Anda di halaman 1dari 37

SKENARIO B BLOK 26

PT ARWN yang berdomisili di daerah Ogan Ilir Sumatera Selatan meiliki pekerja 300
orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar daerah OI. PT ARWN memiliki produk
bahan bangunan dan marmer dimana produksi pembuatan bahan bangunan dibuat langsung di
pabrik. Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3)
dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit, dan silikat
lainnya seperti graphit, hematit dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna
dan tekstur.

Adapun urutan kerja pada proses pengolahan terdiri dari beberapa tahapan dengan alat-alat
pengolahan sebagai berikut :

1. Gergaji Besar (Block Cutter Machine). Gergaji besar digerakkan oleh tenaga listrik
dengan cara kerja pemotongan awal pada bagian atas dari blok marmer sehingga
didapatkan bagian yang rata.
2. Mesin Potong Ujung (Cross Cutting Machine). Hasil pemotongan dari mesin Block
Cutter berupa lembaran marmer dengan ukuran tersebut, selanjutnya dimuat dengan
Whell Loader ketempat mesin potong ujung dengan tujuan untuk meratakan kedua ujung
dari lembaran marmer tersebut. Proses ini menggunakan air sebagai media pembilas.
3. Mesin Pembagin (Multi Blades Splitting Machine) mesin ini berfungsi membagi hasil
pemotongan lembaran marmer menjadi dua bagian.
4. Kalibrasi Ketebalan dan Penghalusan (Grinding Machine) pada proses ini lembaran
marmer yang telah terbagi tersebut kemudian dikupas atau dihaluskan permukaannya
untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan sesuai dengan permintaan.
5. Pengeringan, Pendempulaan dan Pemanasan (Plastering Line). Proses ini terdiri dari tiga
tahapan dimana lembaran marmer yang ada telah melewati proses penghalusan kemudian
dikeringkandengan menggunakan angin yang berasal dari blower. Kemudian lubang
didempul dengan tenaga manusia, setelah itu lembaran marmer melewati dua buah oven
yang bertujuan untuk mempercapat proses pengerasan.
6. Pemolesan (Polishing Machine). Proses pemolesan dikerjakan dengan mesin poles yang
terdiri dari beberapa batu poles dengan tingkat kehalusan yang berbeda-beda. Untuk
mendapatkan kilap yang sempurna batu poles diatur disusun berurutan sesuai dengan
tingkat kehalusannya serta pengaturan tekanan yang sesuai.

1
7. Mesin Potong Pas (Double Hydraulic Squaring Machine) proses ini dilakukan dengan
dua tahapan yaitu tahap pertama pemotongan untuk panjang yang diinginkan kemudian
masuk ke tahap kedua yaitu pemotongan utnuk lebar yang diinginkan.
8. Mesin Pengering dan Pembersih (Drying and Clearing Machine). Setelah melalui proses
potong pas, pekerjaan selanjutnya adalah pada mesin poles wax yang gunanya sebagai
proses pembersihan dan pengeringan. Bagian bawah dari marmer yang telah kering
kemudian di lem yang berguna untuk menghindari rembesan semen pada waktu marmer
akan dipasang sekaligus proses akhir dari beberapa proses pemotongan dalam pabrik.
9. Proses Packing. Proses ini dilakukan secara manual yang bertujuan untuk meratakan
permukaan serta pinggiran-pinggiran dari marmer untuk mendapatkan hasil yang lebih
indah. Proses selanjutnya adalah pemeriksaan “Quality Control” dimana proses ini
bertujuan untuk memisahkan marmer berdasarkan kelasnya.

Didalam proses produksinya, pabrik menggunakan boiler 1000°C untuk melakukan


pemanasan, proses grinding, penghalusan pasir yang dicampur beberapa bahan kimia, dan
mesin-mesin dengan fasilitas conveyor. Mesin – mesin di pabrik ini belum memiliki safety
guard sehingga tidak berhenti otomatis apabila ada tangan termasuk ke dalam mesin. Pada
proses packing, marmer yang telah di packing disusun kembali ke dalam satu kotak yang
lebih besar, ada proses angkat-angkut pada saat memindahkan marmer dari mesin conveyor
ke pembungkusan yang lebih besar dan pada saat diletakkan kegudang. Packing kecil berisi 6
buah marmer dengan berat 15kg, dan satu kardus besar berisi 10 packing kecil. Shift kerja 8
jam sehari dengan 6 hari dalam 1 minggu. Pabrik memiliki kerja sama dengan pihak kantin
yang menjajakan makanannya untuk sleuruh pekerja tanpa sertifikat dan kokinya belum
pernah dilakukan tes kesehatan.
PT ARWN tidak memiliki fasilitas air dari perusahaan air, PT ini membuat sumur
sendiri, mengandalkan air tanah yang mengandung Ferum (Fe) dan Manganese (Mn) dan
penampungan dari air hujan untuk air mereka yang tentu saja terdapat kandungan bakteri
alami di air tanah ini. Berdasarkan hasil analisa bakteri ditemukan coliform. Pengelolaan
limbah perusahaan berupa open dumping dan limbah cair dialirkan ke kolam khusus. PT
ARWN memiliki klinik sendiri dengan jam kedatangan dokter hanya di hari kamis hingga
jam 12 siang, data di klinik menunjukkan 5 besar penyakit dalam 1 tahun adalah; 1. ISPA, 2.
MSD’s 3. DBD 4. Diare 5. Luka dan terjepit.
Pada hasil pengamatan dari disnaker, PT ARWN memiliki noise rata-rata 90dB dan
didalam pabrik bisa mencapai 120dB, getaran 4m/det2 pada hand and arm vibration. Daerah

2
OI merupakan salah satu daerah endemik demam berdarah. Di wilayah OI juga meiliki
frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi.
Anda sebagai dokter perusahaan yang baru ditempatkan di PT ARWN mendapatkan
tugas dari owner untuk mengatasi semua permasalahan medis di persahaan, lakukan analisis
tentang health risk assessment yang komprehensif dan program apa yang akan anda buat
untuk memerangi masalah isu kesehatan yang terdpaat di perusahaan.

3
I. Klarifikasi Istilah
NO. Isitlah Pengertian
1. Kaliberasi Kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan
cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mampu telusur ke standar nasional untuk satuan
ukuran dan atau internasional.
2. Conveyor Suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang
lain.
3. Coliform Kelompok bakteri indikator untuk menentukan
kualitas atau mutu dari lingkungan air, tanah atau
makanan.
4. Open Dumping Sistem pembuangan di suatu ruangan terbuka tanpa
ada persiapan lahan pembuangan dan tidak dilapisis
oleh lapisan geotekstil, sampah ditumpuk secara terus-
menerus tanpa ditutup dan tanpa ada pengolahan lebih
lanjut.
5. Health Risk Assessment Sebuah langkah penilaian risiko di tempat kerja yang
dapat menimbulkan dampak atau gangguan pada
kesehatan pekerja. Dalam upaya K3 basis dasarnya
adalah loss control dan loss prevention.
6. Hand and Arm Vibration ; Pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya
getaran lengan tangan bagian tubuh tertentu misalnya lengan dan bahu yang
mengalami kontak dengan sumber getaran.

II. Identifikasi Masalah


1. PT ARWN yang berdomisili di daerah Ogan Ilir Sumatera Selatan meiliki pekerja 300
orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar daerah OI. PT ARWN memiliki produk
bahan bangunan dan marmer dimana produksi pembuatan bahan bangunan dibuat
langsung di pabrik. Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat
(CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit,
dan silikat lainnya seperti graphit, hematit dan limonit. Nilai komersil marmer
bergantung kepada warna dan tekstur.

4
Adapun urutan kerja pada proses pengolahan terdiri dari beberapa tahapan dengan alat-
alat pengolahan sebagai berikut :
1. Gergaji Besar (Block Cutter Machine). Gergaji besar digerakkan oleh tenaga listrik
dengan cara kerja pemotongan awal pada bagian atas dari blok marmer sehingga
didapatkan bagian yang rata.
2. Mesin Potong Ujung (Cross Cutting Machine). Hasil pemotongan dari mesin Block
Cutter berupa lembaran marmer dengan ukuran tersebut, selanjutnya dimuat dengan
Whell Loader ketempat mesin potong ujung dengan tujuan untuk meratakan kedua
ujung dari lembaran marmer tersebut. Proses ini menggunakan air sebagai media
pembilas.
3. Mesin Pembagin (Multi Blades Splitting Machine) mesin ini berfungsi membagi
hasil pemotongan lembaran marmer menjadi dua bagian.
4. Kalibrasi Ketebalan dan Penghalusan (Grinding Machine) pada proses ini lembaran
marmer yang telah terbagi tersebut kemudian dikupas atau dihaluskan
permukaannya untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan sesuai dengan
permintaan.
5. Pengeringan, Pendempulaan dan Pemanasan (Plastering Line). Proses ini terdiri dari
tiga tahapan dimana lembaran marmer yang ada telah melewati proses penghalusan
kemudian dikeringkandengan menggunakan angin yang berasal dari blower.
Kemudian lubang didempul dengan tenaga manusia, setelah itu lembaran marmer
melewati dua buah oven yang bertujuan untuk mempercapat proses pengerasan.
6. Pemolesan (Polishing Machine). Proses pemolesan dikerjakan dengan mesin poles
yang terdiri dari beberapa batu poles dengan tingkat kehalusan yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan kilap yang sempurna batu poles diatur disusun berurutan sesuai
dengan tingkat kehalusannya serta pengaturan tekanan yang sesuai.
7. Mesin Potong Pas (Double Hydraulic Squaring Machine) proses ini dilakukan
dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pemotongan untuk panjang yang diinginkan
kemudian masuk ke tahap kedua yaitu pemotongan utnuk lebar yang diinginkan.
8. Mesin Pengering dan Pembersih (Drying and Clearing Machine). Setelah melalui
proses potong pas, pekerjaan selanjutnya adalah pada mesin poles wax yang
gunanya sebagai proses pembersihan dan pengeringan. Bagian bawah dari marmer
yang telah kering kemudian di lem yang berguna untuk menghindari rembesan
semen pada waktu marmer akan dipasang sekaligus proses akhir dari beberapa
proses pemotongan dalam pabrik.

5
9. Proses Packing. Proses ini dilakukan secara manual yang bertujuan untuk meratakan
permukaan serta pinggiran-pinggiran dari marmer untuk mendapatkan hasil yang
lebih indah. Proses selanjutnya adalah pemeriksaan “Quality Control” dimana
proses ini bertujuan untuk memisahkan marmer berdasarkan kelasnya.

2. Didalam proses produksinya, pabrik menggunakan boiler 1000°C untuk melakukan


pemanasan, proses grinding, penghalusan pasir yang dicampur beberapa bahan kimia,
dan mesin-mesin dengan fasilitas conveyor. Mesin – mesin di pabrik ini belum memiliki
safety guard sehingga tidak berhenti otomatis apabila ada tangan termasuk ke dalam
mesin. Pada proses packing, marmer yang telah di packing disusun kembali ke dalam
satu kotak yang lebih besar, ada proses angkat-angkut pada saat memindahkan marmer
dari mesin conveyor ke pembungkusan yang lebih besar dan pada saat diletakkan
kegudang. Packing kecil berisi 6 buah marmer dengan berat 15kg, dan satu kardus besar
berisi 10 packing kecil. Shift kerja 8 jam sehari dengan 6 hari dalam 1 minggu. Pabrik
memiliki kerja sama dengan pihak kantin yang menjajakan makanannya untuk sleuruh
pekerja tanpa sertifikat dan kokinya belum pernah dilakukan tes kesehatan.
PT ARWN tidak memiliki fasilitas air dari perusahaan air, PT ini membuat sumur
sendiri, mengandalkan air tanah yang mengandung Ferum (Fe) dan Manganese (Mn) dan
penampungan dari air hujan untuk air mereka yang tentu saja terdapat kandungan bakteri
alami di air tanah ini. Berdasarkan hasil analisa bakteri ditemukan coliform. Pengelolaan
limbah perusahaan berupa open dumping dan limbah cair dialirkan ke kolam khusus. PT
ARWN memiliki klinik sendiri dengan jam kedatangan dokter hanya di hari kamis
hingga jam 12 siang, data di klinik menunjukkan 5 besar penyakit dalam 1 tahun adalah;
1. ISPA, 2. MSD’s 3. DBD 4. Diare 5. Luka dan terjepit.
Pada hasil pengamatan dari disnaker, PT ARWN memiliki noise rata-rata 90dB dan
didalam pabrik bisa mencapai 120dB, getaran 4m/det2 pada hand and arm vibration.
Daerah OI merupakan salah satu daerah endemik demam berdarah. Di wilayah OI juga
meiliki frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi.
Anda sebagai dokter perusahaan yang baru ditempatkan di PT ARWN mendapatkan
tugas dari owner untuk mengatasi semua permasalahan medis di persahaan, lakukan
analisis tentang health risk assessment yang komprehensif dan program apa yang akan
anda buat untuk memerangi masalah isu kesehatan yang terdpaat di perusahaan.
III. Analisis Masalah

6
1. PT ARWN yang berdomisili di daerah Ogan Ilir Sumatera Selatan meiliki pekerja 300
orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar daerah OI. PT ARWN memiliki produk
bahan bangunan dan marmer dimana produksi pembuatan bahan bangunan dibuat
langsung di pabrik. Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat
(CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit,
dan silikat lainnya seperti graphit, hematit dan limonit. Nilai komersil marmer
bergantung kepada warna dan tekstur.
Adapun urutan kerja pada proses pengolahan terdiri dari beberapa tahapan dengan alat-
alat pengolahan sebagai berikut :
1. Gergaji Besar (Block Cutter Machine). Gergaji besar digerakkan oleh tenaga listrik
dengan cara kerja pemotongan awal pada bagian atas dari blok marmer sehingga
didapatkan bagian yang rata.
2. Mesin Potong Ujung (Cross Cutting Machine). Hasil pemotongan dari mesin Block
Cutter berupa lembaran marmer dengan ukuran tersebut, selanjutnya dimuat dengan
Whell Loader ketempat mesin potong ujung dengan tujuan untuk meratakan kedua
ujung dari lembaran marmer tersebut. Proses ini menggunakan air sebagai media
pembilas.
3. Mesin Pembagin (Multi Blades Splitting Machine) mesin ini berfungsi membagi
hasil pemotongan lembaran marmer menjadi dua bagian.
4. Kalibrasi Ketebalan dan Penghalusan (Grinding Machine) pada proses ini lembaran
marmer yang telah terbagi tersebut kemudian dikupas atau dihaluskan
permukaannya untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan sesuai dengan
permintaan.
5. Pengeringan, Pendempulaan dan Pemanasan (Plastering Line). Proses ini terdiri dari
tiga tahapan dimana lembaran marmer yang ada telah melewati proses penghalusan
kemudian dikeringkandengan menggunakan angin yang berasal dari blower.
Kemudian lubang didempul dengan tenaga manusia, setelah itu lembaran marmer
melewati dua buah oven yang bertujuan untuk mempercapat proses pengerasan.
6. Pemolesan (Polishing Machine). Proses pemolesan dikerjakan dengan mesin poles
yang terdiri dari beberapa batu poles dengan tingkat kehalusan yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan kilap yang sempurna batu poles diatur disusun berurutan sesuai
dengan tingkat kehalusannya serta pengaturan tekanan yang sesuai.

7
7. Mesin Potong Pas (Double Hydraulic Squaring Machine) proses ini dilakukan
dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pemotongan untuk panjang yang diinginkan
kemudian masuk ke tahap kedua yaitu pemotongan utnuk lebar yang diinginkan.
8. Mesin Pengering dan Pembersih (Drying and Clearing Machine). Setelah melalui
proses potong pas, pekerjaan selanjutnya adalah pada mesin poles wax yang
gunanya sebagai proses pembersihan dan pengeringan. Bagian bawah dari marmer
yang telah kering kemudian di lem yang berguna untuk menghindari rembesan
semen pada waktu marmer akan dipasang sekaligus proses akhir dari beberapa
proses pemotongan dalam pabrik.
9. Proses Packing. Proses ini dilakukan secara manual yang bertujuan untuk meratakan
permukaan serta pinggiran-pinggiran dari marmer untuk mendapatkan hasil yang
lebih indah. Proses selanjutnya adalah pemeriksaan “Quality Control” dimana
proses ini bertujuan untuk memisahkan marmer berdasarkan kelasnya.
a. Apa dampak kandungan marmer terhadap kesehatan kerja?
- Kuarsa, Mika debu kuarsa merupakan debu fibrogenik yang dapat
menyebabkan gangguan pada pernapasan yaitu silikosis
- Klorit Tremolit, Graphit ,Hematit Limonit merupakan bagian dari silica,
mineral ini jika menjadi debu dan terhirup lama oleh para pekerja
menyebabkan terjadinya silicosis.

b. Apa pengaruh pekerja ARWN 50% berasal dari luar OI?


Pekerja PT ARWN 50% berasal dari luar OI memiliki pengaruh terhadap
psikososial pekerja. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada perusahaan ini
dapat menimbulkan hazard psikososial yaitu stres misalnya karena jauh dari
keluarga.

c. Bagaimana kriteria perusahaan marmer yang sehat dan sesuai prosedur?

8
Gambar 1. Kriteria Perusahaan

9
Gambar 2. Kriteria Perusahaan

d. Apa saja resiko kerja dari proses pengolahan marmer ?


Strategi Promosi Kesehatan
1. Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Tanpa
dukungan dari pihak perusahaan itu sendiri, promosi kesehatan tidak akan
berjalan dengan optimal.
Contoh : meminta perusahaan untuk memperbaiki kondisi pabrik yang
membahayakan kesehatan pekerja (mesin bising, tidak ada APD), meminta
perusahaan menerapkan regulasi yang tegas terhadap penegakkan SOP dan
pemakaian APD saat berada di lingkungan kerja

10
2. Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan.
3. Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
mandiri. Dengan cara memberikan penyuluhan dan mengadakan program
program yang dapat meningkatkan kemampuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan para pekerja.

Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan, yaitu :


1. Promkes pada Tingkat Promotif
Sasaran : Kelompok pekerja sehat
Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
2. Promkes pada Tingkat Preventif/Primary Prevention
Sasaran : Kelompok pekerja sehat dan pekerja dengan resiko tinggi
Tujuan : Mencegah kelompok tsb agar tdk jatuh sakit
Beberapa masalah kesehatan lingkungan kerja pada skenario:
 ISPA
Pencegahan berupa :
a. Mengganti cara pemolesan dengan menggunakan alat yang tidak
menghasilkan debu (bias menggunakan mesin tidak pake batu poles)
b. Waktu kerja di turunkan menjadi 8 jam sehari dalam waktu 5 hari atau 6
jam sehari dalam waktu 6 hari sehingga resiko terpapar lebih rendah
c. Menggunakan masker saat kerja sehingga tidak terhirup debu-debu yang
dapat menyebabkan terjadinya resiko terjadinya ISPA
 MSD’s
Pencegahan berupa :
a. Memberikan bantalan antara alat kerja dengan tangan sehingga resiko
terpapar langsung lebih rendah
b. Waktu kerja di turunkan menjadi 8 jam sehari dalam waktu 5 hari atau 6
jam sehari dalam waktu 6 hari sehingga resiko terpapar lebih rendah
c. Memakai sarung tangan saat kerja
 DBD

11
Pencegahan berupa :
a. Rajin untuk membersihkan air sumur setiap seminggu sekali untuk
menghindari terbentuknya jentik-jentik nyamuk, yang merupakan tempat
berkembang biak nyamuk aides aigepty.
b. Diadakan penyemprotan 3 bulan sekali untuk membunuh aides aigepty
c. Minum vitamin meningkatkan daya tahan tubuh sehingga lebih
menurunkan resiko terinfeksi DBD
 Diare
Pencegahan berupa :
a. Menjaga kebersihan air
b. Minum vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga lebih
menurunkan resiko terinfeksi Diare
 Luka dan terjepit
Pencegahan berupa :
a. Lebih berhati-hati saat bekerja
b. Usahakan istirahat yang cukup agar saat bekerja tidak mengantuk
c. Jangan mengobrol atau Bermain-main saat bekerja
3. Promkes pd Tingkat Kuratif/Secondary Prevention
Sasaran : Pekerja yang sudah mengalami penyakit akibat kerja
Tujuan : Mencegah penyakit tsb tdk menjadi lebih parah
4. Promkes pd Tingkat Rehabilitatif/Tertiary Prevention
Sasaran : Para pekerja yg baru sembuh (recovery) dr suatu penyakit akibat
kerja.
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan
seminimal mungkin

e. Bagaimana pengendalian resikonya?(pengendalian di tempat asal, mode


paparan, orang yang terpajan)

12
Gambar 3. Risk Management

Langkah awal yang sangat penting adalah Establishing The Context


(Menetapkan konteks).
 Menetapkan konteks ini meliputi penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup
dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan
risiko suatu organisasi.
 Penetapan konteks ini menunjukkan hubungan antara masalah atau hal yang
akan dikelola risikonya dengan lingkungan organisasi (eksternal &
internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria risiko yang
dijadikan standar.
 Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber daya, struktur
organisasi (tanggung jawab dan wewenang) yang diperlukan dalam
pengeloaan risiko.
 Dalam dokumen rencana risk manajemen (Risk Management Plan),
penetapan konteks ini dapat dijadikan bab Latar Belakang Masalah, bab
struktur organisasi pengeloaan risiko dan bab Kriteria Risiko.

13
Kriteria risiko atau Risk Criteria adalah ukuran standar seberapa besar dampak
atau konsekwensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan
atau frekeunsi atau likelihood risiko akan terjadi.

Gambar 4. Risk Criteria

Proses kedua adalah Risk Identification atau identifikasi risiko, yaitu 


melakukan identifikasi risiko-risiko yang dapat terjadi di masa yang akan datang
(yaitu : risiko apa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa suatu risiko bisa
terjadi). Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses-proses/tugas-
tugas/aktifitas-aktifitas kritikal atau kunci, pengenalan area-area risiko dan
katagorinya

Proses ketiga adalah Risk Analysis atau analisis risiko-risiko, yaitu proses
menentukan berapa besar dampak (impact atau consequences) dan

14
kemungkinan (frequency atau likelihood) risiko-risiko yang akan terjadi, serta
menghitung berapa besar level risikonya dengan mengalikan antara besar
dampak dan besar kemungkinan (Risk = Consequences x Likelihood).

Proses keempat adalah Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang


sudah dihitung diatas dengan Kriteria Risiko yang sudah distandarkan
(menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria risiko), apakah risiko-
risiko itu acceptable/dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau
unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya.
Lihat gambar di bawah ini, risiko nomor 1 dan 5 terletak di daerah warna merah
Unacceptable Risk dan menjadi prioritas untuk dilakukan penanganan atau
mitigasinya.

Gambar 5
Proses kelima adalah Risk Treatment atau mitigasi risiko-risiko. Mitigasi risiko-
risiko harus direncanakan sebaik-baiknya dan dipertimbangkan semua alternatif
solusinya, sebelum dilaksanakan mitigasinya,  agar mendapatkan hasil yang
diharapkan ecara efektif dan efisien. Beberapa alternatif bisa dipertimbangkan
untuk digunakan, seperti :
 Membagi risiko
 Mengurangi likeliihood dan/atau  mengurangi konsekwensi
 Menghindari risiko atau membatalkan aktifitas yg berisiko tinggi

15
 Menerima risiko

Proses keenam adalah Monitor & Review  (Pemantauan & Pengkajian Ulang).
Pemantauan & Pengkajian Ulang dilaksanakan terhadap seluruh proses
manajemen risiko termasuk konteksnya (lingkungan, proses, organisasi, strategi,
stakeholder dsb.). Catatan-catatan hasil Pemantauan & Pengkajian Ulang
disimpan sebagai bukti dan laporna bahwa aktifitas itu telah dilaksanakan dan
sebagai masukan bagi Risk Management Framework  yang telah disiapkan
sebelumnya.

Selama melaksanakan ke enam proses manajemen risiko itu Communication &


Consultation (komunikasi dan konsultasi) selalu dilaksanakan kepada semua
stakeholder, secara kontinyu dan iterative.

Skema lain yang menambah kejelasan mengenai langkah-langkah penerapan


proses manajemen risiko ISO 31000:2009 dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 6. Langkah-langkah Penerapan Proses Manajemen Risiko

f. Apa saja APD yang perlu digunakan di pengolahan marmer?


Ear plug, sepatu boots/ alat pelindung kaki, sarung tangan, masker, safety
helmet, safety belt, kaca mata pengamanan, pelindung wajah, pakaian
pelindung.

16
2. Didalam proses produksinya, pabrik menggunakan boiler 1000°C untuk melakukan
pemanasan, proses grinding, penghalusan pasir yang dicampur beberapa bahan kimia,
dan mesin-mesin dengan fasilitas conveyor. Mesin – mesin di pabrik ini belum memiliki
safety guard sehingga tidak berhenti otomatis apabila ada tangan termasuk ke dalam
mesin. Pada proses packing, marmer yang telah di packing disusun kembali ke dalam
satu kotak yang lebih besar, ada proses angkat-angkut pada saat memindahkan marmer
dari mesin conveyor ke pembungkusan yang lebih besar dan pada saat diletakkan
kegudang. Packing kecil berisi 6 buah marmer dengan berat 15kg, dan satu kardus besar
berisi 10 packing kecil. Shift kerja 8 jam sehari dengan 6 hari dalam 1 minggu. Pabrik
memiliki kerja sama dengan pihak kantin yang menjajakan makanannya untuk sleuruh
pekerja tanpa sertifikat dan kokinya belum pernah dilakukan tes kesehatan.
PT ARWN tidak memiliki fasilitas air dari perusahaan air, PT ini membuat sumur
sendiri, mengandalkan air tanah yang mengandung Ferum (Fe) dan Manganese (Mn) dan
penampungan dari air hujan untuk air mereka yang tentu saja terdapat kandungan bakteri
alami di air tanah ini. Berdasarkan hasil analisa bakteri ditemukan coliform. Pengelolaan
limbah perusahaan berupa open dumping dan limbah cair dialirkan ke kolam khusus. PT
ARWN memiliki klinik sendiri dengan jam kedatangan dokter hanya di hari kamis
hingga jam 12 siang, data di klinik menunjukkan 5 besar penyakit dalam 1 tahun adalah;
1. ISPA, 2. MSD’s 3. DBD 4. Diare 5. Luka dan terjepit.
Pada hasil pengamatan dari disnaker, PT ARWN memiliki noise rata-rata 90dB dan
didalam pabrik bisa mencapai 120dB, getaran 4m/det2 pada hand and arm vibration.
Daerah OI merupakan salah satu daerah endemik demam berdarah. Di wilayah OI juga
meiliki frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi.
Anda sebagai dokter perusahaan yang baru ditempatkan di PT ARWN mendapatkan
tugas dari owner untuk mengatasi semua permasalahan medis di persahaan, lakukan
analisis tentang health risk assessment yang komprehensif dan program apa yang akan
anda buat untuk memerangi masalah isu kesehatan yang terdpaat di perusahaan.
a. Apa saja hazard yang ditimbulkan dari perusahaan ini? Dan bagaimana dampaknya
tehadap kesehatan?
1. Hazard Fisika
 Suhu Ekstrem Boiler 1000 C
Dampak : Heat stroke, heat cramps
 Suara bising mesin

17
Dampak : Gangguan fisiologis, psikologis, dan organ pendengaran
telinga.
 Getaran
Dampak : Raynaud Syndrome
 Angkat-angkut
Dampak : Barang yang sewaktu-waktu dapat terjatuh dan menimpa
pekerja.
 Alat tanpa safety guard
Dampak : keamaan yang rendah dapat mencederai (luka atau terjepit)
2. Hazard Kimia
 Proses penghalusan pasir (bahan mineral)
Dampak : gangguan saluran pernafasan misalnya karena debu. (ISPA)
 Kontak bahan kimia
Dampak : kerusakan kulit ( larutan korosif)
3. Hazard Biologi
 Sanitasi air : Infeksi, toksin karena kandungan mikroorganisme; bersifat
patogen. (Diare)
 DBD : risiko terjangkit penyakit DBD lebih besar.
4. Hazard Ergonomic
 Mengangkat dan mengangkut marmer
Dampak : Dapat menyebabkan perubahan bentuk tubuh akibat
mengangkat beban berlebihan.
5. Hazard Psikologi
 Pekerja dari luar OI
Dampak : stress karena jarak tempat kerja dan rumah yang jauh.
6. Hazard Perilaku
 Minum alhokol
Dampak : kelebihan minum minuman beralkohol dapat mengganggu
kinerja pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya yang dapat berdampak
buruk terhadap dirinya maupun sekitarnya.

b. Siapa saja yang terkena hazard ini?


Berdasarkan hazard fisik: para pekerja di bagian masing-masing.

18
Berdasarkan hazard biologis: masyarakat sekitar pabrik.

c. Bagaimana pengendalian hazard?


Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan
hirarki pengendalian risiko, yaitu:
a. Pengendalian Teknis atau Rekayasa (Engineering Control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang terfokus pada rekayasa
mesin, seperti modifikasi alat, cara kerja mesin dan komponen
mesin. Contoh pengendalian teknik atau rekayasa yaitu:
1. Eliminasi
Merupakan metode pengendalian dengan cara menghilangkan bahaya
dari tempat kerja, umumnya diterapkan pada material, proses dan kadang-
kadang pada teknologi.
2. Substitusi
Merupakan usahan menurunkan tingkat risiko dengan mengganti
beberapa potensial hazard (material dan proses) dengan sumber lain
yang memiliki potensial bahaya yang lebih kecil.
3. Minimisasi
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko dengan mengurangi
jumlah bahan berbahaya yang digunakan, disimpan dan mengurangi
jumlah bahan berbahaya yang disimpan.
4. Isolasi
Merupakan usaha untuk memindahkan sumber pajanan bahaya
dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya pada tempat lain.

b. Pengendalian Administratif (Administrative Control)


Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang lebih
mengutamakan pengendalian pada manajemen seperti:
1. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus
insentif, penghargaan dan motivasi diri.
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Evaluasi melalui internal maupun eksternal.
4. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) yang baik untuk setiap
pekerjaan yang ada.

19
5. Memberikan atau melampirkan data keselamatan untuk setiap
jenis pekerjaan yang menggunakan bahaya kimia.
6. Mengadakan pengecekan kesehatan sebelum bekerja, berkala
maupun khusus.
7. Pengaturan jadwal kerja atau shift kerja.

c. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)


Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya
masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat
pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus
memenuhi persayaratan:
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
- Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan
jari-jari, kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.

Pengendalian suhu ekstrim sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, pengaturan jam kerja berdasarkan beban kerja dalam suhu tertentu.

Pengendalian Getaran
Getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan pengukuran
menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil yang akan
dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
kerja nomor KEP. 51/MEN/1999 bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang

20
kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan
sebesar 4 m/det2.

Gambar 7.

Pengendalian bising
- Mengurangi kebisingan berdasarkan sumbernya :
• Acoustical design;
• Decrease energy for driving vibrating system;
• Change coupling between this energy and acoustical radiating system;
• Change structure so less sound is radiated.
• Subtitution with less noisy equipment;
• Change method of processing.
- Mengurangi kebisingan berdasarkan perubahan tempatnya:
• Menambah jarak antara pekerja dan sumber bising
• Memberi pelindung pada sumber bising untuk mengurangi bising yang timbul
• Menutup bagian yang bising
- Mengurangi kebisingan berdasarkan pendengarnya :
• Alat Pelindung Diri (APD)
• Mengisolasi pekerja dari bising
• Bekerja dengan shift tertentu untuk mengurangi waktu paparan
• Merubah jadwal kerja

d. Bagaimana sanitasi air dalam perusahaan ini?


Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia
sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila
tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu
kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh

21
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang di


maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan seharihari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar
kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan
menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan
maupun di perdesaan.

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang
menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa
tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan,
penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat
air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus,
pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung
(Slamet, 2002).
Manfaat Air Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah (Usman D, 2000):

1. Untuk keperluan air minum.


2. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lainlain).
3. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)
4. Untuk konservasi sumber baku PAM.
5. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).
6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses
kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).
7. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses
membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan
lain-lain).
8. Pertanian/ irigasi
9. Perikanan.

22
Adapun persyaratan air bersih sbb.:
1. Syarat Fisik
 Jernih
 Tidak berwarna
 Tidak berasa
 Tidak berbau
 Temperatur tidak melebihi suhu udara.
2. Syarat Kimia
 Tidak mengandung unsur kimia yang bersifat racun.
 Tidak mengandung zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Syarat Bakteriologis :
Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E. coli.
Ketentuan:     Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.
Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
4. Syarat Radio aktif :
Tidak mengandung sinar alfa, sinar gamma

Sumber – sumber air


Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber – sumber air
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
1. Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini
tidak mengandung kalsium oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang
sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2. Air sungai dan Danau (Air Permukaan)
Menurut asalnya sebagia dari air sungan dan air danau ini juga dari air hujan yang
mengalir melalui saluran – saluran kedalam sungai atau danau ini. Oleh karena air
sungan dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam
kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3. Mata Air
Air yang keluar dari mata air biasanya keluar dari air tanah yang muncul secara

23
alamiah. Oleh karena itu air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran
sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin
apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu
sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari
lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan
tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda – beda. Biasanya berkisar antara
5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini
belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
5. Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan
tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam
ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui
pengolahan ).

e. Bagaimana sanitasi limbah dalam perusahaan ini?


TPA dengan metode open dumping adalah menumpukan sampah terus hingga tinggi
tanpa dilapisi dengan lapisan geotekstil dan saluran lindi.  Pada sistem terbuka (open
dumping), sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir
tanpa ada perlakuan apapun. Berikut adalah dampak yang diakibatkan oleh sistem
Open Dumping:
Dampak bagi lingkungan
1. Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah
organik yang terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik,
maka dapat menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang dapat
menyebabkan pencemaran air tanah
2. Penyumbatan badan air.
3. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari
sumber air.
4. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk
tujuan lain.
5. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam

24
tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan
tertentu.
6. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat
atau polutan sampah.
Dampak bagi manusia
1. Lindi mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti adanya kandungan Hg,
H2S, tergantung jenis sampah yang dibuang di TPA tersebut.
2. Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit.

Tabel 3. Perbandingan Skema Lahan Urug

f. Bagaimana sanitasi dan higienitas makanan dalam perusahaan ini?


Pengertian dari prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian
terhadap empat faktor yaitu tempat/bangunan, peralatan, orang, dan bahan makanan.
Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI,
2004) :
1. Pemilihan Bahan Makanan
2. Penyimpanan Bahan Makanan
3. Pengolahan Makanan
4. Penyimpanan Makanan Jadi
5. Pengangkutan Makanan
6. Penyajian Makanan

25
Prinsip I : Pemilihan Bahan Makanan Kualitas bahan makanan yang baik dapat
dilihat melalaui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau,
dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran
termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

Prinsip II : Penyimpanan Bahan Makanan Bahan makanan yang digunakan dalam


proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus
disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan
dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan. (Depkes RI, 2004).
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah rusak
dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu
sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan
kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan
yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Syarat- syarat penyimpanan menurut Depkes RI (2004) adalah:
1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih
2. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan
- dalam suhu yang sesuai
- ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
- kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%
4. Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya tidak menempel
pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
- jarak makanan dengan lantai 15 cm
- jarak makanan dengan dinding 5 cm
- jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan.
Bahan makanan yang masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar,
sedangkan bahan makanan yang masuknya belakangan terakhir dikeluarkan atau
disebut dengan sistem FIFO (First In First Out)
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong sebaiknya disimpan dengan
sistem kartu dengan menyebutkan :

26
- Nama bahan
- Tanggal penerimaan
- Asal bahan
- Jumlah penerimaan digudang
- Sisa akhir didalam kemasan
- Tanggal pemeriksaan
- Hasil pemeriksaaan Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam
table berikut ini:

Prinsip III : Pengolahan Makanan Pengolahan makanan adalah proses pengubahan


bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang
baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua
kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak
langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan
dengan jalan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan (Arisman,
2009).
a. Tenaga Penjamah Makanan Tenaga
penjamah adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai dari
mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun menyajikan
makanan (Sihite, 2000). Syarat-syarat penjamah makanan yaitu (Depkes RI,
2004) :
1. Tidak menderita penyakit mudah menular, misal : batuk, pilek, influenza,
diare, penyakit perut sejenisnya
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul)
3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
4. Memakai celemek dan tutup kepala
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas
tangan
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan
bagian lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan dan atau tanpa menutup hidung
atau mulut

27
b. Cara Pengolahan Makanan
1. Tidak terjadi kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan
yang salah
2. Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan akibat dari kotorannya
tangan pengelola/penjamah
3. Proses pengolahan harus diatur sedemikian rupa sehingga mencegah
masuknya bahan-bahan kimia berbahaya dan bahan asing kedalam makanan
Syarat-syarat proses pengolahan sesuai dengan (Depkes RI, 2000) adalah :
a. Jenis bahan yang digunakan, baik bahan tambahan maupun bahan
penolong serta persyaratan mutunya
b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan
c. Tahap-tahap proses pengolahan
d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan
dengan mengingat faktor waktu, suhu, kelembaban, tekanan dan
sebagainya, sehingga tidak mengakibatkan pembusukan, kerusakan dan
pencemaran.

c. Tempat Pengolahan Makanan Tempat pengolahan makanan, dimana makanan


diolah sehingga menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang
biasanya disebut dapur. Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang
harus memenuhi syarat higiene dan sanitasi, diantaranya konstruksi dan
perlengkapan yang ada. Menurut Depkes RI (2004) syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Lantai Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin,
tahan lama dan kedap air. Lantai harus dibuat dengan kemiringan 1-2% ke
saluran pembuangan air limbah.
2. Dinding dan langit-langit Dinding harus dibuat kedap air sekurang-
kurangnya satu meter dari lantai. Bagian dinding yang kedap air tersebut
dibuat halus, rata dan bewarna terang serta dapat mudah dibersihkan.
Demikian juga dengan langit- langit harus terbuat dari bahan yang bewarna
terang.
3. Pintu dan jendela Pintu dan jendela harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terhindar dari lalu lintas lalat dan serangga lainnya.dengan demikian harus

28
diperhatikan pintu masuk dan keluar harus selalu tertutup atau pintu yang
harus bisa ditutup sendiri.
4. Ventilasi ruang dapur Secara garis besarnya ventilasi terbagi atas dua
macam yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi alam terjadi secara
alamiah dan disyaratkan 10% dari luas lantai dan harus dilengkapi dengan
perlindungan terhadap serangga dan tikus.
5. Pencahayaan Pencahayaan yang cukup diperlukan pada tempat pengolahan
makanan untuk dapat melihat dengan jelas kotoran lemak yang tertimbun
dan lain- lain. Pencahayaa diruang dapur sekurang-kurangnya 20 fc,
sebaikya dapat menerangi setiap permukaan tempat pengolahan makanan
dan pada tempat-tempat lain seperti tempat mencuci peralatan, tempat cuci
tangan, ruang pakaian, toilet, tempat penampungan sampah disamping itu
selama pembersihan harus disediakan pencahayaan yang cukup memadai
6. Pembuangan asap Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan juga
harus dilengkapi dengan penyedot asap untuk mengeluarkan asap dari
cerobongnya.
7. Penyediaan air bersih Harus ada persediaan air bersih yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan. Minimal syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak
berasa, tidak berbau.
8. Penampungan dan pembuangan sampah Sampah harus ditangani
sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran makanan dari tempat
sampah harus dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering serta
diusahakan pencegahan masuknya serangga ketempat pembuangan sampah
yang memenuhi syarat kesehatan antara lain:
a. terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat
b. mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya
dibuat halus
c. mudah diangkat dan ditutup
d. kedap air, terutama menampung sampah basah
e. tahan terhadap benda tajam dan runcing Disamping itu sampah harus
dikeluarkan dari tempat pengolahan makanan sekurang-kurangnya
setiap hari. Segera setelah sampah dibuang, tempat sampah dan
peralatan lain yang kontak dengan sampah harus dibersihkan.

29
9. Pembuangan air limbah Harus ada sistem pembuangan limbah yang
memenuhi. syarat kesehatan. Bila tersedia saluran pembuangan air limbah
di kota, maka sistem drainase dapat disambungkan dengan alur
pembuangan tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga air limbah
segera terbawa keluar gedung dan mengurangi kontak air limbah dengan
lingkungan diluar sistem saluran.
10. Perlindungan dari serangga dan tikus Serangga dan tikus sangat suka
bersarang ataupun berkembang biak pada tempat pengolahan makanan, oleh
karena itu pengendaliannya harus secara rutin karena binatang tersebut bisa
sebagai pembawa penyakit dan sekaligus menimbulkan kerugian ekonomi.
Karena kebisaan hidupnya, mereka dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Mereka dapat memindahkan kuman secara mekanis baik
langsung kedalam makanan/bahan makanan atau langsung
mengkontaminasi peralatan pengolahan makanan dan secara biologis
dengan menjadi vektor beberapa penyakit tertentu. Beberapa penyakit
penting yang dapat ditularkan/disebarkan antara lain demam berdarah,
malaria, disentri, pest. Infestasi serangga tikus, tikus dapat pula
menimbulkan kerugian ekonomi karena mereka merusak bahan pangan dan
peralatan pengolahan makanan.

Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Jadi Prinsip penyimpanan makanan terutama


ditujukan kepada : - Mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri -
Mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan - Mencegah timbulnya sarang
hama
Prinsip V : Pengangkutan Makanan Makanan yang berasal dari tempat pengolahan
memerlukan pengangkutan untuk disimpan, kemungkinan pengotoran makanan
terjadi sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat
angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya baik/buruknya pengangkutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor : - Tempat/alat pengangkut - Tenaga pengangkut -
Tekhnik pengangkutan Syarat- syarat pengangkutan makanan memenuhi aturan
sanitasi : - alat/tempat pengangkutan harus bersih - cara pengangkutan makanan
harus benar dan tidak terjadi kontaminasi selama pengangkutan - pengangkutan

30
makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari - cara pengangkutan harus
dilakukan dengan mengambil jalan singkat

Prinsip VI : Penyajian Makanan Penyajian makanan yang menarik akan memberikan


nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen
memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah sanitasi yang baik.
Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam
keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang menimbulkan racun.

g. Bagaimana pengelolaan sampah dan limbah yang benar. Apakah PT ARWN ini
sudah memenuhi pengelolaan yang benar?
Terlampir dalam Learning Issue

h. Bagaimana pengendalian vektor pada lingkungan kerja?


Terlampir dalam Learning Issue

i. Bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya pada perusahaan ini?


Setiap tenaga kerja berhak mendapat pelayanan kesehatan dan pengurus wajib
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan pengetahuan dan teknologi.
Kebutuhan tenaga kerja pada perusahaan :
a. Perusahaan tenaga kerja > 500 orang pelayanan kesehatan kerja berbentuk klinik
dengan 1 dokter praktek tiap hari
b. Σ tenaga kerja 200 – 500, tingkat bahaya rendah, klinik dengan paramedis setiap
hari dan dokter praktek tiap 2 hari
c. Σ tenaga kerja 200 – 500 orang, tingkat bahaya tinggi à sesuai butir (a)
d. Σ tenaga kerja 100 – 200 orang, tingkat bahaya rendah à klinik dibuka setiap hari
dilayani paramedis, dokter tiap 3 hari
e. Σ tenaga kerja 100 – 200 orang, tingkat bahaya tinggi à sesuai dengan butir (b)
f. Σ tenaga kerja < 100 orang, pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan bersama-
sama dengan pengurus perusahaan lain
Pelayanan kesehatan pada perusahaan ini PT. ARWN memiliki klinik sendiri dengan
jam kedatangan dokter hanya di hari kamis hingga jam 12 siang dengan jumlah
pekerja 300 orang. Idealnya pada perusahaan, pelayanan kesehatan yang baik pada
perusahaan dengan jumlah pekerja 300 orang tingkat bahaya rendah, klinik dengan

31
paramedis setiap hari dan dokter praktek tiap 2 hari. Sedangkan pada perusahaan
dengan jumlah pekerja 300 orang tingkat bahaya tinggi, pelayanan kesehatan kerja
berbentuk klinik dengan 1 dokter praktek tiap hari.

j. Bagaimana manajemen risiko?


1. Identifikasi Resiko
Metode yg digunakan
a) Analisis data historis
Menggunakan berbagai informasi dan data yang tersedia dalam perusahaan
mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi

b) Pengamatan dan survei


Melakukan investigasi atau pencarian data langsung di tempat kejadian

c) Pengacuan (benchmarking)
Mencari informasi tentang resiko di tempat atau perusahaan lain
Contohnya, dari berita di media massa, dapat diketahui bahwa eskalator
beresiko menyebabkan anak-anak terjepit

d) Pendapat ahli
Mencari informasi dari ahli di bidang resiko tertentu
Contohnya dari bertanya pada dokter, dapat diketahui bahwa orang dengan
tingkat kolesterol tinggi beresiko kena penyakit jantung

2. Pengukuran Resiko
Setiap risiko yang teridentifikasi diperhitungkan secara bergantian dan penilaian
mengenai besarnya probabilitas dan keseriusan risiko tersebut pun dibuat. Tidak
ada cara yang mudah untuk melakukan hal ini-analisis ini bergantung pada
penilaian dan pengalaman manajer proyek

Pengendalian Resiko

1) Eliminasi

32
Eliminasi adalah menghilangkan sumber dari bahaya. Menghilangkan sumber
bahaya dilakukan dengan meniadakan atau menghilangkan peralatan atau
pekerjaan yang menjadi sumber dari bahaya. Cara ini adalah cara yang sangat
aman karena dapat menekan resiko ketingkat yang paling aman. Tetapi sering kali
tidak dapat dilakukan karena peralatan atau pekerjaan tersebut biasanya
merupakan bagian dari proses pekerjaan. 
2) Subtitusi 
Subtitusi adalah mengurangi bahaya dengan cara mengganti peralatan atau tata
laksana pekerjaan dengan peralatan atau cara kerja yang lebih aman.
3) Engineering
Engineering adalah mengurangi resiko dari peralatan dan pekerjaan dengan cara
membuat perubahan (rekayasa) pada peralatan atau pekerjaan sehingga tingkat
resiko dapat dikurangi sampai ketitik resiko yang dapat diterima.
4) Administrasi
Beberapa contoh pengendalian resiko pada poin ini adalah dengan melengkapi
pekerjaan dengan dokumentasi, perizinan, penandaan (rambu-rambu) dan lain
lain. 
5) Alat Pelindung Diri (APD) 
Alat pelindung diri (APD) ini merupakan langkah terakhir yang digunakan dalam
upaya untuk meminimalisasi tingkat resiko. 

Kelima pengendalian resiko diatas sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sesuai


dengan urutannya, tujuannya adalah untuk memaksimalkan hasil dari
pengendalian. Setiap langkah diatas memiliki nilainya tersendiri dalamupaya
pengendalian resiko. Dari kelima langkah pengendalian resiko tersebut diatas
diharapkan peralatan atau pekerjaan dapat digunakan atau di laksanakan dalam
tingkat resiko yang dapat diterima. Karena pada dasarnya resiko tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya dan hanya dapat di kendalikan dan diminimalisasi
sampai ke tingkat yang dapat diterima.

k. Bagaimana Promosi kesehatan yang dapat dilakukan di perusahaan ini?


Jenis pelayanan kesehatan kerja di tempat kerja/ perusahan
1. Pelayanan promotif

33
 Pendididkan dan penyuluhan PHBS (Pola hidup bersih dan sehat ) di
tempat kerja
 Perbaikan gizi pekerja, menu seimbang dan pemeliharaan makanan sehat
dan aman seta hygiene kantin.
 Pemeliharaan tempat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja yang sehat
 Konsultasi meliputi psikologi kerja, KB dan masalah kesehatan lainnya.
 Olah raga fisik dan kebugaran
 Koordinasi di dalan perusahan dan ke luar perusahaan dengan pihak yang
terkait
 Advokasi

2. Pelayanan preventif
 Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus pada karyawan
 Identifikasi dan pengukuran potensi risiko kesehatan di tempat
kerja/lingkungan kerja.
 Pengendalian bahata lingkungn kerja (Fisik, kimia, biologi, psikososial,
ergonimi)
 Survellians Penyakit akibat kerja (PAK), Kecelakaan Kerja (KK) dan
penyakit umum yang dominan di kalangan pekerja.
 Survellians kesehatan kerja, monitoring lingkungan kerja dan monitoring
biologis
 Pemeriksaan kualitas air minum dan kualitas kebersihan makanan/ pekerja
kantin.

3. Pelayanan Kuratif
 Pertolongan pertama pada kasus emergency
 Pemeriksaan fisik dan penunjang
 Deteksi dini dan pengobatan segera PAK dan KK
 Melakukan rujukan bila di perlukan

4. Pelayanan Rehabilitatif
 Melakukan evaluasi tingkat kecacatan pekerja

34
 Merekomendasikan penempatan kembali tenaga kerja yang cacat dan
sesudah perawatan yang lama secara selektif sesuai dengan kemampuannya.

Gambar 8. Tahapan Perkembangan Pelayanan Kesehatan Kerja

Tingkat 1 : Tingkat awal


 Bagi pekerja dan tempat kerja yang tidak memiliki pelayanan kesehatan kerja
sama sekali.
 Mengurangi hambatan menjadi sekecil mungkin
 Menjalani komepentesnis dan substansi pelayanan kesehatan kerja
 Kegiatan pelayanan berfokus pada risiko kecelakaan, kerja fsik berat, sanitasi
dan kebersihan dasar, serta pada bahaya kimia factor fisik dan biolofi ( termasuk
HIV/AIDS) yang paling berbahaya.
 Bila dijumpai masalah kesehatan yang tidak dapat di tangani agar melakukan
rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

Tigkat II Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

35
 Pelayanan pada tahap ini merupakan pelayanan dengan infrastruktur yang
bekerja sedekat mungkin dengan tempat kerja dan komunita.
 Model pengadaan pelayanan beragam jenisnya, tergantung kepada lingkungan
local dan kebutuhan ada
 Kegiatan dari pelayanan kesehatan kerja berfokus kepada:
1. Pendidikan kesehatan
 Promosi kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja berperilaku hidup dan bekerja secara sehat
 Pelatihan kader kesehatan kerja baik di sector formal maupun informal
2. Pelayanan kesehatan kerja
 Diagnosis PAK dan PAHK
 Pelayanan perawatan kesehatan umum, kuratif dan rehabilitative
 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
 Pencatan, pelaporan dan dokumentasi

3. Pembinaan lingkungan kerja


Bentuk kegiatan pembinaan lingkungan kerja lebih di fokuskan pada
asesmen risiko di lingkungan tempat kerja dan pengendalian risiko yang
mungkin terjadai baik disebabkan factor kimia, biologi, fisiologi maupun
psikososial.

4. Penyelenggaran surveilans kesehatan kerja termasuk system informasi


kesehatan kerja dan surveilans lingungan kerja.

Tingkat III : Pelayanan dengan standar internasional


 Tujuan minimum bagi tiap Negara (Konvensi ILO No 161) tentang pelayanan
keehatan kerja.
 Pencegahan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif/ penyembuhan.

Tingkat IV: Pelayanan Kesehatan Kerja Komprehensif


 Pada perusahanan besar di Negara- Negara industry atau dapat juga di sediakan
oleh pusat pusat pelayanan kesehatan kerja berskala internasional yang

36
menyediakan pelayanan bagi sejumlah besar klien perusahaan dari berbagai
bidang
 Substansi pelayanan terdiri atas : Pencegahan komprehensif, pelayanan kuratif,
promosi kesehatan, promosi kemampuan kerja, dan pembangunan organisasi
kerja yang sehat.

Dari analisis situasi pelayanan kesehatan kerja terkait kasus, diperoleh gambaran
bahawa Tahap 1 dan Tahap II banyak dijumpai pada perusahaan berskala menengah
kecil. Disamping, kita juga bias melakukan sarana pelayanan kesehatan terhadap
pekerja perusahan seperti promosi kesehatan pada tingkat promotif, prenetif, kuratif
dan rehabilitative

l. Apa makna wilayah OI memiliki frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi
terhadap perusahaan?
Wilayah OI memiliki frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi dapat
bermakna bahwa kemungkinan pada perusahaan ada beberapa orang dari pekerja
pabrik memiliki kasus narkoba maupun alkohol. Hal ini karena seluruh pekerja
belum pernah dilakukan tes kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya untuk mengurangi
kasus seperti ini perusahaan harus melakukan tes kesehatan yang rutin guna
kepentingan pekerja. Perusahaan juga dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan
yang berkaitan dengan hal-hal diatas yang mana jika perusahaan dapat melakukan
hal-hal tersebut dapat mengurangi frekuensi kasus narkoba dan alkohol.

37

Anda mungkin juga menyukai