Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMERIKSAAN EEG
Guna untuk memenuhi mata kuliah SISTEM NEUROBEHAVIOUR
Dosen Pembimbing: Dr. Grido Handoko S

KELOMPOK 1
Anggota Kelompok:
1. MOH. KHOLIL SIDIK
2. MOH INDRA WIBAWA
3. ZAKARIA ALASHOM
4. RAHMATULLAH
5. IMAMUDDIN
6. HARLY KRISDIANTO
7. QUMIL LAILY A
8. NUR SAUDAH
9. RINA SUNARTI
10. JANNATUL HASANAH
11. SULVI ROHMATIN
12. KIKI RISKI AMALIA
13. NOVITA YUNIYANTI
14. SEPTIA SUKMARANI
15. SITI ZAHROTUL M

(14201.05.13014)
(14201.05.13015)
(14201.05.13045)
(14201.05.13026)
(14201.05.13008)
(14201.05.13007)
(14201.05.13024)
(14201.05.13022)
(14201.05.13028)
(14201.05.13009)
(14201.05.13042)
(14201.05.13012)
(14201.05.13020)
(14201.05.13035)
(14201.05.13039)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY


ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
TAHUN 2014-2015
Neurobehavior System Electro Enchelography

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber
pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar
mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga
dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di jadikan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan keperawatan dan sebagai panduan
dalam melaksanakan makalah dengan judul PEMERIKSAAN

EEG
Sebagai pembuka, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua
yayasan STIKES Zainul Hasan Genggong.
2. Ibu Ns. Iin Aini Isnawati,M.Kes selaku ketua STIKES Zainul
Hasan Genggong.
3. Bapak Achamad Kusyairi, S.Kep.Ns.M.Kep. selaku ketua prodi
studi S1 Keperawatan STIKES Zainul Hasan Genggong.
4. Bapak Dr. Grido Handoko S selaku pembimbing mata kuliah
Sistem Neurobehaviour Prodi S1 Keperawatan yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam melaksanakan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Hafshawaty serta semua
pihak yang telah membantu atas terselesaikan nya penyusunan
makalah ini.
Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.
Neurobehavior System Electro Enchelography

Wassalamualaikum wr.wb.
2 April 2015
Penyusun

Neurobehavior System Electro Enchelography

Tinjaun teori
Pemeriksaan EEG
1.1 Pengertian
Electroencephalogram (EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi
kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006).
Sedangkan menurut dr.

Darmo Sugondo membedakan antara

Electroencephalogram dan Electroencephalografi.

Electroencephalografi

adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan yang
peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi
Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit
kepala disebut Elektro-Ensefalografi (EEG).
1. 2 Amplitudo dan frekuensi
Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi, tergantung pada tempat
perekaman dan aktivitas otak saat perekaman.

Saat subyek santai, mata

tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan gelombang


sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa.

Gelombang alfa dapat

direkam dengan baik pada area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa
yang sinkron dan teratur akan hilang, kalau subyek membuka matanya yang
tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14 siklus/detik).
Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal, merupakan tanda bahwa
orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas mental. Meski gelombang EEG
berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh formasio retikularis di
subkortek.
Formasio retikularis terletak di substansi abu otak dari daerah medulla
sampai midbrain dan talamus.
hubungan yang menyebar.

Neuron formasio retikularis menunjukkan

Perangsangan formasio retikularis midbrain

membangkitkan gelombang beta, individu seperti dalam keadaan bangun dan


terjaga. Lesi pada formasio retikularis midbrain mengakibatkan orang dalam
stadium koma, dengan gambaran EEG gelombang delta.

Jadi formasio

retikularis midbrain merangsang ARAS (Ascending Reticular Activating


System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian area di forebrain.
Neurobehavior System Electro Enchelography

Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan
serabut difus kesemua area di kortek serebri. ARAS mempunyai proyeksi non
spesifik dengan depolarisasi global di kortek, sebagai kebalikan dari proyeksi
sensasi spesifik dari thalamus yang mempunyai efek eksitasi kortek secara
khusus untuk tempat tertentu. Eksitasi ARAS umum memfasilitasi respon
kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik dari thalamus.

