Anda di halaman 1dari 49

REFERAT

GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT


Preseptor :
dr. Mawaddah Fitria, Sp. PD
Oleh :
Siti Faizah

BAGIAN/KSM ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MEUTIA

2021
Pendahuluan
Elektrolit merupakan molekul
Homeostasis cairan dan elektrolit,
terionisasi yang terdapat didalam
dipertahankan oleh mekanisme
darah, jaringan, dan sel tubuh.
umpan balik, hormon, dan banyak
Molokul tersebut. konstan dan
sistem organ yang diperlukan
komposisi elektrolit didalamnya
untuk fungsi fisiologis normal
tetap stabil. Beberapa masalah
tubuh.
klinis timbul akibat adanya
. (Dipiro et al, 2015) abnormalitas dalam hal tersebut.
Untuk bertahan, kita harus
menjaga volume dan komposisi
Gangguan Keseimbangan elektrolit : cairan tubuh, baik ekstraseluler
(CES) maupun intraseluler (CIS)
• HIPONATREMIA
• HIPERNATREMIA
• HIPOKALEMIA
• HIPERKALEMIA
• HIPOKALSEMIA
(Petunjuk Praktis Anestesilogi terapi dan
• HIPERKALSEMIA
elektrolit metabolic ed 2. 2007)
• HIPOMAGNESEMIA
• HIPERMAGNESEMIA
• HIPOPHOSPHATEMIA
• HIPERPHOSPHATEMIA
Fisiologi Cairan Tubuh (Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan
Metabolik. Ed 2, 2003)

Total body water (TBW)


Air merupakan kompenen utama dalam tubuh yakni sekitar
60% dari berat badan laki-laki dewasa. TBW dibagi menjadi 2
kompenen utama seperti terlihat pada gambar ini :

CAIRAN EKSTRASELULER (CES)


CAIRAN INTRASELULER (CIS) CAIRAN INTERSTISIAL
Cairan ekstraseluler terbagi menjadi
Merupakan cairan yang
Cairan intraseluler merupakan cairan interstitial dan cairan
disekresikan dalam tubuh terpisah
cairan yang berada di dalam sel intravaskuler. Cairan interstitial
dari plasma oleh lapisan epithel
di seluruh tubuh, namun adalah cairan yang mengelilingi sel
serta perannya tidak terlalu berarti
terdapat perbedaan umum dan termasuk cairan yang
dalam keseimbangan cairan
antara CIS dan cairan terkandung diantara rongga tubuh
tubuh, akan tetapi pada beberapa
interstitial. CIS mempunyai (transeluler) seperti serebrospinal,
keadaan dimana terjadi
kadar Na+, Cl, HCO3 lebih pericardial, pleura, sendi
pengeluaran jumlah cairan
rendah dibanding CES, dan sinovial,intraokular, dan skresi
transeluler secara berlebihan
mengandung lebih banyak ion saluran pencernaan.
makan akan tetap mempengaruhi
K+ dan fosfat serta protein yang Cairan intravascular adalah cairan
keseimbangan cairan elektrolit
merupakan komponen utama yg terkandung dalam pembuluh
tubuh.
intraseluler. darah
Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh
Secara garis besar, komposisi cairan dan elektrolit tubuh yang utama dalam
plasma, interstitial dan intraseluler ditunjukkan pada tabel berikut:

(Petunjuk Praktis Anestesiologi terapi cairan dan


elektrolit metabolic ed 2, 2002)
PREVALENSI

BELANDA
Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh George Liamis et al pada
tahun 2013 yang berfokus pada subjek berusia 55 tahun atau menjadi subjek yang
lebih beresiko untuk kehilangan kemampuan konsentrasi fungsi ginjal ini
menunjukkan bahwa hipokalemia 2 kali lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki (3,5%:1,5%).
Secara keseluruhan dalam penelitian ini dijelaskan bahwa sebanyak 776 subjek
(15%) dari jumlah populasi penelitian (5179 subjek) memiliki sekurang-kurangnya 1
gangguan elektrolit.
Prevalensi Gangguan Keseimbangan Elektrolit berdasarkan Usia
Baseline Characteristics, Comorbidity, Medication, and Electrolyte Disorders of the Study Population
PREVALENSI

TURKI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Unit Gawat Darurat (IGD) Fakultas Kedokteran
Universitas Uludag Turki pada tahun 2013, dari 996 pasien dengan ketidakseimbangan elektrolit,
55% (n=545) adalah laki-laki. Usia rata-rata pasien adalah 59,28 ± 16,79 tahun.
Gejala yang paling umum dari pasien adalah dispnea (14,7%, n=146), demam (13,7%,
n=136), dan perburukan sistemik (11,9%, n=118). Ketidakseimbangan elektrolit yang paling
sering dan paling jarang adalah hiponatremia dan hipermagnesemia.
Temuan yang paling sering pada pemeriksaan fisik adalah kebingungan (14%), edema
(10%) dan rales (9%); dan temuan patologis yang paling sering pada EKG adalah takikardia pada
24%, dan fibrilasi atrium pada 7% pasien.
Penyakit penyerta yang paling sering adalah keganasan (39%). Diagnosis yang paling sering
pada pasien adalah sepsis (11%), pneumonia (9%), dan gagal ginjal akut (7%).
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPONATREMIA
(SERUM SODIUM <130 mEq/L [<130 mmol/L])

TANDA DAN GEJALA DIAGNOSIS


Gejala utamanya bersifat neurologis Terjadi bila konsentrasi
Ringan: mual, malaise, gaya serum sodium < 130 mEq/L
berjalan atau gangguan kognitif (<130 mmol/L)
Sedang: sakit kepala, lesu, gelisah,
disorientasi

Berat: kejang, koma, henti napas,


herniasi batang otak, kematian

Gejala lain tergantung pada etiologi:


membran mukosa kering,takikardia,
hipotensi, penurunan atau
peningkatan produksi urin (Dipiro et al, 2020)
DIAGNOSIS HIPONATREMIA
Kondisi hiponatremia terjadi apabila kadar natrium plasma di bawah 130 mEq/L.
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,
iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka
akan timbul gejala kejang, koma. Antara penyebab terjadinya Hiponatremia
adalah euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis).

Di klinik bila ditemukan kasus hiponatremia dengan gejala yang


berat (kesadaran menurun, kejang) maka hiponatremia
digolongkan dalam kategori akut. Hiponatremia tanpa gejala
berat (lemas, mengantuk) digolongkan dalam kategori kronik.
Hal ini penting untuk diketahui sehubungan dengan tindakan
yang akan dilakukan bila terjadi keadaan hIponatremia.
HIPONATREMIA

(Dipiro et al, 2020)


HIPERNATREMIA
(SERUM SODIUM >155 mEq/L [>155 mmol/L])

TANDA DAN GEJALA

Ringan: lesu, lemah, bingung, gelisah DIAGNOSIS


Sedang: berkedut Terjadi bila konsentrasi
Berat: kejang, koma, kematian; biasanya serum sodium > 155 mEq/L
membutuhkan peningkatan akut dalam (>155 mmol/L)
serum natrium hingga 160 mEq/L (mmol/L)
Natrium serum 180 mEq/L (mmol/L)
dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi
Gejala lain (bergantung pada etiologi
hipernatremia): posturalhipotensi, takikardia,
membran mukosa kering, turgor kulit
berkurang, penurunan atau peningkatan
produksi urin.
Tanda dan gejala sulit dideteksi pada pasien
disfungsi neurologis (Dipiro et al, 2020)
ALGORITMA
HIPERNATREMIA

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPERNATREMIA
• Mulai menggunakan pengobatan dengan NaCl 0,9%, jika keadaan aliran darah dalam
tubuh sudah stabil dan volume intravaskularnya dari air diganti menjadi dextrose
0,5% dan larutan NaCl 0,45%.
• Tingkat penurunan harus sekitar 1 mEq/L (1 mmol/L) per jam untuk hipernatremia
yang berkembang selama beberapa jam dan 0,5 mEq/L (0,5 mmol/L) per jam untuk
hipernatremia yang berkembang lebih lambat.
• Obati Diabetes Insipidus nefrogenik dengan mengurangi volume ECF dengan diuretik
thiazide dan diet pembatasan natrium (2000 mg/hari), yang dapat mengurangi
volume urin sebanyak 50%. Pilihan pengobatan lainnya termasuk obat-obatan
dengan sifat antidiuretik

Dipiro Edisi 10
HIPOKALEMIA
(SERUM KALIUM <3.5 mEq/L [<3.5 mmol/L])

TANDA
1. Kardiovaskular: Pada hipokalemia
berat, perubahan elektrokardiogram 01 02
(EKG) sering kali mencakup depresi
atau pendataran segmen ST, inversi DIAGNOSIS

S W
gelombang T, dan elevasi gelombang
U. Aritmia klinis termasuk, flutter Konsentrasi kalium serum di
atrium, takikardia atrium paroksismal, bawah 3,5 mEq/L (mmol/L).
fibrilasi ventrikel, dan aritmia yang
diinduksi
2. Muskuloskeletal: Kram dan gangguan
kontraksi otot

O T
GEJALA
Gejala tergantung pada derajat hipokalemia
dan kecepatan onsetnya.
Hipokalemia ringan seringkali asimtomatik.
Hipokalemia sedang berhubungan dengan
kram, kelemahan, malaise, dan mialgia. 03 04
(Dipiro et al, 2020)
DIAGNOSIS HIPOKALEMIA
HIPOKALEMIA

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPOKALEMIA
• Pemberian kalium lebih disukai melalui oral karena lebih mudah.
Pemberian 40–60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1–1,5
mEq/L, dan pemberian 135 – 160 mEq dapat meningkatkan kadar kalium
2,5–3,5 mEq/L. Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl
disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10–20 mEq/jam.
• Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot
pernapasan, KCl dapat diberikan dengan kecepatan 40–100 mEq/ jam.
KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 mL NaCl isotonik. Bila
melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl
isotonik 1000 mL karena bila melebihi kadar ini dapat menimbulkan rasa
nyeri dan menyebabkan sklerosis vena.
HIPERKALEMIA
(SERUM KALIUM >5 mEq/L [>5 mmol/L])

02

TANDA GEJALA DIAGNOSIS


Sering tanpa gejala.
Pasien mungkin S W Konsentrasi kalium
serum di atas 5,0 mEq/L
mengeluh jantung (mmol/L).
berdebar-debar atau
detak jantung tidak
teratur.

O T
Tandanya dari perubahan
EKG

03 (Dipiro et al, 2020)


ALGORITMA
HIPERKALEMIA

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPERKALEMIA
PRINSIP PENGOBATAN HIPERKALEMIA:
1. Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel, dengan cara
memberikan kalsium intravena. Dalam beberapa menit kalsium
langsung melindungi membran akibat hiperkalemia ini. Pada keadaan
hiperkalemia yang berat sambil menunggu efek insulin atau bikarbonat
yang diberikan (baru bekerja setelah 30–60 menit), kalsium dapat
diberikan melalui tetesan infus kalsium intravena Sebanyak 10 mL
kalsium glukonat diberikan intravena dalam waktu 2–3 menit dengan
monitor elektrokardiografi (EKG). Bila masih terdapat perubahan EKG
akibat hiperkalemia, pemberian kalsium glukonas dapat diulangi
setelah 5 menit.
TATALAKSANA HIPERKALEMIA
2. Memacu masuknya kembali kalium dari ekstra ke intrasel, dengan cara:
a) Pemberian insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 mL bolus intravena, kemudian
diikuti dengan infus dekstrosa 5% untuk mencegah terjadinya hipoglikemia.
b) Insulin akan memicu pompa NaK–ATPase memasukkan kalium ke dalam sel, dan
glukosa/dekstrosa akan memicu pengeluaran insulin endogen.
c) Pemberian natrium bikarbonat yang akan meningkatkan pH sistemik.
d) Peningkatan pH akan merangsang ion H⁺ keluar dari dalam sel yang kemudian
menyebabkan ion K⁺ masuk ke dalam sel. Pada keadaan tanpa asidosis metabolik,
natrium bikarbonat diberikan 50 mEq intravena selama 10 menit. Bila terdapat
asidosis metabolik maka disesuaikan dengan keadaan asidosis metabolik yang ada.
e) Pemberian β2 –agonis, baik secara inhalasi maupun tetesan intravena. Obat ini akan
merangsang pompa NaK–ATPase dan kalium masuk ke dalam sel. Albuterol
diberikan 10–20 mg.
TATALAKSANA HIPERKALEMIA
3. Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh dapat dilakukan dengan cara:
a) Pemberian diuretic-loop (furosemid) dan tiazid. Sifatnya hanya sementara.
b) Pemberian resin-penukar. Dapat diberikan per oral dan supositoria.
c) Hemodialisis.
HIPOKALSEMIA
(TOTAL SERUM KALSIUM <8.6 mg/dL [< 2.13 mmol/L])

