Oleh :
Preseptor :
dr. Sri Meutia, Sp. PD
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis hanturkan kepada
Allah SWT yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Stage II dengan Trombositopenia
Berat”. Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam di
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan laporan kasus ini, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Sri Meutia, Sp. PD selaku preseptor selama mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior pada bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan
motivasi bagi penulis sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan.
2. Teman-teman sejawat pada kepanitraan klinik Ilmu Penyakit Dalam yang
telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Morfologi Nyamuk Aedes ................................................................................... 15
Gambar 3. 2 Imunopatogenesis Demam Dengue ..................................................................... 17
Gambar 3. 3 Petekie.................................................................................................................. 19
Gambar 3. 4 penatalaksanaan DHF dengan peningkatan Hematokrit >20% ........................... 23
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Dengue hemorrhagic fever (DHF) atau yang lebih dikenal dengan demam
berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi virus
dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penularan DHF terjadi melalui perantara gigitan kedua nyamuk tersebut yang
berperan sebagai vektor tetapi tidak dapat terjadi antar manusia 1. Manifestasi
klinis yang ditemukan pada DHF berupa nyeri kepala, nyeri otot/sendi disertai
leukopenia, ruam limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik 2.
Demam berdarah dengue mayoritas ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Data menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia pada
tahun 2010 ditemukan kasus DHF telah tersebar di 33 provinsi, 440 Kab./Kota
3,4
dan terus meningkat setiap tahunnya . Saat ini Kasus DHF tersebar di 472
kabupaten/kota di 34 Provinsi. Kematian Akibat DHF terjadi di 219
kabupaten/kota, terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DHF tertinggi yaitu
Buleleng 3.313 kasus, Badung 2.547 kasus, Kota Bandung 2.363 kasus, Sikka
1.786 kasus, Gianyar 1.717 kasus dan 53,11% kasus terjadi pada laki laki, sisanya
46,89 % terjadi pada perempuan. Tercatat bahwa usia anak-anak yaitu range 5 –
14 tahun merupakan usia tertinggi terkena DHF yaitu sebesar 34,13 % daripada
usia lainnya 5.
Faktor risiko terjadinya DHF diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
biakan virus dengue seperti faktor umur dan tingkat pendidikan host akan
mempengaruhi cara pandang dan perilaku host terhadap kejadian DHF. Faktor
lingkungan dan geografis berpengaruh pada perkembang biakan vektor seperti
curah hujan, suhu sanitasi dan kepadatan hunian. Karakteristik nyamuk Aedes
akan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat pada genangan air bersih,
sehingga musim penghujan umumnya menjadi puncak angka kejadian DHF 1.
Selain itu terdapatnya penderita positif di lingkungan atau keluarga dan paparan
1
2
terhadap nyamuk merupakan salah satu faktor risiko yang juga berkaitan dengan
kejadian DHF 2.
Saat ini penangangan DHF adalah kewaspadaan dini, pemberian cairan per oral
hingga infus, obat-obatan untuk mengurangi keluhan dan pemantauan ketat untuk
mencegah terjadinya risiko komplikasi seperti dehidrasi dan kejang demam.
Beberapa pasien dengan DHF dapat berkembang menjadi Dengue Shock
Syndrome (DSS) yang berpotensi memiliki komplikasi fatal seperti adanya
kebocoran plasma, akumulasi cairan, perdarahan hebat hingga terjadinya
gangguan organ 1,6.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 Tahun
Alamat : Krueng Geukuh, Aceh Utara
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor RM : 17.22.35
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 27 Oktober 2021
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Pasien
• Keluhan utama : Demam
• Keluhan tambahan : Nyeri sendi, nyeri perut, nyeri otot, nyeri kepala,
gusi berdarah dan bintik kemerahan di tangan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien merupakan rujukan dari RS PIM datang ke IGD RS Cut Meutia
dengan keluhan demam. Pasien merasakan demam sejak 2 hari SMRS, demam
diikuti dengan rasa menggigil, timbul secara mendadak dan semakin meningkat
(continue) tanpa mengenal waktu. Selain itu pasien mengeluhkan demam diikuti
dengan nyeri kepala seperti tertimpa yang tidak diperingan dengan aktivitas,
adanya nyeri retroorbital dan gusi berdarah tanpa diketahui penyebabnya. Nyeri
perut tidak terlokalisir seperti ditusuk-tusuk antara regio umbilical dan
epigastrium. Mual muntah, hematemesis, melena dan hematokezia disangkal.
Pada saat demam pula pasien merasakan pusing, nyeri otot diikuti nyeri sendi
pada extremitas bawah, ditemukan pula adanya petekie pada antebrachii
extremitas atas. Kebiasaan sehari-hari pasien mengkonsumsi makanan maupun
jajanan luar/pinggir jalan. Pasien merupakan mahasiswa rantau yang tinggal di
3
4
rumah kos dan baru tiba dari tempat asalnya yaitu Sumatera Barat sekitar dua
bulan yang lalu melalui jalur darat dengan lama perjalanan selama dua hari dua
malam. Sebelumnya tidak ada keluarga yang mendapatkan gejala seperti ini,
berada di lingkungan tempat tinggal yang bersih, tidak ada genangan air maupun
sanitasi yang buruk. Riwayat teman kos pasien yang mengalami hal yang sama
disangkal, area kosan rumah dengan sanitasi dan ventilasi yang baik tetapi
terdapat genangan air dibelakang bangunan tersebut, kemudian jarak antar rumah
berkisar 2-3 m. Riwayat tetangga yang mengalami gejala yang sama tidak
diketahui oleh pasien. Riwayat penggunaan obat sebelumnya disangkal.
3. Riwayat Penyakit terdahulu (RPD) :
- Os tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat DM (-)
2.3 Pemeriksaan Fisik (Vital Sign) - tanggal 30 Oktober 2021
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit, regular, isi dan tekanan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit, reguler
Suhu : 38,1 °C
SpO2 : 98%
Status Gizi : BBS: 49 kg, TB: 165 cm
IMT Sekarang : 17,99 kg/m2 (Berat badan kurang)
Status General
• Status Generalis
Kepala:
• Bentuk : bulat lonjong, Ukuran: Normocephali, Kelainan yang ada:
(-), rambut berwarna hitam dan beruban serta tidak mudah dicabut
• Mata : konjungtiva anemis (+/+), konjungtiva hiperemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-) mata cekung (-/-), sensitifitas
terhadap cahaya (-/-), pupil isokor
• Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-), tonsil (T1-T1)
4
5
• Perkusi :
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Sonor Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor Sonor
Lap. Paru Bawah Sonor Sonor
• Auskultasi :
Suara Dasar Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Vesikuler Vesikuler
6
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V.
Perkusi :
batas kanan jantung : ICS II linea parasternalis dextra.
batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Perubahan warna kulit (-), massa (-)
Palpasi : Soepel, hepar tidak teraba, defans muscular(-), nyeri
seluruh abdomen (-), Splenomegali schuffner I,
Perkusi : Tympany (+), pekak hati (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
• Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Sendi : dalam batas normal, hiperemis (-)
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Clubbing finger: -/-
- Petekie (+/-)
7
Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Sendi : dalam batas normal, hiperemis (-)
- Edema : -/-
- Gangren : -/-
- Sianosis : -/-
- Petekie : -/-
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15.55 g/dL 13.57 g/dL 13.0 -18.00 g/dl
Eritrosit 5.24 juta/uL 4.60 juta/uL 4.5 - 6.5 ribu/Ul
Leukosit 4.85 ribu/uL 16.41 ribu/uL 4.0 - 11.0 ribu/uL
Hematokrit 43,44 % 36.48 % 37.0 - 47.0 %
Trombosit 7 ribu/uL 84 ribu/uL 150 – 450 ribu/uL
Indeks Eritrosit
MCV 82.86 fl 79.25 fl 79 - 99 fl
MCH 29.65 pg 29.48 pg 27.0 - 31.2 pg
MCHC 35.78 g/dl 37.21 g/dl 33.0 - 37.0 g/dl
RDW-CV 9.81 % 9.58 % 11.5 - 14.5 %
Hitung Jenis
Leukosit
Basophil 1.15 % - 0 - 1.7 %
Eosinophil 0.63 % - 0.60 - 7.30 %
Neutrofil segmen 71.00 % - 39.3 - 73.7 %
Limfosit 9.74 % - 18.0 - 48.3 %
Monosit 17.48 % - 4.40 - 12.7 %
Goldar B -
Kimia Darah
189 mg/dl - <200 mg/dl
Glukosa stik
Fungsi Ginjal -
Ureum - 23 mg/dl
Kreatinin - 1.11 mg/dl
Asam Urat - 1.6 mg/dl
8
2.5 Resume
Oktober pukul 15.00 WIB dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 2 hari
yang lalu,disertai dengan nyeri perut, nyeri kepala, nyeri preorbital dan gusi
sedang, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, regular, isi dan
tekanan cukup, frekuensi napas 20x/menit, regular, suhu 38,1ºC dengan status gizi
2. Demam Typhoid
3. Malaria
5. Campak
6. Chikungunya
9. Psidii 500 mg 3 x 1
11. Vit.C 1 x 1
2.9 Prognosis
− Quo ad vitam : bonam
− Quo ad fungsionam : bonam
− Quo ad sanationam : bonam
10
• TF 1,2,3,4 (+),terapi
teruskan, ketorolac aff.
