2021
Pendahuluan
Elektrolit merupakan molekul
Homeostasis cairan dan elektrolit,
terionisasi yang terdapat didalam
dipertahankan oleh mekanisme
darah, jaringan, dan sel tubuh.
umpan balik, hormon, dan banyak
Molokul tersebut. konstan dan
sistem organ yang diperlukan
komposisi elektrolit didalamnya
untuk fungsi fisiologis normal
tetap stabil. Beberapa masalah
tubuh.
klinis timbul akibat adanya
. (Dipiro et al, 2015) abnormalitas dalam hal tersebut.
Untuk bertahan, kita harus
menjaga volume dan komposisi
Gangguan Keseimbangan elektrolit : cairan tubuh, baik ekstraseluler
(CES) maupun intraseluler (CIS)
• HIPONATREMIA
• HIPERNATREMIA
• HIPOKALEMIA
• HIPERKALEMIA
• HIPOKALSEMIA
(Petunjuk Praktis Anestesilogi terapi dan
• HIPERKALSEMIA
elektrolit metabolic ed 2. 2007)
• HIPOMAGNESEMIA
• HIPERMAGNESEMIA
• HIPOPHOSPHATEMIA
• HIPERPHOSPHATEMIA
Fisiologi Cairan Tubuh (Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan
Metabolik. Ed 2, 2003)
BELANDA
Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh George Liamis et al pada
tahun 2013 yang berfokus pada subjek berusia 55 tahun atau menjadi subjek yang
lebih beresiko untuk kehilangan kemampuan konsentrasi fungsi ginjal ini
menunjukkan bahwa hipokalemia 2 kali lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki (3,5%:1,5%).
Secara keseluruhan dalam penelitian ini dijelaskan bahwa sebanyak 776 subjek
(15%) dari jumlah populasi penelitian (5179 subjek) memiliki sekurang-kurangnya 1
gangguan elektrolit.
Prevalensi Gangguan Keseimbangan Elektrolit berdasarkan Usia
Baseline Characteristics, Comorbidity, Medication, and Electrolyte Disorders of the Study Population
PREVALENSI
TURKI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Unit Gawat Darurat (IGD) Fakultas Kedokteran
Universitas Uludag Turki pada tahun 2013, dari 996 pasien dengan ketidakseimbangan elektrolit,
55% (n=545) adalah laki-laki. Usia rata-rata pasien adalah 59,28 ± 16,79 tahun.
Gejala yang paling umum dari pasien adalah dispnea (14,7%, n=146), demam (13,7%,
n=136), dan perburukan sistemik (11,9%, n=118). Ketidakseimbangan elektrolit yang paling
sering dan paling jarang adalah hiponatremia dan hipermagnesemia.
Temuan yang paling sering pada pemeriksaan fisik adalah kebingungan (14%), edema
(10%) dan rales (9%); dan temuan patologis yang paling sering pada EKG adalah takikardia pada
24%, dan fibrilasi atrium pada 7% pasien.
Penyakit penyerta yang paling sering adalah keganasan (39%). Diagnosis yang paling sering
pada pasien adalah sepsis (11%), pneumonia (9%), dan gagal ginjal akut (7%).
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPONATREMIA
(SERUM SODIUM <130 mEq/L [<130 mmol/L])
Dipiro Edisi 10
HIPOKALEMIA
(SERUM KALIUM <3.5 mEq/L [<3.5 mmol/L])
TANDA
1. Kardiovaskular: Pada hipokalemia
berat, perubahan elektrokardiogram 01 02
(EKG) sering kali mencakup depresi
atau pendataran segmen ST, inversi DIAGNOSIS
S W
gelombang T, dan elevasi gelombang
U. Aritmia klinis termasuk, flutter Konsentrasi kalium serum di
atrium, takikardia atrium paroksismal, bawah 3,5 mEq/L (mmol/L).
fibrilasi ventrikel, dan aritmia yang
diinduksi
2. Muskuloskeletal: Kram dan gangguan
kontraksi otot
O T
GEJALA
Gejala tergantung pada derajat hipokalemia
dan kecepatan onsetnya.
Hipokalemia ringan seringkali asimtomatik.
Hipokalemia sedang berhubungan dengan
kram, kelemahan, malaise, dan mialgia. 03 04
(Dipiro et al, 2020)
DIAGNOSIS HIPOKALEMIA
HIPOKALEMIA
02
O T
Tandanya dari perubahan
EKG
TANDA
1. Neurologis: Hipokalsemia akut tetani ditandai potensi
kejang. Gangguan ekstrapiramidal, terutama
parkinsonisme tetapi juga distonia,hemiballismus,
DIAGNOSIS
koreoatetosis, dan krisis okulogirik terjadi pada 5% sampai
10% pasien dengan hipoparatiroidisme idiopatik. Tanda Konsentrasi kalsium serum ≤ 8,6 mg/Dl
Chvostek dan/atau Trousseau dapat ditemukan selama dianggap hipokalsemia. Jika nilai
pemeriksaan fisik. kalsium terionisasi juga ≤ 4,4 mg/dL
2. Dermatologis: Kulit bisa kering, bengkak, dan kasar, (1,1 mmol/L).
rambut kasar, rapuh
3. Oftalmologi: Katarak
4. Manifestasi gigi: Gigi hipoplasia, gigi karies Ini biasanya GEJALA
berhubungan dengan adanya hipokalsemia kronis pada
Gejala : tetani, parestesia,
perkembangan awal.
5. Kardiovaskular: Hipotensi, penurunan kinerja miokard. ototkram, dan spasme laring.
Aritmia, dan bradikardia lebih sering terjadi pada Hipokalsemia kronis
hipokalsemia akut biasanya berhubungan
6. GI: Steatorrhea dikaitkan dengan hipokalsemia kronis dengan depresi, kecemasan,
7. Muskuloskeletal: Miopati kehilangan memori, dan
8. Endokrin: Mengganggu pelepasan insulin. kebingungan. (Dipiro et al, 2020)
ALGORITMA
HIPOKALSEMIA
TANDA
1. Ginjal: Nefrolitiasis; disfungsi
tubulus ginjal, terutama menurun DIAGNOSIS
kemampuan berkonsentrasi; dan
Konsentrasi kalsium serum ≥ 10,2
penyakit ginjal akut dan kronis.
mg/dL (2,55 mmol/L) dianggap
2. Kardiovaskular: Hiperkalsemia juga hiperkalsemia.
secara langsung memperpendek Pasien dengan nilai hingga
miokard potensial aksi, yang 13mg/dL (3,25 mmol/L) umumnya
tercermin dalam interval QT yang dianggap memiliki penyakit ringan
lebih pendek dan coving dan atau sedang hiperkalsemia,
gelombang ST-T. Takiaritmia
sedangkan yang memiliki nilai lebih
ventrikel spontan dan peningkatan
tekanan darah juga telah dilaporkan. GEJALA besar dari ini menunjukkan adanya
Kronis hiperkalsemia dapat Gejala termasuk kelelahan, hiperkalsemia berat.
menyebabkan kalsifikasi jantung. kelemahan, anoreksia, depresi,
kecemasan,disfungsi kognitif, nyeri
3. Muskuloskeletal: Keluhan
perut yang tidak jelas, konstipasi,
reumatologi yang berhubungan
denganhiperparatiroidisme termasuk poliuria, polidipsia, dan nokturia. Jika (Dipiro et al, 2020)
gout, pseudogout, dan hiperkalsemia parah menyebabkan
kondrokalsinosis. pankreatitis akut
ALGORITMA
HIPERKALSEMIA
Dipiro Edisi 10
Dipiro Edisi 10
HIPOMAGNESEMIA
(SERUM MAGNESIUM <1.46 mEq/L)
TANDA
1. Neuromuskular: Adanya tanda
Chvostek, tanda Trousseau, tremor, DIAGNOSIS
dan tetani. Konsentrasi magnesium serum
<1,46 mEq/L. Konsentrasi
2. Kardiovaskular: Aritmia jantung
kalium dan kalsium serum juga
(fibrilasi ventrikel, aritmia yang
diinduksi digoksin), kematian jantung bisa rendah.
mendadak, dan hipertensi dapat
terjadi. Kelainan EKG termasuk
kompleks QRS melebar dan
gelombang T memuncak dengan
hipomagnesemia ringan; dan interval
PR yang memanjang, pelebaran
kompleks QRS yang progresif, dan
gelombang T yang mendatar dengan
hipomagnesemia sedang hingga
berat. GEJALA
Gejala neuromuskular seperti tetani,
kedutan, dan kejang umum sering terjadi.
Gejala jantung termasuk jantung berdebar.
TATALAKSANA HIPOMAGNESEMIA
• Suplementasi magnesium oral sesuai bila konsentrasi magnesium
serum lebih besar dari 1 mEq/L (1,2 mg/dL [0,5 mmol/L]).
• Berikan magnesium IV jika konsentrasi serum kurang dari 1
mEq/L atau jika ada tanda dan gejala terlepas dari konsentrasi
serum. Infuskan 4 hingga 6 g magnesium selama 12 hingga 24
jam dan ulangi sesuai kebutuhan untuk mempertahankan
konsentrasi serum di atas 1 mEq/L. Lanjutkan sampai tanda dan
gejala hilang. Kurangi dosis magnesium 25% sampai 50% dengan
insufisiensi ginjal.
HIPERMAGNESEMIA
(SERUM MAGNESIUM >2,68 mEq/L [>1 mmol/L])
GEJALA
Gejala utama termasuk DIAGNOSIS
kelesuan, kebingungan, Gejala jarang terjadi bila
disritmia, dan kelemahan konsentrasi serum
otot. di bawah 4 mEq/L
. (4,9 mg/dL; 2 mmol/L)
HIPERMAGNESEMIA
There are three primary means of treating
hypermagnesemia:
TANDA
1. Hypophosphatemia yang DIAGNOSIS
berkepanjangan menyebabkan Konsentrasi serum fosfat < 2,5
rakhitis dan osteomalasia. mg/dL. Indikasi hipofosfatemia.
2. Neurologis: Hypophosphatemia berat
Namun, simptomatik hipofosfatemia
3.
menyebabkan ensefalopati metabolik.
Kardiopulmonal: Gangguan 01 biasanya tidak terlihat sampai fosfat
serum ≤ 1,5 mg/dL.
kontraktilitas miokard, gagal napas
akibat deplesi ATP, gagal jantung
kongestif
4. Muskuloskeletal: miopati proksimal,
disfagia, dan ileus telah dilaporkan.
5. Hematologi: Perubahan pada sistem
hematopoietik dapat terjadi, 02
mengakibatkan hemolisis, penurunan
kemampuan kemotaktik fagositosis GEJALA
dan granulosit, trombositopenia.
Gejalanya didominasi neurologis dan
dapat mencakup iritabilitas, ketakutan,
kelemahan, mati rasa, parestesia, dan
kebingungan. Hipofosfatemia yang parah
menyebabkan kejang atau koma.
HIPOFOSFATEMIA
Hasil yang Diinginkan (Desired Outcome)
Tujuan terapi adalah
• Normalisasi konsentrasi fosfat serum dan pengelolaan kondisi yang
mendasarinya.
• Kesadaran akan situasi klinis di mana hipofosfatemia diantisipasi
(alkoholisme, ketoasidosis diabetik, dan nutrisi parenteral) sangat
penting dalam mencegah hipofosfatemia iatrogenik.
• Penambahan rutin fosfat (12 hingga 15 mmol/L) ke larutan
hiperalimentasi IV sangat penting untuk pencegahan hipofosfatemia
berat pada pasien rawat inap.
PENGOBATAN HIPOFOSFATEMIA
Dipiro Edisi 10
HIPERFOSFATEMIA
(SERUM PHOSPHORUS >4.5 mg/dL [>1.45 mmol/L])
TANDA
Peningkatan produk kalsium-
fosfat menyebabkan
presipitasi pada sendi arteri,
jaringan lunak, dan visera. DIAGNOSIS
Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan, disebut
01 Konsentrasi serum fosfat ≥ 4,5 mg/dL (1,45
mmol/L) menunjukkan hiperfosfatemia.
calciphylaxis atau calsemic
uremic arteriopathy.
GEJALA 02
Gejala akut meliputi gangguan GI, lesu,
obstruksi saluran kemih, dan kejang.
Gejala hiperfosfatemia kronis termasuk
mata merah dan pruritus
ALGORITMA TATALAKSANA HIPERFOSFATEMIA
Hasil yang Diinginkan (Desired Outcome )
Penatalaksanaan pasien dengan peningkatan serum fosfat akut harus diarahkan
untuk menghindari gejala GI dan neurologis dan mencegah pengendapan di saluran
kemih untuk menghindari perkembangan gagal ginjal akut.
• Pengobatan hiperfosfatemia difokuskan pada mengembalikan konsentrasi serum
fosfat ke kisaran normal atau mendekati normal (bagi mereka dengan CKD),
dengan harapan bahwa seseorang dapat meminimalkan konsekuensi
kardiovaskular jangka panjang dari deposisi kristal kalsium-fosfat di pembuluh
darah.
• Kristal kalsium-fosfat kemungkinan besar akan terbentuk in vivo ketika produk
kalsium serum dan konsentrasi fosfat melebihi 50 hingga 60 mg/dl (4 hingga 4,8
mmol/L). Konsentrasi serum fosfat lebih besar dari 6,5 mg/dL (2,10 mmol/L)
secara independen terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada
pasien yang menjalani hemodialisis pemeliharaan.
• Pedoman praktik klinis Kidney Disease Improve Global Outcomes (KDIGO)
menyarankan bahwa untuk pasien dengan CKD stadium 3 sampai 5, fosfor
serum harus dipertahankan dalam kisaran normal.
Dipiro Edisi 10
Electrolyte Disorders and Mortality Risk
TERIMA KASIH