Disusun oleh
Kelompok 3
TA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
segala rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai “Dampak Birokrasi
Pemerintahan dan Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi” dalam mata kuliah
“Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi”.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Simpulan................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan mengenai dampak korupsi terhadap birokrasi
pemerintahan, politik, dan demokrasi.
2. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang dampak korupsi terhadap
birokrasi pemerintahan, politik, dan demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan
Negara kita sering disebut bureaucratic polity. Birokrasi pemerintah merupakan
sebuah kekuatan besar yang sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, birokrasi pemerintah juga merupakan garda
depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Namun di
sisi lain, birokrasi sebagai pelaku roda pemerintahan merupakan kelompok yang
rentan terhadap jerat korupsi. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang
punggung negara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa birokrasi di tanah air seolah
menjunjung tinggi pameo “jika bisa dibuat sulit, mengapa harus dipermudah”.
Semakin tidak efisien birokrasi bekerja, semakin besar pembiayaan tidak sah atas
institusi negara ini. Sikap masa bodoh birokrat pun akan melahirkan berbagai
masalah yang tidak terhitung banyaknya. Singkatnya, korupsi menumbuhkan
ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi.
Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu
sistem politik atau pemerintahan. Pertama, korupsi mengganggu kinerja sistem
politik yang berlaku. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal.
Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat
personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor
bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang
berdampak sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi
terhadap organisasi yang lebih nyata. Kedua, publik cenderung meragukan citra dan
kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi. Ketiga,
lembaga politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi
dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk
kepentingan yang sempit (vested interest). Sering terdengar tuduhan umum dari
kalangan anti-neoliberalis bahwa lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), IF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis
dan para hegemoni global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa.
Tuduhan seperti ini sangat mungkin menimpa pejabat publik yang memperalat suatu
lembaga politik untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dalam kasus seperti
ini, kehadiran masyarkat sipil yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat
meminimalisir terjadinya praktik korupsi yang merajalela di masyarakat.
Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, diantaranya:
1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,
2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
Contoh dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan:
1) Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-
sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan.
Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi. Kejujuran yang dihadapi dengan
kekuatan politik adalah sesuatu yang tidak mendidik dan justru bertentangan
dengan etika dan moralitas. Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan
politik adalah salah satu indikasi besar runtuhnya etika sosial poltik.
2) Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan
Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara atau
permasalahan ingin diposisikan sebagai pihak yang benar. Oleh sebab itu
banyak upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam memenangkan
perkaranya seperti menyuap hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi
bahkan sampai kepada ancaman nyawa. Di sisi aparat hukum, semestinya
menyelesaikan masalah dengan fair dan tanpa adanya unsur
pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan menerima
suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan kemenangan.
Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul karena
setiap perkara selalu diselesaikan dengn korupsi.
3) Birokrasi Tidak Efisisen
Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia
menempati peringkat kedua dengan birokrasi terburuk di Asia. Banyak
investor yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, namun untuk
mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui birokrasi yang
berbelit-belit. Pada akhirnya suap adalah jalan yang banyak ditempuh oleh
para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka. Maka sebaiknya
birokrasi di Indonesia harus dibenahi.
3) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang
dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan
besar melakukan ‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat
merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan
partai-partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara
kepentingan partai dengan kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Semua bentuk korupsi dicirikan dengan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, dan
yang ketiga pengambilan keuntungan material. Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan
dalam bentuk-bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemerasan, penggelapan
dan nepotisme Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan
bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan
kerugian bagi badan-badan negara dan publik.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Hukum Universitas Palangkaraya. 2011. Dampak Masif dan Upaya
Pemberantasan Korupsi di Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/176201367/DAMPAK-MASIF-DAN-UPAYA-
PEMBERANTASAN-KORUPSI-DI-INDONESIA. Diakses pada 29 Desember 2019