• Besok darah rutin
ulang, tubex, RFT,
14
15
peningkatan replikasi virus dan dan sekresi sitokin oleh makrofag. Selain itu
aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan
2,6,12
C5a yang akan menyebabkan terjadinya kebocoran plasma . Tanda adanya
kebocoran plasma dapat dijumpai adanya pendarahan spontan seperti pada laporan
kasus ini pasien dijumpai adanya petekie pada extremitas atas antebrachii lalu
menghilang setelah empat hari perawatan. Namun dalam beberapa kasus
pendarahan spontan yang berlebihan dapat memicu terjadinya shock yang akan
memperburuk keadaan pasien.
Imunitas humoral yang dimediasi oleh sel B memproduksi sebuah
antibodi, terdapat dua macam antibodi sel endotel yaitu IgM dan IgG. Kompleks
imun yang menempel pada permukaan platelet akan meningkatkan penghancuran
platelet melalui sistem retikuloendotelial pada hati dan limpa. Sehingga pada
orang yang terkena DHF akan dijumpai hepatomegali atau spleenomegali, pada
laporan kasus ini pasien dijumpai adanya spleenomegali schuffner 1 sejak awal
masuk ke RS. IgM adalah antibodi pertama yang terbentuk setelah stimulasi
antigen, dan IgG setelah respon awal terhadap antigen atau berkaitan erat dengan
memori imunologi. Hal ini menyebabkan IgM lebih tinggi pada paparan pertama
sementara IgG pada paparan kedua 13.
Manifestasi Klinis
1) Demam Dengue (DD)
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta:
a. Nyeri kepala
b. Nyeri belakang bola mata
c. Nyeri otot & tulang
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan
f. Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)
g. Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ )
h. Peningkatan hematokrit 5 – 10 %
Gambar 3. 3 Petekie
c. Hepatomegali
• Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)
sampai 2-4 cm di bawah lengkungan iga kanan dan dibawah procesus
Xifoideus
Diagnosis
1. Anamnesis
a. Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi,
selama 2-7 hari
b. Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
c. Terkadang dijumpai adanya nyeri kepala, nyeri abdomen,
preorbital
d. Riwayat keluarga yang positif
e. Adanya lingkungan yang mendukung untuk hidupnya vektor
nyamuk
2. Pemeriksaan Fisik
a. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet
positif.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita infeksi
dengue antara lain:
1) Hematologi
a. Leukosit
− Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi
sel neutrofil.
− Peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru
(LPB) > 4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari
b. Trombosit
Pemeriksaan trombosit antara lain dapat dilakukan dengan cara:
− Jumlah trombosit ≤100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari
ke 3-7 sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang setiap 4-6 jam
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau
21
2) Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita
terinfeksi virus Dengue.
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold standard).
Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) yaitu spesimen yang
diambil pada fase akut dan fase konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak
dapat memberikan hasil yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG) Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi
primer atau sekunder dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM
terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut
dilakukan hanya menggunakan satu sampel darah (serum) saja.
22
2. USG
− Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya efusi pleura, asites
atau hipoproteinemia/ hipoalbuminemia oleh karena kebocoran
plasma.
Tatalaksana
Pengobatan infeksi dengue bersifat simtomatis dan suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Peningkatan hematokrit ≥20% mencerminkan perembesan plasma dan
merupakan indikasi untuk pemberian cairan.
Jenis cairan yang diberikan berupa :
23
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari DHF adalah Dengue shock syndrome,
kemudian dapat juga terjadinya ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD
dengan syok ataupun tanpa syok. Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan
dapat terjadi gagal ginjal akut, edema paru akibat overloading cairan.
Prognosis
Bergantung pada beberapa faktor :
− Lama dan beratnya renjatan
− Adekuat atau tidak penanganan segera
Pencegahan
Pemberantasan vektor bisa dilakukan dengan cara 3M, yaitu menguras,
menutup dan mengubur potensi berkembangnya sarang nyamuk Aedes, serta rajin
menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
BAB 4
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
1. PAPDI. Demam Berdarah Dengue (DBD). 1 (2019).
8. Center For Disease Control and Prevention. Life Cycle of Aedes aegypti and
Ae. albopictus Mosquitoes. (202AD).
10. Nisaa, A. Korelasi Antara Faktor Curah Hujan Dengan Kejadian Dbd Tahun
2010-2014 Di Kabupaten Karanganyar. Ikesma vol. 14 25 (2018).
26
27