Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi
terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or fight”.
Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan
cemas menyeluruh. Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa
kehidupan sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan
tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang tidak sebanding dengan
stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan.Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2
yaitu gangguan anxietas kontinyu dengan episodik.Gangguan cemas menyeluruh adalah
bentuk dari kecemasan kontinyu. Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan
sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan,adapun keluhan lain meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib
buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan
motorik, misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas
otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering.
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada tingkat
keparahan dari kondisi yang terjadi.Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa terus
berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien.Prognosis semakin buruk pada orang
yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Untuk itu diperlukan pemahaman
lebih lanjut mengenai gangguan cemas menyeluruh ini. Itulah sebabnya, kasus ini perlu
diangkat untuk dipelajari.

1
BAB II

STATUS PASIEN

IDENTIFIKASI PASIEN

• Nama : Tn. EDP

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Umur : 26 tahun

• Status perkawinan : Belum Menikah

• Agama : Islam

• Tingkat pendidikan : S1

• Pekerjaan : Security

• Warga negara : Indonesia

• Alamat : Jl. Sultan Thaha No. 47, Kel. Beringin, Jambi

ANAMNESIS

AUTOANAMNESIS (28 September 2016, Pukul 12.00 WIB)

 Keluhan utama : Cemas

 Riwayat perjalanan penyakit

Rasa cemas muncul hampir setiap hari selama ± 1 tahun terakhir, cemas muncul tanpa
dipengaruhi sesuatu (seperti panik, merasa malu berada di keramaian, merasa kotor, jauh dari
rumah atau kerabat dekat, dsb), khawatir akan nasib buruk (karena pasien pernah mengalami
sakit ambeyen), os merasa lelah, lemas, gelisah, sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan

2
kadang keluar keringat berlebihan. Os tidak merasa sedih, tidak kehilangan minat dan
kegembiraan, os tidak merasa lelah berlebihan (mengakibatkan rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan penurunan aktivitas, tidur tidak terganggu, dan nafsu makan tidak
berkurang.

± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh mengalami rasa cemas yang mengganggu
aktivitasnya. Keluhan ini dirasa pertama kali ketika pasien mengalami sakit ambeyen. Pasien
merasa takut melihat banyak darah yang keluar ketika BAB. Pasien menjadi sulit untuk tidur
karena selalu terpikir ambeyennya, saat itu juga pasien merasa pusing dan sakit kepala yang
hebat, nafsu makan berkurang sehingga berat badan pasien turun, serta timbul kecemasan dan
rasa takut. Setelah kejadian itu kecemasan pasien kadang-kadang muncul, pasien merasa
tenang bila pasien mendengarkan musik, kecemasan pasien muncul secara tiba-tiba dan
terus-menerus disertai sakit kepala, sesak napas, jantung berdebar-debar, dan kadang keluar
keringat. Apabila tidak ada kegiatan, cemas lebih sering timbul. Biasanya 3-4 kali dalam
sehari. Jika cemas timbul pasien berusaha menghilangkan rasa cemasnya dengan mencari
hiburan (menonton TV, mendengarkan musik).

± 5 bulan yang lalu pasien melakukan pengobatan alternatif (herbal) karena kepala
pasien pusing terus-menerus, setelah melakukan pengobatan alternatif, gejala pusing
berkurang tetapi cemasnya semakin sering timbul apalagi jika pasien banyak pikiran,
berbicara dengan orang baru, serta berbicara di depan orang banyak. Pasien kembali
merasakan sakit kepala, cemas, jantung berdebar-debar, sesak napas, dan keluar keringat.

± 1 bulan terakhir rasa cemas semakin sering muncul. Rasa cemas muncul hampir
setiap hari yang membuatnya kadang merasa lemas, jantung berdebar-debar, keringat dingin,
sesak napas, dan gemetaran. Pasien merasa gangguan cemas ini sudah sangat mengganggu
aktivitasnya, kemudian pasien dating ke poli RSJD Jambi.

 Riwayat penyakit dahulu : asma tidak ada, hipertensi tidak ada, DM tidak ada, gastritis tidak
ada, ambeyen (+).

3
 Riwayat premorbid

o Lahir : tidak ada informasi

o Bayi : tidak ada informasi

o Anak-anak : tidak ada informasi

o Remaja : Pintar, periang, dan sosialisasi baik

o Dewasa : Periang, dan sosialisasi baik, pintar.

 Riwayat menggunakan NAPZA (+) jenis sabu-sabu, mulai tahun 2007-2009, dengan
frekuensi 1 tahun sekali (setiap malam tahun baru)  tingkat pemakaian NAPZA
sosial/rekreasi

 Riwayat minum minuman alkohol (+) mulai tahun 2007-2009, dengan frekuensi 1 tahun
sekali (setiap malam tahun baru)  tingkat pemakaian NAPZA sosial/rekreasi

 Riwayat menggunakan rokok (+) frekuensi setiap hari, sebanyak 2 batang perhari, berhenti
tahun 2009  Perokok ringan (< 10 batang per hari)

 Riwayat pendidikan : Pasien tamat S1.

 Riwayat pekerjaan : Pasien adalah security

 Riwayat perkawinan : Pasien belum menikah

 Keadaan sosial ekonomi : Pasien tinggal bersama orang tua dengan keadaan sosial
ekonomi cukup.

 Riwayat keluarga : Keluhan yang sama dalam keluarga sebelumnya tidak ada.

4
Pedigree:

: Pasien yang mengalami keluhan

AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

Wawancara dan observasi dilakukan pada Rabu, 28 September 2016 pukul 11.00 s.d.
12.00 WIB di Poli Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi. Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan
posisi pasien duduk di bangku. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Pasien bisa berbicara dan berkomunikasi dengan baik.

Pemeriksa Pasien

Selamat Pagi, mas. Selamat pagi

Kami dokter muda dari bagian Ya, boleh (pasien


Jiwa, boleh tanya-tanya menggangguk)
sebentar ya, mas?

Mas, umurnya berapa ? 26 tahun dok (Berbicara.


Kontak mata pasien cukup)

Sekarang kita lagi dimana, Rumah sakit


mas?

Sekarang hari apa, bu? Jumat

Keluhannya apa? Cemas

Sejak kapan? Sejak 1 tahun lalu, dan


semakin sering sejak 1 bulan
5
terakhir

Apakah sulit tidur? Ya

Sulit tidur nya bagaimana? Susah untuk cepat tidur, tapi


tidak terbangun-bangun

Pekerjaannya? Sekuriti

Penyebab awal nya tidak bisa Ada ambeyen, berak darah,


tidur? kepikiran sampai berat badan
turun

Kapan dan apa saja yang Hampir setiap hari, badan


dirasakan? lemes, gelisah, jantung
berdebar-debar, keringat
banyak,

Apakah ada seorang yang Tidak


pencemas?

Ada pakai NAPZA? Ada, jenis sabu, mulai 2007-


2009, frekuensi 1 tahun sekali
(saat tahun baru).

Minum alkohol, mulai 2007-


2009, frekuensi 1 tahun sekali
(saat tahun baru).

Apakah merokok? Setiap hari, 2 batang per hari,


berhenti tahun 2009.

PEMERIKSAAN

 STATUS INTERNUS

 Keadaan Umum

Sensorium : Compos mentis

Frekuensi nadi : 88 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Suhu : 36,6 0C di axila

Frekuensi napas : 20 x/menit

6
 STATUS NEUROLOGIKUS

 Urat saraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan

 Gejala rangsang meningeal : tidak ada

 Gejala peningkatan tekanan intracranial : tidak ada

 Mata

Gerakan : baik ke segala arah

Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal

Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 2mm/2mm

Refleks cahaya : +/+

Refleks kornea : +/+

Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

Motorik

Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas luas

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni eutoni

Klonus - - - -

Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - -

7
 Sensibilitas : normal

 Susunan saraf vegetative : tidak ada kelainan

 Fungsi luhur : tidak ada kelainan

 Kelainan khusus : tidak ada

STATUS PSIKIATRIKUS

 KEADAAN UMUM

 Sensorium : Compos Mentis

 Perhatian : atensi adekuat

 Sikap : kooperatif

 Inisiatif : ada

 Tingkah laku motorik : normoaktif

 Ekspresi fasial : wajar

 Verbalisasi : dalam batas normal

 Cara bicara : lancar

 Kontak psikis : dalam batas normal

Kontak fisik : ada, adekuat

Kontak mata : ada, adekuat

Kontak verbal : ada, adekuat

8
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

 Keadaan afektif

Afek : eutimia

Mood : stabil

 Hidup emosi

Stabilitas : stabil

Dalam-dangkal : normal

Pengendalian : terkendali

Adekuat-Inadekuat : adekuat

Echt-unecht : normal

Skala diferensiasi : normal

Einfuhlung : bisa dirabarasakan

Arus emosi : normal

 Keadaan dan fungsi intelektual

Daya ingat : baik

Daya konsentrasi : baik

Orientasi orang/waktu/tempat : baik

Luas pengetahuan umum : sesuai

Discriminative judgement : baik

Discriminative insight : baik

Dugaan taraf intelegensi : baik

Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

 Kelainan sensasi dan persepsi

9
Ilusi : tidak ada

Halusinasi : tidak ada

 Keadaan proses berpikir

Psikomotilitas : cepat

Mutu : baik

 Arus pikiran

Flight of ideas : tidak ada

Inkoherensi : tidak ada

 Isi pikiran

Waham : tidak ada

Halusinasi : tidak ada

Fobia : tidak ada

Ide bunuh diri : tidak ada

 Pemilikan pikiran

Obsesi : tidak ada

Aliensi : tidak ada

 Bentuk pikiran

Autistik : tidak ada

Simbolik : tidak ada

Dereistik : tidak ada

 Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan

Autisme : tidak ada

Deviasi seksual : tidak ada

10
Logore : tidak ada

Ekopraksi : tidak ada

Mutisme : tidak ada

Ekolalia : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

Kecemasan : ada

 Dekorum

Kebersihan : baik

Cara berpakaian : baik

Sopan santun : baik

 Reality testing ability

RTA tidak terganggu

PEMERIKSAAN LAIN

 Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

 Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan

 Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh

Aksis II : gangguan kepribadian cemas

Aksis III : tidak ada diagnosis

11
Aksis IV : tidak ada diagnosis

Aksis V : GAF scale 90-81

DIAGNOSIS DEFERENSIAL

 Gangguan cemas menyeluruh (F 41.1)


 Gangguan panik (F 41.0)
 Gangguan obsesif-kompulsif (F 42)

TERAPI

 Psikofarmaka

Setraline tablet 50 mg 1x1 p.o

Alprazolam tablet 0,5 mg 2x1/2 p.o

 Psikoterapi

Suportif

Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah.

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.

Religius

Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran


agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu, menegakkan amalan sunah
seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Pengertian Gangguan Cemas Menyeluruh


Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi
terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or fight”.
Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan
cemas menyeluruh.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan
tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya
stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.

III.2 Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti.Hanya saja
disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya
gangguan cemas menyeluruh.

1. Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada sistem
neurotransmitter GABA dan serotonin.Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi
kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin) dapat memicu
kecemasan.Walaupun tudak ada data yang mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin

13
pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal, beberapa peneliti
mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus
occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan cemas
menyeluruh adalah basal ganglia, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga
ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem
serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh. Neurotransmitter lain
yang masih menjadi subjek penelitian pada gangguan cemas menyeluruh adalah
norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.Suatu studi dengan pemeriksaan
Positron Emission Tomography melaporkan bahwa laju metabolik pada basal ganglia
dan white matter pada pasien gangguan cemas menyeluruh lebih rendah dibanding
pada orang normal.

2. Faktor Psikososial
Psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas menyeluruh
adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik.Berdasarkan pada cognitive-behaviour,
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu ancaman secara kurang
tepat dan benar. Ketidaktepatan ini dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap
suatu hal negatif di lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan
dengan cara memandang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya dalam hal
mengatasi suatu masalah. Hipotesis psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan
merupakan gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

III. 3 Gejala dan Tanda Gangguan Cemas Menyeluruh


Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang tidak sebanding dengan
stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan.Gangguan cemas sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu gangguan anxietas kontinyu dengan episodik.Gangguan cemas
menyeluruh adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan,adapun keluhan lain meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib buruk,

14
merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan
motorik, misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas
otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokan nya menjadi
sindroma anxietas, dimana adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik
terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman sehingga tidak mampu
istirahat. Selain itu, ada paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:

Ketegangan motorik misalnya:


1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/ pegal linu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah lelah

Hiperaktivitas otonomik misalnya :


1. Nafas pendek/ terasa berat
2. Jantung berdebar-debar
3. Telapak tangan basah
4. Mulut kering
5. Kepala pusing/ melayang
6. Mual, mencret, perut tidak enak
7. Muka panas/badan menggigil
8. Buang air kecil lebih sering
9. Sukar menelan/ rasa tersumbat

Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:


1. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
2. Mudah kaget/terkejut
3. Sulit konsentrasi
4. Sukar tidur

15
5. Mudah tersinggung

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala


penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Pada
anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatic berulang yang menonjol.

III. 4 Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan pola yang
sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak sesuai dengan
dampak dari peristiwa atau keadaan yang merupakan fokus dari rasa
khawatir.Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal
ditekankandalam kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit
dikendalikan; dan gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan.
a. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal
selama minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti
pekerjaan atau saat aktivitas sekolah).
b. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c. Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala
berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada gangguan
Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang serangan
panik (seperti pada gangguan panik), menjadi malu bila muncul di depan umum
(seperti dalam fobia sosial), berada jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti

16
pada gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan (seperti dalam
anoreksia nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada gangguan
somatisasi), atau memiliki penyakit yang serius (seperti dalam hypochondriasis),
dan kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan
stres pasca trauma.
e. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f. Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau pervasive developmental disorder.

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh


(F41.1) adalah:
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
- kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb)
- ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
- overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
 pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
 adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode

17
depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-
kompulsif.

III.5 Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada
tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi.Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh
bisa terus berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien.Prognosis semakin buruk
pada orang yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh ini biasanya lebih sering atau punya
kecenderungan untuk menjadi perokok berat, minum alcohol, dan menggunakan obat-
obat tertentu dibandingkan orang normal yang tidak menderita gangguan. Masing-
masing dari hal tersebut di atas membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul
dalam jangka waktu yang pendek. Serta adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan
akan memperburuk keadaan jangka panjang dan secara signifikan memengaruhi kondisi
kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan perbaikan
dengan kombinasi terapi medikasi dan terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural
therapy). Statistik menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien
membaik keadannya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.

III. 6 Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh


1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari
dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon ‘coping’yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang berlebihan
d. Suportif
2. Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin,
 Ansiolitik yang paling sering digunakan

18
 Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan menurunkan
kewaspadaan an dengan menghilagkan gejala somatik seperti ketegangan otot
 Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi, gangguan
kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi:
- Ansiolitik
- Antikonvulsan
- Antiinsomnia
- Premedikasi bedah
 Beberapa contoh benzodiazepin:
a) Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin broadspectrum
b) Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena
dosisantiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi bedah
d) Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai anticemas karena
dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil, cocok
untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f) Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada akumulasi
obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan
fungsi hati dan ginjal
g) Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat dan
komponen anti depresi

b. Ansiolitik Non Benzodiazepin


a) Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan resiko
ketergantungan paling kecil
b) Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan kronik,
pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi
kecemasan daripada gejala somatik pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized
Anxiety Disorder, GAD). Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk

19
terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan ketergantungan dan
toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien bahwa, tidak seperti
benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan, onset
Buspirone perlu 2-3 minggu.

c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan pada


GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan Benzodiazepin atau
Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline dengan efek
samping antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.

d. Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada agen yang
lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus yang tinggi.
Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif karena efek sampingnya lebih dapat
ditoleransi

e. Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan antidepresi untuk


pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor

20
BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki 26 tahun datang ke Poliklinik Jiwa RSJD Jambi dengan sebab utama
cemas ± 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluh mengalami rasa cemas yang mengganggu
aktivitasnya. Keluhan ini dirasa pertama kali ketika pasien mengalami sakit ambeyen. Pasien
merasa takut melihat banyak darah yang keluar ketika BAB. Pasien menjadi sulit untuk tidur
karena selalu terpikir ambeyennya, saat itu juga pasien merasa pusing dan sakit kepala yang
hebat, nafsu makan berkurang sehingga berat badan pasien turun, serta timbul kecemasan dan
rasa takut. Setelah kejadian itu kecemasan pasien kadang-kadang muncul, pasien merasa
tenang bila pasien mendengarkan musik, kecemasan pasien muncul secara tiba-tiba dan
terus-menerus disertai sakit kepala, , sesak napas, jantung berdebar-debar, dan kadang keluar
keringat. Apabila tidak ada kegiatan, cemas lebih sering timbul. Biasanya 3-4 kali dalam
sehari. Jika cemas timbul pasien berusaha menghilangkan rasa cemasnya dengan mencari
hiburan (menonton TV, mendengarkan musik).

± 5 bulan yang lalu pasien melakukan pengobatan alternatif (herbal) karena kepala
pasien pusing terus-menerus, setelah melakukan pengobatan alternatif, gejala pusing
berkurang tetapi cemasnya semakin sering timbul apalagi jika pasien banyak pikiran,
berbicara dengan orang baru, serta berbicara di depan orang banyak. Pasien kembali
merasakan sakit kepala, cemas, jantung berdebar-debar, sesak napas, dan keluar keringat.

± 1 bulan terakhir rasa cemas semakin sering muncul. Rasa cemas muncul hampir
mas ini setiap hari yang membuatnya kadang merasa lemas, jantung berdebar-debar, keringat
dingin, sesak napas, dan gemetaran. Pasien merasa gangguan cemas ini sudah sangat
mengganggu aktivitasnya, kemudian pasien dating ke poli RSJD Jambi.

Status mental didapatkan seorang laki-laki wajah sesuai umur, perawakan tinggi dan
agak gemuk, kulit sawo matang, cara berjalan biasa, dan sikap tubuh biasa. Perawatan pasien
baik. Pasien tampak sehat dan cara berjalan biasa, kesadaran compos mentis, perilaku dan
aktivitas motorik tenang, pembicaraan spontan, jelas, intonasi sedang dan kooperatif. Mood
tampak cemas, afek appropriate, dan empati dapat dirasakan. Pengetahuan umum dan

21
kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Daya konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat
dan orang baik, daya ingat baik, pikiran abstrak baik dan kemampuan menolong diri sendiri
baik. Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi, produktivitas dan kontinuitas cukup dan
relevan serta tidak ada hendaya berbahasa dan pengendalian impuls cukup. Daya nilai norma
sosial dan penilaian realitas baik. Pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan.

Evaluasi Multiaksial

 Aksis I :
Autoanamnesis didapatkan gejala yang bermakna berupa perasaan cemas sejak
didiagnosis penyakit ambeyen. Keadaan ini mengakibatkan pasien merasa terganggu
(distress), dan sulit melakukan pekerjaannya (disability), maka pasien digolongkan
sebagai gangguan jiwa. Pemeriksaan fisik, tidak ada tanda-tanda disfungsi otak sehingga
digolongkan sebagai gangguan jiwa non-organik. Pasien tidak mengalami hendaya
berat dalam menilai realita sehingga digolongkan sebagai gangguan jiwa non-psikotik.

Autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala anxietas berupa


ketakutan dan kecemasan jika terjadi sesuatu pada diri pasien karena penyakitnya,
ketegangan motorik berupa kegelisahan dan sakit kepala, overaktivitas otonomik berupa
tangan dan kaki berkeringat, dan jantung berdebar-debar. Gejala – gejala tersebut hampir
dialami setiap hari selama kurang lebih 1 tahun terakhir yang tidak menonjol pada situasi
tertentu saja (“free floating” atau “mengambang”), maka berdasarkan PPDGJ III, pasien
ini digolongkan sebagai Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).

 Aksis II :
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pasien tumbuh dan
berkembang seperti anak seusianya. Pasien bersekolah hingga tamat S1 dan dapat bergaul
dengan teman sebayanya. Cemas muncul tanpa dipengaruhi sesuatu (seperti panik,
merasa malu berada di keramaian, merasa kotor, jauh dari rumah atau kerabat dekat, dsb),
khawatir akan nasib buruk (karena pasien pernah mengalami sakit ambeyen), cemas
timbul apalagi jika pasien banyak pikiran, berbicara dengan orang baru, dan berbicara di
depan orang banyak. Hal tersebut menunjukkan perasaan tegang dan takut yang menetap
dan pervasif, merasa dirinya tak mampu, keengganan untuk terlibat dengan orang lain

22
kecuali merasa yakin akan disukai, dan menghindari aktivitas sosial. Kepribadian pasien
digolongkan Gangguan kepribadian cemas (F60.6).

 Aksis III :
Tidak ada diagnosis

 Aksis IV :
Tidak ada diagnosis
 Aksis V :
GAF scale (90-81) gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian biasa.

Daftar Masalah
 Organobiologik : Penyakit ambeyen dan ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga
pasien diberikan farmakoterapi.
 Psikologik : Gejala anxietas berupa ketakutan dan kecemasan jika terjadi sesuatu
pada diri pasien karena penyakitnya, ketegangan motorik berupa kegelisahan dan sakit
kepala, overaktivitas otonomik berupa tangan dan kaki berkeringat, dan jantung berdebar-
debar sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
 Sosiologik : Hendaya ringan dalam bidang sosial dan pekerjaan sehingga pasien
membutuhkan sosioterapi.
Prognosis :
Dari hasil autoanamnesis didapatkan keadaan keadaan berikut:
Faktor pendukung:

1. Usia 26 tahun
2. Pasien mendapat dukungan penuh dari keluarga
3. Riwayat dalam keluarga dengan keluhan sama tidak ada
Faktor penghambat:

1. Perjalanan penyakit yang kronis


Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien adalah dubia ad
bonam.

23
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis dan pemeriksaan psikiatri
didapatkan gejala – gejala anxietas yakni berupa jantung berdebar-debar, kaki dan tangan
berkeringat, sakit kepala, sesak napas, serta perasaan takut dan cemas apabila ia pingsan
atau terjadi hal yang buruk pada diri pasien karena penyakitnya. Gejala – gejala ini
berlangsung hampir setiap hari dan tidak terbatas pada situasi tertentu saja.

Untuk dapat menegakkan diagnosis anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ III,


maka pasien harus memiliki gejala – gejala yaitu penderita harus menunujukkan anxietas
sebagai gejala primer yang harus berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
hingga beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).

Gejala – gejala tersebut umumnya menyangkut unsur – unsur berikut :

 Kecemasan (kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi dan sebagainya).
 Ketegangan motorik (gelisah sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) dan
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar – debar,
sesak napas keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Pada pasien ini ditemukan sifat gejala anxietas yang sama yakni berlangsung
seharian dan hampir tiap hari sehingga dapat diagnosis sebagai gangguan cemas
menyeluruh.

Patofisiologi berkaitan dengan neurotransmitter, yaitu:

1. Norepinefrin
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa
serangan panik, insomnia, dan autonomic hyperarousal merupakan karakteristik dari
peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada
gangguan cemas adalah pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem
noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-
sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada
rostral pons dan memiliki akson yang menjurus pada korteks serebri, sistem limbik,
medula oblongata, serta medula spinalis.

24
Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut
menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak
menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia didapatkan pasien dengan
gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor –adrenergic β (Isoproterenol)
dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan panik secara lebih
sering dan lebih berat.

2. Serotonin
Banyaknya reseptor serotonin didapatkan bahwa serotonin berperan dalam
gangguan cemas. Berbagai stres dapat menimbulkan peningkatan 5-
hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan
hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-
obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif kompulsif.
Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan relasi
antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik
banyak ditemukan pada raphe nuclei di rostral brainstem, korteks serebri, sistem
limbik, dan hipotalamus.

3. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA.
Walaupun benzodiazepine memiliki potensi rendah, namun efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh.
Pasien diberi 3 jenis terapi yakni farmakoterapi, psikoterapi dan sosioterapi.
Untuk farmakoterapi diberi antianxietas setraline dan alprazolam. Alprazolam
diberikan karena efek terapi sedasi yang cepat. Alprazolam diberikan pada pagi hari
karena pasien bekerja sebagai security gar efek sedasi tidak mengganggu pekerjaan
pasien. Alprazolam merupakan obat golongan benzodiazepin. Benzodiazepin
merupakan obat pilihan untuk gangguan ansietas menyeluruh. Benzodiazepine
mengaktifkan ketiga reseptor pengikatan GABA-BZ spesifik, reseptor GABAA
kemudian membuka saluran klorida dan mengurangi kecepatan transmisi neuronal

25
dan otot. Benzodiazepin mempunyai distribusi jaringan reseptor GABAA yang luas
sehingga memiliki efek sedatif dan mengurangi kecepatan neuronal otot. Setraline
merupakan golongan Selective Serotonine Reuptake Inhibitors (SSRI). Setraline
dipakai sebagai pilihan karena tidak terjadi peningkatan ansietas secara sementara.
SSRI memiliki aktivitas spesifik didalam inhibisi serotonin yaitu secara spesifik
menghambat reuptake neuron prasinaps. Penggunaan golongan benzodiazepine dan
SSRI secara bersamaan berlangsung dua hingga enam minggu diikuti dua atau tiga
minggu penurunan benzodiazepine. Psikoterapi dan sosioterapi bagi pasien
bermanfaat untuk meringankan beban psikis yang dimiliki oleh pasien sehingga dapat
mempercepat penyembuhan. Prognosis pasien dikatakan baik karena penyakit ini
sifatnya akut di usia pasien yang masih muda, mendapat dukungan penuh dari
keluarga, keinginan untuk sembuh dari pasien dan tidak ada riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
2. Maslim,R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Jakarta : PT Nuh
Jaya
3. RSUD Dr. Soetomo.2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi III. Surabaya.
4. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in :
Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,
10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
5. Zieve , David. 2012. Generalized Anxiety Disorder[Online] Diakses tanggal 01
September 2016. Availabvle from :www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/

27

Anda mungkin juga menyukai