Anda di halaman 1dari 7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

RHINOSINUSITIS DENGAN
KOMPLIKASI ORBITA

Oleh:

Putri Damayanti 1740312604

Preseptor :
dr. Effy Huriyati, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

RHINOSINUSITIS DENGAN KOMPLIKASI ORBITA


Damayanti P

dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya


PENDAHULUAN
termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau
Sinus paranasal adalah rongga–rongga di dalam pilek, nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah, penurunan/
tulang kepala yang terletak disekitar rongga hidung dan hilangnya penghidu, dan salah satu dari temuan
mempunyai hubungan dengan melalui muaranya. nasoendoskopi, yaitu polip dan/ atau sekret mukopurulen
Secara klinis rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi dari meatus media, atau edema/ obstruksi mukosa di
hidung dan sinus paranasal. Insiden rinosinusitis akut meatus media, dan/ atau gambaran komputer tomografi
sangat tinggi. Diperkirakan bahwa orang dewasa berupa perubahan mukosa di kompleks osteomeatal
menderita 2-5 kali pilek per tahun, dan anak-anak 2
dan/atau sinus.
mungkin menderita 7-10 kali pilek per tahun.
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara 2. Epidemiologi
lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis terutama rinitis Insiden rinosinusitis akut sangat tinggi. Diperkirakan
alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, bahwa orang dewasa menderita 2-5 kali pilek per tahun,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi dan anak-anak mungkin menderita 7-10 kali pilek per
konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tahun. Insiden yang tepat sulit diukur karena sebagian
tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia pasien dengan flu biasa tidak langsung ke dokter.
seperti pada sindrom kartagener, dan di luar negri Berdasarkan studi kasus kontrol pada populasi Belanda
adalah penyakit fibrosis kistik. menyimpulkan bahwa diperkirakan 900.000 orang
terkena infeksi saluran pernapasan akut setiap tahun.
Diagnosis rinosinusitis ditegakkan berdasarkan
Rhinovirus (24%) dan Influenza (11%) adalah agen
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
yang paling umum. Sekitar 0,5-2% infeksi saluran
penunjang. Berdasarkan anamnesis, American 2
pernapasan oleh virus disertai oleh infeksi bakteri.
Academy of Otolaryngology (AAO) memberikan suatu
Berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003
kriteria diagnosis untuk rinosinusitis yaitu dengan
menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada
menegakkan kriteria mayor dan minor. Kriteria mayor
pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringka tutama
meliputi nyeri wajah, rasa penuh pada wajah, hidung
atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah
tersumbat, hidung berair, sekret purulen, hiposmia atau
sakit. Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan
anosmia dan demam (pada kondisi akut). Kriteria minor
Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas
meliputi nyeri kepala, demam, halitosis, kelelahan, nyeri
bekerjasama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM
gigi, batuk, nyeri atau rasa penuh pada telinga.
mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data
Rhinosinusitis sering menyebabkan komplikasi
dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-
pada orbita yang disebabkan infeksi. Infeksi ke orbita
Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada
sebagian besar disebabkan oleh penyebaran bakteri
kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah
dari sinus yang terinfeksi atau dapat juga karena
sinusitis. Pada tahun 2004 prevalensi rinosinusitis kronis
penetrasi orbita selama pembedahan atau trauma.
dilaporkan sebesar 12,6% dengan perkiraan sebanyak
Region orbita berbatasan dengan beberapa sinus 3
30 juta penduduk menderita rinosinusitis kronis.
sehingga infeksi sinus dapat berpotensi menyebar ke
Pada kunjungan rawat jalan ke poli Rinologi
orbita. Komplikasi terhadap orbita ini dibagi menjadi
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2010, didapatkan
beberapa kelompok yang penting dibedakan untuk
kejadian rinosinusitis kronis sebesar 34,7% dan
menilai terapi dan prognosis terhadap komplikasi orbita
terbanyak terjadi pada usia antara 25-44 tahun (26,2%)
yang disebabkan oleh rhinosinusitis.
diikuti usia antara 45-64 tahun (23,8%) serta lebih sering
ditemukan pada wanita (60,7%) dibandingkan laki-laki
(39,3%). Pada hasil survey kesehatan nasional 2008 di
TINJAUAN PUSTAKA
Amerika yang menyatakan 1 dari 7 orang dewasa
1. Definisi
(13,4%) didiagnosis rinosinusitis kronis dalam 12 bulan
Sinus paranasal adalah rongga–rongga di dalam
terakhir. Insidensinya lebih tinggi pada wanita disbanding
tulang kepala yang terletak disekitar rongga hidung dan
pria (1,9 kali lipat) dan paling sering menyerang dewasa
mempunyai hubungan dengan melalui muaranya. 3,4
usia 45-74 tahun.
Inflamasi pada mukosanya dikenal sebagai sinusitis.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga
sering disebut rinosinusitis. Peradangan yang 3. Etiologi
melibatkan beberapa sinus disebut multisinusitis, Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain
sedangkan bila mengenai seluruh sinus disebut ISPA akibat virus, bermacam rhinitis terutama rinitis
pansinusitis.
1 alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
Secara klinis rinosinusitis didefinisikan sebagai kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi
inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi
seperti pada sindrom kartagener, dan di luar negri tidak berhasil (misalnya karena ada faktor
1
adalah penyakit fibrosis kistik. predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan
Pada banyak pasien dengan sinusitis, mukosa bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin
hidung dan sinus terlalu sensitif terhadap berbagai membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang
faktor. Ini merupakan masalah bagi pasien yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa
memeliki kecenderungan genetik. Faktor-faktor ini menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
1
termasuk pencemaran lingkungan dan alergi, perubahan pembengkakan polip dan kista.
5
suhu, dan mungkin stres dan makanan tertentu.

5
Gambar 1. Faktor pencemaran lingkungan
Gambar 3. Aliran Mukosiliar Sinus Paranasal
4. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium- 5. Klasifikasi
ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar didalam Berdasarkan lama perjalanan penyakit, sinusitis
1,2
KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikroba dibagi atas:
dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme a. Sinusitis akut adalah proses infeksi di dalam
pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk sinus yang berlangsung selama 4 minggu.
bersama udara pernafasan. Organ-organ yang Macam-macam sinusitis akut: sinusitis maksila
membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi akut, sinusitis etmoidal akut, sinus frontal akut,
edema, mukosa yang berdekatan akan saling bertemu dan sinus sphenoid akut.
sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium b. Sinusitis subakut adalah proses infeksi di dalam
tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam sinus yang berlansung selama 4 minggu sampai
rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, 3 bulan.
mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai c. Sinusitis kronis adalah proses infeksi di dalam
rinositis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam sinus yang berlansung selama lebih dari 3
1
beberapa hari tanpa pengobatan. bulan bahkan dapat juga berlanjut sampai
bertahun-tahun.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi


1
atas:
a. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di
hidung), segala sesuatu yang menyebabkan
sumbatan pada hidung dapat menyebabkan
sinusitis.
b. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan
gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi
pada gigi geraham atas (pre molar dan molar).

6.Diagnosis
Diagnosis rinosinusitis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan anamnesis, American Academy
of Otolaryngology (AAO) memberikan suatu kriteria
Gambar 2. Kompleks Ostio Meatal
diagnosis untuk rinosinusitis yaitu dengan menegakkan
kriteria mayor dan minor. Kriteria mayor meliputi nyeri
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul
wajah, rasa penuh pada wajah, hidung tersumbat,
dalam sinus merupakan media yang baik untuk
hidung berair, sekret purulen, hiposmia atau anosmia
tumbuhnya dan multipikasi bakteri. Sekret menjadi
dan demam (pada kondisi akut). Kriteria minor meliputi
purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

