Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

Chronic Kidney Disease Stage V

Helma Humairah, S.Ked


Preseptor: dr. Faisal, Sp. PD
Bab 1: Pendahuluan
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi
saat fungsi ginjal menurun secara bertahap
karena kerusakan ginjal. Secara medis,
penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal
selama 3 bulan atau lebih

Penyakit ginjal kronik belum menimbulkan


gejala dan tanda pada stadium awal. Laju
filtrasi glomerulus sebesar 60% pada pasien
2
masih bersifat asimtomatik tapi sudah terjadi
1
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
3 Kelainan secara klinis dan laboratorium baru
4
terlihat dengan jelas pada stadium 3 atau 4

Di Indonesia, sebagian dari penyandang PGK


telah jatuh ke dalam tahap akhir atau End-
Stage Kidney Disease (ESKD) sehingga
membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Kasus PGK di Indonesia sebesar 713.783
kasus dengan kasus tertinggi di Jawa Barat
yaitu sesesar 131.846 kasus

Menurut hasil Global Burden of Disease


tahun 2010, PGK merupakan penyebab
Kasus PGK di Aceh adalah sebesar 13.389 kematian peringkat ke-27 di dunia tahun
kasus 1990 dan meningkat urutan ke -18 pada
tahun 2010

Kasus PGK terjadi paling banyak di


kelompok umur 45-54 tahun dengan angka Di Indonesia, perawatan PGK merupakan
119.664 kasus rangkin kedua pembayaran terbesar dari
BPJS kesehatan sete;ah penyakit jantunf

• Banyaknya penyandang PGK yg membutuhkan dialisis


menyebabkan beban ekonom yg besar bagi BPJS

• Gagal ginjal membutuhkan dana 2,3 triliun rupiah, dan


memegang urutan ke -4 sbg penyakit katastropik dengan
biaya terbesar
Bab 2: Identitas
Pasien
Identitas Pasien

Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. rekam medis : 12.48.76
Umur : 56 tahun
Alamat : Dusun Alue Cut
Agama : Islam
Status perkawinan: Menikah
Suku : Aceh
Pekerjaan : Supir
Tanggal Masuk : 13 Juli 2021
Tanggal Keluar : 15 Juli 2021
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juli 2021
Anamnesis Riwayat
Pemakaian
Pasien sering menggunakan obat-obatan
seperti deksametason, peroxicam dan
Keluhan Utama Sesak napas Obat allopurinol serta obat-obatan traditional
untuk mengatasi nyeri pada kaki dan
Terdapat benjolan pada kedua tangan dan kaki, tangannya
Keluhan
Tambahan lemas, perut kembung Pasien sering mengkonsumsi pete, jengkol
Riwayat
Kebiasaan dan sayur bayam. Merokok (+)
Riwayat Pasien dtg ke RSUCM dengan keluhan sesak napas
Penyakit sejak kemarin. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas
dan tidak berkurang dengan istirahat. Sesak sudah Riwayat Penyakit Keluarga pasien yang ada tidak
Sekarang
dialami beberapa kali. Sesak tidak disertai nyeri dada Keluarga mengalami keluhan serupa
dan demam. Pasien juga mengeluh adanya benjolan
pada sendi-sendi seperti pergelangan dan ruas jari Pasien termasuk dalam golongan ekonomi
Riwayat
tangan dan kaki serta kedua lutut. Benjolan muncul menegah ke bawah. Pasien tidak lagi berka
Sosio-
± 4 thn lalu. Awalnya benjolan kecil lalu perlahan sebagai supir selama beberapa bulan
ekonomi
membesar. Ukuran benjolan bervariasi dengan terakhir dan sekarang ekonomi keluarga
diameter 2-5 cm dan terasa keras. Pasien ditanggung anaknya yg bekerja serabutan
mengeluhkan perut kembung, tidak ada muntah,
BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien adalah
pasien hemodialisa regular sejak 4 bulan lalu setiap
hari senin-kamis.

Riwayat Rw Hipeternsi (+), DM (-) dan nyeri pada


Penyakit pembengkakan kaki dan tangannya. Pasien
Dahulu mengalami gout artritis sejak 4 tahun lalu.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
Keadaan Umum
Tekanan Darah Respiration Rate
150/100 30x/menit

Kesadaran Heart Rate Suhu


Composmentis 91x/menit 36 ºC (diukur di axilla)

Tinggi badan : 166 cm


Berat badan (estimasi) : 60 kg
BMI : 21,77 kg/m2 (normal)
Status Generalis

Kulit: Pucat
Leher
Kepala
• Inspeksi: Simetris, kelenjar tiroid
• Rambut: Warna rambut hitam,
tidak membesar, trakea ditengah
sedikit beruban, distribusi merata Jantung
• Palpasi: tidak ada pembesaran
• Wajah: Simetris, deformitas (-) • Inspeksi: Ictus cordis tidak
tiroid
• Mata: Konjungtiva anemis (+/+), terlihat
Toraks
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), • Palpasi: Ictus cordis tidak
Paru
palpebra normal, gerakan bola mata teraba
• Inspeksi: Bentuk dada normal,
normal, pupil bulat, isokor (+/+), • Perkusi: Batas atas jantung di
gerak dada simetris kanan dan
diameter (2mm/2mm), RCL/RCTL ICS II, batas kanan di ICS IV
kiri saat statis dan dinamis,
(+/+). linea parasternal dextra, kiri
pergerakan dada sama, tidak
• Telinga: bentuk normal, di ICS V dua jari medial dari
ada retraksi.
discharge(-/-), sekret (-/-), darah linea midclavicular sinistra,
• Palpasi: Tidak ada benjolan,
(-/-) batas pinggang jantung di
nyeri tekan (-), massa (-), taktil
• Hidung: Sekret (-/-), darah (-/-), ICS III linea parasternal
fremitus kanan=kiri.
deviasi septum nasi (-/-) sinistra.
• Perkusi: Sonor pada kedua
• Mulut: lidah normoglosia, tidak • Auskultasi: BJ I/II normal,
lapang paru.
tremor, bibir pucat (-) dan kering, murmur (-)
• Auskultasi: Vesikuler (+/+),
mukosa mulut tidak hiperemis,
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-).
tonsil tidak hiperemis, uvula
ditengah
Abdomen
• Inspeksi: Simetris, distensi (+)
• Palpasi: Defans muscular (-), nyeri
tekan (-) Ekstremitas: Akral sedikit dingin, terdapat
• Hepar: Tidak teraba benjolan pada ruas jari dan pergelangan kedua
• Limpa: Tidak teraba tangan dan kaki (+/+),benjolan pada kedua lutut
• Ginjal: Ballotement (-) dan pergelangan kaki (+), atrofi otot (+/+),
• Perkusi: Timpani, shifting dullnes (-), sianosis (-/-), kelemahan anggota gerak (+/+),
nyeri ketok CVA (+). CRT <2 detik.
• Auskultasi: Peristaltik usus normal

Genetalia: tidak dilakukan pemeriksaan.


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 8.85 g/dL 13 – 18
Eritrosit (RBC) 2.93 juta/mm3 4.5 – 6.5
Hematokrit 23.46 % 37.0 – 47.0 Hitung Jenis Leukosit
(HCT) Basophil 1.91 % 0 – 1.7
MCV 80.12 fL 79 – 99 Eosinophil 2.23 % 0.60 – 7.30
MCH 30.21 Pg 27 – 32 Nitrofil segmen 71.35 % 39.3 – 73.7
MCHC 37.71 % 33 – 37 Limfosit 14.49 % 18.0 – 48.3
Leukosit 7.00 ribu/mm3 4.0 – 11.0 Monosit 10.01 % 4.4 – 12.7
Trombosit 234 ribu/mm3 150 – 450 NLR 4.92 Cutoff 0 – 3.13
RDW-CV 18.23 % 11.5 – 14.5 ALC 1013.72 Juta/L 0 – 1500
Golongan Darah O -  
Fungsi Ginjal
Ureum 71 mg/dl < 50
Kreatinin 7.03 mg/dl 0.60 – 1.00
Asam Urat 5.9 mg/dl 3.4 – 7.0
Glukosa darah
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Glukosa Darah 117.0 mg/dl < 180
Sewaktu
EKG

Irama: sinus Gelombang T: tidak ada T inverted


Rate: 78x/menit Hipertrofi: atrium (-), ventrikel (-)
Axis: normoaxis VES (-)
PR interval: normal (0,2 s) Aritmia (-)
Kompleks QRS: normal (0,08 s)
Segmen ST: tidak elevasi ataupun depresi Interpretasi: Sinus rythm.
Interpretasi:
Corakan bronkhovaskuler normal
Sinus costo frenikus lancip
Diafragma licin
Cor: CTR < 0,5
Sistema tulang tak tampak kelainan
Kesan: Pulmo dan besar cor normal
Resume
• Pasien laki-laki (56 tahun) datang dengan
keluhan sesak sejak 1 hari smrs • Status generalis:
• Benjolan di tangan dan kaki pertama kali • Konjungtiva anemis (+) dan pucat.
dialami sekitar 4 tahun yang lalu.
• Paru dan jantung dbn.
• Keluhan lain: perut kembung dan lemas
• Pemeriksaan fisik: • Perkusi abdomen timpani,.
• KU lemah • Nyeri ketok CVA (+).
• Kesadaran komposmentis • Benjolan pada keduan tangan dan kaki dan kedua lutut.
• Tekanan darah 150/100 mmhg
• Kelemahan ekstremitas (+/+).
• Frekuensi nadi 91x/menit, regular
• Frekuensi napas 30 x/menit • Pemeriksaan laboratorium:
• Suhu 36⁰C. • Hemoglobin menurun.
• RPD: DM (-), HT(+), benjolan tangan dan • Ureum (71 mg/dl), kreatinin (7,03 mg/dl), asam urat (5,9
kaki (+) mg/dl)
• RPO: dexameason, peroxicam, allopurinol, • Kadar gula darah sewaktu dalam batas normal.
herbal (+)
• R.kebiasaan: merokok (+) suka makan • Pemeriksaan EKG: sinus rythm.
jengkol, pete, sayur bayam (+) • Pemeriksaan foto thorax PA: Pulmo dan besar cor normal
• RPK: tidak ada yg mengalami keluhan serupa
• Penyakit ginjal kronik
DD • Gagal jantung kongestif
• PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)

DX Penyakit ginjal kronik stadium 5


Penatalaksaanaan
1. Three way.
2. Inj. Omeprazole 40 mg/12j
3. Amlodipine 1 x 10 mg
4. Valsartan 1 x 80 mg
5. Bicnat 3 x 500 mg
6. Kolkisin 3 x 0,5 mg
Content Here
You can7.simplyDomperidone 2 xand
impress your audience 10addmga unique zing and appeal
to your Presentations. Easy to change colors, photos and Text.
8. Metil prednisolone 2 x 4 mg
Content Here
9. Concor 2 x 2,5 mg
You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal
10. Curcuma
to your Presentations. 3 x 20
Easy to change mgphotos and Text.
colors,

Content Here 11. Mecobalamin 2 x 500 mg


You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal
12. Transfusi
to your Presentations. PRC
Easy to change colors,+photos
EPOand Text.
13. Hemodialisis
Follow Up Pasien
Tanggal SOAP Terapi Tanggal SOAP Terapi

Selasa, S/ sesak napas (+), benjolan • Three way Rabu, S/ sesak napas (-), lemas (+), • Three way
13/07/21 kaki dan tangan (+), lemas (+) • Inj. Omeprazole 40 14/07/21 pucat (+) benjolam kaki dan • IV Omeprazole 40
(H:1) pucat (+), HT (+) mg/12j (H:2) tangan (+). mg/12j
  O/ • Amlodipine 1 x 10 mg   O/ • Amlodipine 1 x 10 mg
Kesadaran= Composmentis; • Bicnat 3 x 500 mg Kesadaran= Composmentis; • Bicnat 3 x 500 mg
TD= 180/100 mmHg; • Valsartan 1 x 80 mg TD= 150/90 mmHg; • Valsartan 1 x 80 mg
HR= 93x/menit • Kolkisin 3 x 0,5 mg HR= 95x/i • Kolkisin 3 x 0,5 mg
RR=30x/menit • Domperidone 2 x 10 RR=25x/i • Concor 2 x 2,5
T=36,2 oC mg T= 36,5 oC • Domperidone 2 x 10
HB: 8,85 g/dL • Metil prednisolone 2 x A/ CKD Stage V + gout artritis mg
A/ CKD stage V on HD 4 mg P/ Observasi KU • Metil prednisolone 1 x
reguler + gout artritis • Curcuma 3 x 20 mg 4 mg
P/ Thorax PA, • Mecobalamin 2 x 500
mg
• Curcuma 3 x 20 mg
Follow Up Pasien
Tanggal SOAP Terapi
Kamis, S/ sesak napas (-), Pucat (+), • Lansoprazole 3 x 30 mg
15/07/21 benjolan pada kaki dan • Amlodipine 1 x 10 mg
(H:3) tangan (+), lemas berkurang • Valsartan 1 x 160
  O/ • Curcuma 3 x 20 mg
Kesadaran= Composmentis; • Kolkisin 2 x 0,5 mg
TD= 190/120 mmHg; • Metil prednisolone 1 x 4 mg
HR= 89x/menit • Mecobalamin 2 x 500 mg
RR= 23 x/i
T= 36,2 oC
A/ CKD Stage V + gout artritis
P/ PBJ setelah HD
Tinjauan Pustaka
Penyakit Ginjal Kronis
Definisi Epidemiologi Etiologi dan Faktor resiko

Penyakit ginjal kronis (PGK)


didefinisikan sebagai penurunan
• Penyakit ginjal kronis di
laju penyaringan atau filtrasi ginjal
Indonesia yaitu sebesar
selama 3 bulan atau lebih
713.783 kasus
• Glomerulonefritis
Kriteria penyakit ginjal kronik adalah
• Kasus tertinggi di Jawa Barat • Pielonefritis kronis
:
sebesar 131.846 kasus. • Batu ginjal
• Kerusakan ginjal yang terjadi
• Penyakit polikistik ginjal
lebih dari 3 bulan, berupa
• Kasus di Aceh sebesar 13.389 • Penyakit endokrin (nefropati
kelainan struktural atau
kasus. diabetik)
fungsional, dengan atau tanpa
• Merokok
penurunan laju filtrasi glomerulus
• Kasus penyakit ginjal kronis • Minuman suplemen energi
(LFG) dengan manifestasi
terjadi paling banyak di
• LFG kurang dari 60
kelompok umur 45-54 tahun
ml/menit/1,73 m2 selama 3
dengan angka 119.664 kasus
bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal
Klasifikasi
Derajat Penjelasan LFG (ml/menit/1,73
m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90
normal atau meningkat Kockcroft-Gault
2 Kerusakan ginjal dengan LFG 60-89
normal atau meningkat ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG 30-59
normal atau meningkat sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG 15-29
normal atau meningkat berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialysis
Patofisiologi

• Tergantung pada penyakit awal yang mendasarinya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
proses yang terjadi kurang lebih sama.
• Pengurangan massa ginjal  kompensasi dengan hipertrofi struktur dan fungsi dari nefron
yang sehat hiperfiltrasi, peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus
maladaptasi  sclerosis nefron.
• aktivasi RAAS juga berperan dalam hiperfiltrasi
• Progresifitas PGK disebabkan oleh albuminuria, hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia
• Stadium awal LFG masih normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan, akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum.
• Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik),
tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Manifestasi Klinis

1. Sesuai penyakit yang mendasari: diabetes melitus,


infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,
hipertensi, hiperurikemia, lupus erimatosus
sistemik.
2. Sindrom uremia: lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume
overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
3. Gejala komplikasinya: hipertensi, anemia,
osteodistrofi renal, gagal jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, klorida).
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan elektrolit (sodium, potassium, chloride,


bicarbonate) ureum, kreatinin dan glukosa.
• Urinalisis: albuminuria, proteinuria, hematuria.
• USG ginjal: atrofi ginjal, hidronefrosis, kista.
• Biopsi ginjal: menentukan diagnosis patologis PGK pada sindrom glomerular nefrotik
dan nefritik, infeksi (misalnya, hepatitis), dan pemilihan pengobatan berdasarkan
keparahan.
• Radiologi: FPA, CT-scan, MRI melihat adanya obstruksi (batu) atau lesi pada ginjal.
Tatalaksana

• Terapi spesifik terhadap penyakit • Target tekanan darah pada PGK • Diabetes mellitus. Kontrol gula
dasarnya <130/80 mmHg jika tidak ada risiko darah pada DM tipe 1 dan 2 dengan
hipotensi. HbA1c ≤ 7%
• Pencegahan dan terapi terhadap
kondisi komorbid • Jika terdapat risiko hipotensi, target • Penyakit kardiovaskular (CVD):
tekanan darah lebih tinggi yaitu statin dan antiplatelet
• Memperlambat perburukan fungsi
<140/90 mmHg.
ginjal • Dislipidemia: perubahan life style,
• ACEI dan ARB digunakan sebagai diet rendah lemak, statin/ezetimibe.
• Pencegahan dan terapi terhadap
agen antihipertensi. Bisa ditambah
penyakit kardiovaskular • Anemia: Recombinant Human
dengan tiazid atau dihydropyridine
Erythropoetin, transfusi PRC
• Pencegahan dan terapi terhadap calcium channel blocker (seperti:
komplikasi amlodipine). • Osteodistrofi renal: batasi asupan
• Loop diuretics seperti furosemide fosfat 600-800 mg/hari, pemberian
• Terapi pengganti ginjal berupa
hormon kalsitriol
dialisis atau transplantasi ginjal biasa digunakan untuk mengontrol
volume overload
Non-farmakologi
1. Pembatasan protein: 0.8g/kg/hari untuk pasien dewasa dengan atau tanpa diabetes
2. Pembatasan Glukosa: Kontrol gula darah pada DM tipe 1 dan 2 dengan HbA1c ≤ 7%
3. Tidak merokok.
4. Diet rendah natrium (umumnya <2 g/hari) direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi, proteinuria,
atau kelebihan cairan.
5. Menjaga berat badan dan olahraga: direkomendasikan melakukan olahraga ringan 30-60 menit seperti jalan
santai, jogging, bersepeda atau berenang selama 4-7 hari tiap minggu.
6. Pembatasan cairan dan elektrolit (kalium dan natrium).
Komplikasi: Hiperkalemia

Hipertensi

Perikarditis, tamponade pericardial, Prognosis


efusi pericardial. • Penyakit ginjal stadium akhir adalah penyakit
yang progresif. Terapi transplantasi ginjal
Anemia yang tepat waktu diperlukan untuk mencegah
kematian.
• Dengan dialysis tepat waktu, angka kematian
Penyakit tulang bervariasi dari 20% hingga 50% selama 24
bulan.
• Penyebab kematian yang paling umum adalah
hiperkalemia, diikuti oleh efek samping pada
jantung
Pembahasan
• Laporan Kasus ini membahas mengenai Tn. R (56 tahun) yang di diagnosis
dengan penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

• Pasien diketahui sering membeli obat-obatan di apotik dan obat traditional

• Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gout artritis.

• Perhitungan laju filtrasi glomerulus pada pasien ini menggunakan rumus


Kockcroft-Gault didapatkan hasil 9,95 mL/min/1.73 m2. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Tn. R diklasifikasikan ke dalam penyakit ginjal kronik stadium
5.
Benjolan di tangan Tekanan darah Ureum dan kreatininin Asam urat ↑↑
Sesak napas ↑↑
dan kaki tinggi

Adanya penumpukan Ketidak seimbangan Penurunan LFG akan


Ekskresi menurun Sistesis purin berlebih,
cairan di dalam antara produksi dan merangsang ginjal
karena tidak di filtrasi diet tinggi protein,
jaringan paru atau sekresi akan untuk mengaktifkan
oleh ginjal gangguan ekskresi
dala rongga dada menimbulkan RAAS yg berakibat
asam urat
hipersaturasi asam vasokontriksi
urat sehingga pembuluh darah dan
merangsang timbunan meningkatkan
urat di berbagai tekanan darah
jaringan
Deksametason dpt meningkatkan osmolaritas permeabilitas dari membran brush
Deksametason
ginjal  retensi natrium dan kekrangan ion kalium  perubahan tranport ion aktif
di ginjal  perubahan muatan listrik di permukaan sel epitel tubulus (faktor
predisposisi NTA)

• Golongan NSAID  menekan radang dengan menekan sistesis prostaglandin


Piroxicam
vasokontriksi renal  aliran darah ke ginjal menurun dan potensial
menimbulkan iskemia glomerular
• NSAID juga menginduksi kejadian nefritis interstitial yg selalu diikuti dengan
kerusakan glomerulus dan nefropati

• Salah satu efek allopurinol adalah toksisitasnya pada ginjal terkait dengan
Allopurinol
adanya gangguan metabolisme pirimidin
• Terjadinya interstitial nefritis akut dengan dengan hipersensitivitas dan
granulomatosa nefritis juga dilaporkn pada penggunaan allopurinol
• ARB: antihipertensi dan
Diovan antiproteinuria

• CCB: antihipertensi, ditambahkan


Amlodipine jika ACEI/ARB tidak efektif

• Meningkatkan kadar hemoglobin


Transfusi • Target Hb: 11-12 gr/dl

• Membuang limbah metabolik dan kelebihan


Hemodialisis cairan dari tubuh
• Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah gangguan pada ginjal yang
berlangsung lebih dari 3 bulan ditandai dengan satu atau lebih tanda
kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas sedimen urin,
elektrolit, histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat
transplantasi ginjal, juga disertai penurunan laju filtrasi glomerulus.

• Etiologi PGK beragam seperti hipertensi, nefropati diabetik, tidak


diketahui, obesitas, dll.

• Patofisiologi dan manifestasi klinis dari penyakit ginjal kronik


tergantung pada penyakit yang mendasarinya.

• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala klinis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

• Pasien ini didiagnosis dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dengan


laju filtrasi glomerulus 9,95 mL/min/1.73 m 2.

Kesimpulan
Terapi pada pasien ini berupa antihipertensi (ARB dan CCB), terapi
gout artritis, terapi simtomatik, transfusi darah dan hemodialisis.

• Penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan berbagai macam


komplikasi dan semakin rendah nilai LFG serta tingginya albuminuria,
maka semakin buruk prognosis pasien PGK.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai