Anda di halaman 1dari 30

PEMBAHASAN

KONSEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


A. Farmasio Retikularis dan Reticular Activating System
Farmasio retikularis, inti retikular otak yang secara filogenetis berusia
tua, menempati bagian midventral medula oblongata dan otak tengah
(mid-brain). Bagian ini pada pokoknya adalah suatu daerah anatomik yang
tersusunoleh serat-serat dan kelompok-kelompok saraf dengan fungsi
tersendiri. Misalnya mengandung badan sel dan serat dari banyak sistem
serotonergik, noradregenik, dan adrenergenik. Bagian ini juga
mengandung banyak daerah yang berperan dalam pengaturan frekuensi
denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan. Sebagian serat-serat
desendens di dalamnya menghambat penyaluran di jaras sensorik medula
spinalis. Berbagai daerah retikular dan jaras-jaras dari daerah-daerah
tersebut berperan dalam spastisitas dan penyesuaian refleks regang.
Reticular Activating System (RAS) adalah suatu jaras polisinaps yang
kompleks. Koleteral yang menuju kedalamnya tidak saja dari traktus
sensorik asendens panjang tetapi juga dari sistem trigeminus, pendengaran,
pengheliatan serta sistem penciuman. Kompleksnya jaringan neuron dan
derajat konvergenasi di dalamnya menghilangkan spesifitasi modalitas,
dan sebagian besar neuron retikular mudah digiatkan oleh bermacam-
macam rangsang sensorik. Dengan demikian sistem ini tidak spesifik
sedangkan jaras sensori klasik adalah spesifik yang serat-seratnya
digiatkan oleh hanya satu jenis rangsang sensorik. Sebagian RAS melewati
talamus untuk berproyeksi secara difusi ke korteks. Sebagian lagi berakhir
dinukleus intralaminar dan nukleus talamus terkait dan darisana
berproyeksi secara difusi dan non spesifik keseluruh neokorteks.
B. Potensial Korteks Bangkitan (Evoked Cortical Potentials)
Proses-proses listrik yang terjadi di korteks setelah peranngsangan suatu
alat indra dapat dipantau dengan memasang sebuah elektroda pencatat
yang dihubungkan dengan elektroda lain dipasang di suatu titik netral yang
terletak agak jauh. Pada binatang percobaan dengan anastesia barbiturat,

1
yang meniadakan sebagian sebagian besar kegiatan listrik latar, dapat
dicatat jawaban yang khas. Apabila elektroda pencatat diletakan diletakkan
di daerah korteks primer untuk indra tertentu, timbul gelombang positif-
permukaan dengan masa laten 5-12 mdet. Hal ini kemudian diikuti oleh
gelombang negatif kecil lalu kadang-kadang diikuti oleh defleksi positif
yang lebih besar dan berlangsung lebih lama dengan masa laten 20-80
mdet. Rangkaian gelombang positif-negatif pertama adalah primary
evoked potential; yang kedua adalah respons sekunder difus.
Potential bangkitan primer sangat spesifik dalam letaknya dan
hanya dapat diamati di tempat berakhirnya jaras dari suatu alat indra
tertentu. Elektroda dipermukaan korteks yang menghadap piameter,
mengambil contoh kegiatan listrik sampai kedalaman hanya 0,3-0,6 mm.
Respon primer lebih bersifat negatif daripada positif apabila diukur
dengan mikroelektroda dimasukan dilapisan 2-6 korteks, dan gelombang
negatif di dalam korteks diikuti oleh gelombang positif. Rangkaian
negatif-positif ini menandakan depolarisasi pada dendrit dan soma sel-sel
di korteks., diikuti oleh hiperpolarisasi. Rangkaian gelombang positif-
negatif yang tercatat dari permukaan korteks terjadi karena lapisan korteks
permukaan bersifat relatif positif terhadap kenegatifan awal, lalu relatif
negatif dalam hipolarisasi dalam. Pada hewan atau manusia yang tidak
dianastesi, potential bangkitan primer sebagian besar ditutup oleh aktivitas
spontan otak, tetapi potensial tersebut dapat dibuktikan dengan pencatatan-
pencatatan tambahan yang akan meniadakan kegiatan listrik latar. Pada
hewan yang tidak dianastesi potensial tersebut bersifat lebih difus tetapi
tetap terbatas dibandingkan dengan respon sekunder difus.
Respon sekunder difus permukaan-positif tidak seperti respon
primer, respon sekunder tidak terokalisasi dengan baik. Respon ini tampak
disaat yang sama dihampir seluruh korteks disebabkan oleh aktivitas di
proyeksi dari nukleus garis tengah dan talamus lainnya yang terkait.

2
C. Elektroensefalogram
Aktivitas listrik latar pada otak hewan yang tidak dianastesi
pertama kali dilaporkan pada abad ke-19. Kemudian hal ini mulai
dianalisis secara sistematik oleh psikiater Jerman, Hans Berger, yang
mengajukan istilah elektroensefalogram (EEG) untuk menyatakan
catatan variari potensial listrik otak. EEG dapat diukur dengan elektroda
kulit kepala melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda
yang dipasang di atas atau di dalam di dalam otak. Istilah
elektrokortikogram (EcoG) kadang-kadang digunakan untuk pencatatan
yang diperoleh dari elektroda yang di pasang di permukaan korteks yang
menghadap piameter.
Pencatatan EEG dapat biopolar atau unipolar. Pencatatan biopolar
memperlihatkan memperlihatkan 2 fluktuasi potensial antara 2 elektroda
korteks; pencatatan unipolar memperlihatkan perbedaan potensial antara
elektroda korteks dengan elektroda yang secara teoritis indeferen dibagian
tubuh lain yang jauh dari korteks.
1. Irama Alfa
Pada manusia dewasa dalam keadaan sadar tetapi istirahat dengan
pikiran melayang dan mata tertutup, komponen EEG yang paling
menonjol adalah pola gelombang yang relatif teratur dengan frekuensi 8-
12 Hz dan amplitudo sekitar 50-100 uV bila dicatat dikulit kepala. Pola
ini adalah irama (ritme) alfa. Irama ini paling jelas di daerah parieto
oksipital, walaupun kadang juga ditemukan dibeberapa bagian lain.
Irama serupa pernah ditemukan pernah di temukan pada bermacam-
macam spesies mamalia. Pada kucing irama ini sedikit lebih cepat
daripadapada manusia, dan terdapat variasi kecil lain antar spesies, tetapi
pada semua mamilia polanya sangat serupa.
2. Irama Lain
Selain irama utama, di atas regio frontalis kadang-kadang dijumpai
pola voltase rendah 18-30 Hz. Irama beta, mungkin merupakan
harmonisasi irama alfa. Irama gama, pada 30-80 Hz sering terlihat pada

3
orang yang terjaga dan memfokuskan perhatiannya pada sesuatu. Irama
ini sering diganti oleh aktivitas yang cepat dan tidak teratur apabila pada
orang tersebut timbul kegiatan motorik sebagai jawaban atas rangsang.
Pada anak terdapat pola gelombang-gelombang besar teratur 4-7 Hz yang
disebut irama teta dan dibentuk dihipokampus pada hewan percobaan.
Gelombang besar lambat dengan frekuensi kurang dari 4 Hz kadang-
kadang disebut gelombang delta.
3. Variasi dalam EEG
Pada manusia, frekuensi irama EEG yang dominan pada keadaan
istirahat bervariasi sesuai usia. Pada bayi, terdapat aktivitas yang cepat
dan mirip-beta, tetapi irama oksipitalis adalah pola lambaat 0,5-2 Hz.
Selama masa kanak-kanak, irama yang terakhir ini bertambah cepat, dan
pola alfa orang dewasa secara bertahap muncul selama masa remaja.
Frekuensi irama pola alfa menurun apabila kadar glukosa darah turun,
suhu tubuh rendah, kadar hormon glukokortikoid adrenal rendah, dan
tekanan CO2 parsial arteri tinggi. Frekuensi tersebut meningkat pada
keadaan-keadaan sebaliknya. Secara klinis, bernapas berlebihan secara
paksa untuk menurunkan tekanan CO2 parsial kadang-kadang digunakan
untuk mrmunculkan tekanan EEG laten.
4. Hambatan Alfa
Apabila perhatian ditunjukan pada sesuatu, irama alfa digantikan
oleh aktivitas yang cepat, agak tidak teratur bervoltase-rendah. Fenomena
ini disebut hambatan alfa. Pemutusan pola alfa juga terjadi pada semua
bentuk rangsang sensorik atau konsentrasi mental misalnya memecahkan
soal berhitung. Istilah umum untuk penggantian irama alfa yang teratur ini
oleh aktivitas voltase-rendah yang tidak teratur ini adalah respon siaga
atau waspada karena berkaitan dengan keadaan siaga waspada. Dulu,
keadaan ini disebut dsinkronisasi, karena menggambarkan penggantian
kegiatan saraf yang sinkron yang menghasilkan gelombang teratur. Akan
tetapi, karena kegiatan EEG yang cepat yang terlihat pada keadaan siaga
juga bersifat sinkron, istilah desinkronisasi menyesatkan.

4
5. Pola Tidur
Terdapat dua jenis tidur yang berlainan : tidur rapid eye
movement (REM) dan tidur non REM (NREM) atau tidur gelombang
lambat. Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium. Seseorang yang baru
tertidur memasuki stadium 1, yang ditandai oleh aktivitas EEG frekuensi
tinggi amplitude rendah. Stadium 2 ditandai dengan munculnya
kumparan tidur (sleep spindle). Disini terjadi letupan-letupan gelombang
mirip-alfa, 10-14 Hz, 50 uV pada setadium 3, pola yang timbul adalah
gelombang EEG dengan frekuensi yang lebih rendah dan amplitude
meningkat. Perlambatan maksimum dengan gelombang-gelombang besar
djumpai pada setadium 4. Dengan demikian karakteristik tidur dalam
adalah pola glombang lambat tritmis, yang menunjukan adanya
sinkronisasi yang jelas.
6. Tidur REM
Gelombang lambat amplitude tinggi yang tampak pada EEG
selama tidur kadang-kadang diganti oleh aktivitas EEG yang cepat, dan
bervoltase rendah, yang mirip dengan yang dijumpai pada golongan
primata termasuk manusia,dalam tidur stadium 1. Namun, rangsang
sensorik oleh rangsang farmasio retikularis kadang-kadang meningkat.
Keadaan ini kadang-kadang disebut tidur paradoksal, karena aktivitas
EEG-nya cepat. Selama tidur paradoksal, terdapat gerakan-gerakan mata
cepat dan menggembara, dan karena hal inilah, tidur tersebut dinamakan
tidur REM. Pada tidur gelombang lambat tidak dijumpai gerakan semacam
itu, dan dengan demikian sering dinamakan tidur NREM. Ciri lain dari
tidur REM adalah adanya potensial fasik besar, dalam kelompok-
kelompok yang terdiri dari 3-5 gelombang, yang berasal dari pons dan
cepat berpindah ke korpus genikulatum lateral dan dari sini ke korteks
oksipitalis. Oleh karena itu, potensial ini disebut ponto-geniculo-occipital
spike,PGO. Terdapat penurunan yang jelas pada tonus otot rangka leher
selama tidur REM. Otot-otot lainnya tetap mempertahankan tonus mereka,
tetapi terdapat parilisis relative kegiatan volunteer yang bergantung pada

5
likus seruleus. Pada kucing dengan kerusakan likus seruleus, tidur REM
ditandai dengan gerakan menggelepar-gelepar, seolah-olah melakoni
mimpinya.
F. Dasar Fisiologi EEG, Kesadaran dan Tidur
EEG merupakan pencatatan kegiatan listrik unit neurn kotreks dalam suatu
konduktor volume.Biasanya pencatatan dilakukan melalui tulang dan kuli
kepala sehingga voltese yang di catat lebih rendah dari pada pencatatan
langsung pada korteks. Pencatatan dari permukaaan korteks atau kulit
kepala menunjukan adanya gelombang positif bila arus listrik mendekati
elektroda dan gelombang negatif bila arus listrik menjahui permukaan.
1. Dipol-dipol Korteks
Adanya gelombang pada hampir semua keadaan pada EEG
menujukan kegiatan listrik yang meningkat dan menurun di daerah
korteks serebri yang sedang disadap oleh EEG. Bila kegatan terjadi
secara acak, pelepasan implus akan saling meniadakan dan tidak ada
gelombang yang dihasilkan. Tetapi masih banyak hal yang belum di
ketahui mengenai irama irama ini dan hubugannya dengan keadaan
baik perilaku maupun kesadaran.Namun, ada bukti kuat gelombang
tersebut di sebabkan naik turunya kegiatan dalam korteks dan
hubungan sirkuit yang timbal balik antara thalamus dengan korteks.
Dendrit sel korteks merupakan hutan unit-unit yang berorientasi sama
dan terkemas rapat dilapisan super fisial korteks serebrum. Potensial
listrik yang di hantarkan dapat di bentuk di dentrit. Selain itu,
kolateral dari akson rekuren berakhir pada dentrit di lapisan
superfisial. Akan tetapi, dentrit biasanya merupakan tempat perubahan
potensial yang lokal dan tidak dihantarkan seperti hipopolarisasi atau
hiperpolarisasi . Sewaktu ujung-ujung eksitatorik dan inhibiotorik pada
dentrit tiap tiap sel terjadi aktif, arus mengalir dari tempat ini dan
tempat lainnya pada prosesus dendrit dan badan sel. Dengan demikian,
hubungan sel-dendrit adalah hubungan dipol yang beubah-ubah. Aliran
arus dari dipol ini menghasilkan fluktasi potensial mirip gelombang

6
dalam konduktor volume. Apabila jumlah aktifitas dentrit relatif lebih
negatif dari pada sel, sel mengalami hipopolariasi dan menjadi lebih
peka rangsang apabila jumlah tersebut positif, sel mengalami
hiperpolarisasi dan kurang peka rangsang. Korteks serebelum dan
hipotampus adalah 2 tempat lain di susunan saraf pusat dengan
prosesus-prosesus dentritik yang pararel dan kompleks terletak di
bawah piameter dalam beberapa lapisan sel sel. Di kedua bagian,
terdapat fluktuasi ritmik potensial permukaan yang khas dan serupa
dengan yang dijumpai pada EEG kontreks.
2. Gelombag Osilasi Talamokortikal
Sumber gelombang EEG lain kegiatan timbal baik antara nukleus
garis tengah talamus dengan korteks serebri, neuron talamus
mengalami hiperpolarisasi dan melepaskan kegiatan listrik hanya
dalam cetusan-cetusan fisik yang mirip kumparan tidur pada keadaan
tidur gelombang lambat selama keadaan sadar, neuron ini
terdepolarisasi sebagian dan akan melepaskan implus secara tonik
dengan frekunsi cepat. Hal ini berhubungan dengan frekuensi
pelepasan impuls yang lebih tinggi pada neuron kortikal.
Kegiatan neuron talamus dapat digeser dari hiperpolarisasi yang
timbul secara fasik menjadi depolarisasi yang tonik oleh adanya
perangsangan sensorik yang menimbulkan peningkatan kesiagan.
Sebaliknya, kegiatan neuron ini dapat digeser dari depolarisasi menjai
hiperpolarisasi oleh perangsangan zona tidur. Ada kemugkinan bila
neuron ini hiperpolarisasi secara baik, aktivitas di hubungan timbal
balik talamokortikal mencegah neuron korteks untuk menerima atau
memproses masukan terten.
3. Mekanisme yang mengasilkan EEG siaga
Pergantian pola EEG ritmik dengan aktivitas bervoltase rendah
yang cepat, ditimbulkan oleh peransangan terdapat sistem sensorik
spesifik sampai tingkat otak tengah, tetapi perangsagan sistem-sistem
ini di atas otak tengah, perangsang nukleus relai sensorik spesifik di