Dalam keadaan

normal, sewaktu perjalanan ke kortek, sinyal sensorik dari serabut sensori


aferen menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral akson.

Jika

sistem aferen terangsang seluruhnya (suara keras, mandi air dingin), proyeksi
ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.

Mengetahui kelainan

metabolik dan elektrolit


1.3. Fisiologi/Patofisiologi
Aktivitas listrik merupakan salah satu karakteristik dari semua sel hidup,
termasuk sel-sel saraf.
Walaupun demikian, tidak keseluruhan sel saraf yang berjumlah 2,6 x
109 itu dianggap menyebabkan gelombang-gelombang listrik di permukaan
sebagaimana terekam dengan EEG.

Jadi yang dapat mengakibatkan

gelombang-gelombang EEG adalah sel-sel saraf di korteks, walaupun diketahui


juga bahwa struktur-struktur subkortikal, seperti talamus dan formatio
retikularis mempunyai pengaruh yang kuat terhadap gelombang-gelombang
kortikal itu. Dari ketiga jenis bentuk sel-sel kortikal (spindle, stellatum dan
piramidal), sel-sel piramidallah yang dianggap merupakan sumber potensial
listrik dari gelombang-gelombang permukaan.
Dari berbagai penyelidikan disimpulkan bahwa terdapat bukti kuat yang
menyarankan bahwa gelombang-gelombang permukaan itu merupakan
penjumlahan (summation) daripada potensial listrik pascasinaptik, baik yang
bersifat inhibisi atau eksitasi, yang berasal dari soma dan dendrit-dendrit besar
sel piramidal.

Potensial listrik pascasinaptik itu timbul akibat aktifitas

neurotransmiter yang dilepaskan oleh ujung presinaptik, yang melepaskannya


setelah menerima tanda-tanda listrik dari hubungan-hubungannya.

Neurobehavior System Electro Enchelography

Salah satu penemuan Hans Berger adalah bahwa kebanyakan EEG orang
dewasa normal mempunyai irama dominant dengan frekuensi 10 siklus per
detik, yang di sebutnya sebagai irama alfa. Pada umumnya kini yang dimaksud
dengan irama alfa adalah irama dengan frekuensi antara 8-13 spd, yang paling
jelas terlihat di daerah parieto-oksipital, dengan voltase 10-150 mikrovolt,
berbentuk sinusoid, relative sinkron dan simetris antara kedua hemisfer. Suatu
asimetri ringan dalam voltase adalah normal, mengingat adanya dominasi
hemisfer.
Pada umumnya suatu perbedaan voltase 2 : 3 adalah dalam batas-batas
normal, asalkan voltase yang lebih tinggi terlihat pada hemisfer non dominant.
Yang lebih penting maknanya adalah bila terdapat perbedaan frekwensi antara
kedua hemisfer. Suatu perbedaan frekwensi yang konsisten dari 1 spd atau
lebih antara kedua hemisfer mungkin sekali diakibatkan suatu proses patologis
di sisi dengan frekwensi yang lebih rendah. Irama alfa terlihat pada rekaman
individu dalam keadaan sadar dan istirahat serta mata tertutup. Pada keadaan
mata terbuka irama alfa akan menghilang, irama yang terlihat adalah irama
lamda yang paling jelas terlihat bila individu secara aktif memusatkan
pandangannya pada suatu yang menarik perhatiannya.
A. Ditinjau dari irama alfanya dapat dibedakan tiga golongan manusia, yaitu :
1. Sekelompok kecil yang memperlihatkan sedikit sekali atau tidak
mempunyai irama alfa, kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa M
(minimal atau minus).
2. Sekelompok kecil lagi yang tetap memperlihatkan irama alfa walaupun
kedua mata dibuka, kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa P
(persisten),
3. Diantara kedua ekstrem ini terletak sebagian besar manusia yang
menunjukkan penghilangan irama alfa ketika membuka mata,
kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa R (responsive).
Suatu irama yang lebih cepat dari irama alfa ialah irama beta yang
mempunyai frekuensi di atas 14 spd, dapat ditemukan pada hamper semua
orang dewasa normal. Biasanya amplitudonya daopat mencapai 25 mikrovolt,
Neurobehavior System Electro Enchelography

tetapi pada keadaan tertentu bisa lebih tinggi. Pada keadaan normal terlihat
terutama di daerah frontal atau presentral.
Irama yang lebih lambat dari irama alfa adalah tidak jarang pula ditemukan
pada orang dewasa normal. Irama teta mempunyai frekuensi antara 4-7 spd.
Suatu irama yang lebih pelan dari teta disebut irama delta adalah selalu
abnormal bila didapatkan pada rekaman bangun, tetapi merupakan komponen
yang normal pada rekaman tidur. Frekuensi irama delta ialah - 3 spd.
Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. Perhatian cenderung
untuk menghapuskan irama alfa, merendahkan voltase secara umum dan
mempercepat frekuensi. Termasuk perhatian ini adalah usaha introspeksi dan
kerja mental (misalnya berhitung).
Demikian pula setiap stimulus visual, auditorik dan olfaktorik akan
merendahkan amplitudo dan menimbulkan ketidak teraturan irama alfa.
Penurunan kadar O2 dan atau CO2 darah cenderung menimbulkan
perlambatan, sebaliknya peninggian kadar CO2 menimbulkan irama yang
cepat.
B. Faktor usia juga mempunyai pengaruh penting pula dalam EEG.
1. Rekaman dewasa sebagaimana digambarkan di atas pada umumnya
dicapai pada usia 20-40 tahun.
2. Rekaman neonatus berusia di bawah satu bulan memperlihatkan
amplitude yang rendah dengan irama delta atau teta.
3. Antara usia 1-12 bulan terlihat peninggian voltase, walaupun irama masih
tetap delta atau teta.
4. Antara 1-5 tahun terlihat amplitudo yang tinggi, irama teta yang
meningkat dan mulai terlihat irama alfa, sedangkan irama delta
mengurang.
5. Antara 6-10 tahun amplitude menjadi sedang, irama alfa menjadi lebih
banyak, teta berkurang, delta berkurang sampai hilang.
6. Antara 11-20 tahun voltase terlihat sedang sampai tinggi, dominsi alfa
mulai jelas, teta minimal, delta kadang-kadang masih terlihat di daerah
belakang.

Neurobehavior System Electro Enchelography

7. Di atas 40 tahun mulai lagi terlihat gelombang lambat 4-7 spd di daerah
temporal
8. Di atas 60 tahun rekaman kembali melambat seperti rekaman anak-anak.
C. Perubahan tahap-tahap tidur berpengaruh besar pula terhadap rekaman
EEG.
1. Dalam keadaan mengantuk terlihat pengurangan voltase dan timbul sedikit
perlambatan.
2. Pada keadaan tidur sangat ringan dapat terlihat adanya gelombanggelombang mirip paku bervoltase tinggi, bifasik dengan frekuensi 3-8 spd,
simetris dan terjelas di daerah parietal (parietal humps). Gambaran ini
paling jelas pada usia 3-9 tahun dan terus terlihat sampai usia 40 tahun.
3. Pada keadaan tidur ringan terdapat (sleep spndle) terdapat gelombang
tajam berfrekuensi 12-14 spd yang sifatnya simetris.
4. Pada keadaan tidur sedang sampai dalam rekaman didominir oleh
gelombnag-gelombang lambat tak teratur dengan frekuensi - 3 spd.
1.4. Gambaran EEG Abnormal
EEG sampai saat ini masih digolong-golongkan atas dasar hubungan
frekuensi-voltase, dengan frekwensi sebagai parameter utama.
penyelidikan

mengungkapkan

bahwa

tidak

semua

individu

Berbagai
normal

memperlihatkan EEG yang normal dan sebaliknya tidak semua abnormalitas


dalam EEG berarti ada abnormalitas pada individu yang bersangkutan. EEG
abnormal disebut spesifik bila gelombang yang timbul mempunyai gambaran
yang khas dan berkorelasi tinggi dengan kelainan klinik tertentu, disebut
nonspesifik (aspesifik) bila gelombangnya tidak khas dan dapat ditimbulkan
oleh banyak kelainan-kelainan neurologik atau sistemik.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hasil pemeriksaan EEG yang
penting dari kelainan-kelainan neurologik, yaitu :
1. EEG pada penyakit konvulsif
EEG paling banyak digunakan untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan
epilepsy. Paroksismal merupakan pemunculan yang episodic dan mendadak
Neurobehavior System Electro Enchelography

suatu gelombang atau kelompok gelombang yang secara kwantitatif dan


kwalitatif berbeda dengan gambaran irama dasarnya.
Tipe aktivitas paroksimal yang timbul ketika serangan, sampai derajat tertentu
mempunyai korelasi dengan tipe klinis.
1. Petit mal dalam serangan ditandai oleh aktivitas spike and wave dengan
frekuensi 3 spd, menyeluruh disemua saluran, bersifat sinkron dan simetris
dengan voltase yang tinggi yang dapat mencapai 1000 mikrovolt.
2. Grand mal dalam serangan sangat sulit direkam karena terganggu oleh
gerakan-gerakan motorik individu; gambaran kejangnya adalah berupa
aktivitas cepat yang menyeluruh bervoltase tinggi berbentuk polyspike
dengan frekuensi 8-12 spd, diselingi gelombang-gelombang lambat dari
1,5-3 spd.
3. Epilepsi psikomotor ditandai oleh aktivitas spike didaerah temporal depan.
Kebanyakan rekaman penderita epilepsy merupakan rekaman di luar
serangan

(interictal),

yang

tidak

jarang

tidak

memperlihatkan

abnormalitas, walaupun klinis jelas merupakan suatu epilepsy.


Karenanya usaha-usaha provokatif dipergunakan untuk merangsang timbulnya
aktivitas EEG abnormal yang tak terlihat secara spontan.

Keadaan tidur

(alamiah maupun akibat induksi obat) mengaktifkan paroksismalitas yang


umum maupun fokal. Dalam keadaan tidak tidur hanya kira-kira sepertiga
individu dengan diagnosa klinik epilepsy memperlihatkan paroksismalitas
spesifik, 15 % memperlihatkan EEG yang normal dan sisanya memperlihatkan
perlambatan atau percepatan yang spesifik. Dalam keadaan tidur gambaran
serangan dua kali lebih sering terlihat, terutama untuk epilepsy psikomotor.
Hiperventilasi paling efektif dalam mengaktifkan gelombang-gelombang
serangan petit mal; kadang-kadang hiperventilasi dapat mengaktifkan
abnormalitas yang bersifat fokal atau menimbulkan gambaran kejang yang
partial. Stimulasi fotik dapat menimbulkan paroksismalitas menyeluruh berupa
kompleks spike and wave yang disebut photoparoxysmal response. Korelasi
gambaran rekaman diluar serangan adalah tertinggi untuk petit-mal (90%),
kemudian tipe psikomotor dan pada tipe grand-mal korelasinya adlah tidak
begitu tinggi. Jadi jelaslah tidak adanya gambaran epileptiform dalam rekaman
tunggal tidaklah menyingkirkan kemungkinan penyakit konvulsif.
2. EEG pada tumor intra cranial
Neurobehavior System Electro Enchelography

Pentingnya pemeriksaan EEG pada tumor otak ditegaskan oleh Walter, yang
menyebutkan irama lambat berfrekuensi kurang dari 4 spd (irama delta).
Irama delta ini umumnya terlihat fokal, karenanya dapat dipakai untuk
menetukan lokalisasi tumor.
Jaringan otak sendiri tidak memberikan lepas muatan listrik, gelombanggelombang lambat yang dicatat oleh EEG berasal dari neuron-neuron disekitar
tumor atau ditempat lain yang fungsinya terganggu secara langsung atau tidak
langsung.
1. Tomor otak tidak memberikan gambaran yang spesifik, kiranya
rekaman serial adalah lebih bernilai dari pada rekaman tunggal.
2. Tomor infra tentorial memberikan gambaran EEG yang berbeda dengan
tomor supra tentorial.

Gambaran karakteristik tumor infra tentorial

adalah berupa perlambatan sinusoidal yang ritmik berfrekuensi 2-3 spd


atau 4-7 spd, dapat bersifat terus menerus ataupun paroksismal.
3. Berbeda dengan tomor infra tentorial, tumor supra tentorial pada
umumnya memberikan gambaran yang bersifat fokal teta maupun delta,
sehingga penentuan lokalisasi lebih dimungkinkan.

Kadang-kadang

dapat pula ditemui gambar spike atau gelombang tajam yang fokal.
Suatu ketentuan yang banyak dianut tentang tumor otak mengatakan
bahwa suatu EEG yang normal menyingkirkan sebesar 97% tumor
kortikal dan sebesar 90% tumor otak pada umumnya.
3. EEG pada lesi desak ruang lain
Secara EEG, abses otak memberikan gambaran yang sama dengan tumor : 9095% memperlihatkan aktivitas teta atau delta yang menyeluruh dengan focus
frekuensi terendah diatas daerah abses. Fokus perlambatan iniseringkali sangat
rendah sampai 0,3 spd dan bervoltase sangat tinggi sampai 500 mikrovolt.
Subdural hematom yang kronik 90% memperlihatkan EEG yang abnormal,
sehingga penemuan EEG yang normal menyingkirkan kemungkinan hematom
secara cukup kuat.
4. EEG pada rudapaksa kepala
EEG berkorelasi dengan hebat dan luasnya rudapaksa kepala.
cerebri EEG umunya normal.

Commotio

Memar otak akut meperlihatkan penurunan

voltase yang diffuse, diikuti pembentukan aktivitas delta bervoltase rendah


yang menyeluruh. Pada area kontusi aktivitas cepat ditekan dan seringkali
Neurobehavior System Electro Enchelography

10

ditemui asimetri dalam amplitude irama alfa. Setelah fase akut aktivitas delta
relative akan terlokalisir di daerah kontusi. Setelah kira-kira 2 minggu terlihat
peninggian frekuensi dan penurunan voltase dari fokus delta tersebut. Dapat
dilihat pula fokus spike di daerah kontusi.

Pada masa penyembuhan

hiperventilasi akan menimbulkan perlambatan umum sampai 30 hari setelah


trauma.
5. EEG pada infeksi otak
Meningitis akut memberikan abnormalitas perlambatan yang difus berupa
irama delta, baik pada bentuk purulent maupun serosa. Biasanya kelainan EEG
berkaitan erat dengan tingkat kesadaran individu. Uatu perlambatan fokal yang
timbul pada rekaman ulangan individu dengan meningitis mungkin sekali
menandakan pembentukan abses. Ensefalitis memberikan perlamabatn umum,
biasanya dengan frekuensi yang lebih rendah dari meningitis. Dapat pula
terlihat fokus perlambatan dan gelombang tajam.
1. 3 Hasil Pemeriksaan EEG
A. Sinyal Eeg

Sinyal Delta frekwensinya 0,5 4 Hz

Sinyal Theta frekwensinya 4 8 Hz

Sinyal Alpha frekwensinya 8 13 Hz

Sinyal Beta frekwensinya 13 22 Hz

Sinyal Gama frekwensinya 22 30 Hz atau lebih

B. Aktifitas sinyal

Aktifitas Alpha, Sinyal amplitudo dibawah 10 uV peak to peak. Sinyal ini


ditimbulkan dari posterior otak pada orang yang berjalan sambil tidur
atau mata yang terbuka serta pemusatan perhatian.

Aktifitas Beta, Sinyal ampltudo dibawah 20 uV peak to peak. Sinyal ini


dari keseluruhan otak terutama dibagian ditengahnya.

Kondisi tingkat

kesadaran tinggi.
Neurobehavior System Electro Enchelography

11

Aktifitas Gamma, Sinyal amplitudo 2 uV peak to peak . Timbul saat


kondisi perhatian penuh.

Aktifitas Theta dan Delta, Sinyal amplitudo dibawah 100 uV peak to peak
merupakan kondisi tidur seseorang.

Neurobehavior System Electro Enchelography

12

Penempatan Elektroda

Penempatan Elektroda

Neurobehavior System Electro Enchelography

13

1. Pengukuran khusus sinyal biopotensial

sebagai antarmuka antar

instrument medis elektronik dengan pasien


2. Penempatan elektroda untuk mendapatkan hasil sinyal listrik yang akurat
dan bermanfaaf
3. Impedansi dari kulit 10 KOhm ( kulit lembab) dan 500 KOhm ( kulit
kering )
4. Potensial halfcell dan polarisasi elektroda (Saat ion elektroda cenderung
bermigrasi dengan kulit ) untuk mengatasi ini dengan penguat input
difrensial dan penguat dikopling dengan C ( kombinasi keduanya )
5. Potensial halfcell untuk medis berkisar antara -2V s/d +2V yang cocok
dipakai elektroda Ag-AgCl

Standar Operasinal prosedur


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jenis Ketrampilan
Tanggal
NO

: Pemeriksaan EEG
: //

KOMPONEN KERJA

PENCAPAIAN
Lab
Tanggal:
. . /. . /. . .
.

Klinik
Tanggal:
. . /. . /. . .
.

Ujian
Tanggal:
. . /. . /. . .
.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Neurobehavior System Electro Enchelography

14

Tujuan :

Untuk membantu menegakkan diagnosa / untuk


melengkapi data diagnose kelainan fungsional
diotak.

PERSIAPAN ALAT

a) Sebelum alat di gunakan / pesawat EEG


dipanaskan terlebih dahulu.
b) Elektrode dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu bagian kiri, tengah dan kanan
sesuai dengan yang tertera pada junction
box.
c) Kertas EEG
d) Elefik paste, skin pure, sisir, metlyn,
spidol, karet gelang untuk pasien yang
berambut panjang.
2

PERSIAPAN KLIEN
Menjelaskan prosedur yang di lakukan

Memposisikan klien pada posisi yang nyaman

Kaji adanya kecemasan

LANGKAH KERJA

a) mencuci tangan.
b) Kepala diukur dengan menggunakann
metlyn, Hasil pengukuran diberi tanda
dengan spidol merah supaya jelas.
c) Selesai pengukuran kepala yang sudah
bertanda spidol merah dibersihkan dengan
kapas alcohol, kemudian digosok perlahan
dengan skin pure, elefik paste ditempelkan
sesuai hasil pengukuran tadi, sampai
selesai.
d) Pasien dianjurkan untuk tidur terlentang,
tengkuk

diberi

bantalan

kemudian

electrode ( 22 elektrode )di tempelkan di


Neurobehavior System Electro Enchelography

15

atas elefik .
e) Sebelum mulai merekam pasien dianjurkan
untuk tetap rileks dan diberi penjelasan
apa yang harus dilakukan pada saat
perekaman.
f) Rekaman / pemeriksaan EEG diawali
dengan kalibrasi sesuai dengan kebutuhan.
Perekaman dimulai dari pattern 1
( satu ) sampai 6 ( enam ) dengan waktu
kurang lebih 15 sampai 20 menit ( 60
lembar kertas ). Pattern 1 ( pertama )
pasien dianjurkan untuk menutup dan
membuka mata ( kecuali pasien yang
tidak sadar atau pasien yang dengan
premedikasi ) sampai 10 lembar kertas
atau lebih kurang 3 menit.
Pattern ke 2 ( kedua ) pasien dianjurkan
untuk menutup mata dan menjawab
pertanyaan yang diberikan dan tidak
diperbolehkan

menggeleng

atau

menganggukkkan kepala, waktu sama


dengan pattern pertama.
Pattern ke 3 ( ketiga ) pasien dianjurkan
untuk

membuka

mata

kemudian

dilakukan PS ( photic stimulation )


sampai selesai kemudian pasien diminta
untuk

menutup

mata

lagi,

pasien

dianjurkan untuk nafas panjang atau


HV ( hiper ventilasi ) waktu sama
dengan pattern sebelumnya.
g) Setelah nafas panjang selesai pasien nafas
biasa dan diperbolehkan tidur sampai
perekaman selesai.
h) Pattern keempat sampai empat lembar
Neurobehavior System Electro Enchelography

16

kertas, kertas dibalik dan dilanjutkan


sampai sepuluh lembar kertas dengan
waktu yang sama tanpa aktivitas, begitu
juga dengan pattern kelima dan keenam.
i) Pada pasien yang memakai obat
premedikasi mulai dari pattern pertama
sampai keenam tidak dilakukan aktivitas.
Setelah pattern keenam kembali ke pattern
ketiga dan pasien dibangunkan untuk
dilakukan Photik .
j) Pada akhir perekaman dilakukan kalibrasi
lagi.
Apabila

di

tengahtengah

perekaman

grafik mengecil atau terlalu tinggi maka


kalibrasi bisa dirubah sesuai dengan
kebutuhan.

Segala sesuatu yang terjadi

pada saat perekaman dicatat pada kertas


perekaman.
k) Setelah

proses

perekaman

selesai,

electrode dilepas dimasukkan dalam air


yang sudah disediakan pada suatu tempat
dan kulit kepala dibersihkan dengan kapas
basah.
Pada kertas perekaman diisikan identitas
pasien, tanggal, dan nomor register.
l) Hasil perekaman diberikan pada pasien /
keluarganya untuk kembali ke dokternya,
kecuali pasien konsulan hasil perekaman
diserahkan

ke dokter spesialis saraf

terlebih dahulu untuk pembacaan sebelum


kembali pada dokter yang bersangkutan.
m) Elektrode dan alatalat yang lain dibersihkan, dirapikan, perawat cuci tangan.
Gambaran hasil pemeriksaan EEG
Neurobehavior System Electro Enchelography

17

DAFTAR PUSTAKA
Campellone, JV (2006). EEG BRAIN WAVE TEST Diambil
pada

April

2015

dari

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003931.ht
m
Nissl, J (2006). Electroencephalogram (EEG) Diambil pada 1
April

2015

dari

http://www.webmd.com/hw/epilepsy/aa22249.asp
Louis, S (2006).EEG COURSE and GLOSSARY. Diambil pada
1

April

2015

dari

http://www.brown.edu/Departments/Clinical_Neurosciences/
louis/eegcrs.htm
St. John's Mercy Health Care (2006).Tests & Procedures
Electroencephalogram (EEG) Diambil pada 1 April 2015 dari
http://www.stjohnsmercy.org/contact/default.asp

Neurobehavior System Electro Enchelography

18

Anda mungkin juga menyukai