Anda di halaman 1dari 9

NAMA : LAMUHAMMAD

KELAS : 2A
NIM :SR 102040435
MK : SSP

ASKEP ANAK DENGAN TRAUMA MATA


1. Pengertian
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus
polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan
kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan
atau trauma mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7.

2. Klasifikasi
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
a. Fisik atau Mekanik
 Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
 Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan
pertukangan.
 Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,
terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan
angin, dan peluru karet.
b. Khemis
 Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,
lem (perekat).
 Cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

1
c.     Fisis
 Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
 Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

3. Epidemologi
Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan
bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup
signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara
berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak
daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6
juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat
di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %)
dengan umur rata-rata 31 tahun.

4. Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :
a. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya
benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak
beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan
dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca.
Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
b. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput
jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan
kebutaan menetap.
c. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma
khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan

2
penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena
dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.
d. Trauma Mekanik
 Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan
kromatolisis sel.
 Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga
aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah
maka terjadi edema.
 Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera
dan sebagainya.

5. Tanda dan Gejala


a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rndah
c. Bilikmata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihat adanya ruptur pada corneaatau sclera
f. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau
retina
g.  Kunjungtiva kemotis

MANIFESTASI KLINIS
a.    Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila
terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
b.     Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

c.     Ruptura membran descement

3
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea
sulit menjadi jernih kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan
dan tetes mata kortisol
d.    Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris
atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah
kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
 Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
 Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
 Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan
mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di
sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya
parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri
salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.
e.     Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai
berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
f.      Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula
dan  di sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada
maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

g.    Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.

4
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk
mengurangi silau.
h.    Subluksasio lentis- luksasio lentis
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan
menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila
terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia
pengobatan di lakukan secara konservatif.
i.       Hemoragia pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat
eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.
j.       Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior,
yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos
humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
k. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
l.     Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di
lakukan operasi.

6. Patofisiologi
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang
terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
a.       Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanent
b.      Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

5
c. Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
d.      Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata
dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai
prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.
e.       Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,
korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
f.       Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya
akomodasi tisak adekuat.
g.      Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak
kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil,
tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
h.      Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga
pupil menjadi midriasis
i.        Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan
kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa
juga teri oblaina retina.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi

6
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa, terutama bila ada benda asing. Pemeriksaan ultra sonographi untuk
menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut
pada bilik mata depan, lensa, retina.
b. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning”
dari organ tersebut.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari
okuler, papiledema, retina hemoragi.
d. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi
sekunder.
e.       Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
f. Pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi, maupun
funduskopi (Ilyas, S., 2000)

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat
Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari / hobi di karenakan adanya penurunan
daya / kemampuan penglihatan.
b. Makan dan minum
Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler.
c. Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan
adaptasi (dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).
Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan.
Peningkatan pengeluaran air mata.
d. Nyeri dan kenyamanan
Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata.
Tiba-toba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala.

7
e. Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (tindakan
pembedahan)
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria: luka sembuh dengan cepat dan baik, tidak ada
nanah, tidak ada eritema, tidak panas.
Rencana:
1) Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum
menyentuh mata.
2) Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan
kapas yang steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.
3) Jelaskan pentingnya untuk tidak menyentuh mata / menggosok mata.
4) Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang
purulen).
5) Kolaborasi dalam pemberian obat-obat antibiotik sesuai indikasi.

b. Penurunan sensori perceptual (penglihatan) berhubungan dengan adanya trauma,


penggunaan alat bantu terapi.
Tujuan:
Dengan penurunan penglihatan tidak mengalami perubahan/ injuri.
Rencana:
1) Kaji keadaan penglihatan dari kedua mata.
2) Observasi tanda-tanda dari adanya disorientasi.
3) Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya
pandangan yang kabur, iritasi mata).
4) Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi
(mendengarkan radio, berbincang-bincang).
5) Bantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

8
6) Anjurkan pasien untuk mencoba melakukan kegiatan secara mandiri.

c. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasab informasi.


Tujuan:
Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan.
Rencana:
1) Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur
tindakan yang akan di lakukan.
2) Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara
senbarangan.
3) Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, “mengedan”, “buang
ingus”, bersin atau merokok.
4) Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur
cahaya lampu tidur.
5) Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran
petugas.

Anda mungkin juga menyukai