TANDA
1. Neurologis: Hipokalsemia akut tetani ditandai potensi
kejang. Gangguan ekstrapiramidal, terutama
parkinsonisme tetapi juga distonia,hemiballismus,
DIAGNOSIS
koreoatetosis, dan krisis okulogirik terjadi pada 5% sampai
10% pasien dengan hipoparatiroidisme idiopatik. Tanda Konsentrasi kalsium serum ≤ 8,6 mg/Dl
Chvostek dan/atau Trousseau dapat ditemukan selama dianggap hipokalsemia. Jika nilai
pemeriksaan fisik. kalsium terionisasi juga ≤ 4,4 mg/dL
2. Dermatologis: Kulit bisa kering, bengkak, dan kasar, (1,1 mmol/L).
rambut kasar, rapuh
3. Oftalmologi: Katarak
4. Manifestasi gigi: Gigi hipoplasia, gigi karies Ini biasanya GEJALA
berhubungan dengan adanya hipokalsemia kronis pada
Gejala : tetani, parestesia,
perkembangan awal.
5. Kardiovaskular: Hipotensi, penurunan kinerja miokard. ototkram, dan spasme laring.
Aritmia, dan bradikardia lebih sering terjadi pada Hipokalsemia kronis
hipokalsemia akut biasanya berhubungan
6. GI: Steatorrhea dikaitkan dengan hipokalsemia kronis dengan depresi, kecemasan,
7. Muskuloskeletal: Miopati kehilangan memori, dan
8. Endokrin: Mengganggu pelepasan insulin. kebingungan. (Dipiro et al, 2020)
ALGORITMA
HIPOKALSEMIA

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPOKALSEMIA
• Hipokalsemia akut dan tanpa gejala membutuhkan IV pemberian garam kalsium larut.
Awalnya, 100 hingga 300 mg kalsium (contoh, 1 g kalsium klorida, 2–3 g kalsium
glukonat) harus diberikan IV lebih dari 10 hingga 30 menit (≤60 mg kalsium per menit).
• Dosis awal efektif hanya 1 hingga 2 jam dan harus diikuti dengan infus kalsium dengan
dosis (0,5–2 mg/kg/jam) selama 2 hingga 4 jam dan kemudian dengan dosis
pemeliharaan (0,3–0,5 mg/kg/jam).
• Kalsium glukonat lebih disukai daripada kalsium klorida. Setelah hipoksemia akut
diperbaiki, penyebab yang mendasarinya dan masalah elektrolit lainnya harus
diperbaiki. Suplementasi magnesium diindikasikan untuk hipoknemia.
• Suplementasi kalsium oral (misalnya, dosis awal 1–3 g/hari kalsium lainnya, lalu 2–8 g /
hari dalam dosis terbagi) diindikasikan untuk hipokalsemia kronis karena
hipoparathyroidism dan kekurangan vitamin D. Jika serum kalsium tidak normal,
tambahkan persiapan vitamin D. Dipiro Edisi 10
HIPERKALSEMIA
(TOTAL SERUM KALSIUM >10.7 mg/dL)

TANDA
1. Ginjal: Nefrolitiasis; disfungsi
tubulus ginjal, terutama menurun DIAGNOSIS
kemampuan berkonsentrasi; dan
Konsentrasi kalsium serum ≥ 10,2
penyakit ginjal akut dan kronis.
mg/dL (2,55 mmol/L) dianggap
2. Kardiovaskular: Hiperkalsemia juga hiperkalsemia.
secara langsung memperpendek Pasien dengan nilai hingga
miokard potensial aksi, yang 13mg/dL (3,25 mmol/L) umumnya
tercermin dalam interval QT yang dianggap memiliki penyakit ringan
lebih pendek dan coving dan atau sedang hiperkalsemia,
gelombang ST-T. Takiaritmia
sedangkan yang memiliki nilai lebih
ventrikel spontan dan peningkatan
tekanan darah juga telah dilaporkan. GEJALA besar dari ini menunjukkan adanya
Kronis hiperkalsemia dapat Gejala termasuk kelelahan, hiperkalsemia berat.
menyebabkan kalsifikasi jantung. kelemahan, anoreksia, depresi,
kecemasan,disfungsi kognitif, nyeri
3. Muskuloskeletal: Keluhan
perut yang tidak jelas, konstipasi,
reumatologi yang berhubungan
denganhiperparatiroidisme termasuk poliuria, polidipsia, dan nokturia. Jika (Dipiro et al, 2020)
gout, pseudogout, dan hiperkalsemia parah menyebabkan
kondrokalsinosis. pankreatitis akut
ALGORITMA
HIPERKALSEMIA

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPERKALSEMIA
• Pengobatan tergantung pada tingkat hiperkalsemia, ketajaman onset, dan adanya
gejala yang membutuhkan perawatan yang muncul.
• Pengobatan dengan calcitonin dikontraindikasikan pada pasien yang hidrasi Na.
• Saat rehidrasi dengan menggunakan cairan infus isotonis diikuti dengan obat dari
golongan loop diuretik dapat digunakan pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
• Rehidrasi dengan menggunakan cairan infus dan furosemide dapat mengakibatkan
normalisasi total kalsium dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Dipiro Edisi 10
Dipiro Edisi 10
HIPOMAGNESEMIA
(SERUM MAGNESIUM <1.46 mEq/L)

TANDA
1. Neuromuskular: Adanya tanda
Chvostek, tanda Trousseau, tremor, DIAGNOSIS
dan tetani. Konsentrasi magnesium serum
<1,46 mEq/L. Konsentrasi
2. Kardiovaskular: Aritmia jantung
kalium dan kalsium serum juga
(fibrilasi ventrikel, aritmia yang
diinduksi digoksin), kematian jantung bisa rendah.
mendadak, dan hipertensi dapat
terjadi. Kelainan EKG termasuk
kompleks QRS melebar dan
gelombang T memuncak dengan
hipomagnesemia ringan; dan interval
PR yang memanjang, pelebaran
kompleks QRS yang progresif, dan
gelombang T yang mendatar dengan
hipomagnesemia sedang hingga
berat. GEJALA
Gejala neuromuskular seperti tetani,
kedutan, dan kejang umum sering terjadi.
Gejala jantung termasuk jantung berdebar.
TATALAKSANA HIPOMAGNESEMIA
• Suplementasi magnesium oral sesuai bila konsentrasi magnesium
serum lebih besar dari 1 mEq/L (1,2 mg/dL [0,5 mmol/L]).
• Berikan magnesium IV jika konsentrasi serum kurang dari 1
mEq/L atau jika ada tanda dan gejala terlepas dari konsentrasi
serum. Infuskan 4 hingga 6 g magnesium selama 12 hingga 24
jam dan ulangi sesuai kebutuhan untuk mempertahankan
konsentrasi serum di atas 1 mEq/L. Lanjutkan sampai tanda dan
gejala hilang. Kurangi dosis magnesium 25% sampai 50% dengan
insufisiensi ginjal.
HIPERMAGNESEMIA
(SERUM MAGNESIUM >2,68 mEq/L [>1 mmol/L])

GEJALA
Gejala utama termasuk DIAGNOSIS
kelesuan, kebingungan, Gejala jarang terjadi bila
disritmia, dan kelemahan konsentrasi serum
otot. di bawah 4 mEq/L
. (4,9 mg/dL; 2 mmol/L)
HIPERMAGNESEMIA
There are three primary means of treating
hypermagnesemia:

(1) reduce magnesium intake,


(2) enhance elimination of magnesium, and
(3) antagonize the physiologic effects of magnesium.

IV elemental calcium doses of 100 to 200 mg directly


antagonize the neuromuscular and cardiovascular effects
of hypermagnesemia.
TATALAKSANA HIPERMAGNESEMIA

• Kalsium IV (100-200 mg kalsium elemental; misalnya kalsium glukonat 2 g


IV) diindikasikan untuk melawan efek neuromuskular dan kardiovaskular
dari magnesium. Dosis harus diulang sesering setiap jam dalam situasi
yang mengancam jiwa.
• Peningkatan urine secara paksa dengan 0,45% NaCl dan diuretik loop
(misalnya, furosemide, 40 mg IV) dapat meningkatkan eliminasi
magnesium pada pasien dengan fungsi ginjal normal atau CKD stadium 1,
2, atau 3. Pada pasien dialisis, ganti dengan dialisat bebas magnesium.
HIPOFOSFATEMIA
(SERUM FOSFOR <2,5 mg/dL)