7
talamus, atau perangsangan pada daerah korteks itu sendiri tidak
menimbulkan respons peningkatan kesiagan. Sebaliknya,
perangsangan berfrekunsi tinggi pada formasio retikularis otak tengah
menyebabkan respons peningkatan kesiagan pada EEG dan
membangkitkan hewan yang sedang tidur. Lesi bilateral di bagian
lateral dan superior otak tengah yang memutuskan lemnikus medialis
dan mencegah respons peningkatan kesiagan pada EEG yang
ditimbulkan oleh rangsang sensorik tetapi lesi di tegmentum otak
tengah yang memutuskan RAS tanpa merusak sistem spesifik
menyebabkan pola sinkronisasi gelombang lambat yang tidak di
pengaruhi oleh rangsang senorik. Hewan dengan lesi tipe pertama
berada dalam keadaaan jaga sedangakan yang mengalami lesi tipe
terahir berada dalam keadaan koma untuk jangka panjang. Pederita
dengan lesi yang memutuskan RAS juga dalam keadaaan somnelon
atau koma. Dengan demikian, aktivitas asendens yang beperan untuk
respons peningkatan kesiangan pada EEG setelah rangsang sensorik
melewati sistem sensorik spesifik ke otak tengah, masuk RAS melalui
kolateral dan berlanjut melaui talamus dan sistem proyeksi talamus
nonpesifik ke korteks.
4. Terjadinya tidur gelombang lambat
Gelombang lambat dalam EEG dan perilaku yang
menggambarkan, yaitu tidur geombang lambat dapat dihasikan oleh
rangsang ada paling sedikit 3 daerah subkorteks. Zona tidur
diensefalon di hipotaamus posterior dan intralaminar di dekatnya serta
nukleus talamus anterior. Frekuensi rangang harus sekitar 8Hz;
perangsangan dengan frekuensi yang lebih meningkatkan tidur
gelombang lambat pada manusia kadar adenosine meningkatkan
daerah kolinergik di otak depan basal dan nukleus kolinergik
mesopontin selama keadaan sadar dan menurun selama tidur. Hal ini
sesuai dengan efek peningkatan kesiagan oleh kafien, yang merupakan
antagonis adenosin. Hipotosis lain menyatakan bahwa pelepasan

8
prostagladinin D2 di area preoptik medial dari hipotalamus
menyebabkan peningkatan tidur gelombang lambat dan tidur REM
sedangkan pelepasan PGE, menyebabkan kesadaran. Suatu lipid yang
dihasilkan oleh otak diketahui mempuyai sifat penyebab tidur.
Beberapa peneliti mengatakan ada suatu peptide yang dihasilkan di
otak yang berperan untuk tidur. Namun masih terdapat ketidak sesuain
paham megenai peptida yang di calonkan sebagai peptide tidur, dan
peran fisiologiknya, bilamana ada, masih belum pasti.
5. Kejadian yang Bersama dengan tidur REM
Orang yang dibangunkan pada saat mereka memperlihatkan EEG
khas untuk tidur REM biasanya melaporkan bahwa mereka sedang
bermimpi, sedangkan orang yang dibangunkan dari tidur gelombang
lambat tidak pengamatan ini dan bukti lain menunjukan bahwa
terdapat kaitan erat antara tidur REM dan bermimpi. Kertak gigi
(bruksisme) yang terjadi pada beberapa orang juga berkaitan dengan
bermimpi. Tidur REM juga ditemukan pada semua golongan mamalia
dan unggas yang pernah di pelajari, tetapi mugkin tidak terjadi pada
golongan hewan lain. Apabila orang dibagunkan setiap kali mereka
memperhatikan tidur REM, lalu dibiarkan tidur tanpa gangguan, dalam
beberapa malam mereka memperhatikan jumlah tidur REM yang lebih
besar dari pada normal. Pengurangan tidur REM yang relative lama
tampaknya tdak menimbulkan efek kejiwaan yang merugikan. Namun,
bintang percobaan yang sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
tidur REM dalam jangka panjang akan kehilangan berat walapun
masukan kalori ditingkatkan dan mereka akhirnya mati, yang
menandakan bahwa tidur REM memiliki suatu peran homestatik
penting yang belum dipahami. Di pihak lain, pengurangan tidur
gelombag lambat menyebabkan perubahan serupa, sehingga perubahan
perubahan tersebut mugkin tidak hanya berkaitan dengan tidur REM.

9
6. Terjadinya Tidur REM
Irama bervoltase rendah dan cepat yang berasal dari kortejs serebri
selama tidur REM menyurupai EEG pada respons siaga dan mugkin
dibentuk dengan cara yang sama. Perbedaan utama antara tidur REM
dan sadar ialah bahwa bermimpi ditandai oleh gambaran yang aneh
dan pikiran pikiran yang tidak logis, dan umumnya tidak disimpan
dalam ingatan. Alasan adanya perbedaaan ini tidak diketahui. Namun
PET scanning pada manusia yang sedang tidur REM memperhatikan
peningkatan aktivitas di daerah pontinamigdala, dan girus singulata
anterior, tetapi terjadi penurunan aktivitas di korteks prefrotal dan
pariental. Aktivitas di daerah asosiasi pengliahatan juga meingkat,
tetapi terjadi penurunan di korteks penglihatan primer. Hal ini sesuai
degan peningkatan emosi dan pemberadayaan sistem saraf yang tidak
mendapat masukan dari dunia luar. Mekanisme yag mencetuskan tidur
REM terletak di formasio retikularis pons. PGO spikes berasal
daritementum pons lateral. Spkes ini disebabkan oleh pelepasan implus
oleh neuron noradrenergik di lokus seruleus dan neuron serotonergic
sdi rafe otak tengah ikut berperan dalam menimbulkan keadaaan sadar,
dan bahwa kegiatan neuron neuron ini berhenti apabila terjadi
pelepasan spikes PGO kolinergik yang mencetuskan tidur REM.
Reserpin yang menghabiskan persediaan serotonin dan katekolamin,
akan menghambat tidur gelombang lambat dan kejadian kejadian
yang khas untuk tidur REM tetapi menigkatkan aktivitas spiers PGO.
Obat obatan berbiturat menurunkan jumblah tidur REM.
7. Distribusi Stadium Tidur
Pada proses tidur malam yang biasa, seorang dewasa muda
pertama tama memasuki tidur NREM, melewati stadium 1 dan 2 dan
berada dalam stadium 3 dan 4 cepat menimbulkan kesadaran. Hal ini
tidak perlu membuat bingung, yang penting adalah bahwa rangsang
berfrekuensi rendah menimbulkan satu respons, sedangkan rangsang
berfrekunsi tinggi menghasilkan respons yang lain zona kedua adalah

