2-2,5 mg/hari dan rata-rata respon
.8,12
dicapai dalam waktu 11 hari Enam puluh delapan penderita Trombositemi
23
esensial yang refrakter terhadap hidroksiurea memberikan respon dengan
pemberian anagrelide.8
Dosis awal anagrelide yang direkomendasikan adalah 4 x 0,5 mg, kemudian
11,12,13
dosis disesuaikan untuk mempertahankan trombosit < 600000/mm3 .
Peningkatan dosis tidak boleh melebihi 0,5 mg/hari dalam waktu 1 minggu. Dosis
tidak boleh melebihi 10 mg/hari atau 2,5 mg dalam 1 kali pemberian.13
Efek samping yang paling serius adalah efek kardiak , termasuk palpitasi (27
%), takikardi atau aritmia lain (< 10 %) dan gagal jantung kongestif (2%). Efek
vasodilatasi anagrelide menimbulkan sakit kepala (> 1/3 penderita), retensi cairan
dan edema (24 %), dizziness (15 %), hipotensi postural. Efek samping yang lebih
jarang adalah efek gastrointestinal (nausea, nyeri abdomen, diare), rash 8,14 Sekitar
16 % dari 424 penderita penyakit mieloproliferatif, termasuk 262 penderita
Trombositemi esensial menghentikan anagrelide karena efek sampingnya. Tidak
didapatkan transformasi menjadi lekemi akut selama pemantauan sampai 55
bulan pengobatan.5,8,12 Efektivitas dan keamanan jangka panjang anagrelide telah
diteliti pada 35 penderita Trombositemi esensial usia muda (rata-rata 38 tahun)
selama periode rata-rata 10,8 tahun. Respon didapatkan sebesar 94 %, penurunan
trombosit dapat dipertahankan pada 66 % penderita selama penelitian. Dua puluh
empat persen penderita mengalami penurunan hemoglobin > 3 gr% dan 9 %
menghentikan pengobatan karena toksisitas. Dua puluh persen penderita
mengalami trombosis, 20 % penderita mengalami komplikasi perdarahan mayor.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komplikasi trombohemoragik kemungkinan
disebabkan karena kurang optimalnya penurunan trombosit. Tidak ada penderita
yang mengalami transformasi menjadi lekemi akut.8
Penempatan anagrelide dalam strategi terapi Trombositosis esensial masih
harus ditentukan dalam penelitian klinis terkontrol seperti penellitan PT 1 yang
sedang berlangsung di Inggris dan penelitian MRC Primary Thrombocythaemia
yang membandingkan hidroksiurea dan anagrelide dengan penelitian random
prospektif.5,8
Obat Antitrombosit
24
Aspirin merupakan obat antitrombosit yang sangat efektif pada penderita
Trombositemi esensial dengan komplikasi trombosis rekuren, terutama iskemi
digital atau serebrovaskuler. Aspirin memperbaiki peningkatan turnover trombosit
dan gejala klinik eritromelalgia. Meskipun demikian , aspirin juga dapat
menyebabkan pemanjangan waktu perdarahan dan perdarahan serius pada
penderita Trombositemi esensial.
Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan aspirin pada
Trombositemi esensial , beberapa peneliti menganjurkan digunakan dengan hati-
hati, peneliti yang lain merekomendasikan penggunaan rutin untuk mencegah
trombosis kecuali bila terdapt kontraindikasi (adanya riwayat perdarahan). 1
2.7. Prognosis
Penyebab utama mobiditas dan mortalitas penderita Trombositemi esensial
adalah trombositosis dan perdarahan (kira-kira terjadi pada 40 % penderita). Pada
beberapa kasus , Trombositemi esensial mengalami transformasi menjadi penyakit
mieloproliferatif yang lain. Penggunaan fosfor radioaktif atau obat-obat alkilating
dan kemungkinan juga hidroksiurea dalam terapi Trombisitemi esensial
tampaknya meningkatkan kemungkinan konversi menjadi lekemi akut.
Kelangsungan hidup penderita Trombositemi esensial tidak berbeda dengan
populasi normal pada usia yang sama.1
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
11. Silverten MN., Petitt RM. Solberg LA, Felmming JS, Knight RC, Schacter
LP. Anagrelide : a New Drug for Treating Thrombocytosis. NEJM 1988 :
318:1292-1294.
12. Anagrelide Study Group. Anagrelide , a Therapy for Thrombocythemic State :
Experience in 577 Patients. The American Journal of Medicine 1992 ; 92 : 69-
76.
13. Roberts Pharmaceutical Corporation. The Standard of Care for ET : Agrylin
1999.
14. Silverstein MN.,Tefferi A. Treatment of Essential Thrombocythemia with
Anagrelide. Seminars in Hematology 1999;36, suppl 2 : 23-25.
15. Beutler E, Coller BS, Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William
Hematology, 6 th ed. New York : McGraw – Hill, 2001.
16. Lee GR, Foester J, Lukens J, Parakevas F, Greer JP, Rodgers GM.
eds.Wintrobe’s Clinical Hematology, 10th ed. Volume 1, 2. Philadelphia :
Lippincott Williams and Wilkins, 1999 .
28