Anda di halaman 1dari 15

Etika Pelayanan Kefarmasian

Oleh kelompok XIII


KELAS A
1. SURYANTI SUARDI (PO713251191.046)
2. SYAFIRA RAMADANI (PO713251191.047)
3. TRILTY WINDY (PO713251191.048)
4. UMY KALSUM (PO713251191.049)
Pekerjaan kefarmasian membutuhkan tingkat keahlian dan
kewenangan yang didasari oleh suatu standar kompetensi,
dan etika.
Ruang lingkup kefarmasian meliputi tanggung
jawab,kewenangan dan hak.
a. Bidang apotik/apotik rumah sakit
b. Bidang took obat
c. Bidang pedagang besar farmasi
d. Bidang puskesmas
e. Bidang industry
f. Bidang instalasi perubahan farmasi
Kode etik
 fungsi kode etik
1. Memberikan arahan bagi suatu pekerjaan profesi
2. Memberikan mutu moralitas profesi di mata masyarakat

 Kode etik tenaga kefarmasiaan


1. Kewajiban terhadap profesi
2. Kewajiban ahli farmasi terhadap teman sejawat
3. Kewajiban terhadap pasien/pemakai jasa
4. Kewajiban terhadap masyarakat
5. Kewajiban ahli farmasi Indonesia terhadap profesi
kesehatan lainnya
Sumpah Tenaga Teknis Kefarmasiaan ;
Sumpah tenaga teknis kefarmasian mengandung 4 (empat) butir-
butirpenting.
Berikutnya:

1. Bahwa saya, sebagai sebagai tenaga Teknik kefrmasian, akan melaksanakan tugas saya
sebaik-baiknya, menurut undang-undang yang berlaku, dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan.
2.Bahwa sya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam melaksanakan tugas atas dasar
kemanusiaan tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan, keturunan, golongan,
bangasa dna agama.
3.Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam melkasanakan tugas akan
membina kerja sama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan teman sejawat
4.Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, tidak akan menceritakan kepada
siapapun, segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya, kecuali jika dimintaoleh
pengadialn, untuk keputusan kesaksian
Semoga tuhan yang maha esa, memberikan kekuatan kepada sya.
Profesi farmasi di masyarakat SWOT
analysis…
Kekuatan:
a. kecenderungan mayoritas wanita
b. basic knowledge yang dapat diandalkan
c. regulasi yang menyangkut profesi farmasi
d. trend masuyarakat membuka apotek
e. tawaran Pendidikan lanjut

peluang
a. pelayanan asuhan kefarmasian yang terus berkembang
b. lingkup bidang pelayanan obat yang masih luas
c. harapan masyarakat yang tetap tinggi

Hambatan
a. arus globalisasi
b. system birokrasi yang ada
c. pandangan sebelah mata profesi lain
d. kesadaran professional yang rendah
e. egoism dalam kebersamaan berprofesi
f. regulasi yang kontradiktif dengan profesi
Hukum kefarmasian…
Sekarang peraturan mengenai obat-obatan dia diatur
dalam mentri kesehatan republic indonesia nomor 6
tahun 2012 tentang industri dan usaha obat tradisonal.
Dalam rangka memberikan iklim usaha yang kondusif
bagi indonesia obat tradisonal sangat perlu dilakukan
pengatur dalam peraturan mentri kesehatan republic
indonesia nomor 6 tahun 2012 tentang indonesia dan
usaha obat tradisional. Dalam rangka memberikan iklim
usaha yang kondusif bagi produsen obat tradisioanal
dengan memperhatikan keamanan,
kekhasiatan/manfaat,dan mutu tradisional yang dibuat.
Lanjutan…
Pasal 1 ayat (1) peraturan mentri kesehatan republic
Indonesia nomor 6 tahun 2012 tentang industri dan
usaha obat tradisonal, menejelaskan obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,sediaan sarian
(galenic, atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan,dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat.
Lanjutan…
Pekerjaan kefarmasian, menurut peraturan
pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
dalam pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa: “pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian,
pengadaan, penyimpangan, dan perindustrian, atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.”
Lanjutan…
Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian, sebgaimana diatur oleh pasal 4
peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian,
sebagai berikut:
a. memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan kesedian farmasi dan jasa kefarmasian
b. mempertahankan dan meningkatakan mutu penyelanggaraan pekerjaan
kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan perundang-undangan.
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien masyarakat dan tenaga
kefarmasian.
Kecuali obat yang digunakan dalam pengobatana modern, dan obat-obat
asli Indonesia pun akan digunakan sebagai penyempurnaan usaha
pengobatan tersebut. Hal ini sesuai dengan undang-undang pokok
kesehatan yaitu undang-undang nomor 36 tahun 2009.
ASPEK LEGAL DAN ETIKA MENGENAI
RESEP DAN OBAT
Aspek legal:
Aspek legal dalam mengenai resep dan obat yang diberikan dalam
resep tercantum dalam undang-undang dan peraturan-peraturan
pemerintah. Penekanan adalah pada menjalankan praktek profesi –
bagi para doketer maupun para apoteker – dalam melaksanakan
kesehatan bagi masyarakat maupun individu-individu.
Aspek etika
Etika dalam farmasi-kedokteran pada garis besarnya mencakup etika
dan etika kefarmasian kedua-duanya, yang tercantum dalam kode
etik kedokteran dan kode etik kefarmasian. Standar etik dalam
melaksanakan tugas profesi artinya adalah. “ segala tindakan yang
dilakukan adalah demi kebaikan dan kepentingan penderita dan
masyarakat.”
Beberapa ilustrasi hubungan intra-dan inter-profesi di dunia
kedokteran dan kefarmasian adalah sebagai berikut:
1. Rahasia resep
Resep adalah rahasia antar dokter, apoteker dan penderita, sejauh
yang menyangkut hubungannya dengan penyakit penderita,
khususnya penyakit-penyakit dimana penderita tidak menginginkan
penyakitnya diketahui oleh orang lain.
Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan
rahasia jabatan kefarmasian, dan tidak dapat diberikan kepada yang
tidak berhak
2. Dokter tidak menjual obat kepada penderita
Dokter setelah memeriksa penderita memeberikan resep dan tidak
sekaligus menjual obatnya kepada penderitany. Pengecualian dalam
hal ini ialah bila dokter tersebut berprpraktek dikota kecil dimana
tidak ada apotek umum.
Lanjutan…

3. Dokter tidak menyuruh penderita mengambil obatnya di apotek


tertentu
Hal ini tercantum kalua dokter mendapat keuntungan oribadi dari apotek
yang bersangkutan. Dokter hendaknya memberikan kebebsan kepada
penderitanya untuk mengambil obatnya di apotek manapun. Pengecualian
dalam hal ini ialah bila ia yakni sekali, bahwa obat yang dicari hanya di
dapat pada apotek tertentu, karena tidak umum disimpan oleh semua
apotek (misalnya diphtherie serum, ATS); oleh karna tanggal kadaluarsa
pendek.
4. Dokter tidak menjual “kepada apotek
Sample obat jelas tidak untuk diperdagangkan dalam hal penjualan
sample obat kepada apotek, kedua-duanya-dokter-maupun apoteker-
melakukan tindakan yang tidak etis.
Lanjutan…

5. Catatan status penderita


Status penderita disimpan oleh dokter, dan tidak diberikan kepada
penderita untuk dibawah pu;ang dan kalua perlu consult lain kali di bawa
kembali kepada dokter. Status penderita adalah rahasia darai penederita
mengenai anamnesis, diagnosis-prognosis dari terapi penderita, dan tidak
untuk diperhatikan kepada orang lain.
6. Imbalan
Dokter meneriam (apalagi meminta) imbalan yang berharga tinggi dari
pabrilk obat; ini dapat disebut suatu “kolusi” karena pengeluaran-yang-
besar-yang jadi imbalan, diamsukkan “invisble cost” atau “overhead” dari
pabrik obat yang pada akhirnya diperhitungkan pada harga obat. Ini
berarti imnbalan tersebut yang membayar akhirnya adalah si “konsumen”
(dalam hal ini penderita yang membutuhkan obat tersebut).
….

Anda mungkin juga menyukai