TANDA
1. Hypophosphatemia yang DIAGNOSIS
berkepanjangan menyebabkan Konsentrasi serum fosfat < 2,5
rakhitis dan osteomalasia. mg/dL. Indikasi hipofosfatemia.
2. Neurologis: Hypophosphatemia berat
Namun, simptomatik hipofosfatemia
3.
menyebabkan ensefalopati metabolik.
Kardiopulmonal: Gangguan 01 biasanya tidak terlihat sampai fosfat
serum ≤ 1,5 mg/dL.
kontraktilitas miokard, gagal napas
akibat deplesi ATP, gagal jantung
kongestif
4. Muskuloskeletal: miopati proksimal,
disfagia, dan ileus telah dilaporkan.
5. Hematologi: Perubahan pada sistem
hematopoietik dapat terjadi, 02
mengakibatkan hemolisis, penurunan
kemampuan kemotaktik fagositosis GEJALA
dan granulosit, trombositopenia.
Gejalanya didominasi neurologis dan
dapat mencakup iritabilitas, ketakutan,
kelemahan, mati rasa, parestesia, dan
kebingungan. Hipofosfatemia yang parah
menyebabkan kejang atau koma.
HIPOFOSFATEMIA
Hasil yang Diinginkan (Desired Outcome)
Tujuan terapi adalah
• Normalisasi konsentrasi fosfat serum dan pengelolaan kondisi yang
mendasarinya.
• Kesadaran akan situasi klinis di mana hipofosfatemia diantisipasi
(alkoholisme, ketoasidosis diabetik, dan nutrisi parenteral) sangat
penting dalam mencegah hipofosfatemia iatrogenik.
• Penambahan rutin fosfat (12 hingga 15 mmol/L) ke larutan
hiperalimentasi IV sangat penting untuk pencegahan hipofosfatemia
berat pada pasien rawat inap.
PENGOBATAN HIPOFOSFATEMIA

• Pasien asimptomatik atau mereka yang menunjukkan


Hypophosphatemia ringan hingga sedang dapat diobati dengan
suplementasi fosfor oral dalam dosis 1,5 hingga 2 g (50-60 mmol) setiap
hari dalam dosis terbagi, dengan tujuan mengoreksi konsentrasi fosfor
serum di 7 hingga 10 hari

Dipiro Edisi 10
HIPERFOSFATEMIA
(SERUM PHOSPHORUS >4.5 mg/dL [>1.45 mmol/L])

TANDA
Peningkatan produk kalsium-
fosfat menyebabkan
presipitasi pada sendi arteri,
jaringan lunak, dan visera. DIAGNOSIS
Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan, disebut
01 Konsentrasi serum fosfat ≥ 4,5 mg/dL (1,45
mmol/L) menunjukkan hiperfosfatemia.
calciphylaxis atau calsemic
uremic arteriopathy.

GEJALA 02
Gejala akut meliputi gangguan GI, lesu,
obstruksi saluran kemih, dan kejang.
Gejala hiperfosfatemia kronis termasuk
mata merah dan pruritus
ALGORITMA TATALAKSANA HIPERFOSFATEMIA
Hasil yang Diinginkan (Desired Outcome )
Penatalaksanaan pasien dengan peningkatan serum fosfat akut harus diarahkan
untuk menghindari gejala GI dan neurologis dan mencegah pengendapan di saluran
kemih untuk menghindari perkembangan gagal ginjal akut.
• Pengobatan hiperfosfatemia difokuskan pada mengembalikan konsentrasi serum
fosfat ke kisaran normal atau mendekati normal (bagi mereka dengan CKD),
dengan harapan bahwa seseorang dapat meminimalkan konsekuensi
kardiovaskular jangka panjang dari deposisi kristal kalsium-fosfat di pembuluh
darah.
• Kristal kalsium-fosfat kemungkinan besar akan terbentuk in vivo ketika produk
kalsium serum dan konsentrasi fosfat melebihi 50 hingga 60 mg/dl (4 hingga 4,8
mmol/L). Konsentrasi serum fosfat lebih besar dari 6,5 mg/dL (2,10 mmol/L)
secara independen terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada
pasien yang menjalani hemodialisis pemeliharaan.
• Pedoman praktik klinis Kidney Disease Improve Global Outcomes (KDIGO)
menyarankan bahwa untuk pasien dengan CKD stadium 3 sampai 5, fosfor
serum harus dipertahankan dalam kisaran normal.

(Dipiro et al, 2020)


TATALAKSANA HIPERFOSFATEMIA
• Cara paling efektif untuk mengobati hiperfosfatemia adalah dengan
mengurangi penyerapan fosfat dari saluran GI dengan pengikat fosfat.

Dipiro Edisi 10
Electrolyte Disorders and Mortality Risk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai