PEMBIMBING RESIDEN
dr. Suhartini
PEMBIMBING SUPERVISOR
dr. Rosdianah, Sp.Rad
CONTENS
01PENDAHULUAN
02 INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
03 ANATOMI RADIOLOGI
RONGGA THORAX
04 06
PENYAKIT INFEKSI PARU
05
GAMBARAN RADIOLOGI CONTOH KASUS
PENDAHULUAN
Pendahuluan
◦ Penyakit saluran napas jadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia.
◦ Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas
◦ Faktor risiko TBC pada laki-laki: merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat.
◦ Pneumonia terjadi kebanyakan pasien dewasa yang menderita adanya satu/lebih penyakit dasar yang mengganggu
imunitas.
◦ Kemenkes 2014, penderita pneumonia di Indonesia tahun 2013 antara 23%-27% dan kematian sebesar 1,19%
◦ Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita (922.000 balita) tahun 2015.
◦ Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak < 5 tahun meningkat sekitar 500.000/tahun,
tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal.
◦ RISKESDAS 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2%
ANATOMI RADIOLOGI
RONGGA THORAKS
Radiografi Thorax
Jannette Collins, Eric J Stren. Chest Radiology, The Esential.Third Edition. Wolters Kluwer. 2013.
Foto Thorax: proyeksi lateral. Garis lengkung putus-putus mewakili aspek Foto Thorax: proyeksi lateral, gambar hilum secara dekat
superior dari ascending aorta, aortic arch, dan aorta descending.
Jannette Collins, Eric J Stren. Chest Radiology, The Esential.Third Edition. Wolters Kluwer. 2013.
PARU-PARU
MEDIASTINUM
Mediastinum Superior :
Mediatinum Inferior :
1). Mediastinum Anterior
3). Os costae
Segmen-segmen posterior dari costae 3-8 memproyeksikan hampir secara horizontal atau melengkung keatas.
Sedangkan, segmen anterior melengkung ke bawah dan memanjang ke medial.
4). Os scapula
Proyek skapula ke daerah superolateral dari bidang paru-paru.
FISIOLOGI PARU
Perubahan tekanan intrapulmonal, tekanan intrapleura, dan
volume tidal selama inspirasi dan ekspirasi
Gambaran Volume dan Kapasitas Paru
Ventilasi Alveolar
◦ Dari sekitar 500 ml udara yang masuk (Volume tidal atau VT), sekitar 350 ml dapat mencapai alveoli
dan 150 ml hanya sampai saluran nafas dan tidak pernah mencapai alveoli sehingga tidak ikut dalam
pertukaran udara dengan darah. Hal ini disebut dengan anatomic dead space, disimbolkan dengan VD.
◦ Ventilasi alveolar (VA) adalah jumlah volume udara yang masuk alveoli per menit. Ventilasi alveolar
lebih kecil dari pada volume respirasi semenit karena adanya udara yang tidak mencapai alveoli tapi
tetap berada di dead space paru-paru. Ventilasi alveolar dapat dituliskan secara matematis yaitu VA = f x
(VT – VD). Dalam keadaan tenang ventilasi alveolar (VA) sekitar 4200ml per menit, didapatkan dari
frekuensi napas tenang (12 kali per menit) dikalikan selisih volume tidal dengan volume dead spaceparu
(350 ml).
JENIS DAN PEMERIKSAAN
RADIOLOGI
X-Ray Radiografi
◦ Posisi PA, terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah Putih) dan kavitas diisi cairan dan udara (air fluid level)
(panah hitam). Posisi Lateral, terdapat kavitas disertai air fluid level pada lobus kanan paru.
Cont..
◦ Foto X-Ray ini ditemukan kavitas pada hilum kanan. Foto X-ray posisi lateral memperlihatkan kavitas memiliki dinding yang tipis dan
terletak pada segmen apical dari lobus paru kanan bawah.
Computed Tomography (CT)
◦ CT-Scan abses paru, tampak kavitas di lobus bawah kiri dengan ◦ Abses paru dengan CT-scan. CT memperlihatkan kavitas
dinding yang relative tebal (black arrow). Kavitas memiliki
batas dalam yang halus dan air fluid level (white arrow). pada lobus atas paru kiri dengan jelas (kiri). Abses paru
Terdapat reaksi inflamasi pada sekitar paru-paru (yellow dengan CT kontras (kanan).
arrow).
Ultrasonografi (USG)
◦ terletak dekat dengan dinding thoraks, proses di dalam paru kira-kira sebesar 2,5x2x2 cm (pointed angle
between pleura and process) dengan dinding membrane. Setelah pengobatan, hanya terdapat sisa gambaran
hipoechoic di tempat abses sebelumnya (setelah beberapa minggu).
PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSI PARU
& GAMBARAN RADIOLOGI
1 BRONKITIS
Definisi
Mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) -> saluran pernapasan relatif menyempit.
Bronkitis akut pada umumnya ringan, Berlangsung singkat (beberapa hari - beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.
Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat dan batuk
berkepanjangan.
Etiologi
Patomekanisme
pengeluaran
mediator inflamasi
mengobstruksi jalan
udara
Hipertrofi dan napas
terperangkap
hiperplasia kelenjar
mukus pada bagian
distal
menghambat beberapa
produksi mukus aliran udara kecil dan
meningkat mempersempit saluran
udara besar
sianosis
Gambaran Radiologi
Foto Polos PA
Bronkitis kronik secara radiologik dibagi menjadi
3 golongan:
-ringan: gambaran corakan paru yang ramai di
basal paru
-Sedang: gambaran corakan paru yang ramai di
basal paru disertai gambaran emfisema, dan
kadang-kadang disertai bronkietaksis di
parakardial kanan & kiri
-Berat: ditemukan hal tersebut diatas disertai cor
polmunale sebagai komplikasi dari bronkitis
kronik
2 BRONCHIOLITIS
Definisi
Bronkiolitis : penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
bronkiolus.
Umumnya disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) dan paling sering diderita pada
bayi atau anak yang berusia kurang dari dua tahun dan paling sering terjadi pada usia sekitar 6
bulan
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Diawali infeksi saluran pernapasan bagian atas, disertai batuk dan pilek beberapa hari,
biasanya disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris.
• Anak mulai menderita sesak nafas. makin lama makin berat, pernafasan dangkal dan cepat, disertai batuk.
• Pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan sianotik.
• Ronchi nyaring halus kadang terdengar pada akhir ekspirasi atau permulaan ekspirasi.
• Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan tidak terdengar karena kemungkinan obtruksi hampir total.
◦ Laboratorium : gambaran darah tepi normal, kimia darah -> gambaran asidosis respiratorik maupun
metabolik.
◦ Pasien bayi atau anak umur < 2 tahun yang menunjukkan gejala pasien asma, harus hati-hati karena dapat
terjadi pada pasien dengan bronkiolitis akut.
◦ Bedanya, pasien asma memberikan respon terhadap bronkodilator, sedangkan pasien brokiolitis akut tidak.
◦ Foto rontgen : paru-paru hipererasi dan diameter antero-posterior membesar (foto lateral). Pada sepertiga
pasien ditemukan bercak di sebabkan atelektasis atau radang.
Patofisiologi
Gen RSV menyandi sekitar 10 polipeptida, termasuk protein selubung F dan G. protein fusi (F)
mempermudah penetrasi sel serta penyebaran se-ke-sel di saluran nafas, protein G membantu
perlekatan virus ke residu asam sialat di sel epitel pernapasan. RSV, yang dibagi menjadi tipe A
dan B berdasarkan perbedaan dalam protein G , melekat dan menginfeksi sel epitel pernapasan.
Gambaran Radiologi
Gambar 1 : Bronkiolitis menular pada pria berusia 36 tahun dengan gejala demam, nyeri dada, dan batuk.
(a) Foto thoraks posteroanterior menunjukkan opasitas mikronodular heterogen (panah) di zona paru
tengah kiri. (b) Citra CT aksial menunjukkan clustered branching tree-in-bud opacities (panah) di kiri atas
dan bawah lobus.
3 PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia : peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia dibagi atas:
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
• Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat ringannya
penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari pasien.
• Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan
infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter.
Gambaran Radiologi
Foto Polos PA
Pneumonia lobus medius dekstra.
Tampak perselubungan homogen pada lapangan tengah paru dexra.
Foto Polos PA Foto Polos Lateral
Bronkopneumonia.
Tampak bercak infiltrate pada lapang tengah dan bawah paru dekstra et sinistra
4 ABSES PARU
Definisi
Abses paru : infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam parenkim paru pada satu lobus atau
lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara yaitu aspirasi dan hematogen
Paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda
asing, tumor dan striktur bronkial
Bisa disebabkan oleh injuri langsung bahan kimia dari asam lambung yang teraspirasi, atau pada daerah obstruksi yang
disebabkan oleh unsur lain seperti makanan, yang akan disusul dengan infeksi sekunder oleh bakteri dan terbawanya
organisme virulen yang akan menyebakan terjadinya infeksi pada daerah distal obstruksi tersebut
Bila bakteri yang masuk banyak/virulen atau mekanisme pertahanan seperti mukosilier dan makrofag alveolar
memungkinkan, infeksi dapat terjadi tanpa didahului oleh lung insult
Abses akibat aspirasi ini banyak terjadi pada pasien bronkitis kronis karena banyaknya mukus pada saluran napas
bawahnya yang merupakan media kultur yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi
Secara hematogen, paling sering terjadi akibat septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus
infeksi dari bagian lain tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis.
Umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya disebabkan oleh kelompok Stafilokokus.
Secara umum diameter abses paru bervariasi dari beberapa milimeter sampai dengan lima sentimeter atau lebih
Abses paru biasanya timbul setelah terjadi peradangan yang mengakibatkan nekrosis jaringan dan kavitasi, terjadi akibat
necrotizing pneumonia dan ganggren paru yang menyebabkan terjadinya nekrosis dan pencairan pada daerah yang
mengalami konsolidasi, dengan organisme virulen sebagai penyebab.
Paling sering iaiah Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia dan grup Pseudomonas. Abses yang terjadi biasanya
multipel dan berukuran kecil-kecil ( < 2 cm)
Gambaran Radiologi
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan
perlengkapan tidur.
Manifestasi Klinis
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan
meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
Demam lama / berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut)
dapat disertai dengan keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di daerah leher, ketiak dan
lipatan paha.
Batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada.
Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-
tanda cairan dalam abdomen.
Patomekanisme
Seorang pasien wanita, dengan keluhan utama demam, batuk berdahak yang hilang timbul disertai darah,
serta sesak nafas yang memberat sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tersebut mengaku
telah mengalami keluhan tersebut sejak empat tahun yang lalu dan dirawat di beberapa rumah sakit dengan
keluhan serupa. Pasien menyangkal adanya penurunan berat badan dan demam di malam hari. Pada bulan
November 2016, telah dilakukan pemindaian CT dan foto polos toraks yang menunjukkan kavitas
berbentuk bulat dan berdinding tebal serta iregular dengan jumlah yang banyak di lobus inferior paru
kanan, dengan ukuran 13.7x9.5x11.7 cm, terdapat airfluid level di tiap kavitas, densitas komponen cairan
adalah 9-15 HU dengan konsolidasi disekitarnya yang menyebabkan deviasi dari posisi jantung. Hasil
pemeriksaan histopatologi menunjukkan inflamasi supuratif kronis tanpa ditemukannya sel ganas. Setelah
pemeriksaan lebih lanjut, pasien dinyatakan terinfeksi tuberkulosis dan sejak saat itu diobati dengan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Pada bulan januari 2017, dilakukan pemeriksaan follow-up pada pasien dan
ditemukan penurunan ukuran lesi.
Radiografi konvensional toraks dimana tampak lusensi berdinding tebal dengan air-fluid level didalamnya.
Tampak terpasang selang drainase pada hemitoraks dekstra yang berujung di lesi.
Pemindaian CT toraks awal dengan pemberian kontras pada potongan aksial (A) dan koronal (B) yang
dilakukan terhadap pasien. Tampak kavitas multiple yang berdinding tebal disertai air-fluid level.
TERIMA
KASIH