nyeri kepala, demam, halitosis, kelelahan, nyeri gigi,


batuk, nyeri atau rasa penuh pada telinga. Diagnosis
ditegakkan bila terdapat dua kriteria mayor atau satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor selama sekurang-
kurangnya 12 minggu. Kecurigaan sinusitis didapatkan
bila ditemukan satu kriteria mayor atau dua kriteria minor
Sedangkan berdasarkan The European Position
Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) 2007
mendefinisikan rinosinusitis dengan atau tanpa polip dari
munculnya dua atau lebih gejala, salah satunya harus
2
berupa :
• Hidung tersumbat / obstruksi / kongesti atau pilek
(sekret hidung anterior/ posterior)
• Nyeri tekan pada wajah
Gambar 4. CT Scan Sinus Paranasal Normal pada
• Penurunan / hilangnya fungsi penciuman yang Penampang Coronal dan Sagital
6
dirasakan lebih dari 12 minggu.
Selain itu, pada pemeriksaan THT termasuk
nasoendoskopi ditemukan salah satu dari :
• Polip, dan atau
• Sekret mukopurulen dari meatus medius, dan/ atau
• Edema/ obstruksi mukosa di meatus medius.
Sebagai tambahan, pada pemeriksaan radiologi
ditemukan gambaran perubahan mukosa di kompleks
ostiomeatal dan/ atau sinus
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan
posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan
untuk diagnosa yang tepat dan dini. Tanda khas adalah
adanya pus di meatus media (pada sinusitis maksila,
etmoid anterior, dan frontal) atau di meatus superior (pada
sinusitis etmoid posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis
akut, tampak mukosa edema dan hiperemis. Pada anak
sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah
1
kantus media.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto
polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan
lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus –
sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan
akan terlihat berupa perselubungan, batas udara dan
1
cairan ( air fluid level ) atau penebalan mukosa.
CT Scan sinus merupakan gold standar diagnosis
sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus,
adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena
pemeriksaannya mahal, CT ssan hanya dikerjakan
sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak Gambar 5. CT Scan Sinus Paranasal Sinusitis Maksila
6
membaik dengan pengobatan atau pra operasi saat dan Edmoid Akut pada Penampang Coronal dan Axial
1
melakukan operasi sinus.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi
dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus media
atau superior, untuk mendapatkan antibiotik yang tepat
guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar
1
dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus
dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior,
dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila
yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi
1
sinus untuk terapi.

7. Tatalaksana
Tujuan terapi diantaranya adalah mempercepat
proses penyembuhan, mencegah komplikasi, dan
mencegah perjalanan penyakit menjadi kronik. Prinsip
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

pengobatan adalah membuka sumbatan KOM sehingga orbita. Abses orbita dapat bermanifestasi sebagai
1
drainase sinus-sinus pulih secara alami. Ventilasi dan proptosis, gerakan bola mata yang tidak simetris,
drainase sinus paranasal dapat diperbaiki dengan dan pada kasus yang berat, dapat timbul kebutaan.
pemberian tetes hidung dekongestan, nasal spray, atau e. Kavernosus sinus trombosis : kemosis bilateral
memasukan kapas basah dengan tetes hidung ke yang progresif, oftalmoplegia, kerusakan retina,
3
meatus media. buta, dan demam tinggi.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi Selain klasifikasi tersebut, terdapat klasifikasi lain
pilihan pada sinusitis akut bakterialis, untuk yang terdiri dari dua bentuk selulitis yang berbeda secara
menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa klinis maupun anatomi dan harus bisa dibedakan. Selulitis
serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang preseptal merupakan selulitis superfisial periokular yang
dipilih adalah golongan penisilin seperti amoxisilin. Jika belum merusak septum orbita. Sedangkan selulitis orbita
diperkirakan kuman sudah resisten atau memproduksi adalah sebuah infeksi orbita yang berada di dalam septum
beta-laktamase, maka dapat diberikan amoxisilin- orbita. Ini merupakan infeksi serius dari okular yang dapat
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada mengancam jiwa.
8

sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun


1 Preseptal Cellulitis Postseptal
gejala klinis sudah hilang.
(Periorbital Cellulitis (Orbital
Antibiotik merupakan kunci dalam penatalaksanaan
celullitis) Cellulitis(
sinusitis supuratif akut. Amoksisilin merupakan pilihan
tepat untuk kuman gram positif dan negatif. Vankomisin Gambaran Kelopak mata Kelopak mata
untuk kuman S. pneumoniae yang resisten terhadap Klinis udem, hangat dan udem, eritema,
amoksisilin. Pilihan terapi lini pertama yang lain adalah kemerahan. Tidak lunak, demam,
kombinasi eritromicin dan dulfonamide atau cephalexin ada keterlibatan proptosis dan
dan sulfonamide.
7 mata, tidak ada diplopia akibat
Antibiotik parenteral diberikan pada sinusitis yang perubahan pada optalmoplegia.
telah mengalami komplikasi seperti komplikasi orbita ketajaman dan Gejala lanjut dapat
dan komplikasi intrakranial, karena dapat menembus rekasi pupil, serta berupa penurunan
sawar darah otak. Ceftriakson merupakan pilihan yang motilitas ocular ketajaman
baik karena selain dapat membasmi semua bakteri tetap baik. penglihatan dan
terkait penyebab sinusitis, kemampuan menembus Konjungtiva tidak defek aferen pupil
sawar darah otaknya juga baik.
7 kemerahan. (Marcus Gunn
Pada sinusitis yang disebabkan oleh bakteri pupil). Komplikasi
anaerob dapat digunakan metronidazole atau berat termasuk
klindamisin. Klindamisin dapat menembus cairan trombosis sinus
serebrospinal. Antihistamin hanya diberikan pada kavernosus, kejang
sinusitis dengan predisposisi alergi. Analgetik dapat dan kebutaan.
diberikan. Kompres hangat dapat juga dilakukan untuk Mekanisme Sebagian besar Perluasan orbita
mengurangi nyeri.
7 disebabkan oleh dari infeksi sinus
inokulasi sekunder paranasal
dari infeksi kulit merupakan
8. Komplikasi Orbita
atau trauma. penyebab
Infeksi ke orbita sebagian besar disebabkan oleh
Penyebaran tersering. Juga
penyebaran bakteri dari sinus yang terinfeksi atau dapat
secara hematogen bisa karena trauma
juga karena penetrasi orbita selama pembedahan atau
dan sinusitis. dan penyebaran
trauma. Region orbita berbatasan dengan beberapa
hematogen.
sinus sehingga infeksi sinus dapat berpotensi menyebar
Mikrobiologi Terbanyak karena Staphylococcus
ke orbita.
Staphylococcus aureus dan pada
Penyebaran infeksi orbita diklasifikasikan ke dalam
8 aureus kasus anak dapat
5 kelompok:
dipertimbangkan
a. Selulitis preseptal : Selulitis di daerah kelopak mata H. infuenzae
dengan manifestasi pembengkakan kelopak mata.
Pemeriksaan Inflamasi daerah Penebalan dan
Infeksi terbatas pada kulit di depan septum orbita.
CT-Scan posterior ke edem dari jaringan
b. Selulitis orbita : Tampak sebagai edema difus pada septum orbita lunak orbita.
lapisan orbita. Manifestasi dengan pembengkakan
kelopak mata dengan nyeri pada pergerakan otot
ekstraokular. 9. Penatalaksanaan Komplikasi Orbita
c. Abses subperiosteal : Ditandai dengan edema dari Dahulu, memperbaiki drainage dengan pembedahan
lapisan orbita dengan pengumpulan cairan di merupakan tindakan yang secepatnya harus dilakukan
bawah periosteum, biasanya melibakan dinding pada infeksi orbita. Namun saat ini, penatalaksanaan
medial dari orbita. Secara klinis, kondisi pasien medikamentosa adalah terapi pilihan pada kebanyakan
hampir sama dengan selulitis orbita tetapi dapat pasien. Agar terapi berhasil, terlebih dahulu pasien
ditemukan adanya proptosis. dikelompokkan menjadi kelompok resiko rendah dan
resiko tinggi berdasarkan komplikasinya. Pada 90% pasien
d. Abses orbita : Ditandai dengan true abcess di ruang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dengan resiko tinggi berhasil diterapi dengan antibiotik


8
saja. DAFTAR PUSTAKA
8
Kelompok komplikasi resiko rendah:
• Umur dibawah 9 tahun 1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam
• Tidak ada gangguan penglihatan Soepardi EA, et al, editor .Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepaladan Leher, Ed 6.
• Abses ukuran sedang pada sisi medial orbita
Jakarta, Balai Penerbit FK UI.2007.hal 150-3.
• Tidak ada komplikasi intrakranial 2. Fokkens WJ, Valerie JL, Joachim M, Claus B, Isam
• Dapat mengikuti rangkaian tes oftalmoplegia A, Fuad B, et al. European Position Paper On
• Tidak ada gangguan status imun Rhinosinusitis And Nasal Polyps 2007. Rhinology
Antibiotik yang diberikan sesuai untuk bakteri yang 2007.
menginfeksi. Secara umum, terapi diberikan secara 3. Budiman BJ, Rosalinda R. Bedah Sinus Endoskopi
parenteral selama satu minggu, kemudian diikuti dengan Fungsional pada Rinosinusitis Kronis. Diakses dari:
pemberian antibiotik oral selama dua sampai tiga minggu http://tht.fk.unand.ac.id/makalah/83-bedah-sinus-
seperti ampicilin dosis tinggi (90 mg/kgBB/hari untuk anak- endoskopi-fungsional-revisi-pada-rinosinusitis-
anak, 4 gr/hari untuk orang dewasa). Sebagai tambahan kronis.html. pada tanggal 24 Agustus 2019.
dapat diberikan dekongestan. Jika kondisi pasien 4. Chow AW, Benninger MS, Brook I, Brozek JL,
memburuk maka dapat dilakukan drainage sinus. Indikasi Goldstein EJC, Hicks LA, et al. IDSA Clinical Practice
dilakukan drainage sinus adalah terjadinya gangguan Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in
penglihatan, defek aferen pupil, demam > 36 jam setelah Children and Adults. Clinical Infectious Diseases
terapi antibiotik atau tidak ada perbaikan klinis setelah 2012.
terapi selama 72 jam.
8 5. Becker DG. Sinusitis. Jurnal of Long-Term Effects of
Medical Implants 2003 ; 13 (3) ; 175-194.
10. Prognosis
6. Hoang JK, James DE, Chistopher LT, Christine MG.
Prognosis sinusitis akut sangat baik, dengan sekitar
Multiplanar Sinus CT : A Systematic Approach to
70% pasien dapat sembuh tanpa pengobatan. Antibiotik
Imaging Before Functional Endoscopic Sinus
oral dapat mengurangi gejala sinusitis. Sinusitis kronik
Surgery. ARJ 2010;194:527-36.
memiliki perjalanan penyakit yang bervariasi.
7. Bailey BJ. Rhinosinusitis : Current Concepts and
Prognosisnya baik, bila penyebab sinusitis adalah
Management. Dalam: Bailey BJ. Head and Neck
anatomis dan ditatalaksana dengan tindakan
Surgery Otolaryngology. Philadelphia, Lippincott
pembedahan. Lebih dari 90% pasien mengalami kemajuan
Williams & Wilkins, 2001.
dengan intervensi bedah. Namun, pasien ini memiliki
8. Punagi AQ. Komplikasi Orbita pada Rhinosinusitis.
kemungkinan untuk relaps, sehingga dibutuhkan regimen
Diakses dari :
untuk mencegah kekambuhan. Pada pasien dengan
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2323
sinusitis akut bakterialis dengan perluasan ke intrakranial
5 pada tanggal 24 Agustus 201
walaupun diterapi antibiotik, insiden morbiditas dan
1,2
mortalitasnya masih tinggi, antara 5%-10%.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai