PEMBIMBING RESIDEN
dr. Suhartini
PEMBIMBING SUPERVISOR
dr. Rosdianah, Sp.Rad
CONTENS
01PENDAHULUAN
02 INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
03 ANATOMI RADIOLOGI
RONGGA THORAX
04 06
PENYAKIT INFEKSI PARU
05
GAMBARAN RADIOLOGI CONTOH KASUS
PENDAHULUAN
Pendahuluan
◦ Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak
16.056 pulau, luas daratan sebesar 1.916.862,2 km2 dan luas perairan sebesar 3.257.483 km2. Indonesia
terletak di antara Benua Australia dan Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Indonesia terletak di antara 6o Lintang Utara (LU) sampai 11o Lintang Selatan (LS) dan 95o sampai 141o
Bujur Timur (BT) yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke.
◦ Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang
terjadi di masyarakat atau di dalam rumah sakit.
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
◦ Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
◦ Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan.
◦ Laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan
hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
◦ Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun kebanyakan
pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu / lebih penyakit dasar yang mengganggu
daya tahan tubuh.
◦ Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, jamur dan mikroba lainnya yang menginfeksi sel-sel paru
yang selanjutnya membuat peradangan akut dengan gejala-gejala kesulitan bernapas ringan sampai berat
bahkan kematian.
◦ Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan yaitu sekitar 2% sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%.
◦ Berdasarkan data Kemenkes 2014, Jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar
antara 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19%.
◦ Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita yaitu sekitar
922.000 balita tahun 2015. Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak
dibawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425
pasien meninggal.
ANATOMI RADIOLOGI
RONGGA THORAKS
RADIOLOGI THORAKS
2. Pemeriksaan toraks dengan sinar roentgen merupakan suatu hal yang rutin dilakukan untuk membantu
dalam penegakan diagnosis.
3. Untuk dapat mengetahui apa yang sakit, maka terlebih dahulu perlu memiliki pengetahuan-
pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam batas-batas yang normal dalam foto toraks
konvensional.
4. Semua pasien yang menunjukkan temuan klinis yang langsung merujuk ke thorax harus menjalani
radiografi proyeksi PA dan lateral yang diambil selama evaluasi rutin.
Radiografi Thorax
Jannette Collins, Eric J Stren. Chest Radiology, The Esential.Third Edition. Wolters Kluwer. 2013.
Foto Thorax: proyeksi lateral. Garis lengkung putus-putus mewakili aspek Foto Thorax: proyeksi lateral, gambar hilum secara dekat
superior dari ascending aorta, aortic arch, dan aorta descending.
Jannette Collins, Eric J Stren. Chest Radiology, The Esential.Third Edition. Wolters Kluwer. 2013.
PARU-PARU
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk
kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diafragma.
Mediatinum Inferior :
1). Mediastinum Anterior
Thymus, jaringan penyambung longgar,
lig.sternopericardiaca, nodi lymphoidea, dan lemak.
3). Os costae
Segmen-segmen posterior dari costae 3-8 memproyeksikan hampir secara horizontal atau melengkung keatas.
Sedangkan, segmen anterior melengkung ke bawah dan memanjang ke medial.
4). Os scapula
Proyek skapula ke daerah superolateral dari bidang paru-paru.
FISIOLOGI PARU
Perubahan tekanan intrapulmonal, tekanan intrapleura, dan
volume tidal selama inspirasi dan ekspirasi
Volume Paru dan Kapasitas Paru
◦ Volume Paru
◦ Volume alun napas atau volume tidal (tidal volume)
◦ Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume)
◦ Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume)
◦ Volume residu atau volume sisa (residual volume)
◦ Kapasitas Paru
◦ Kapasitas Inspirasi (inspiratory capacity)
◦ Kapasitas Sisa Fungsional (functional residual capacity)
◦ Kapasitas Vital (vital capacity)
◦ Kapasitas Paru Total (total lung capacity)
Gambaran Volume dan Kapasitas Paru
Ventilasi Alveolar
◦ Tidak semua udara inspirasi masuk ke dalam alveoli. Dari sekitar 500 ml udara yang masuk (Volume
tidal atau VT), sekitar 350 ml dapat mencapai alveoli dan 150 ml hanya sampai saluran nafas dan tidak
pernah mencapai alveoli sehingga tidak ikut dalam pertukaran udara dengan darah. Hal ini disebut
dengan anatomic dead space, disimbolkan dengan VD.
◦ Ventilasi alveolar (VA) adalah jumlah volume udara yang masuk alveoli per menit. Ventilasi alveolar
lebih kecil dari pada volume respirasi semenit karena adanya udara yang tidak mencapai alveoli tapi
tetap berada di dead space paru-paru. Ventilasi alveolar dapat dituliskan secara matematis yaitu VA = f x
(VT – VD). Dalam keadaan tenang ventilasi alveolar (VA) sekitar 4200ml per menit, didapatkan dari
frekuensi napas tenang (12 kali per menit) dikalikan selisih volume tidal dengan volume dead spaceparu
(350 ml).
PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSI PARU
& GAMBARAN RADIOLOGI
1 BRONKITIS
Definisi
Bronkitis adalah peradangan (inflamasi) pada mukosa bronkus. Peradangan ini mengakibatkan
permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit.
Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronik.
Bronkitis akut pada umumnya ringan, Berlangsung singkat (beberapa hari - beberapa minggu), rata-
rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak,
dada terasa berat dan batuk berkepanjangan.
Etiologi
infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus,
coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
Infeksi bakteri: Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella)
Jamur
Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain.
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi
bakteri hanya sekitar < 10%.
Patomekanisme
pengeluaran
mediator inflamasi
mengobstruksi jalan
udara
Hipertrofi dan napas
terperangkap
hiperplasia kelenjar
mukus pada bagian
distal
menghambat beberapa
produksi mukus aliran udara kecil dan
meningkat mempersempit saluran
udara besar
sianosis
Gambaran Radiologi
Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi saluran pernapasana akut yang ditandai dengan adanya
inflamasi pada bronkiolus.
Bronkiolitis umumnya disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) dan paling sering
diderita pada bayi atau anak yang berusia kurang dari dua tahun dan paling sering terjadi pada usia
sekitar 6 bulan
Etiologi
• Biasanya diawali dengan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, disertai dengan batuk dan pilek
beberapa hari, biasanya disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris.
• Anak mulai menderita sesak nafas. makin lama makin berat, pernafasan dangkal dan cepat, disertai
serangan batuk.
• Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah
dan sianotik.
• Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium memenjang disertai dengan mengi
(Wheezing).
• Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekpirasi atau permulaan ekpirasi.
• Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan tidak terdengar karena kemungkinan obtruksi hampir
total.
◦ Laboratorium : ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran
asidosis respiratorik maupun metabolik.
◦ Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal. Bila menjumpai pasien atau bayi anak di bawah
umur 2 tahun yang menunjukkan gejala pasien asma, harus hati-hati karena dapat terjadi pada pasien
dengan bronkiolitis akut. Bedanya, pasien asma akan memberikan respon terhadap bronkodilator,
sedangkan pasien brokiolitis akut tidak.
◦ Foto rontgen : paru-paru dalam keadaan hipererasi dan diameter antero posterior membesar pada foto
lateral. Pada sepertiga pasien ditemukan bercak di sebabkan atelektasis atau radang.
Patofisiologi
RSV, merupakan suatu virus RNA dalam genus Pneumovirus dari famili Paramyxoviridae,
dinamai demikian karena efek sitopatik khas (pembentukan sinsitium) yang trelihat beberapa hari
setelah inokulasi bahan terinfeksi ke biakan sel.
Gen RSV menyandi sekitar 10 polipeptida, termasuk protein selubung F dan G. protein fusi (F)
mempermudah penetrasi sel serta penyebaran se-ke-sel di saluran nafas, an protein G membantu
perlekatan virus ke residu asam sialat di sel epitel pernapasan. RSV, yang dibagi menjadi tipe A
dan B berdasarkan perbedaan dalam protein G , melekat dan menginfeksi sel epitel pernapasan.
Proliferasi virus di epitel pernapasan menyebabkan terjadinya edema dan nekrosis lapisan epitel
saluran napas, terlepasnya sel bersilia,dan pembentukan sumbat mucus.
Dapat terjadi sumbatan saluran nafas distal yang menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi,
hiperinflasi, atelectasis, hipoksia, gagal napas, dan, pada beberapa kasus, kematian.
Tingginya kadar antibody penetralisasi fungsional dalam serum terhadap protein F dan G
Gambaran Radiologi
Gambar 1 : Bronkiolitis menular pada pria berusia 36 tahun dengan gejala demam, nyeri dada, dan batuk.
(a) Foto thoraks posteroanterior menunjukkan opasitas mikronodular heterogen (panah) di zona paru
tengah kiri. (b) Citra CT aksial menunjukkan clustered branching tree-in-bud opacities (panah) di kiri atas
dan bawah lobus.
3 PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Etiologi
◦ Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab infeksi saluran napas bawah
akut karena perubahan keadaan pasien (gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi
lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat) hingga menimbulkan perubahan
karakteristik kuman
• Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang, mikroorganisme
yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
• Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat ringannya
penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari pasien.
• Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan
infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter.
Gambaran Radiologi
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam parenkim paru pada satu lobus atau
lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba
Etiologi
1.Kelompok bakteri anaerob (etiologi terbanyak abses paru) (bisa mencapai 89%) terutama pada orang
immunocompetent dan biasanya diakibatkan oleh pneumonia aspirasi.
- Bacteriodes melaninogenus
- Bacteriodes fragilis
- Peptostreptococcus species
- Bacillus intermedius
- Prevotella melaninogenica
- Fusobacterium nucleatum
- Microaerophilic streptococcus
- Clostridium perfringens
- Clostridium barati
2. Kelompok bakteri aerob, predominan pada orang dengan immunocompromised:
Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus microaerophilic
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus pneumonia
- Streptococcus viridans
- Streptococcus milleri
Gram negatif : biasanya merupakan sebab nasocomial
• Klebsiella pneumonia
• Pseudomonas aeruginosa
• Escherichia coli
• Haemophilus Influenza
• Actinomyces Species
• Nocardia Species
• Gram negatif bacilli
Pada beberapa pasien, organisme aerobik dengan virulensi kuat seperti Fusobacterium
Nucleatum atau Peptostreptococcus species bisa ditemukan sebagai satu-satunya organisme
Kelompok non bakteri dan bakteri atipik, biasanya dijumpai pada orang dengan immunocompromised
- Jamur: histoplasma, coccidioides, blastomyces, mucoraceae, aspergilus species, cryptococcus,
zygomycetes, pneumocystitis,
- Parasit: paragonimus westermani, entamuba histolitytica, echinococcus
- Mikobakterium tuberkulosis dan non tuberculosis
Manifestasi Klinis
Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara yaitu aspirasi dan hematogen
Paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda
asing, tumor dan striktur bronkial
Bisa disebabkan oleh injuri langsung bahan kimia dari asam lambung yang teraspirasi, atau pada daerah obstruksi yang
disebabkan oleh unsur lain seperti makanan, yang akan disusul dengan infeksi sekunder oleh bakteri dan terbawanya
organisme virulen yang akan menyebakan terjadinya infeksi pada daerah distal obstruksi tersebut
Bila bakteri yang masuk banyak/virulen atau mekanisme pertahanan seperti mukosilier dan makrofag alveolar
memungkinkan, infeksi dapat terjadi tanpa didahului oleh lung insult
Abses akibat aspirasi ini banyak terjadi pada pasien bronkitis kronis karena banyaknya mukus pada saluran napas
bawahnya yang merupakan media kultur yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi
Secara hematogen, paling sering terjadi akibat septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus
infeksi dari bagian lain tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis.
Umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya disebabkan oleh kelompok Stafilokokus.
Secara umum diameter abses paru bervariasi dari beberapa milimeter sampai dengan lima sentimeter atau lebih
Abses paru biasanya timbul setelah terjadi peradangan yang mengakibatkan nekrosis jaringan dan kavitasi, terjadi akibat
necrotizing pneumonia dan ganggren paru yang menyebabkan terjadinya nekrosis dan pencairan pada daerah yang
mengalami konsolidasi, dengan organisme virulen sebagai penyebab.
Paling sering iaiah Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia dan grup Pseudomonas. Abses yang terjadi biasanya
multipel dan berukuran kecil-kecil ( < 2 cm)
Gambaran Radiologi
Foto Polos
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan
perlengkapan tidur.
Manifestasi Klinis
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan
meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut)
dapat disertai dengan keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di daerah leher, ketiak dan
lipatan paha.
Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),
tanda cairan di dada dan nyeri dada.
Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare,
benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
Patomekanisme
Gambaran Radiologi
1. TB paru aktif 2. TB miliar
Tampak konsolidasi tebal pada lapangan
terdapat bercak – bercak granuler pada
paru kiri ata
selurus lapangan kedua paru.
CONTOH KASUS
ABSES PARU BESAR PADA HEMOTORAKS KANAN
Seorang pasien wanita, dengan keluhan utama demam, batuk berdahak yang hilang timbul disertai darah,
serta sesak nafas yang memberat sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tersebut mengaku
telah mengalami keluhan tersebut sejak empat tahun yang lalu dan dirawat di beberapa rumah sakit dengan
keluhan serupa. Pasien menyangkal adanya penurunan berat badan dan demam di malam hari. Pada bulan
November 2016, telah dilakukan pemindaian CT dan foto polos toraks yang menunjukkan kavitas
berbentuk bulat dan berdinding tebal serta iregular dengan jumlah yang banyak di lobus inferior paru
kanan, dengan ukuran 13.7x9.5x11.7 cm, terdapat airfluid level di tiap kavitas, densitas komponen cairan
adalah 9-15 HU dengan konsolidasi disekitarnya yang menyebabkan deviasi dari posisi jantung. Hasil
pemeriksaan histopatologi menunjukkan inflamasi supuratif kronis tanpa ditemukannya sel ganas. Setelah
pemeriksaan lebih lanjut, pasien dinyatakan terinfeksi tuberkulosis dan sejak saat itu diobati dengan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Pada bulan januari 2017, dilakukan pemeriksaan follow-up pada pasien dan
ditemukan penurunan ukuran lesi.
Radiografi konvensional toraks dimana tampak lusensi berdinding tebal dengan air-fluid level didalamnya.
Tampak terpasang selang drainase pada hemitoraks dekstra yang berujung di lesi.
Pemindaian CT toraks awal dengan pemberian kontras pada potongan aksial (A) dan koronal (B) yang
dilakukan terhadap pasien. Tampak kavitas multiple yang berdinding tebal disertai air-fluid level.
TERIMA
KASIH