10
Zona sinkronisasi medulla di formasio retikularis medula oblongata
setinggi nukleus traktus solitaries. Perangsagan pada zona ini, seperti
perangsagan pada zona tidur diesefalon, menghasilkan tidur apabila
frekuensi rendah dan kesadaran bila frekuensinya tinggi. Mekanisme
terjadinya efek ini tidak diketahui, tetapi diperkirakan melibatkan
jaras jaras yang naik ke talamus. Daerah sinkronisasi ketiga adalah
zona tidur otak depan basal (basal ferobrain sleep zona ). Zona ini
mencakup daerah praopik dan lajur diagonal Broca. Zona ini berbeda
dari kedua zona sebelumnya karena perangsangan pada zona otak
depan basal menimbulkan gelombang lambat dan tidur, dengan
frekuensi rangsang yang rendah maupun tinggi. Neuron di bagian
ventrolateral area preoptik membentuk proyeksi ke nuklleus
tuberomamilaris zona tidur diensefalon. Perlu diperhatikan bahwa
peragsang serat aferen yang berasal dari mekanoreseptor di kulit degan
frekuensi 10Hz atau lebih rendah juga menimbulkan tidur pada
binatang percobaan, mungkin melalui batang otak, dan tentunya sudah
umum diketahui perangsang buat orang tidur. Namun, di pihak lain,
tidur gelombang lambat berada di bawah pengaruh kuat irama
sirkadian. Peran nukleus suprakhiasmatik hipotalamus dalam
pengaturan tidur dan irama sirkadian lainya di bahas.Telah banyak
perdebatan mengenai hubungan neuron seotonergik otak dengn tidur,
tetapi sekarang tampaknya zat agonis serotonin menekan tidur dan
antagonis serotonin seperti ritanserin selama 70-100 menit. Tidur
kemudian menjadi lebih dangkal, dan timbul periode REM. Siklus ini
berulang dengan interval sekitar 90 menit sepanjang malam.
Menjelang pagi, siklus yang terjadi serupa, walapun tidur stadium 3
dan 4 berkurang sedangkan tidur REM bertambah. Dengan demikian
terdapat 4-6 periode REM setiap malam. Tidur REM mengambil
sekitar 80% dari total waktu tidur pada bayi premature dan 50% pada
bayi cukup bulan. Setelah itu, proporsi tidur REM turun cepat dan
mendaftar menjadi sekitar 25% sampai usia lanjut. Anak anak

11
memiliki waktu tidur total dan tidur stadium 4 yang lebih lama dari
pada orang dewasa.
Dalam buku Fisiologi Manusia Lauralee Sherwood dijelaskan bahwa
Tidur adalah suatu proses aktif yang terdiri dari periode-periode
tidur gelombang-lambat dan paradoksial yang berselang-seling.
Kesadaran (consiciousness) mengacu pada kesadaran subjektif
mengenal dunia luar dan diri, termasuk kesadaran mengenai dunia
pikiran sendiri; yaitu, kesadaran mengenai pikiran, persepsi, mimpi,
dan sebagainya. Walaupun tingkat akhir dari kesadaran berada di
korteks serebrum dan sensasi kesadaran kasar dideteksi oleh thalamus,
pengalaman di alam sadar bergantung pada integrasi fungsi berbagai
bagian sistem saraf.
Tingkat kesadaran berikut diurutkan berdasarkan penurunan tingkat
keadaan terjaga/bangun (arousal), berdasarkan seberapa intensif
interaksi antara rangsangan perifer dan otak:
a. Ketajaman perhatian maksimum (maximum alertness)
b. Keadaan terjaga penuh (wakefulness)
c. Tidur (dibedakan menjadi beberapa jenis)
Ketajaman perhatian maksimum bergantung pada masukan
sensoris penarik-perhatian yang memberi kekuata pada RAS dan
kemudian tingkat aktivitas SSP secara keseluruhan. Pada ujung yang
lain, koma mengacu pada ketidaktanggapan total seseorang yang
masih hidup terhadap rangsangan eksternal, yang disebabkan oleh
kerusakan batang otak yang menggangu RAS atau oleh depresi luas
korteks serebrum misalnya karena kekurangan oksigen.
Siklus jaga-tidur adalah variasi siklis normal dalam kesadaran
mengenai keadaan sikitar. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang
sedang tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi akan
memiliki pengalaman kesadaran dalam batin, misalnya mimpi. Selain
itu, mereka dapat dibangunkan oleh rangsangan eksternal misalnya
bunyi alarm.

12
Reticular Activating System Farmasio Retikularis, suatu jaringan
neuron yang terebar luas di dalam batang otak, menerima dan
mengintegrasikan semua masukan sinaps. Reticular Activating System,
yang mendorong kesiagaan korteks dan membantu mengarahkan
perhatian ke kejadian-kejadian tertentu, terdiri dari serat-serat asendens
(warna putih) yang berasal dari farmasio retikularis yang membawa
sinyal ke atas untuk membangunkan dan mengaktifkan korteks
serebrum.
Tabel Perbandingan Tidur Gelombang-Lambat dan Paradoksikal
JENIS TIDUR
KARAKTERISTIK
Tidur Gelombang-Lambat Tidur Paradoksikal

Serupa dengan EEG pada


Memperlihatkan
EEG orang yang terjaga dan
gelombang-lambat
waspada

Inhibisi tonus otot secara


Dijumpai tonus otot; sering
Aktivitas motorik mendadak; tidak ada
berubah posisi
gerakan

Kecepatan denyut
jantung, kecepatan
Penurunan ringan Tidak teratur
pernapasan, tekanan
darah

Jarang (aktivitas mental Sering (perpanjangan


Bermimpi
adalah 0) pikiran saat terjaga)

Tingkat keadaan Sulit dibangunkan tetapi


Mudah dibangunkan
bangun (arousal) mudah terbangun sendiri

Persentase waktu
80% 20%
tidur

Karakteristik penting Memiliki 4 stadium; orang Gerakan mata cepat


lain yang tidur pertama harus

13
melewati jenis tidur ini

Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar tidak terjaga. Tingkat
aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama
stadium-stadium tidur tertentu, penyerapan O2 oleh otak bahkan
meningkat melebihi tingkat terjaga normal.
Terdapat dua jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang
berlainan dan perilaku yang berbeda; tidur gelombang-lambat tidur
dan tidur paradoksikal atau tidur REM. Tidur gelombang-lambat
berlangsung dalam empat stadium, masing-masing memperlihatkan
gelombang EEG yang semakin lama semakin lambat dengan
amplitude yang semakin besar (karena itu disebut tidur gelombang-
lambat ). Pada permulaan tidur, seseorang berpindah dari tidur ringan
stadium 1 ke tidur dalam stadium 4 selama periode tiga puluh sampai
empat puluh lima menit, kemudian berbalik kembali melalui stadium-
stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir setiap
siklus paradoksikal yang berlangsung sepuluh sampai lima belas
menit. Pola EEG selama tidur paradoksikal tersebut secara mendadak
menjadi serupa dengan keadaan terjaga, walaupun individu yang
bersangkutan masih tidur. Setelah episode paradoksikal, stadium-
stadium tidur gelombang-lambat berulang sekali lagi. Sesesorang
secara siklis mengalami kedua jenis tidur berganti-ganti sepanjang
malam. Selama masa remaja dan dewasa, tidur paradoksikal rata-rata
menempati sekitar 20% waktu tidur total. Bayi menghabiskan
waktunya jauh lebih banyak pada tidur paradoksikal. Sebaliknya, pada
orang lanjut usia tidur paradoksikal dan tidur gelombang-lambat
stadium 4 berkurang.
Tidur paradoksikal bisa dianggap sebagai tidur yang paling dalam,
karena pada saat ini orang yang sedang tidur paling sulit dibangunkan,
atau tidur yang paling ringan, karena orang yang sedang tidur paling
mudah terbangun sendiri pada stadium ini. Beberapa pengamatan lain

14
mendukung anggapan bahwa stadium ini adalah tidur yang paling
dalam. Pertama, pada siklus tidur normal, seseorang selalu melewati
tidur gelombang-lambat sebelum masuk ke tidur paradoksikal. Kedua,
individu yang memerlukan waktu tidur total yang lebih sedikit dari
normal menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur paradoksikal
dan stadium 4 serta lebih sedikit waktu pada stadium-stadium tidur
gelombang-lambat yang lebih ringan.
Selain pola EEG yang khas, kedua jenis tidur dibedakan
berdasarkan perbedaan perilaku. Sulit ditentukan secara pasti kapan
seseorang bergeser dari mengantuk menjadi tidur gelombang-lambat.
Dalam tidur jenis ini, individu masih memiliki tonus otot yang
memadai dan sering menggeser-geserkan posisi tubuhnya. Yang sering
terjadi hanya penurunan kecil kecepatan denyut jantung, kecepatan
pernapasan, dan tekanan darah. Selama waktu ini orang orang yang
tidur mudah dibangunkan dan jarang bermimpi. Aktivitas mental yang
berkaitan dengan tidur gelombang-lambat kurang visual dibandingkan
dengan bermimpi. Aktivitas tersebut lebih bersifat konseptual dan
masuk akal, seperti perpanjangan pikiran-pikiran sewaktu terjaga yang
berkaitan dengan kejadiank-kejadian sehari-hari dan lebih sulit untuk
diingat kembali. Perkecualian utama adalah mimpi buruk, yang
terjadi selama stadium 3 dan 4. Orang yang berjalan dan berbicara
sewaktu tidur melakukannya sewaktu tidur gelombang-lambat.
Pola prilaku yang menyertai tidur paradoksikal ditandai oleh
inhibasi mendadak tonus otot seluruh tubuh. Otot-otot mengalami
relaksasi total tanpa terjadi gerakan. Tidur paradoksikal juga ditandai
oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement), sehingga disebut juga
tidur REM. Kecepatan denyut nadi dan frekuensi pernafasan menjadi
tidak teratur (ireguler) dan tekanan darah mungkin berfluktasi.
Karakteristik lain pada tidur REM adalah bermimpi. Terdapat sedikit
bukti yang menyatakan bahwa gerakan mata cepat tersebut berkaitan
dengan melihat mimpi secara imajinatif. Gerakan-gerakan mata

15
tersebut tampaknya berlangsung dalam pola bolak-balik yang sudah
terkunci dan tidak dipengaruhi oleh isi mimpi.
Siklus tidur-bangun mungkin dikontrol oleh interaksi antara
tiga daerah batang otak.
Siklus tidur-bangun serta berbagai stadium tidur diperkirakan
disebabkan oleh hubungan timbal balik siklis dari tiga sistem saraf
dibatang saraf yang berbeda di batang otak: (1) arousal system, yang
merupakan bagian dari reticular activating system, (2) pusat tidur
gelombang-lambat, dan (3) pusat tidur paradoksikal. Pola interaksi
antara ketiga daerah saraf itu,, yang menyebabkan munculnya urutan
siklis teratur antara bangun dan tidur (yang berganti-gantian antara
dua stadium), sedang dalam penyelidikan intensif. Bagaimanapun,
mekanisme molekuler yang mengontrol siklus tidur-bangun masih
belum dipahami.
Siklus normal dapat lebih mudah diganggu, dengan aurosal system
lebih sering mengalahkan sistem tidur daripada sebaliknya; yaitu,
Anda lebih mudah terjaga sewaktu mengantuk daripada jatuh tertidur
saat anda terjaga penuh. Aurosal system dapat diaktifkan oleh
masukan sensorik aferen (misalnya, orang sulit tidur dalam keadaan
bising) atau oleh masukan yang turun ke batang otak dari daerah-
daerah otak yang lebih tinggi. Konsentrasi penuh atau keadaan
emosional kuat, misalnya rasa cemas atau kegembiraan, dapat
mencegah seseorang jatuh tertidur, demikian juga aktivitas motoric,
misalnya berdiri dan berjalan, dan membangunkan seseorang yang
mengantuk.
Gangguan tidur yang jarang terjadi adalah narkolepsi. Kelainan ini
ditandai oleh serangan tidur yang singkat (lima sampai tiga puluh
menit) yang tidak dapat ditahan beberapa kali sehari. Orang yang
mengidap kelainan ini tiba-tiba jatuh tertidur selagi melalkukan suatu
aktivitas, sering tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu. Narkolepsi
diperkirakan berkaitan dengan pengaktifan abnormal neuron-neuron di

16
pusat tidur paradoksikal selama keadaan terjaga. Pasien narkoleptik
pada kenyataannya dapat langsung masuk ke dalam tidur paradoksikal
tanpa harus melalui tidur gelombang lambat.
Walaupun manusia menggunakan sepertiga usianya untuk tidur,
sebagian besar penyebab mengapa tidur diperlukan masih merupakan
misteri. Tidur tidak disertai, seperti diduga sebelumnya, oleh
penurunan aktivitas saraf (yaitu sel-sel otak tidak beristirahat), tetapi
lebih oleh perubahan mencolok pada aktivitasnya. Diperkirakan
bahwa tidur diperlukan agar otak dapat mengganti persneling untuk
melaksanakan penyesuaian-penyesuaian kimiawi dan structural jangka
panjang yang penting untuk belajar mengingat. Teori ini menjelaskan
mengapa bayi memerlukan banyak waktu tidur. Otak mereka yang
sangat plastis mengalami modifikasi sinaps yang sangat cepat sebagai
respons terhadap rangsangan lingkungan. Sebaliknya, orang dewasa
yang perubahan sarafnya tidak banyak tidak memerlukaan banyak
tidur. Tidak banyak yang diketahui mengenai kebutuhan otak akan
kedua jenis tidur, walaupun tampaknya kita memerlukan tidur
paradoksikal dalam jumlah tertentu. Individu yang secara
eksperimental dibuat kekurangan tidur paradoksikal selama satu atau
dua malam, yaitu dengan membangunkannya setiap pola EEG
paradoksikal muncul akan mengalami halusinasi dan kemudian,
selama tidur tanpa gangguan, akan menghabiskan banyak waktu dalam
tidur paradoksikal seolah-olah mengganti kekurangan.

8. Gangguan tidur
a. Isomnia, yang dapat didefinisikan sebagai masalah subjektif
mengenai tidur yang tidak cukup atau tidak memulihkan kesegeran
walaupun terdapat kesempatan tidur yang cukup, dan pernah
terrjadi pada hampir semua orang dewasa. Insomnia menetap dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan mental atau medis. Keadaan ini

17
dapat secara sementara diatasi dengan pemberian obat tidur,
terutama golongan benzodidiazepin tetapi penggunaan jangka
panjang obat-obat ini tidaklah bijaksana karena terjadi penurunan
kinerja siang hari dan dapat menimbulkan ketagihan.
b. Insomnia familial yang fatal merupakan penyakit prion yang
progresif, yang diturunkan dan terjadi secara sporadis. Gejalanya
berupa insomnia yang semakin demensia, dan kematian. Penderita
dengan penyakit ini mengalami kerusakan saraf yang hebat dan
gliosis di nukleus venrtral dan mediodorsal talamus dan oliba di
medulla oblongata. Penyakit prion adalah ensefalopati yang dapat
ditularkan ke binatang dan sekarang ini pada manusia termasuk
beberapa bentuk penyakit. Creutzfeldt-Jakob, Gerstmann-
Straussler-Scheinker, dan kuru yang dikaitkan dengan kanabilsme
ritual.
Tidur berjalan (somnambulisme) mengompol (enuresis
noktural), dan mimpi buruk malam hari terjadi selama tidur
gelombang lambat atau, secara lebih spesifik, selama bangkit dari
tidur gelombang lambat. Gangguan gangguan tersebut tidak
berkaitan dengan tidur REM. Serangan tidur berjalan lebih sering
terjadi pada anak anak dari pada orang dewasa dan terutama timbul
pada pria. Serangan ini dapat berjalan dengan mata terbuka dan
dapat mengindari rintagan, tetapi apabila dibagunkan mereka tidak
dapat mengigat serangan tersebut.
c. Narkolepsi adalah penyakit yang ditandai oleh serangan kehilagan
tonus otot yang mendadak dan ahkirnya keinginan yang tak
tertahankan untuk tidur sewaktu aktivitas siang hari. Pada
beberapa kasus terlihat bahwa kelainan ini di mulai dengan tidur
REM yang mendadak. Pada orang normal, tidur REM hampir tidak
pernah terjadi tanpa didahului oleh tidur gelombang lambat. Pada
manusia, jarang terjadi penurunan familial penyakit ini, tetapi
bentuk yang diturunkan pada anjing disebabkan oleh mutasi salah

18
satu dari dua resptor preksin, suatu polipeptida yang diketahui
berhubungan dengan pengaturan nafsu makan.
d. Apnu tidur disebabkan oleh sumbatan jalan napas selama
inspirasi. Hal ini dibahas secara rinci. Apabila keadaaan ini terjadi
berulang -ulang seperti yang sering terjadi pada orang tua, tidur
menjadi berkurang serta menimbulkan kelelahan dan penurunan
kinerja pada sing hari. Apnu tidur dapat diatasi dengan mengajar
subjek agar tidak tidur terlentang, dengan menghindari zat-zat
penekan pernafasan misalnya alcohol dan obat obat hipnotikum,
dan pada kasus yang lebih erat, dengan pemberian tekanan positif
pada jalan napas selama tidur.
e. Gangguan perilaku REM adalah kelainan yang baru diketahui,
dengan hipotonia yang tidak terjadi selama tidur REM. Akibatnya,
pasien degan kelainan ini, seperti kucing dengan keusakan lokus
seruleus, yang melakoni mimpinya. Mereka menggelepar gelepar
atau bahkan meloncat dari tempat tidur, siap untuk berkelahi
melawan musuh bayangan. Kelainan ini biasanya berespons
terhadap pengobatan dengan gologan benzodiazepine. Gangguan
tidur spesifik lainya juga berhasil diketahui melalui penelitian
penelitian di laboratorium tidur.
9. Pegunaaan klinis EEG
EEG kadang kadang bermaafaat untuk mengtahui lokasi proses
patologik. Apabila terdapat kumpulan cairan diatas suatu bagian
korteks, aktivitas di atas bagian ini mugkin terendam. Kenyataan ini
dapat membantu mediagnosis dan menentukan letak kelainan misalnya
hematom subdural. Lesi di korteks menyebabkan pembentukan lokal
gelombang lambat atau iregular yang dapat disadap oleh EEG. Fokus
epileptogenik kadang kadang menimbulkan gelombang bervoltase
tinggi yang lokasinya dapat ditentukan. Epelipsi meruakan sindrom
dengan banyak penyebab. Pada beberapa bentuk terdapat pola pola
EEG khas selama serangan kejang, tetapi di antara serangan kelainnya

19
sering sulit ditemukan. Kejang sekarang dibagai menjadi kejang yang
berasal dari satu hemisfer sereblum (kejang parsial atau lokal) dan
kejang yang melibatkan kedua hemisfer secara serempak (kejang
umum). Tiap tiap kategori dibagi-bagi lebih lanjut, kejang umum tipe
tonik-klonik (grand mal) di tandai oleh hilangnya kesadaran , yang
biasanya timbul tanpa tanda-tanda sebelumnya. Keadaan ini kemudian
diikuti oleh fase tonik, dengan kontraksi otot-otot anggota badan yang
bertahan, diikuti oleh fase klonik dengan hentakan anggota badan
simetris akibat kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti. Selama
fase tonik terdapat aktivitas EEG cepat. Pada tiap tiap hentakan
klonik, terdapat gelombang gelombang lambat yang masing masing
didahului oleh sebuah gelombang spike. Sesaat setelah serangan,
terdapat gelombang lambat. Perubahan serupa terlihat pada binatang
percobaan selama kejang yang ditimbulkan oleh kejutan listrik.
Serangan lena (pelit mal) adalah salah satu bentuk serangan umum
yang ditandai oleh hilangnya kemampuan berespons sesaat. Serangan
ini disertai oleh doublet (pasangan gelombang) 3 kali /diet, yang
masing masing terdiri dari spike dan gelombang tumpul yang khas.
G. KELENJAR PINEAL
Kelenjar pineal (epifisis), yang oleh Descartes dianggap
merupakan tempat beradanya nyawa, suatu waktu pernah dianggap
memiliki berbagai fungsi. Sekarang diketahui bahwa kelenjar ini
mensekresi melantonin, dan terdapat spekulasi bahwa ia mungkin
berfungsi sebagai suatu perangkat penentu waktu untuk menjaga agar
proses-proses internal sinkron dengan siklus gelap-terang lingkungan.

1. ANATOMI
Kelenjar pineal berasal dari atap ventrikel ketiga di bawah ujung
posterior korpus kalosum dan dihubungkan oleh sebuah tangkai ke
komisura posterior dan komisura hubenularis. Terdapat serat-serat
saraf di dalam tangkai tersebut, tetapi tampaknya serat-serat tersebut

20
tidak mencapai kelenjar pineal. Stroma pineal mengandung neuroglia
dan sel-sel parenkim dengan gambaran yang mengisyaratkan bahwa
sel-sel ini memiliki fungsi sekresi. Seperti kelenjar endokrin lainnya,
pineal memiliki kapiler yang sangat berpori. Pada hewan muda dan
bayi, pineal berukuran besar, dan sel-sel cenderung tersusun dalam
alveoulus. Kelenjar ini mulai mengalami involusi sebelum pubertas,
dan pada manusia, jaringannya muncul sedikit kalsium fosfat dan
karbonat (pineal sand). Oleh karena konsentrasi zat-zat tersebut
bersifat radioopak, pineal normal sering terlihat pada foto sinar-X
tengkorak pada orang dewasa. Bergesernya kelenjar pineal dari posisi
normalnya menandakan adanya lesi desakan, misalnya tumor otak.
2. MELANTONIN
Pineal amfibi mengandung suatu indol, N-asetil-5-
metroksitriptamin yang diberi nama melantonin karena memucatkan
kulit berudu melalui efek pada melanofor. Namun, tampaknya hormon
ini tidak memiliki peran fisiologik dalam pengaturan warna kulit.
Melantonin dan enzim yang berperan dalam sintesisnya dari serotonin
melalui N-asetilasi dan O-metilasi juga terdapat dalam jaringan pineal
mamalia, walaupun sebagian melantonin juga disintesis dibagian tubuh
lain. Melantonin disintetis oleh sel-sel parenkim pineal dan
disekresikan ke dalam darah dan cairan serebrospinalis.
Saat ini telah diketahui tempat pengikatan melatonin: tempat ML1
berafinitas tinggi dan tempat ML2 yang berafinitas rendah. Dua
subtipe reseptor ML1 yang berhasil diklona: Me1 1a dan Me1 1b.
Semua reseptor terangkai ke protein G, dengan reseptor ML1
menghambat adenilil siklase dan reseptor ML2 merangsang hidrolisis
fosfoinostid. Namun, fungsi masing-masing masih perlu diperjelas.
3. PENGATURAN SEKRESI
Pada manusia dan spesies lain yang telah dipelajari, sintetis dan
sekresi melantonin meningkat selama periode gelap hari dan
dipertahankan dalam kadar rendah selama hari terang. Variasi diurnal

21
yang mencolok ini disebabkan oleh norepimefrin yang disekresikan
oleh saraf simpatis pascaganglion (nervi cornarii) yang mempersarafi
pineal. Norepimefrin bekerja melalui reseptor- di dalam pineal untuk
meningkatkan cAMP intrasel; dan cAMP kemudian menyebabkan
peningkatan mencolok aktivitas N-asetiltransferse. Hal ini
menyebabkan peningkatan sintetis melantonin.
Pelepasan impuls oleh saraf-saraf simpatis ke pineal disesuaikan
dengan siklus gelap-terang lingkungan melalui serat-serat saraf
rethinohipotalamik ke nukleus suprakiasmatik. Dari hipotalamus,
terdapat jaras-jaras desendens yang menyatu dikolumna grisea
intermediolateral korda spinalis torakalis dan berakhir di neuron
simpatis preganglion yang mempersarafi ganglion servikalis superior,
tempat asal neuron post-ganglion ke pineal.
Metabolisme melatonin sirkulasi berlangsung cepat di hati melalui
6-hidroksilasi diikuti oleh konjugasi, dan lebih dari 90% melatonin
yang terdapat dikemih berada dalam bentuk konjugat 6-hidroksi dan 6-
sulfatoksi-melatonin. Jalur metabolisme melatonin di otak masih
diketahui tetapi mungkin melibatkan pemutusan nukleus indol.
4. FUNGSI PINEAL
Melantonin yang disuntikkan memiliki efek pada gonad, tetapi
efek-efek tersebut sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain
dan juga bergantung pada saat penyuntikkan. Pada beberapa keadaaan,
melantonin menghambat fungsi gonad, dan pada keadaan lain, efeknya
adalah fasilitasi. Keragaman ini mendorong timbulnya hipotesis bahwa
bukan melatonin sendiri melainkan variasi sekresi melatonin diurnal-
lah yang berfungsi sebagai semacam sinyal penentu waktu yang
mengoordinasikan proses-proses internal dengan siklus terang-gelap
lingkungan. Hal ini mungkin benar, terutama pada hewan yang
berkembang biak musiman, yang berespons terhadap perubahan lama
hari. Namun proses yang diatur pada manusia belum dapat dipastikan.

22
Pernah diperkirakan bahwa kelenjar pineal secara normal
menghambat mulainya pubertas pada manusia, karena tumor-tumor
pineal kadang-kadang berkaitan dengan prekoksitas seksual.
Tampaknya tumor pineal menimbulkan prekoksitas hanya apabila
tumor tersebut menyebabkan kerusakan hipotalamus. Konsentrasi
melatonin plasma malam hari jauh lebih tinggi pada anak daripada
orang dewasa dan konsentrasi tersebut turun seiring pertambahan usia.
Pada anak-anak berusia 1-3 tahun, konsentrasi tersebut sekitar 250
pg/mL (1080 pmol/l); pada remaja berusia 8-15 tahun sekitar 120
pg/mL; pada pria muda berusia 20-27 tahun sekitar 70 pg/mL; dan
pada pria lanjut usia 67-84 tahun rata-rata sekitar 30 pg/mL. Namun,
penurunan di atas bersifat bertahap sepanjang hidup, tanpa perubahan
mendadak selama pubertas, dan konsentrasi melatonin siang hari
adalah sekitar 7 pg/mL pada semua usia. Dengan demikian fungsi
melatonin dan pineal pada manusia belum jelas.
H. SERETONIN
Neuron-neuron yang mengandung serotonin memiliki badan sel yang
terletak di nukleus rafe garis tengah di batang otak dan berproyeksi ke
bagian-bagian hipotalamus, sistem limbic, neokorteks, serebelum dan
medulla spinalis.
Obat halusinogenik asam dietilamid lisergis (LSD) merupakan suatu
agonis serotonin yang menimbulkan efek dengan mengaktifkan reseptor 5-
HT2 di otak. Halusinasi serta gangguan mental sesaat lainnya yang
ditimbulkan oleh obat ini ditentukkan sewaktu ahli farmasi yang
menciptakannya secara tidak sengaja menghirupnya. Penemuan ini
menyebabkan perhatian terpusat korelasi antara perilaku dan variasi
kandungan serotonin dalam otak. Psilosin, suatu bahan yang terdapat
dalam jamur tertentu, dan N,N-dimetil-triptamin (DMT) juga bersifat
halusinogenik dan, seperti serotonin, merupakan turunan triptamin. 2,5-
Dimektosi-4-metil-amfetamin (DOM) dan meskalin serta turunannya,
halusinogen sejati lain, lebih merupakan feniletilamin daripada indolamin.
Namun, semua halusigenik ini tampaknya bekerja melalui pengikatan ke

23
reseptor 5-HT2 . 3,4-Metilendioksimetamfetamin, suatu obat yang dkenal
dengan nama MDMA atau ecstasy, merupakan obat yang sering
disalahgunakan. Obat ini menimbulkan euphoria, tetapi kemudia
menimbulkan kesulitan berkonsentrasi, depresi, dan pada monyet
insomnia. Obat ini menyebabkan pelepasan serotonin diikuti oleh
penurunan jumlah serotonin; euphoria mungkin disebabkan oleh pelepasan
serotonin sedangkan gejala-gejala berikutnya disebabkan oleh penurunan
jumlah zat tersebut.
Tampaknya agonis serotonin menekan tidur. Pada keadaan terjaga,
neuron-neuron serotonergic melepaskan muatan dengan kecepatan tinggi,
pada keadaan mengantuk kecepatan penglepasan muatan melambat,
semakin lambat pada keadaan tidur, dan sama sekali tidak melepaskan
muatan selama tidur REM.
Banyak fungsi lain dari serotonin otak telah dikemukakan. Serotonin
mungkin memainkan peran eksitatorik dalam pengaturan sekresi prolactin.
Terdapat bukti bahwa sistem saraf seretogenerik desenden menghambat
jaras utama nyeri pada kornu dorsal. Selain itu, terdapat persarafan
serotonergik yang menonjol pada nukleus suprakiasma hipotalamus, dan
serotonin mungkin berperan dalam pengaturan irama sirkadian. Secara
patofisiologis, terdapat bukti bahwa penglepasan muatan di neuron
serotonergic di nukleus rafe dorsal menyebabka migren, dan obat
antimigren menghambat pelepasan muatan neuron rafe dorsal.
Pada penderita depresi, metabolit utama serotonin 5-HIAA rendah
kadarnya dalam cairan serebrospinal. Dahulu dikatakan depresi
disebabkan oleh kadar norepinefrin ekstraselular di otak yang rendah, dan
obat-obat yang menghambat pengambilan kembali (reuptake) cukup besar
nilainya dalam pengobatan depresi. Namun, obat-obatan ini juga
menghambat pengambilan kembali serotonin, dan obat-obat seperti
fluoksetin (Prozac), yang mempengaruhi pengambilan kembali
norepinefrin, juga dapat efektif sebagai obat anti depresan. Oleh karena
itu, perhatian pada depresi yang klinis telah bergeser dari norepinefrin ke
serotonin. Hal yang menarik adalah semua obat-obatan ini harus diberikan

24
selama 4-6 minggu sebelum aktivitasnya sebagai antidepresan jelas, yang
menunjukkan bahwa pengaruh sekunder penghambatan terhada
pengambilan kembali obat dan bukannya penghambatan yang
memperbaiki suasana hati (mood)
Pengaruh reseptor reseptor NK-1 yang menghaslkan pengaruh zat P
juga akan mengurangi depresi melalui mekanisme yang belum diketahui.
Pada mencit yang men MAO tipe A telah dihilangkan dan pada
manusia dengan mutasi gen MAO A, perilaku agresif meningkat. Pada
mencit tadi terdapat peningkatan serotonin otak yang jelas. Binatang
percobaan yang autoreseptor 5-HT1B telah ditiadakan, juga akan
memperlihatkan peningkatan peningkatan perilaku agresif.
I. SERETONIN
Serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-HT) terdapat dengan kadar
tertinggi di dalam trombosit dan saluran cerna, yaitu pada sel
enterokromafin dan pleksus mientrikus. Dalam jumlah lebih sedikit
terdapat di jaringan otak dan retina.
Serotonin dibentuk dalam tubuh melalui hidroksilasi dan
dekarboksilasi. Dalam keadaan normal, hidroksilasi tersebut tidak
mengalami saturasi; karena itu, peningkatan masukan triptofan dalam
makanan dapat meningkatkan kandungan serotonin otak. Setelah
dilepaskan oleh neuron-neuron serotonergik, sebagian besar serotonin
tersebut di ambil kembali melalui mekanisme ambilan aktif dan
diinaktivasi oleh MAO untuk membentuk asam 5-hidroksi-indolasetat (5-
HIAA). Zat ini merupakan metabolit utama serotonin dalam kemih, dan
keluaran 5-HIAA dalam kemih merupakan indeks kecepatan metabolisme
serotonin dalam tubuh. Pada kelenjar pinealis serotonin diubah menjadi
melantonin.
Jumlah reseptor serotonin yang telah dapat di-klon dan
diidentifikasi ciri-cirinya meningkat dengan pesat. Akhir-akhir ini telah
ditemukan reseptor reseptor 5-HT1, 5HT2, 5-HT3, 5-HT4, 5-HT5, 5-HT6
dan 5-HT7. Dalam kelompok 5-HT1 terdapat subtype 5-HT1A, 5-HT1B, 5-
HT1C, 5-HT1D, 5-HT1E, 5-HT1F. Dalam 5-HT2 terdapat subtype 5-HT2A, 5-
HT2B, 5-HT2C (dulu dinamakan 5-HT1C). Terdapat dua subtipe 5-HT5, yaitu

25
5-HT5A dan 5HT5B. Kebanyakan dari reseptor-reseptor ini berpasangan
dengan protein G dan mempengaruhi adenilil siklase atau fosfolipase C.
Namun, reseptor-reseptor 5-HT3, seperti reseptor-reseptor kolinergik
nikotinik merupakan saluran-saluran ion. Berapa diantara resdeptor
serotonin terdapat di pra-sinaptik, yang lain dipascasinaptik.
Reseptor-reseptor 5-HT2A memperantarai proses agresi platelet dan
kontraksi otot polos. Tikus yang gen untuk pembentuk resetor 5-HT2C-nya
telah dipotong, menjadi gemuk (obese) karena makannya menjadi banyak,
meskipun berespons normal terhadap leptin, dan mereka mudah terkena
serangan yang fatal. Reseptor-reseptor 5HT3 terdapat ditraktus
gastrointestinal dan di area postrema, dan berhubungan dengan kejadian
muntah. Reseptor-reseptor 5HT4 juga terdapat di traktus gastrointestinal,
merangsang seksresi dan peristaltic, dan terdapat diotak. Reseptor 5-HT 6
dan 5-HT7 dalam otak didistribusikan melalui sistem limbic, dan reseptor-
reseptor 5-HT6 mempunyai afinitas tinggi terhadap obat-obatan
antidepresan.
J. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Identitas Penanggung
c. Alasan Masur RS
d. Riwayat Penyakit Klien dan Keluarga
e. Pola Kebutuhan Dasar Manusia II
f. Mobilisasi dan transportasi
g. Seksualitas
h. Belajar
i. Istirahat Tidur
1) Mengkaji riwayat tidur pasien
Riwayat tidur klien secara umum wajib dikaji oleh perawat.
Riwayat tidur secara umum yaitu :
a) Pola tidur yang biasa, terutama waktu tidur dan bangun; jam
tidur yang tidak terganggu; kualitas atau kepauasan tidur
misalnya pengaruhnya pada energi untuk melakukan
aktivitas setiap hari; dan durasi waktu tidur siang.
b) Ritual waktu tidur yang dilakukan untuk membantu
seseorang tidur (misal minum segelas air hangat, membaca

26
buku, melakukan metode relaksasi, dan menggunakan
perlengkapan khusus seperti baju tidur, dsb).
c) Pemakaian obat tidur dan obat lain.
d) Lingkungan tidur (misalnya kamar yang gelap (cahaya),
suhu dingin atau hangat, tingkat suara, dan cahaya lampu).
e) Perubahan pola tidur atau kesulitan tidur baru-baru ini.
2. Masalah Keperawatan
a. Gangguan Pola Tidur
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan Lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau
tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/ tindakan)
b) Kurang kontrol tidur
c) Kurang privasi
d) Restraint fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan peralatan tidur
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif : (tidak tersedia)
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a) Mengeluh kemampuan aktivitas menurun
Objektif : (tidak tersedia )
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Nyeri/kolik
b) Hipertirodidisme
c) Kecemasan
d) Penyakit paru obstruktif kronis
e) Kehamilan
f) Periode pasca partum
g) Kondisi pasca operasi
b. Keletihan
1) Definisi

27
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat.
2) Peyebab
a) Gangguan tidur
b) Gaya hidup monoton
c) Kondisi fisiologis (mis. Penyakit kronis, penyakit terminal,
anemia, malnutrisi, kehamilan)
d) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
e) Peristiwa hidup negative
f) Stress berlebihan
g) Depresi

3) Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif:
a) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
b) Merasa kurang tenaga
c) Mengeluh lelah
Objektif:
a) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
b) Tampak lesu
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung
jawab
b) Libido menurun
Objektif :
a) Kebutuhan istirahat meningkat
5) Kondisi klinis terkait
a) Anemia
b) Kanker
c) Hipotiroidisme/hipertidroidisme
d) AIDS
e) Menopouse
f) Depresi
c. Kesiapan Peningkatan Tidur
1) Definisi
Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodic yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.
2) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

28
a) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
b) Mengenkspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur
Objektif
a) Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan
perkembangan
3) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Tidak menggunakan obat tidur
Objektif
a) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan
tidur.
4) Kondisi klinis
a) Pemulihan pasca operasi
b) Nyeri kronis
c) Kehamilan (periode prenatal/postnatal)
d) Sleep apnea

DAFTAR PUSTAKA

Ganong William F. 2001 .Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20.Jakarta:Buku


Kedokteran EGC

Sherwood Lauralee.1996.Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

29
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta:Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai