Anda di halaman 1dari 9

CASE REPORT

BRONCHOPNEUMONIA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:

dr. Riana Sari, Sp.P

Diajukan Oleh :
Henandwita Fadilla Pravitasari, S.Ked J510215052

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh :
Henandwita Fadilla Pravitasari, S. Ked J510215052
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jumat, 9 September 2021

Pembimbing:
dr. Riana Sari, Sp.P ( )

dipresentasikan di hadapan
dr. Riana Sari, Sp.P ( )

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT PARU


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

2
BRONCHOPNEUMONIA: STUDI KASUS
PNEUMONIA: A CASE REPORT

Henandwita Fadilla Pravitasari, Riana Sari2


Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Bagian Ilmu Penyakit Paru, RSUP Surakarta
Korespondensi: Henandwita Fadilla Pravitasari. Alamat email:
henandwitafadilla28@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernafasan bawah yang mengenai jaringan (paru-
paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur,
maupun mikroorganisme lainnya. Biasanya tanda dan gejala pneumonia yaitu berupa demam, batuk
yang terkadang bisa batuk dahak dan kadang disertai dengan darah, sesak nafas, dan selain itu bisa
berupa nyeri dada. Faktor resiko pneumonia ini sendiri yaitu merokok, kekebalan tubuh yang menurun,
riwayat penyakit kronis, riwayat penyakit paru, usia lanjut dan juga alkoholisme. Etiologi pneumonia ini
sendiri dibagi menjadi beberapa penyebab yaitu bakteri tipial dan bakteri atipikal, virus, dan juga jamur.
Dalam menegakkan diagnosis pada kasus ini berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan juga pemeriksaan radiologi. Biasanya pada hasil pemeriksaan laboratorium
pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ditandai dengan meningkatnya leukosit dan juga
neutrofil. Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu terapi empiris antibiotik. Lama pemberian obat
antibiotik (IV atau Oral) minimal 5 hari dan tidak demam dalam 48-72 jam

Kata Kunci: Pneumonia, Penegakkan Diagnosis, Tatalaksana

ABSTRACT
Pneumonia is an acute infectious of the lower respiratory tract that affects the tissues (lungs),
precisely in the alveoli, which is caused by several microorganisms such as viruses, bacteria, fungi, and
other microorganisms. Usually the signs and symptoms of pneumonia are fever, cough which can
sometimes cough up phlegm and sometimes accompanied by blood, shortness of breath, and in addition
to chest pain. The risk factors for pneumonia include smoking, decreased immunity, a history of chronic
disease, a history of lung disease, old age and alcoholism. The etiology of pneumonia itself is divided into
several causes, namely typical bacteria and atypical bacteria, viruses, and also fungi. In making a
diagnosis in this case based on history, clinical symptoms, physical examination, supporting
examinations and radiological examinations. Usually, the results of laboratory tests on pneumonia
caused by bacteria are marked by increased leukocytes and neutrophils. The therapy given in this case
was empiric antibiotic therapy. Duration of administration of antibiotics (IV or Oral) is at least 5 days
and no fever within 48-72 hours

Keywords: Pneumonia, Diagnosis, Management

3
4
PENDAHULUAN Bronchopneumonia, dan Atypical
Pneumonia. menurut sifat aquisisinya, seperti
Pneumonia adalah infeksi atau
yang sering digunakan yaitu Community-
peradangan akut di jaringan paru yang
assosiated Pneumonia (CAP), Hospital-
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme,
associated Pneumonia (HAP) atau Health
seperti bakteri, virus, parasit, jamur akan
care-associated Pneumonia (HCAP) dan
tetapi tidak termasuk yang disebabkan oleh
Ventilator-associated Pneumonia (VAP)
bakteri M.tuberculosis. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh non Pneumonia khususnya
miokroorganisme seperti bahan kimia, bronkopneumonia biasanya didahului
radiasi, aspirasi bahan toksik disebut
oleh infeksi saluran nafas bagian atas
pneumonitis (Elza Febria Sari, C. Martin
selama beberapa hari.
Rumende dan Kuntjoro Harimurti, 2016)
1. Suhu dapat naik secara mendadak
Prevalensi pneumonia pada usia lanjut sampai 390-400C
mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan 2. Mungkin disertai kejang karena
RI, 2013). Tanda dan gejala yang umum demam yang tinggi.
terjadi pada pasien pneumonia komunitas
3. Anak sangat gelisah, dispnu,
dewasa berupa sesak nafas (60,93%), batuk
pernafasan cepat dan dangkal disertai
(54,88%), demam (48,37%) (Ranny, 2016).
pernafasan cuping hidung dan sianosis
Beberapa kuman penyebab yang paling di sekitar hidung dan mulut.
banyak ditemukan adalah Streptococcus 4. Batuk biasanya tidak dijumpai pada
pneumonia yang menjadi penyebab pada dua awal penyakit,anak akan mendapat
pert tiga kasus pneumonia. Beberapa kuman batuk setelah beberapa hari, di mana
penyebab lain yaitu Haemophilus influenza,
pada awalnya berupa batuk kering
Klebsiella pneumonia, staphylococcus
kemudian menjadi produktif
aureus,Pseudomonas spp, Mycoplasma
pneumonia, Chlamydia, Moraxella Faktor resiko terjadinya pneumonia
catarrhalis. Legionella dan virus influenza. secara umum adalah merokok, kekebalan
Mycoplasma, Chlamydia, Moraxella dan tubuh yang menurun, menderita penyakit
Legionella merupakan kuman atypical kronis DM, penyakit autoimun, penyakit
paru kronis, usia lanjut dan alkoholisme
Secara klinis Pneumonia diklasifikasi
(Warganegara, 2017).
sebagai Pneumonia Lobaris,
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai
kasus pada seorang pasien dengan
pneumonia di RSUP Surakarta.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien berusia 54 tahun datang


ke RSUP pada tanggal 24 Agustus 2021
dengan keluhan batuk, flu, demam, sesak
nafas. Pasien mengeluhkan batuk dan sesak
nafas yang dirasakan pasien sudah 1 minggu
yang lalu. Pasien merasakan sesak nafas pada
saat cuaca dingin dan sulit tidur pada malam
hari karena cuaca dingin. Sesak nafas
memberat saat pasien melakukan aktifitas
Gambar 1: Hasil Radiologi Pasien
dan membaik saat pasien istirahat. Selain itu,
Terapi oral yang diberikan kepada pasien
pasien mengeluhkan mual muntah.
yaitu: Levofloxacin tab 500mg 1x1, N-
Riwayat penyakit dahulu disangkal, acetylcysteine (NAC) caps 200mg 3x1, ASG
riwayat penyakit pada keluarga disangkal 3x1 dan Lansoprazole 30mg tab 2x1.
oleh pasien. Pasien juga tidak memiliki
Pemeriksaan penunjang yang disarankan
riwayat asma, DM, HT dan juga alergi obat.
kepada pasien yaitu SWAB PCR untuk
Pasien memiliki riwayat bekerja sebagai
menyingkirkan diagnosis banding yaitu
tukang kayu selama 2 tahun.
COVID-19, selain itu pemeriksaan
Pada kunjungan ini tanda tanda vital laboratorium darah rutin, dan mengetahui
pasien dalam batas normal. Kemudian pada etiologi diagnosis dengan menggunakan
inspeksi pasien tampak sakit sedang dan kultur dahak atau dengan TCM untuk
pasien terlihat batuk dan sedikit sesak napas menyingkirkan diagnosis banding yaitu TB
pada pemeriksaan auskultasi terdengar suara paru.
ronki basah halus di sebelah kanan.
Disarankan untuk pasien melakukan
Kemudian pada pemeriksaan radiologi isolasi mandiri dan tetap melaksanakan
didapatkan hasil sebagai berikut: protokol kesehatan dengan tetap memakai
masker, menjaga jarak, tidak bepergian, dan
selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan
melakukan aktivitas gejala gejela berikut ini yaitu:
 Batuk-batuk,
PEMBAHASAN
 Perubahan karakteristik dahak,
Pneumonia biasa terjadi pada rentang  Suhu tubuh ≥ 38ºc (riwayat demam),
usia anak anak dan juga pada usia lanjut.  Nyeri dada, sesak,
Biasanya pneumonia disebabkan oleh  Leukosit ≥ 10000 µl atau < 4500 µl.
beberapa mikroorganisme seperti bakteri,
virus jamur maupun mikroorganisme yang Kemudian menurut ATS kriteria
lainnya. (Abdjul &Herlina, 2020). pneumonia berat bila dijumpai salah satu
atau lebih kriteria dibawah ini:
Penyebab pneumonia pada pasien Kriteria Minor:
ini bisa disebabkan karena adanya infeksi  Frekuensi nafas >30/menit
virus hal ini ditunjukkan dengan pasien tidak
 paO2/FiO2 kurang dari 250mmHg
demam, tidak ada batuk berdahak bewarna
 Foto toraks paru menunjukkan
putih kekuningan atau hijau (Rigustia et al.,
kelainan bilateral
2019).
 Tekanan sistolik <90mmHg

Klasifikasi pneumonia dibagi berdasarkan  Tekanan diastolik >60 mmHg


predileksi infeksi, mikroorganisme penyebab Kriteria Mayor
dan klinis. Pneumonia berdasarkan klinis  Membutuhkan ventilasi mekanik
berupa pneumonia komunitas, pneumonia  Infiltrat bertambah >50%
nosokomial/ Rumah Sakit, pneumonia  Membutuhkan vasopressor >4jam
aspirasi dan pneumonia pada penderita (septik syok)
immunocompromised. Berdasarkan  Kreatinin serum > 2mg/dl atau
mikroorganisme berupa pneumonia bakteri peningkatan > 2mg/dl, pada
atau tipikal, pneumonia atipikal, pneumonia penderita riwayat penyakit ginjal
virus dan pneumonia jamur. Selain itu, atau gagal ginjal yang membutuhkan
pneumonia berdasarkan predileksi infeksi dialisis
berupa pneumonia lobaris, pneumonia Pada kasus tersebut didapatkan gejala
lobularis, dan pneumonia interstisial. yaitu sesak nafas sudah 1 minggu yang lalu.
Adanya gejala sesak nafas pada pasien
Penegakkan diagnosis bronkopneumoni
bronkopneumonia dapat terjadi karena
dapat dilihat dari anamnesis, gejala klinis,
penumpukan secret atau dahak pada saluran
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi.
pernafasan sehingga udara yang masuk dan mikroorganisme resisten, serta tingkat
keluar pada paru-paru mengalami hambatan. keparahan pneumonia. Dosis pertama
(Mandan, 2019) antibiotik harus diberikan segera. Besar
dosisnya dan frekuensi pemberian
Pasien juga mengeluhkan adanya batuk
disesuaikan dengan berat badan dan fungsi
kering. Batuk merupakan gejala dari suatu
ginjal.
penyakit yang menyerang saluran
pernafasan, hal ini disebabkan adanya Terapi yang diberikan kepada pasien yaitu
mikroorganisme atau non-mikroorganisme antibiotik golongan obat fluoroquinolon
yang masuk ke saluran pernafasan sehingga seperti levofloxacin 500mg 1x1 sehari,
diteruskan ke paru-paru dan bagian bronkus diberikan golongan mukolitik yaitu N-
maupun alveoli. Dengan masuknya acetylcysteine (NAC) caps 200mg 3x1,
mikroorganisme menyebabkan terganggunya diberikan obat ASG 3x1 sebagai ekspektoran
kinerja makrofag sehingga terjadilah proses dan juga pasien diberikan obat lansoprazole
infeksi, jika infeksi tidak ditangani sejak dini dikarenakan pasien tersebut mengeluhkan
akan menimbulkan peradangan atau mual dan muntah.
inflamasi sehingga timbulnya odema pada Berikut ini merupakan rekomendasi terapi
paru dan menghasilkan secret yang banyak empiris:
(Mandan, 2019).

Tanda tanda vital pada pasien yaitu: suhu


36,2ͦC, nadi: 90 x/menit, tekanan darah:
108/79 mmHg, dan RR: 22 x/menit. Pada
pemeriksaan auskultasi didapatkn bunyi
suara ronki basah halus sebelah kanan.

Pemeriksaan radiologi pasien menunjukan


adanya corakan vaskuler kasar dan infiltrat
pada basal kanan (Islam et al., 2017)

Terapi awal pada pasien pneumonia


diberikan secara empiris. Pemilihan antibitik
pada usia lanjut harus dipengaruhi oleh
derajat kerentanan (frailty), sumber infeksi,
adanya faktor resiko infeksi terhadap
DAFTAR PUSTAKA

Elza Febria Sari, C. Martin Rumende dan


Kuntjoro Harimurti, 2016. Faktor–Faktor yang
Lama pemberian obat antibiotic (IV atau Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada
Oral) minimal 5hari dan tidak demam 48-72 Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia , 3(4), pp. 183-192.
jam. Sebelum terapi dihentikan pasien dalam
keadaan sebagai berikut: Mulyana, R., 2019. Terapi Antibiotika pada
Pneumonia Usia Lanjut. Jurnal Kesehatan
a. Tidak memerlukan oksigen Andalas, 8(1), pp. 172-177.
b. Tidak lebih dari satu tanda tanda
Rizka Lahmudin Abdjul dan Santi Herlina, 2020.
ketidakstabilan seperti: Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa
 Frekuensi nadi >100x/menit dengan Pneumonia : Study Kasus. Indonesian
Jurnal of Health Development, 2(2), pp. 102-107.
 Frekuensi nafas > 24x/menit
Warganegara, E., 2017. Pneumonia Nosokomial.
 Tekanan darah sistolik
Jurnal Keokteran Unila, 1(3), pp. 612-618.
Lama pengobatan pada umumnya 7-10
Zainul Islam, Syarah Martiani Qodariyah dan Eka
hari pada pasien yang menunjukkan respon
Nursehah, 2017. Penggunaan Antibiotik Pada
dalam 72jam pertama. Terapi Community Acquired Pneumonia di
RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan di Jakarta
KESIMPULAN Tahun 2014. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi, 19(1), pp. 1-8.
Pada kasus diatas diagnosis pasien yaitu
Bronkopneumonia dikarenakan pada hasil
rontgen toraks didapatkan adanya infiltrat
pada basal paru. Pada penegakkan diagnosis
pneumonia ini dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan juga pemeriksaan radiologi.

Terapi yang diberikan pertama kali pada


pasien pneumonia ini yaitu terapi empiris
dimana terapi empiris sendiri merupakan
terapi yang menggunakan antibiotik pada
kasus infeksi yang belum diketahui jenis
bakteri penyebabnya. Lama pemberian onat
antibiotic (IV atau Oral) minimal 5hari dan
tidak demam 48-72 jam (Mulyana, 2019).

Anda mungkin juga menyukai