Anda di halaman 1dari 5

Selama abad yang lalu, virus pernapasan dianggap menyebar terutama melalui droplet, yang

diproduksi saat batuk dan bersin dari individu yang terinfeksi. Droplet tersebut menempel pada
membran mukosa mata, hidung, atau mulut calon pejamu atau menempel pada permukaan yang
kemudian disentuh oleh pejamu potensial dan ditransfer ke membran mukosa. Droplet tersebut
diperkirakan jatuh ke permukaan dalam jarak 1 hingga 2 m dari orang yang terinfeksi.
Penularan melalui udara yang mengacu pada inhalasi aerosol infeksius atau “droplet nuclei” (droplet
yang menguap di udara) masih dianggap kurang umum. Ukuran aerosol lebih kecil dari 5 um dan
dapat menempuh jarak >1 sampai 2 m dari individu yang terinfeksi. Aerosol adalah partikel
mikroskopis cair, padat, atau semipadat yang sangat kecil sehingga tetap tersuspensi di udara.
Aerosol pernapasan diproduksi selama semua aktivitas ekspirasi, termasuk bernapas, berbicara,
bernyanyi, berteriak, batuk, dan bersin dari individu yang sehat dan mereka yang menderita infeksi
pernapasan. Aerosol cukup kecil untuk berlama-lama di udara, menumpuk di ruang yang berventilasi
buruk dan dihirup baik dalam jarak pendek maupun panjang.
Terdapat bukti kuat yang mendukung transmisi udara dari banyak virus pernapasan, termasuk virus
campak, virus influenza, Respiratory Syncytial Virus (RSV), rhinovirus manusia (hRV), adenovirus,
enterovirus, Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARSCoV), Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), dan SARS-CoV-2.
Suatu analisis emisi telah mengungkapkan bahwa terdapat genom virus dalam berbagai ukuran
aerosol, dengan jumlah tertinggi terdeteksi pada aerosol yang berukuran <5 um daripada ukuran
aerosol yang lebih besar. RNA SARS-CoV-2 telah dideteksi dan virus ini menular dalam aerosol
mulai dari ukuran 0,25 hingga >4 um. RNA virus influenza juga telah terdeteksi pada aerosol halus
(≤5 um) dan kasar (>5 um) yang dihembuskan dari individu yang terinfeksi, dengan lebih banyak
RNA virus yang terkandung dalam partikel aerosol halus. Studi laboratorium telah menemukan
bahwa aerosol SARS-CoV-2 memiliki waktu paruh 1 hingga 3 jam.
Aerosol yang sarat virus

Aktivitas ekspirasi menghasilkan aerosol dari tempat yang berbeda di saluran pernapasan melalui
mekanisme yang berbeda. Aerosol yang dihasilkan oleh aktivitas seperti bernapas, berbicara, dan
batuk menunjukkan distribusi ukuran aerosol yang berbeda dan kecepatan aliran udara, yang pada
gilirannya mengatur jenis dan banyak virus yang dapat dibawa setiap partikel aerosol, waktu tinggal
di udara, jarak yang ditempuh, dan akhirnya tempat deposit di saluran pernapasan orang yang
menghirupnya. Aerosol yang dikeluarkan oleh individu yang terinfeksi mungkin mengandung virus
serta elektrolit, protein, surfaktan, dan komponen lain dalam cairan yang melapisi permukaan
pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai