Anda di halaman 1dari 4

Characteristics of mastoid carcinoma patients in Otorhinolaryngology-HNS Department Zainoel

Abidin General Hospital Banda Aceh

Karakteristik Pasien Karsinoma Mastoid di Bagian Otorhinolaryngology-HNS RSU Zainoel Abidin


Banda Aceh

ABSTRAK Latar belakang: Karsinoma mastoid merupakan kasus yang jarang namun serta bersifat
agresif dan memiliki prognosis buruk. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien karsinoma mastoid
di Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Metode: Penelitian deskriptif dengan menggunakan data rekam medik RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode Januari 2012 sampai Juli 2019 dan data hasil pemeriksaan
histopatologi sebagai konfirmasi. Hasil: Didapatkan 9 kasus terdiri dari 4 pria dan 5 wanita dengan
perbandingan 1:1,2. Sebaran usia pasien dari 12 sampai 72 tahun dengan insiden puncak usia 41-60
tahun. Gejala klinis yang didapatkan adalah otalgia (100%), sekret telinga (100%), paresis fasialis
(100%), penurunan pendengaran (100%), massa di liang telinga (100%) dan massa retroaurikular
(44,4%). Tipe histopatologi seluruh kasus adalah Squamous Cell Carcinoma (100%). Stadium IV
sebesar 55,6% dan stadium III sebesar 44,4% ditentukan berdasarkan CT Scan. Dilakukan
kemoterapi pada 89% pasien dan radioterapi pada 11% pasien. Kesimpulan: Karsinoma mastoid
merupakan kasus yang jarang. Pada penelitian kami didapati 4 pasien laki-laki dan 5 pasien
perempuan penderita karsinoma mastoid dengan usia terbanyak pada 41-60 tahun. Histopatologi
seluruh pasien merupakan karsinoma sel skuamosa stadium III dan stadium IV. Kemoterapi
diberikan kepada 9 pasien, dan 1 pasien mendapat radioterapi. Kata kunci: karsinoma mastoid,
karakteristik, gejala klinis, histopatologi, terapi

PENDAHULUAN

Karsinoma mastoid merupakan kasus yang jarang dan agresif dengan prognosis yang buruk. Politzer
pada tahun 1883 pertama kali menggambarkan karsinoma mastoid. Diagnosis sering tertunda
karena gejala awal mirip dengan infeksi telinga luar dan medial yang umum. Keterlambatan ini dapat
mempengaruhi hasil terapi yang diberikan.1 Insiden karsinoma mastoid menyumbang <0,2% dari
semua kasus keganasan kepala dan leher.2 Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) adalah neoplasma yang
paling umum, diikuti oleh Karsinoma Sel Basal ( KSB), Adenoid Cystic Carcinoma (ACC) dan
Adenocarcinoma.3

Gejala dan tanda klinis yang sering ditemukan pada karsinoma mastoid antara lain keluarnya cairan
atau darah dari liang telinga, otalgia, sakit kepala, trismus dan gangguan pendengaran dengan atau
tanpa kelumpuhan wajah.1,2 Karsinoma mastoid dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.
Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan pemeriksaan
radiologi yang umum digunakan. Staging ditentukan dengan menggunakan The Pittsburgh
Radioclinical Classification of Carcinoma of the External Ear Canal.4

Pembedahan dan radioterapi adalah terapi pilihan dalam pengelolaan karsinoma mastoid.
Kemoterapi dipertimbangkan pada pasien dengan tumor T4, penyakit residual setelah operasi, atau
penyakit metastasis. Cisplatin merupakan agen kemoterapi pilihan.5
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik kasus karsinoma mastoid di Bagian
Otolaryngology Bedah Kepala dan Leher dr. Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.

METODE

Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data rekam medis di RSUD dr. Rumah
Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh periode Januari 2012 sampai Juli 2019. Sampel
penelitian adalah data seluruh pasien dengan diagnosis akhir karsinoma mastoid di Poliklinik
Otolaryngologi Kepala dan Leher dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari 2012 sampai Juli 2019
berupa identitas pasien, rekam medis, histopatologi dan pemeriksaan diagnostik. Data yang
diperoleh diolah dan dikelompokkan secara manual dan terkomputerisasi dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.

HASIL

Terdapat 9 kasus karsinoma mastoid yang ditinjau, terdiri dari 4 (44%) pasien laki-laki dan 5 (56%)
pasien perempuan dengan perbandingan 1:1,2 (Tabel 1). Pasien terbanyak ditemukan pada rentang
usia 41-60 tahun sebesar 56%, diikuti oleh 21-40 tahun sebesar 22% dan usia 0-20 dan >61 tahun
masing-masing sebesar 11%. Gejala klinis yang didapatkan adalah otalgia (100%), sekret telinga
(100%), paresis wajah (100%), gangguan pendengaran (100%), massa liang telinga (100%) dan massa
retroauricular (44,4%) (Tabel 2). Jenis histopatologi yang didapatkan pada semua pasien adalah
Squamous Cell Carcinoma yang terdiri dari Keratinizing SCC (56%), Non Keratinizing SCC (22%), Well
Differentiated SCC (11%) dan Clear Cell Carcinoma (11%) (Tabel 3). Stadium ditentukan berdasarkan
CT scan, dan didapatkan 55,6% stadium IV dan 44,4% stadium III karsinoma mastoid (Tabel 4). Dari 9
pasien, 89% pasien diberikan kemoterapi dan 11% radioterapi. (Tabel 5).
DISKUSI

Karsinoma mastoid adalah kasus yang jarang dan agresif.1 Ini mempengaruhi sebagian besar
kelompok usia 40-60 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita.6 Da Silva et al.7 melaporkan kasus
karsinoma mastoid pada 56,25% pria dan 43,75% wanita dengan usia rata-rata 58,7 tahun.6 Pada
penelitian ini, karsinoma mastoid ditemukan pada 44% pria dan 56% wanita atau 1:1,2 dengan usia
terbanyak berkisar 41-60 tahun.
Paparan sinar ultraviolet merupakan salah satu etiologi karsinoma mastoid. Otitis eksterna maligna,
otitis media kronis dan kolesteatoma juga dikaitkan dengan perkembangan karsinoma mastoid.
Insiden karsinoma meningkat pada pasien dengan riwayat radioterapi. Lo dkk. dikutip Gidley8
melaporkan 0,15% (11 pasien) dari 7442 pasien karsinoma nasofaring yang menjalani radioterapi
berkembang menjadi karsinoma mastoid. Keluarnya cairan kronis dari CAE, perdarahan, otalgia dan
gangguan pendengaran, dengan atau tanpa kelumpuhan wajah adalah gejala umum keganasan yang
melibatkan CAE dan mastoid. Juga sering disertai dengan otitis eksterna atau otitis media.3 Empat
presentasi keluhan yang paling sering dilaporkan oleh pasien karsinoma mastoid adalah otorrhea
(62%), otalgia (52%), gangguan pendengaran (44%), dan kelumpuhan wajah (15,5). %).1,8 Diagnosis
sering tertunda karena gejala yang menyerupai infeksi telinga luar dan medial.9 Dalam penelitian ini
semua pasien mengalami otalgia (100%), sekret telinga (100%), paresis wajah (100%), gangguan
pendengaran ( 100%), massa saluran telinga (100%) dan massa retroauricular (44,4%).

Biopsi adalah prosedur standar dalam menentukan jenis tumor. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
merupakan neoplasma yang paling banyak ditemukan, disusul Karsinoma Sel Basal (BCC), dan
Karsinoma Kistik Adenoid (ACC).3 Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur dimana hasil
histopatologi semua pasien adalah Skuamosa Karsinoma Sel. CT Scan dan MRI adalah pemeriksaan
radiologi yang biasa digunakan untuk menentukan luas tumor dan The Pittsburgh Radioclinical
Classification of Carcinoma of the External Ear Canal untuk menentukan stadium.1

Pembedahan dan radioterapi adalah pilihan terapi. Meskipun masih kontroversial, kemoterapi
digunakan untuk tumor T4, metastasis dan residu. Kunst dkk. dikutip oleh Zanoletti10 melaporkan
hasil yang lebih baik dengan Cisplatin daripada Methotrexate dan menyarankan kombinasi Cisplatin
dengan 5-Fluorouracil sebagai pilihan. Dalam penelitian ini, 89% pasien menerima kemoterapi
dengan rejimen Cisplatin dengan Docetaxel dan 11% menerima radioterapi.

Dalam penelitian kami, rasio pria dan wanita dalam kasus karsinoma mastoid adalah 1:1,2, sebagian
besar pada rentang usia 41-60 tahun. Keseluruhan tipe histopatologi adalah Karsinoma Sel
Skuamosa. Semua pasien memiliki gejala klinis yang terdiri dari otalgia, sekret telinga (otorrhea),
paresis wajah, gangguan pendengaran, dan massa di liang telinga. Terapi pilihannya adalah
kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai