Anda di halaman 1dari 110

AUTOPSI

DEFINISI
Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat
untuk kepentingan pendidikan, hukum,
dan ilmu kesehatan.

Autopsi sering juga disebut:


Pemeriksaan post-mortem, necropsi,
obduksi dan seksi.
Jenis Autopsi
1. Autopsi anatomi
Autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa
fakultas kedokteran di bawah bimbingan
langsung ahli ilmu urai anatomi di
laboratorium fakultas kedokteran.

Tujuan : Mempelajari jaringan dan susunan


alat-alat tubuh dalam keadaan
normal
2. Autopsi klinik
Autopsi yang dilakukan pada penderita yang
meninggal setelah dirawat di RS.

Tujuannya untuk mengetahui:


a. Proses patologis pada tubuh korban
b. Penyebab kematian yang pasti
c. Efektivitas pengobatan yg tlh diberikan
d. Perjalanan lazim suatu penyakit
e. Mengetahui kelainan pada organ dan
jaringan tubuh akibat suatu penyakit.
3. Autopsi forensik
Autopsi yang dilakukan atas permintaan yang
berwenang, sehubungan dengan adanya
penyidikan dalam perkara pidana yang
menyebabkan kematian yang tidak wajar.

Tujuannya untuk mengetahui:


a. sebab kematian yang pasti
b. Mekanisme kematian
c. Cara kematian
d. Lama kematian
e. Identifikasi
f. Jenis racun atau senjata yang digunakan.
g. Membuat laporan tertulis yang objektif
berdasarkan VeR
DASAR HUKUM AUTOPSI (1)
INSTRUKSI KAPOLRI: INS/E/20/IX/75
TENTANG TATA CARA PERMOHONAN/
PENCABUTAN VER.
→ PASAL 6: …. DGN VER ATAS MAYAT,
BERARTI MAYAT HRS DIBEDAH. SAMA
SEKALI TDK DIBENARKAN
MENGAJUKAN PERMINTAAN VER ATAS
MAYAT BERDASARKAN PEMERIKSAAN
LUAR SAJA.
DASAR HUKUM AUTOPSI (2)
KUHAP PASAL 133 AYAT 2:
PERMINTAAN KETERANGAN AHLI SBGMN
DIMAKSUD DLM AYAT 1 DILAKUKAN SECARA
TERTULIS, YG DLM SURAT ITU DISEBUTKAN
DGN TEGAS UTK PEMERIKSAAN LUKA ATAU
PEMERIKSAAN MAYAT ATAU PEMERIKSAAN
BEDAH MAYAT.
KUHAP PASAL 134 AYAT 1:
DLM HAL SANGAT DIPERLUKAN, DIMANA UTK
KEPERLUAN PEMBUKTIAN BEDAH MAYAT TDK
MUNGKIN LAGI DIHINDARI, PENYIDIK WAJIB
MEMBERITAHUKAN TERLEBIH DAHULU KEPADA
KELUARGA
DASAR HUKUM AUTOPSI (3)
PP. NO. 18 THN 1981 :
TENTANG BEDAH MAYAT KLINIS DAN
BEDAH MAYAT ANATOMIS SERTA
TRANSPLANTASI ALAT DAN ATAU
JARINGAN TUBUH MANUSIA.
KEPUTUSAN MENHANKAM PANGAB
NO. KEP/B/20N/1972:
TENTANG BEDAH MAYAT KLINIS DLM
LINGKUNGAN ABRI.
DASAR HUKUM AUTOPSI (4)
SURAT EDARAN MENKES
NO.1342/MENKES/SE/XII/2001:
TENTANG PELAKSANAAN AUTOPSI
FORENSIK.
DASAR HUKUM AUTOPSI (5)
MENKES RI – MAJELIS PERTIMBANGAN
KESEHATAN & SYARA (MPKS), FATWA NO.4/
1955:
1. BEDAH MAYAT ITU MUBAH/ BOLEH
HUKUMNYA UTK KEPENTINGAN ILMU
PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DOKTER &
MENEGAKKAN KEADILAN DIANTARA UMAT
MANUSIA.
2. MEMBATASI KEMUDAHAN ITU SEKEDAR
DARURAT SAJA MENURUT KADAR YG TDK
BOLEH TDK KARENA DILAKUKAN UTK
MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN TSB.
TUJUAN AUTOPSI FORENSIK
MENENTUKAN SEBAB KEMATIAN
MENGETAHUI MEKANISME KEMATIAN
MENGETAHUI CARA KEMATIAN
MENENTUKAN LAMA KEMATIAN
IDENTIFIKASI MAYAT TAK DIKENAL
MENGENAL JENIS SENJATA & RACUN YG
DIGUNAKAN
MENCARI PENYAKIT PENYERTA KORBAN
MENCARI TANDA PERLAWANAN KORBAN
MENENTUKAN POSIS KORBAN STLH MATI
DLL.
PERSIAPAN SEBELUM AUTOPSI
PERIKSA KELENGKAPAN SURAT-SURAT
(VER) YG BERKAITAN DGN AUTOPSI.
PERIKSA KEBENARAN MAYAT YG AKAN
DIPERIKSA, APAKAH SDH SESUAI DGN YG
DISEBUTKAN PD PERMINTAAN VER.
KUMPULKAN SEMUA KETERANGAN YG
MENYANGKUT TENTANG KEMATIAN
KORBAN.
PERIKSA & PERSIAPKAN ALAT-ALAT
YANG DIPERLUKAN SBLM AUTOPSI
DIMULAI.
PETUNJUK DLM AUTOPSI
FORENSIK
1. PEMERIKSAAN HARUS DILAKUKAN
PADA SIANG HARI (KECUALI TERPAKSA
PD KASUS – KASUS TERTENTU).
2. LAKUKAN SEDINI MUNGKIN.
3. PEMERIKSAAN SECARA LENGKAP.
4. DILAKUKAN OLEH DOKTER.
5. LAKUKAN DENGAN TELITI.
6. SESEGERA MUNGKIN MENYAMPAIKAN
HASIL KPD PENYIDIK.
ALAT-ALAT YG DIGUNAKAN (1)

PISAU BEDAH (POST MORTEM KNIFE)


PISAU POTONG TULANG RAWAN (CARTILAGE
KNIFE)
PISAU MEMOTONG OTAK (BRAIN KNIFE)
GUNTING USUS (INTESTINAL SCISSOR)
GUNTING BEDAH (SURGICAL SCISSOR)
PINSET
SONDE TUMPUL
PEMOTONG TULANG (BONE FORCEPS)
GERGAJI / GERGAJI LISTRIK
ALAT-ALAT YG DIGUNAKAN (2)
MARTIL & PAHAT
TIMBANGAN MAYAT & TIMBANGAN
ORGAN
JARUM JAHIT & BENANG
GELAS UKUR
METERAN PENGUKUR PANJANG
SARUNG TANGAN KARET
BOTOL MULUT LEBAR DGN PENUTUPNYA
GELAS OBJEK & PIRING PETRI
BASKOM & EMBER
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Luar Mayat Dalam

Harus dilakukan secara cermat meliputi


segala sesuatu yang terlihat, tercium,
dan teraba pada mayat.
A. PEMERIKSAAN LUAR
1. LABEL MAYAT 2. TUTUP &
• Catat warna dan PEMBUNGKUS
bahan label MAYAT
• Catat tulisan dalam Catat jenis, bahan,
warna dan coraknya.
label
• Terdapat cap dari
instansi kepolisian
yang mengirim mayat
3. PAKAIAN 4. PERHIASAN
• Buka seluruh pakaian. Tentukan jenis, warna
Bila kaku mayat (+) logam, merk, tulisan dan
semua yang yang akan
gunting pakaian tanpa berguna untuk identifikasi
merusak bagian yg pada kalung, cincin, arloji,
penting. anting dan lain-lain.
• Periksa & catat benda
penting di samping
mayat.
• Periksa & rekam pakaian
serta bahan, merk, dll yg
digunakan mayat.
5. TANDA-TANDA KEMATIAN

Berguna untuk menentukan saat kematian.

Letak lebam mayat

a. Lebam Mayat CATAT Distribusi lebam


mayat
Lebam mayat hilang
dengan penekanan
atau tidak. Ini berguna
untuk menentukan
posisi korban waktu
meninggal dan lama
kematian.
B. Kaku Mayat
Berguna untuk menentukan lamanya kematian

Distribusi kaku mayat, derajat kekakuan


pada rahang, leher, sendi lengan atas,
siku, pinggang, pangkal paha, dan lutut

CATAT Apakah kaku mayat mudah atau sukar


dilawan

Jika terdapat cadaveric spasm, catat


terdapat pada otot mana, apakah
menggenggam sesuatu.
c. Temperatur Tubuh Mayat

Menggunakan termometer panjang, per


rektal atau di bawah hepar melalui
insisi perut
Termometer harus sedalam 10 cm di
anus korban, dibaca setelah 3-5 menit.
Catat temperatur ruangan.

Lama kematian = (37-temperatur rektal) + 3


D. Pembusukan
Kulit perut sebelah kanan bawah berwarna kehijauan.
Kulit ari mudah terkelupas
Gambaran pembuluh darah superficial dan melebar dan
berwarna biruhitam
Tubuh membengkak akibat pembusukan lanjut
E. Mummifikasi
• Didapati pada mayat yang berada pada daerah
panas, temperatur tinggi serta kelembaban udara
yang rendah.
• Cairan tubuh mayat menguap=> tinggal kulit
pembalut tulang

Suatu model yang


menunjukkan kondisi
mummifikasi pada tangan
kanan dan kaki kanan
F. Adipocere
Yaitu keadaan mayat yang terpapar di
daerah lembab atau basah.

Hidrogenisasi asam lemah tak jenuh

Asam lemak jenuh, dgn kalsium


membentuk sabun yang tidak larut air

Bahan yang menyerupai lilin


Model yang
menunjukkan suatu
Proses adipocere pada
kaki
Adipocere pada punggung tangan
6. IDENTIFIKASI 7. IDENTIFIKASI
UMUM KHUSUS

CATAT CATAT

Jenis Kelamin Letak,bentuk, tato

Bangsa Letak, bentuk, tahi lalat

Umur Kelainan bawaan

Warna Kulit

Keadaan Gizi

Perawakan
8. PEMERIKSAAN LOKAL

a. Kepala
Bentuk, adanya luka, atau patah tulang.

b. Rambut
Warna, beruban/tidak, lebat/jarang,
halus/kasar, lurus/keriting, panjang
rambut depan, samping, belakang.
c. Mata
terbuka/tertutup, lebar terbuka, kelainan pada
kelopak mata, warna, keadaan pembuluh
darah, dll.

- Kornea : jernih/keruh, arcus senilis.


- Iris : warna
- Pupil : diameter, isokor atau tidak.
- Lensa : ada katarak atau tidak
- Sklera : warna, perdarahan,dll.
- Alis mata : warna, tebal/tipis.
- Bulu mata : lurus / melengkung
d. Telinga
Kelainan bentuk, ada keluar cairan atau
darah.

e. Mulut
Tertutup atau terbuka, berapa lebarnya
Bibir : tebal/tipis, warna, sumbing/tidak
Lidah : terjulur/tergigit
Gigi : gigi susu, ditambal, dibungkus
logam, kelainan letak, kelainan
gusi
f. Leher
Tanda-tanda pembesaran, struma, dll.

g. Dada
Bentuk dada, luka atau tanda patah tulang
pada wanita: bentuk mammae, papilae
mammae, dan warna aerola mammae.

h. Perut
Bentuk, tanda kekerasan, tebal lemak, dll
i. Ekstremitas atas dan bawah
Tanda kekerasan dan patah tulang,
ujung jari membiru atau tidak.

j. Alat kelamin
♀ Tanda-tanda kekerasan, komisura posterior
utuh/tidak, selaput dara utuh/robek, robek baru/lama

♂ sudah disunat/tidak, ukuran penis.


k. Punggung
Kelainan dari tulang punggung, seperti
lordosis, skoliosis,kifosis, dan lain-lain.
Adakah tanda-tanda kekerasan.

l. Dubur
Tanda-tanda kekerasan
Apakah ada keluar najis atau benda lain
dari liang dubur.
9. Pemeriksaan Luka
a. Lokalisasi
di mana luka ditemukan, catat letak
menggunakan koordinat terhadap garis tengah
tubuh.

b. Jenis luka
luka lecet, luka memar, atau luka terbuka,dll.

c. Bentuk luka
sebutkan juga panjang luka setelah luka
dirapatkan
d. Arah luka
melintang, membujur, atau miring

e. Pinggir luka
rata, teratur, atau tidak teratur.

f. Dasar luka
jaringan di bawah kulit atau otot

g. Sekitar luka
memar, kotor oleh lumpur, minyak, dll.

h. Ukuran luka
ukur panjang luka setelah luka dirapatkan, serta
lebar&dalamnya.
i. Lubang luka
Apakah ada cairan yang keluar dari luka.
Dapat dimasukkan sonde tumpul untuk
memastikan luka menembus rongga
tubuh.
B. PEMERIKSAAN DALAM
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan
membuka semua rongga tubuh korban, yaitu
rongga kepala, dada, perut, dan panggul.

The autopsy
"The mind of the operator should be at the tip of the knife…."
—William S. Wadsworth, M.D., American coroner's physician, 1915

Pemeriksaan yang lengkap tidak boleh


diabaikan meskipun dokter telah mendapatkan
kelainan da penyebab kematian.
I. Pembukaan jaringan kulit dan otot
Mayat diletakkan terlentang, bahu
ditinggikan dengan sepotong balok kecil,
sehingga kepala akan berada dalam
keadaan fleksi maksimal dan bagian
leher terlihat jelas.
Terdapat 2 metode pembukaan rongga tubuh:
1. Insisi I
Dimulai dari bawah dagu di garis
pertengahan tubuh belokkan ke kiri
setentang pusat.
simpisis pubis
Keuntungan :daerah leher mudah diperiksa
Kerugian :dari segi kosmetik kurang
menguntungkan karena
terlihat bekas jahitan di leher
bila sebelum dikubur pasien
diperlihatkan kepada masyarakat.
Insisi I
2. Insisi Y

Dimulai dari Pada Wanita


pertengahan klavikula (± 4cm Axilla
di bawah akromion ke
prosesus xifoideus)
Bawah garis
Belokkan irisan ke kiri mammae
setentang pusat

Prosesus Simfisis
xifoideus pubis
Simfisis pubis

Keuntungan: secara kosmetik Kerugian: Daerah leher


lebih baik dan daerah axilla dapat lebih sulit di keluarkan
diperiksa dengan mudah
Modifikasi Insisi Y

Dimulai dari
Bawah sudut rahang bawah
kanan dan kiri

Pertengahan
manubrium sterni

Belokkan ke kiri
setentang pusat Simfisis Pubis
INSISI Y
II. Membuka Rongga Tubuh
Kulit dipotong mulai dari bawah dagu ke
arah bawah, dikuakkan ke kiri dan ke
kanan untuk melihat adanya kelainan
pada jaringan otot, terutama pada
kekerasan di daerah leher seperti dicekik,
dijerat dan mati gantung.
Di daerah dada, bila tidak ada kecurigaan
ada trauma yang perlu diperiksa teliti,
insisi dapat diteruskan sampai ke tulang
dada. Pisau dalam posisi tegak, mengiris
otot yang telah dikuakkan dengan ibu jari
di bagian dalam dan empat jari lainnya di
bagian luar, ditarik ke arah lateral sambil
memotong otot dada.
Sehingga otot dibebaskan dari dinding
dada. Otot yang melekat ke kosta
dibersihkan untuk melihat kemungkinan
patah tulang.
Di daerah perut pisau masuk sampai ke
peritoneum. Selanjutnya jari telunjuk dan
jari tengah tangan kiri dimasukkan ke
dalam rongga perut, pisau diletakkan di
antara dua jari dan pisau digerakkan
memotong ke bawah sampai ke simfisis
pubis.
Sekarang dada telah dibebaskan dari otot
dan daerah perut sudah terbuka.
Memotong tulang iga sternocleido, mulai
dari iga 2 ke arah bawah sedikit lateral.
Pisau dipegang dengan tangan kanan dan
tangan kiri menekan pisau di tangan
kanan dan menariknya kebawah. Kecuali
pada orang tua, biasanya pemotongan ini
mudah dilakukan.
Bila tulang sudah keras dapat dipotong
dengan gunting tulang. Sternum
dibebaskan dari perlekatannya dengan
diafragma dan dinding mediastinum
anterior. Kemudian iga I dipotong dari arah
bawah dan miring ke arah craniolateral
guna menghindari bagian keras tulang,
kemudian pisau diarahkan kembali ke
arah medial mencari persendian costa 1
dengan sternum
• Lalu dipotong persendian sternoclavicula
dari bawah ke atas mengikuti lengkung
persendian. Dengan cara ini dapat
dihindari terpotongnya pembuluh darah
subclavia dan memotong lebih muda.
Rongga paru-paru kanan dan kiri diperiksa:
Perlekatan
Cairan darah, pus, atau cairan lainnya.
Bila terdapat cairan, keluarkan dengan
sendok besar dan ukur jumlahnya.
Untuk mengeluarkan organ dileher dan
mulut, dilakukan insisi di bagian dalam
rahang bawah dan membebaskan otot di
bagian kiri dan kanan.
Dengan cara ini, lidah dan organ
sekitarnya dapat ditarik keluar dari rongga
mulut dengan tangan kiri memegang
kerongkongan dan tangan kanan di
pangkal lidah.
III. Pengeluaran organ dalam tubuh
a. Teknik Virchow
Organ tubuh dikeluarkan satu persatu dan
langsung diperiksa.

Keuntungan:
Mudah dilakukan, sehingga sering digunakan

Kerugian:
Hubungan topografi antar beberapa organ
yang tergolong dalam satu sistem menjadi
hilang.
Ketelitiannya kurang, terutama untuk autopsi
forensik.
b. Teknik Rokitansky
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat
dan diperiksa dengan insisi organ secara
insitu, baru kemudian semua organ tubuh
dikeluarkan dalam kumpulan organ (en
block) untuk diperiksa satu persatu di luar
tubuh.
c. Teknik Letulle
rongga tubuh dibuka en masse : organ leher,
dada, diafragma, perut
dikeluarkan sekaligus

Letakkan di atas meja, permukaan posterior


menghadap atas

Aorta dibuka Rectum dipisahkan Esofagus dilepaskan


sampai arcus dari sigmoid. dari trakhea, tetapi
aorta, arteri renalis Proksimal jejunum hubungannya
kanan dan kiri diikat pada dua dengan lambung
dibuka dan tempat dan diputus dipertahankan
diperiksa diantara dua ikatan
Aorta diputus di tersebut dan usus
atas muara a. dapat dilepaskan
renalis.
Organ urogenital
dipisahkan dari
organ lain
c. Teknik Gohn
Setelah rongga tubuh dibuka, organ
tubuh dikeluarkan dalam 3 kumpulan
organ:
1. Organ leher dan dada
2. Organ pencernaan bersama hati dan
limpa
3. Organ urogenital
IV. Pembukaan Rongga tengkorak
Irisan dimulai dari Processus mastoideus

Daerah parietal

belakang vertex

Processus mastoideus
di sisi yg lain

Buat irisan sampai periosteum

Kulit kepala ditarik dan Periksa bagian dalam


dikupas ke depan sampai 1 kulit kepala, otot
cm di atas garis supra temporalis dan tulang
orbita dan ke belakang tengkorak, apakah ada
sampai protuberantia resapan darah.
occipitalis.
Tulang tengkorak dipotong dengan gergaji
PADA BAYI BARU LAHIR
Dari pertengahan tulang Atap tengkorak digunting
dahi ke arah kanan dan kiri
Ubun-ubun besar, sejajar
Satu titik di atas sutura sagitalis superior
protuberantia occipitalis (0,5-1 cm dr grs median)
(2cm di atas daun telinga)

Lingkarkan ke lateral di blkg


Hindari terpotongnya sub occipitalis
duramater dan jaringan otak
Di depan, gunting ke frontalis 1-2 cm
Atap tengkorak dilepaskan dr lipatan kulit kepala, belok ke
dengan sedikit lateral kanan sampai ke atas telinga
pencongkelan dengan pahat kanan, bgt jg dgn atap sebelah kiri
T (T-chisel)
Tulang dibuka spt jendela
Otak dapat diperiksa Dan Otak dapat diperiksa
v. PEMERIKSAAN ORGAN
a. Lidah
Permukaan,warna selaput lendir, tanda-tanda
tergigit, atau perdarahan

b. Tonsil
permukaan, penampang tonsil,
selaput,gambaran infeksi,dsb.

c. Kelenjar gondok
ukuran, permukaan rata/berbenjol, warna, dan
berat
d. Kerongkongan
oesofagus dibuka dengan jalan
menggunting sepanjang dinding belakang
dan diperhatikan adanya benda asing,
selaput lendir serta kelainan lain spt
varises.

e. Tenggorok
dimulai dari epiglotis. Apakah ada
perdarahan dan kelainan lain.
f. Tulang Lidah
Lepaskan dari jaringan sekitarnya dengan
menggunakan pinset dan gunting.
Perhatikan adanya patah tulang dan
resapan darah.

g. Arteri carotis interna


Perhatikan adanya tanda kekerasan
seperti kerusakan pada tunika intima yaitu
red line (garis merah melintang,setentang
tekanan tali).
h. Paru-paru
Volume atau pengembangan paru: biasa,
emfisematous, dan mengecil.
Bintik perdarahan di permukaan paru
(tardeu’s spot) atau bercak akibat aspirasi
darah ke saluran paru distal, resapan
darah, luka, bula.
Permukaan, konsistensi.
Pemotongan saluran nafas dimulai dari
apex ke arah basal, dengan tangan kiri di
daerah hilus.
I. JANTUNG
Jantung dilepas dan pembuluh darah besar
yang keluar dan masuk ke jantung dengan
jalan memegang apex jantung, mengangkat
serta menggunting pembuluh darah tadi
sejauh mungkin.

Perhatikan :
Besar jantung, bandingkan dengan kepalan
tinju kanan mayat.
Adakah resapan darah, luka atau bintik
perdarahan
Adakah penebalan dinding jantung
Cara membuka jantung
Dilakukan seperti mengikuti aliran darah
yaitu mulai dari atrium kanan, ke ventrikel
kanan, selanjutnya ke atrium kiri dan
akhirnya ke ventrikel kiri dan ke aorta.
.
Cari lumen vena cava superior, inferior
dan potong dinding belakang kedua vena
ini sehingga atrium kanan terlihat
Dengan pisau dimasukkan dari lumen
vena cava menuju ke apex jantung melalui
ventrikel kanan dan dipotong ke arah
lateral,ukur keliling dan katup trikuspidalis.

Dari apex cordis dengan jarak 1 cm lateral


dari sekat antar bilik, pemotongan dengan
gunting diteruskan ke arah arteri
pulmonalis; ukur keliling katup pulmonal.
Cari vena pulmonalis kiri-kanan, lalu
gunting dinding posteriornya.
Selanjutnya masukkan pisau ke dalam
ventrikel kiri dan tusukan sampai keluar
dari apex dan potong ke arah lateral dan
ukur dari keliling katup bicuspidalis. Dari
apex cordis pada jarak 1 cm dari sekat
antar bilik, potongan diteruskan sampai
aorta.

Katup Mitral
Ukur tebal bilik kanan dan kiri dengan cara
membuat potongan tegak lurus 1 cm
dibawah katup tricuspid dan bicuspid.
Septum interventrikuler dan otot jantung
disayat sejajar serabut otot dan periksa
adakah jaringan infark.
NILAI NORMAL JANTUNG
BESAR JANTUNG SEBESAR KEPALAN
TANGAN SENDIRI.
BERAT 250-350 GRAM.
KATUP TRIKUSPIDALIS = ± 11 CM
KATUP BICUSPUDALIS = ± 9,5 CM
KATUP A.PULMONALIS = ± 7 CM
KATUP AORTA = ± 6,5 CM
TEBAL OTOT BILIK KA = ± 3-5 MM
TEBAL OTOT BILIK KI = ± 12-14 MM
Cara pemeriksaan arteri
coronaria
a. Coronaria dipotong melintang mulai dari
arteri coronaria di pangkal aorta sampai
ke bagian distal dengan jarak 0,5 cm.
b. Timbang berat jantung. Normal pada
laki-laki perawakan sedang (60-70kg)
antara 250-350 gr.
j. Hati
Perhatikan :
Warna
Permukaan(licin/kasar)
Tepinya(tajam/tumpul)
Lakukan pengirisan melintang mulai dari
lobus kanan sampai lobus kiri dan
perhatikan penampang potong, apakah
banyak cairan darah.
Selanjutnya timbang beratnya (normal:pria
1600gr,wanita 1400gr.)
k. Kandung empedu
Carilah saluran empedu dan buka dengan gunting
sampai ke papilla vateri di duodenum dan lihat
apakah ada penyumbatan.

l. Limpa
Perhatikan warna, permukaannya licin atau
keriput. Ukur beratnya, perabaannya, lihat
penampangnya
m. Lambung dan usus
Lambung digunting mulai dari cardia
menyusuri curvatura mayor sampai ke
pylorus, lalu isi lambung diperiksa, apa
isinya.

Model mukosa lambung Model mukosa lambung


akibat keracunan arsenic akibat keracunan
potassium cyanide
Duodenum
Bagian proximal duodenum dibuka sampai
ke pylorus.perhatikan isi usus, mukosa
dan muara saluran empedu (papilla
vateri).
Usus besar dan usus kecil dibuka
mulai dari usus kecil ke arah
caudal dilepas dari
mesenteriumnya. Usus besar
dibuka pada daerah taenia.
Sepanjang lobang usus dibuka
apakah ada perforasi, bagian yang
melilit, dan kerusakan lainnya.
Ginjal dan alat-alat kandung kemih
1. Cara membuka ginjal
simpai lemak ginjal dilepaskan dan diiris mulai
dari tepi menuju ke pelvis renal. Kemudian
simpai ginjal dikupas dengan pinset dari tepi
irisannya tadi. Perhatikan simpai
lemaknya,adakah daerah lebam, penebalan
atau hematoma dan warnanya.
tentukan tebal cortex ginjal dan gambaran
ginjal ada atau tidak hematom, batu ginjal, dan
kelainan lain.
2. Cara membuka ureter
• Buka mulai dari pelvis renalis sampai
muara ureter sampai ke bawah.
Perhatikan kelainan yang terdapat di
dalamnya.
n. Vesika urinaria
Vesika urinaria digunting mulai dari
saluran kemih di daerah prostat ke arah
atas, lalu pada puncaknya guntingan
diteruskan ke kiri dan ke kanan.
Perhatikan kelainan yang terdapat di
dalamnya.
o. Alat kelamin dalam
• Pada pria
kel. prostat, perhatikan
Besar
Permukaan
Konsistensi
Testis dikeluarkan dari scrotum melalui
rongga perut, perhatikan adakah resapan
darah.
• Pada wanita
• Uterus dibuka dari portio ke atas sampai
fundus uteri, teruskan ke kanan dan kiri
sampai muara tuba.
• Perhatikan: bentuk portio, selaput uterus,
tebal dinding, isi rongga rahim.
p. otak
Lihat bekuan darah di atas selaput
tebal otak atau di bawahnya,
bawah selaput lunak, diffus atau
setempat.

Subdural
hematoma,diffus
Permukaan otak besar dan otak kecil,
apakah dijumpai kerusakan jaringan otak,
perhatikan girus-girus, apakah ada
oedema.

Bridging vein
Pada selaput duramater
• Otak dipotong secara seri dan sejajar
mulai dari bagian depan ke arah belakang
dengan jarak antar irisan 2 cm. adakah
perdarahan di jaringan otak, baik di
daerah korteks maupun substansia alba,
terutama di capsula interna.
• Otak kecil diperiksa penampangnya
dengan membuat irisan melintang, catat
kelainan, seperti perdarahan, perlemakan
dan sebagainya.
• Batang otak disayat melintang mulai dari
pons, medulla oblongata sampai ke
bagian proximal medulla spinalis.
Perhatikan kemungkinan perdarahan.
PEMERIKSAAN EMBOLI UDARA
VENA (1)
TDK MEMBUKA LEHER TERLEBIH DAHULU.
LAKUKAN IRISAN KULIT MULAI SETINGGI
INCISURA JUGULARIS KE BAWAH SEPANJANG
GARIS MEDIAN / GTT.
BIARKAN KULIT LEHER UTUH SEMENTARA.
BAHU JENAZAH JGN DIGANJAL .
BUKA RONGGA DADA & PERUT SEPERTI BIASA
POTONG TL.RAWAN IGA MULAI IGA KE-3 KE
ARAH KAUDO-LATERAL.
PEMERIKSAAN EMBOLI UDARA
VENA (2)

POTONG INSERSI OTOT DIAFRAGMA UTK


MELEPASKAN BAGIAN BAWAH STERNUM & IGA.
BUKA BAGIAN DEPAN DINDING DADA DGN CARA
MENGGERGAJI TL.DADA (STERNUM)
MELINTANG SETINGGI IGA KE-3.
BUKA PERICARDIUM PD TEMPAT YG PALING
TINGGI SEPANJANG 5-7 CM.
ISIKAN AIR KEDALAM PERICARDIUM HINGGA
SELURUH JANTUNG TERENDAM.
PEMERIKSAAN EMBOLI UDARA
VENA (2)

POTONG INSERSI OTOT DIAFRAGMA UTK


MELEPASKAN BAGIAN BAWAH STERNUM & IGA.
BUKA BAGIAN DEPAN DINDING DADA DGN CARA
MENGGERGAJI TL.DADA (STERNUM)
MELINTANG SETINGGI IGA KE-3.
BUKA PERICARDIUM PD TEMPAT YG PALING
TINGGI SEPANJANG 5-7 CM.
ISIKAN AIR KEDALAM PERICARDIUM HINGGA
SELURUH JANTUNG TERENDAM.
PEMERIKSAAN EMBOLI UDARA
ARTERI
LAKUKAN PERSIAPAN SEPERTI PD VENA.
PEMOTONGAN PERMULAAN DILAKUKAN
PD ARTERI CORONARIA KIRI DGN CARA
MENGIRIS PD BAGIAN ANTERIOR SEPTUM
→ PERHATIKAN ADANYA GELEMBUNG.
BILA PERLU, LAKUKAN PENGURUTAN
SEPANJANG SEPTUM DARI ARAH APEX
JANTUNG KE ARAH TEMPAT PENGIRISAN.
AUTOPSI DUGAAN ADANYA
PNEUMOTHORAKS (1)
IRIS KULIT & OTOT DADA SAMPAI KE IGA.
ANGKAT TEPI IRISAN KULIT & OTOT DGN
PINSET SEDEMIKIAN RUPA & ISI DGN AIR.
LAKUKAN PEMBUKAAN RONGGA DADA
DIBAWAH RENDAMAN AIR DGN SCAPEL.
KELUARNYA GELEMBUNG UDARA DARI
RONGGA DADA MENGINDIKASIKAN
ADANYA PNEUMOTHORAKS.
AUTOPSI DUGAAN ADANYA
PNEUMOTHORAKS (2)
DPT DILAKUKAN DGN MENGGUNAKAN
SEMPERIT GELAS YG BESAR (UKURAN 25
CC) SERTA JARUM TROKAR.
ISI SEMPERIT DGN AIR SEBANYAK 1/2.
TUSUK SELA IGA DGN TROKAR.
ADANYA UDARA DLM RONGGA DADA
MENYEBABKAN KELUARNYA
GELEMBUNG UDARA KE DLM AIR YG DI
DALAM SEMPERIT.
MENGUKUR TINGGI DIAFRAGMA
KASUS INFANTICIDE
INSISI YG PERTAMA SEKALI DILAKUKAN
PD PERUT UTK MEMBUKA RONGGA
PERUT.
DGN JARI KELINGKING DI RABA
SETENTANG IGA BERAPA TINGGI TEPI
DIAFRAGMA YG MELEKAT KE DINDING
DADA BAGIAN DALAM.
BAYI YG BELUM BERNAFAS MEMILIKI
TINGGI TEPI DIAFRAGMA SETENTANG IGA
KE 3-4.
UJI APUNG PARU (1)
TUJUAN UTK MEMBUKTIKAN UDARA DLM
ALVEOLI PARU.
STLH RONGGA DADA DIBUKA, IKAT
UJUNG TRAKEA & KELUARKAN SELURUH
RONGGA DADA & MASUKKAN KE DLM AIR.
LANJUTKAN DGN MENGAPUNGKAN PARU
KANAN & KIRI SECARA TERSENDIRI.
LAKUKAN PEMISAHAN MASING-MASING
LOBUS PARU & APUNGKAN KEMBALI.
POTONG MASING-MASING LOBUS PARU
MJD 5 POTONGAN KECIL (5x10x10 mm).
UJI APUNG PARU (2)
LALU MASUKKAN TIAP POTONGAN KE
DALAM AIR.
BILA MENGAPUNG BERARTI PARU-PARU
TELAH BERNAFAS.
TAPI FAKTOR PEMBUSUKAN DPT
MENGAPUNGKAN PARU (POSITIVE
FALSE).
PUSAT PENULANGAN
PADA DISTAL FEMUR & PROKSIMAL
TIBIA
IRIS MELINTANG KULIT DAERAH LUTUT
SEHINGGA TAMPAK TEMPURUNG LUTUT.
POTONG LIGAMENTUM PATELLAE DGN
GUNTING & SINGKIRKAN PATELLA.
IRIS MELINTANG DISTAL FEMUR &
PROKSIMAL TIBIA DGN PISAU SECARA
TIPIS MULAI UJUNG KE ARAH
METAPHYSE.
PUSAT PENULANGAN TAMPAK SEBAGAI
BERCAK MERAH HOMOGEN DGN
DIAMETER >5 MM DI DAERAH EPIPHYSE.
PUSAT PENULANGAN PADA
TALLUS & CALCANEUS

POTONG TELAPAK KAKI BAYI MULAI


TUMIT KE ARAH DEPAN SAMPAI SELA
JARI KE 3 & 4, LALU LEBARKAN
POTONGAN.
POTONG TALLUS & CALCANEUS SECARA
LONGITUDINAL UNTUK MELIHAT ADANYA
PUSAT PENULANGAN.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
jaringan yang diperlukan diambil dari beberapa tempat
yang dicurigai dengan ukuran 2x2 cm, tebal 5-10 mm
dan diawetkan dengan formalin 10%. Bahan dapat
dikirim ke lab PA untuk difiksasi.
Fiksasi bertujuan untuk:
• Mencegah proses autolisis sebelum bahan sampai ke
lab PA
• Mencegah proses pembusukan oleh bakteri
• Memadatkan dan mengeraskan jaringan untuk
dipotong.
Pemeriksaan racun
Muntahan, isi lambung
dan jaringan lambung
dimasukkan ke dalam
botol.
Darah diambil dari
jantung atau vena kira-
kira 20-50 ml dan
dimasukkan ke botol.
Pada dugaan
keracunan logam berat
seperti arsen, maka
perlu dikirim rambut,
kuku, dan tulang.
Pemeriksaan bakteriologi
• Bila ada dugaan kearah adanya sepsis,
maka darah diambil dari jantung dan limpa
untuk pembiakan kuman.
• Darah diambil dari dinding kantong
jantung yang telah dibakar dengan spatel
panas terlebih dahulu, lalu dipindahkan ke
dalam tabung reagen steril.
Pemeriksaan balistik

Peluru harus diambil dengan sangat hati-


hati dengan jari, tidak boleh menggunakan
benda keras seperti tang atau klem karena
akan menimbulkan terjadinya goresan
pada anak peluru.
Anak peluru sesudah diambil di kembalikan
kepada petugas kepolisian dengan cara:
Timbang berat anak peluru,bentuk, ukuran, jenis
metal
Anak peluru dibungkus dengan kapas atau kain
kasa sebagai pelindung.
Dimasukkan dalam kotak
Kotak dibungkus rapi dengan kertas
Diikat dengan benang
Disegel,disertai keterangan tentang benda yang
dikirim, nama korban,tanggal pembungkusan
dan penyegelan.
Buat berita acara pembungkusan dan
penyegelan.
RINGKASAN
Pemeriksaan luar
Tanda-tanda kematian:
Lebam mayat
Kaku mayat
Pembusukan
Mummifikasi
Adipocere
KESIMPULAN
Autopsi merupakan suatu pemeriksaan luar dan
dalam pada mayat.
Autopsi dilakukan untuk kepentingan
pendidikan, hukum, dan ilmu kesehatan.
Pemeriksaan luar mencakup pemeriksaan luar
tubuh korban serta pakaian dan barang disekitar
korban.
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan
membuka semua rongga tubuh korban, yang
harus dilakukan dengan ketelitian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai