Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DAMPAK BIROKRASI PEMERINTAHAN DAN


DAMPAK TERHADAP POLITIK DAN DEMOKRASI

Disusun oleh
Kelompok 3

1. Anggarani C.S.P : P1337420417005 5. Sukma Melati N : P1337420417073


2. Nur Alifah : P1337420417023 6. Hemy Yunita W : P1337420417089
3. Heylda Putri P : P1337420417039 7. Nurul Faizah : P1337420417105
4. Uji Maulana H : P1337420417057

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TA 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
segala rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai “Dampak Birokrasi
Pemerintahan dan Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi” dalam mata kuliah
“Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi”.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Blora, 29 Desember 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan.............................4

B. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi...............................6

BAB III PENUTUP......................................................................................

A. Simpulan................................................................................................9

B. Saran......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan


keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat.
Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu
sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan
sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling
dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di
Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.

Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial (penyakit


sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan
secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR,
uang pesangon dan lain sebagainya diluar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang
menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa
negara ke jurang kehancuran. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis
adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun
tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa
berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan
prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari
masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kriminalitas kejahatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan?


2. Apa dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan

2. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan mengenai dampak korupsi terhadap birokrasi
pemerintahan, politik, dan demokrasi.

2. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang dampak korupsi terhadap
birokrasi pemerintahan, politik, dan demokrasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan
Negara kita sering disebut bureaucratic polity. Birokrasi pemerintah merupakan
sebuah kekuatan besar yang sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, birokrasi pemerintah juga merupakan garda
depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Namun di
sisi lain, birokrasi sebagai pelaku roda pemerintahan merupakan kelompok yang
rentan terhadap jerat korupsi. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang
punggung negara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa birokrasi di tanah air seolah
menjunjung tinggi pameo “jika bisa dibuat sulit, mengapa harus dipermudah”.
Semakin tidak efisien birokrasi bekerja, semakin besar pembiayaan tidak sah atas
institusi negara ini. Sikap masa bodoh birokrat pun akan melahirkan berbagai
masalah yang tidak terhitung banyaknya. Singkatnya, korupsi menumbuhkan
ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi.
Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu
sistem politik atau pemerintahan. Pertama, korupsi mengganggu kinerja sistem
politik yang berlaku. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal.
Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat
personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor
bekerja.  Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang
berdampak sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi
terhadap organisasi yang lebih nyata. Kedua, publik cenderung meragukan citra dan
kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi. Ketiga,
lembaga politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi
dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk
kepentingan yang sempit (vested interest). Sering terdengar tuduhan umum dari
kalangan anti-neoliberalis bahwa lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), IF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis
dan para hegemoni global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa.
Tuduhan seperti ini sangat mungkin menimpa pejabat publik yang memperalat suatu
lembaga politik untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dalam kasus seperti
ini, kehadiran masyarkat sipil yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat
meminimalisir terjadinya praktik korupsi yang merajalela di masyarakat.
Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, diantaranya:
1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,
2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
Contoh dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan:
1) Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-
sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan.
Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi. Kejujuran yang dihadapi dengan
kekuatan politik adalah sesuatu yang tidak mendidik dan justru bertentangan
dengan etika dan moralitas. Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan
politik adalah salah satu indikasi besar runtuhnya etika sosial poltik.
2) Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan
Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara atau
permasalahan ingin diposisikan sebagai pihak yang benar. Oleh sebab itu
banyak upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam memenangkan
perkaranya seperti menyuap hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi
bahkan sampai kepada ancaman nyawa. Di sisi aparat hukum, semestinya
menyelesaikan masalah dengan fair dan tanpa adanya unsur
pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan menerima
suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan kemenangan.
Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul karena
setiap perkara selalu diselesaikan dengn korupsi.
3) Birokrasi Tidak Efisisen
Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia
menempati peringkat kedua dengan birokrasi terburuk di Asia. Banyak
investor yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, namun untuk
mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui birokrasi yang
berbelit-belit. Pada akhirnya suap adalah jalan yang banyak ditempuh oleh
para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka. Maka sebaiknya
birokrasi di Indonesia harus dibenahi.

B. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi


Korupsi tidak terlepas dari kehidupan politik dan demokrasi. Rencana anggaran
yang diajukan pihak eksekutif kepada pejabat legislatif yakni pihak DPR/DPRD
untuk disetujui dalam APBN/APBD adalah berdampak politik. Anggaran
APBN/APBD yang dikucurkan ke masyarakat implementasinya harus dapat
dipertangungjawabkan secara accountable kepada masyarakat dan bebas dari
intervensi kepentingan pribadi maupun golongan tertentu.
Korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan
korupsi.
Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi antara lain:
1. Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang carut marut
dan cenderung koruptif.
2. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi karena terjadinya tindak
korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif,
yudikatif atau petinggi partai politik.
3. Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh
pemilik modal/kapitalis), dan
4. Hancurnya kedaulatan rakyat yang disebabkan kekayaan negara hanya
dinikmati oleh sekelompok tertentu.
Contoh dampak terhadap politik dan demokrasi:
1) Munculnya Kepemimpinan Korup
Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif
menghasilkan masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan
tindak korupsi dilakukan dari tingkat yang paling bawah. Konstituen di
dapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-calon
pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya. Hubungan transaksional sudah berjalan dari hulu yang
pada akhirnya pun memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses
yang dilakukan juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah digiring
untuk memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpi-mimpi dan janji
akan kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap
dari calon pemimpin tersebut.
2) Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan
berat yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal
ini dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap
pemerintahan yang sedang berjalan.
Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan
diputuskan oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan
antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini benar-benar harus diatasi dengan kepemimpinan yang baik, jujur,
bersih dan adil. Sistem demokrasi yang dijalankan Indonesia masih sangat
muda, walaupun kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai kerentanan.

3) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang
dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan
besar melakukan ‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat
merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan
partai-partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara
kepentingan partai dengan kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial (penyakit


sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi membawa dampak negatif yang
cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran. Dalam arti yang luas,
korupsi atau korupsi politis

Semua bentuk korupsi dicirikan dengan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, dan
yang ketiga pengambilan keuntungan material. Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan
dalam bentuk-bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemerasan, penggelapan
dan nepotisme Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan
bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan
kerugian bagi badan-badan negara dan publik.

B. Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar


dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai motivasi
agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan
pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah “Budaya Anti Korupsi”

DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Hukum Universitas Palangkaraya. 2011. Dampak Masif dan Upaya
Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

http://www.scribd.com/doc/176201367/DAMPAK-MASIF-DAN-UPAYA-
PEMBERANTASAN-KORUPSI-DI-INDONESIA. Diakses pada 29 Desember 2019

Nisa, Indah Khoirun. 2014. Pendidikan Anti Korupsi. http://indah-khoirun-


feb13.web.unair.ac.id/artikel_detail-105020-PPKN-Pendidikan%20Anti%20Korupsi
%20(1).html. Diakses pada 29 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai