Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS TEGANGAN

Ridho K. Wattimena
Laboratorium GeomekanikaFIKTM – ITB

1
Mengapa mempelajari tegangan?
• Pada massa batuan terdapat kondisi tegangan awal
(insitu stress) yang harus dimengerti, baik secara
langsung maupun sebagai kondisi tegangan yang
diterapkan pada analisis dan desain.
• Selama dilakukan penggalian pada suatu massa batuan,
kondisi tegangan akan berubah secara dramatik karena
batuan yang tadinya mengalami tegangan telah digali
sehingga tegangan akan terdistribusikan kembali.
• Tegangan merupakan besaran tensor dan tensor tidak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

©RKW 2
Skalar, Vektor, dan Tensor

• Skalar merupakan besaran yang hanya


memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa).
• Vektor merupakan besaran yang memiliki
besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan,
percepatan)
• Tensor merupakan besaran yang memiliki
besar dan arah serta bergantung kepada
bidang tempat bekerjanya (contoh: tegangan,
regangan, permeabilitas).

©RKW 3
Definisi Tegangan
Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik O dalam
suatu benda dapat diterangkan sebagai berikut.
• Untuk setiap arah OP melalui O
dapat dianggap bahwa benda
dapat dipotong melalui suatu
bidang kecil δA melalui O dan
normal terhadap OP.
• Permukaan pada sisi P disebut
sisi positif, sedangkan pada sisi
lainnya disebut sisi negatif.

©RKW 4
Definisi Tegangan (Lanjutan)

• Efek dari gaya-gaya internal di


dalam benda adalah sama
dengan gaya δF yang dialami
benda pada sisi positif. Juga
akan terdapat kopel yang
dapat dibaikan karena δA
dianggap sangat kecil.
• Nilai limit dari rasio δF/δ
δA
dengan δA mendekati nol
adalah vektor tegangan pada
titik O yang bekerja pada
bidang dengan normal pada
arah OP.

gaya yang bekerja pada luasan da, tinjau ©RKW 5


Definisi Tegangan (Lanjutan)

• Vektor tegangan ini adalah vektor pOP yang


didefinisikan sebagai:
δF
pOP = lim
δA → 0 δA

©RKW 6
Konvensi Tanda
• Gaya-gaya yang dianggap
positif adalah gaya-gaya
tekan, yaitu yang berarah
seperti yang ditunjukkan
oleh δF.
• Hal ini berlawanan dengan
konvensi yang digunakan
dalam teori elastisitas dan
mekanika kontinu.

©RKW 7
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• Dalam mekanika batuan, akan lebih memudahkan


untuk menggunakan tegangan tekan bertanda positif
karena:
– Kondisi tegangan (tegangan in situ akibat overburden,
tekanan pemampatan dalam peralatan-peralatan, dan
tekanan fluida di dalam pori) selalu berupa tegangan
tekan.
– Konvensi ini digunakan juga di dalam mekanika tanah dan
geologi struktur.
– Banyak problem dalam mekanika batuan menyangkut
gesekan pada permukaan dan dalam kasus ini tegangan
normal pada permukaan adalah positif.
©RKW 8
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• Perhatikan sebuah kubus


dengan sisi paralel dengan
sumbu x, y, dan z.
• Tegangan-tegangan yang
bekerja pada sisi kubus
dapat dinyatakan dengan:
– Tiga tegangan normal σxx,
σyy, dan σzz
– Enam tegangan geser τxy,
τyx, τyz, τzy, τzx, dan τxz

©RKW 9
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• Arti subskrip pada tegangan:


– Subskrip pertama menunjukkan arah dari normal bidang
dimana tegangan tersebut bekerja.
– Subskrip kedua menunjukkan arah dari tegangan tersebut.

• Catatan: Untuk tegangan normal, kadang-kadang


hanya digunakan satu subskrip .
• Sebagai syarat kesetimbangan rotasional, maka semua
gaya yang bekerja pada sisi kubus harus setimbang,
sehingga: τxy = τyx, τyz = τzy, dan τzx = τxz

©RKW 10
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• Konvensi tanda untuk


komponen tegangan
dapat didasarkan pada
normal ke dalam
(inward normal) yaitu
normal dari muka
kubus yang berarah ke
pusat kubus.
• Tegangan yang searah
dengan normal ke
dalam adalah positif.

©RKW 11
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• Pada muka horisontal


bagian atas yang
paralel dengan bidang
x-y, normal ke dalam
berarah ke arah sumbu
z negatif.
• Tegangan normal σzz
yang bekerja pada
muka ini searah dengan
arah normal ke dalam,
sehingga dianggap
positif.
©RKW 12
Konvensi Tanda (Lanjutan)

• +ττzx dan +ττzy bekerja


pada arah negatif
sumbu x dan y.
• Semua tegangan pada
muka yang terlihat pada
gambar di samping
adalah positif.
• Pada muka bagian
bawah, normal kedalam
berarah ke arah sumbu
z positif, sehingga +σσzz
berarah yang sama.

©RKW 13
Tegangan Dalam Dua Dimensi
• Perhatikan sebuah elemen
bujursangkar dengan sisi
yang sangat kecil pada
bidang x-y dan tebal t.
• Elemen ini mengalami
tegangan normal σx, σy
dan tegangan geser τxy =
τyx.

©RKW 14
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

• Akan ditentukan tegangan


normal dan tegangan
geser yang bekerja pada
sebuah bidang yang
normalnya membentuk
sudut θ terhadap sumbu x
dimana σx bekerja.
• Perlu digunakan prinsip
kesetimbangan gaya dalam
sebuah segitiga yang
sangat kecil dengan tebal t.

©RKW 15
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

• Panjang sisi segitiga:


– AB = a
– OA = a sin θ
– OB = a cos θ
• Untuk memenuhi
kondisi
kesetimbangan,
seluruh gaya yang
bekerja pada arah σ
dan τ dalam keadaan
setimbang.
©RKW 16
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)
∑ Fσ =0
σ at = σ x cos θ a cos θ t + τ xy sin θ a cos θ t
+ σ y cos θ a cos θ t + τ yx cos θ a sin θ t
σ = σ x cos 2 θ + σ y sin 2 θ + 2 τ xy sin θ cos θ

Dari trigonometri:
1
cos 2 θ = (1 + cos 2θ )
2
1
sin 2 θ = (1 − cos 2θ )
2
cos 2 θ + sin 2 θ = 1
2 sin θ cos θ = sin 2θ

©RKW 17
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)
σx σy
σ= (1 + cos 2θ ) + τ xy sin 2θ + (1 − cos 2θ )
2 2
σ x σ x cos 2θ σ y σ y cos 2θ
σ= + + − + τ xy sin 2θ
2 2 2 2
σx + σy  σx − σy 
σ= +   cos 2θ + τ xy sin 2θ
2  2 

©RKW 18
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)
∑ Fσ =0
τ at = −σ x cos θ a cos θ t + τ xy cos θ a cos θ t
+σ y cos θ a sin θ t − τ yx sin θ a sin θ t
τ = (σ y − σ x )sin θ cos θ + τ xy (cos 2θ − sin 2θ )

Dari trigonometri:
1
sin θ cos θ = sin 2θ
2
cos 2 θ − sin 2 θ = cos 2θ

©RKW 19
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

 σy − σx 
τ =   sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 
 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 

©RKW 20
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Persamaan – persamaan :

σx + σy  σx − σy 
σ= +   cos 2θ + τ xy sin 2θ
2  2 
 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 

Memungkinkan kita untuk menentukan tegangan normal


σ dan tegangan geser τ pada setiap bidang yang
didefinisikan oleh θ untuk setiap kombinasi nilai σx, σy,
dan τxy.
©RKW 21
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

• Persamaan-persamaan yang
diturunkan untuk σ dan τ
dapat juga dilihat sebagai
persamaan untuk
menghitung σx’ dan τx’y’ pada
sebuah sistem sumbu O,x’,y’
yang merupakan hasil rotasi
sumbu O,x,y sebesar θ.
• Tegangan σy’ dapat dihitung
dengan mengganti θ dengan
θ+90O

©RKW 22
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Sehingga persamaan-persamaan untuk perubahan sumbu


menjadi:
σ x' = σ x cos 2 θ + 2τ xy sin θ cos θ + σ y sin 2 θ
σ x' = σ x cos 2 (θ + 90 o ) + 2τ xy sin (θ + 90 o ) cos (θ + 90 o ) + σ y sin 2 (θ + 90 o )
σ y' = σ x sin 2 θ − 2τ xy sin θ cos θ + σ y cos 2 θ

©RKW 23
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Dengan menjumlahkan
σ x ' = σ x cos 2 θ + 2τ xy sin θ cos θ + σ y sin 2 θ
σ y ' = σ x sin 2 θ − 2τ xy sin θ cos θ + σ y cos 2 θ
diperoleh
σ x ' + σ y ' = σ x (cos 2 θ + sin 2 θ ) + σ y (cos 2 θ + sin 2 θ )
σ x' + σ y' = σ x + σ y

Jadi, hasil penjumlahan komponen-komponen tegangan


normal yang saling tegak lurus adalah tetap tak
berubah (invariant) dengan perputaran sumbu. Ini
merupakan sifat skalar dari tegangan dalam dua
dimensi.
©RKW 24
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Ekspresi untuk tegangan geser tidak berubah:

= − (σ x − σ y ) sin 2θ + τ xy cos 2θ
1
τ x'y'
2
• Arah-arah dimana τ=0 disebut sumbu-sumbu utama
(principal axes) dan komponen-komponen tegangan
pada arah ini disebut tegangan-tegangan utama
(principal stresses) dan dinotasikan dengan σ1 dan σ3.

• Akan terdapat satu nilai θ untuk mana tegangan geser


tidak ada (τ=0).

©RKW 25
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)
 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 
 σx − σy 
0 = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 
 σx − σy 
  sin 2θ = τ xy cos 2θ
 2 
sin 2θ 2 τ xy
=
cos 2θ σ x − σ y
2 τ xy
tan 2θ =
σx − σy
©RKW 26
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

• Sudut 2θ merupakan sudut dari sumbu x yang


menunjukkan arah tegangan-tegangan utama σ1
dan σ3.
• Karena tan 2θ = tan (2θ+180o) maka
– Sudut θ merupakan arah σ1
– Sudut θ+90 merupakan arah σ3.
• Setelah sudut θ diperoleh, σ1 dan σ3 dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan untuk
menghitung σ di depan.

©RKW 27
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Tunjukkan bahwa σ1 dan σ3 dapat dinyatakan sebagai:

σ1 = (σ x + σ y ) + (σ x − σ y )2 + τ xy2
1 1
2 4

σ 3 = (σ x + σ y ) − (σ x − σ y ) + τ xy2
1 1 2

2 4

©RKW 28
Lingkaran Mohr
Lihat kembali persamaan untuk menghitung σ dan τ

σx + σy  σx − σy 
σ= +   cos 2θ + τ xy sin 2θ
2  2 
 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 

©RKW 29
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali dengan


menempatkan semua 2θ di sebelah kanan

σx + σy  σx − σy 
σ− =   cos2θ + τ xy sin2θ
2  2 
 σx − σy 
τ = −  sin2θ + τ xy cos2θ
 2 

©RKW 30
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Pengkuadratan persamaan yang mengandung σ menghasilkan:

2 2
 σx + σy   σx − σy  
 σ −  =   cos2θ + τ xy sin2θ 
 
 2   2  
2 2
 σx + σy   σx − σy 
 σ −  =   cos 2 2θ
 2   2 
 σx − σy 
+ 2 τ xy sin 2θ cos 2θ
 2 
+ τ xy
2
sin 2 2θ

©RKW 31
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Pengkuadratan persamaan yang mengandung τ menghasilkan:

2
  σx − σy  
τ =  − 
2 sin2 θ + τ xy cos2 θ 

  2  
2
 σx −σy   σx − σy 
τ = 
2  sin 2θ − 2
2 τ xy sin 2θ cos 2θ + τ xy
2 cos 2 2θ

 2   2 

©RKW 32
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Penjumlahan kedua persamaan hasil pengkuadratan menghasilkan:

2 2
 σx + σy   σx − σy 
 σ −  + τ = 
2  + τ xy
2

 2   2 

Persamaan apa yang mempunyai bentuk seperti ini?

PERSAMAAN LINGKARAN

©RKW 33
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Persamaan umum lingkaran berbentuk:

(x − a )2 + (y − b )2 = R 2

©RKW 34
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

2 2
 σx + σy   σx − σy 
Persamaan :  σ −  + τ = 
2  + τ xy
2

 2   2 
adalah Persamaan Lingkaran dengan:

Sistem sumbu σ,τ


 σx + σy 
Titik pusat :  ,0 
 2 
2
 σx − σy 
Jari - jari :   + τ xy
2

 2 

©RKW 35
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

©RKW 36
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

• Untuk memplot tegangan geser pada Lingkaran


Mohr, digunakan konvensi tanda positif dan
negatif yang hanya valid untuk keperluan
presentasi grafis.
• Tegangan geser diplot positif jika tegangan
tersebut akan memutar elemen berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.
• Tegangan geser diplot negatif jika tegangan
tersebut akan memutar elemen searah dengan
arah putaran jarum jam.
©RKW 37
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

+
+
-
+ +
-
+

+
©RKW 38
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

©RKW 39
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

• Lingkaran Mohr merupakan metode grafis


sederhana dan cepat yang dapat digunakan
untuk:
– Menentukan besar tegangan normal dan tegangan
geser pada bidang tertentu.

– Menentukan besar dan arah tegangan-tegangan


utama.

©RKW 40
Latihan 1

• Tentukan tegangan normal dan


tegangan geser (ke arah
mana?) yang bekerja pada
Bidang C
• Tentukan besar dan arah
tegangan utama mayor (σ1)
dan tegangan utama minor
(σ3)

©RKW 41
Latihan 1 (Lanjutan)

©RKW 42
Latihan 1 (Lanjutan)

Perhatikan Bidang C
Normalnya bersudut 30O berlawanan arah jam dari arah bekerjanya σx (sumbu x)
ATAU
Bersudut 30O berlawanan arah jam dari bidang tempat σx bekerja (Bidang A)

Pada Lingkaran Mohr diukur berlawanan arah jam 2 x 30O = 60O


©RKW 43
Latihan 1 (Lanjutan)

Perhatikan Bidang C
Normalnya bersudut 60O searah jarum jam dari arah bekerjanya σy (sumbu y)
ATAU
Bersudut 60O searah jarum jam dari bidang tempat σy bekerja (Bidang B)

Pada Lingkaran Mohr diukur searah jarum jam 2 x 60O = 120O


©RKW 44
Latihan 1 (Lanjutan)

• Jadi secara grafis:


σ = 23.2 MPa
τ = 3.9 MPa
• Dengan menggunakan persamaan-persamaan terdahulu:

σx + σy  σx − σy 
σ= +   cos 2θ + τ xy sin 2θ
2  2 
 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 

©RKW 45
Latihan 1 (Lanjutan)

σx + σy  σx − σy 
σ= +   cos 2θ + τ xy sin 2θ
2  2 
22 + 6  22 − 6 
σ= +  cos 60 O + 6 sin 60 0
2  2 
σ = 14 + 4 + 5.196 = 23.196 MPa

 σx − σy 
τ = −  sin 2θ + τ xy cos 2θ
 2 
 22 − 6 
τ = −  sin 60 O + 6 cos 60 O
 2 
τ = −6.928 + 3 = −3.928 MPa

©RKW 46
Latihan 1 (Lanjutan)

Secara grafis: Dengan rumus:


OK
σ = 23.2 MPa σ = 23.196 MPa

τ = 3.9 MPa OK? τ = -3.928 MPa

©RKW 47
Latihan 1 (Lanjutan)

σ1 = 24 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 18.5o berlawan arah jam
dari arah bekerjanya σx (sumbu x)
ATAU
Bekerja pada bidang yang bersudut 18.5o berlawanan arah jam dari
bidang tempat bekerjanya σx (Bidang A)
©RKW 48
Latihan 1 (Lanjutan)

σ3 = 4 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 108.5O berlawanan arah
jam dari arah bekerjanya σx (sumbu x)
ATAU
Bekerja pada bidang yang bersudut 108.5O berlawanan arah jam dari
bidang tempat bekerjanya σx (Bidang A)
©RKW 49
Latihan 1 (Lanjutan)

• Dengan menggunakan persamaan-persamaan


terdahulu:

σ1 = (σ x + σ y ) + (σ x − σ y ) + τ xy2
1 1 2

2 4

σ 3 = (σ x + σ y ) − (σ x − σ y )2 + τ xy2
1 1
2 4

©RKW 50
Latihan 1 (Lanjutan)

= (σ x + σ y ) ± (σ x − σ y )2 + τ xy2
1 1
σ1,3
2 4
1 1
= (22 + 6 ) ± (22 − 6) + 6 2
2
σ1,3
2 4
σ1,3 = 14 ± 10
σ1 = 24 MPa
σ 3 = 4 MPa

©RKW 51
Latihan 1 (Lanjutan)

2τ xy
2θ = tan −1
σx − σy
2( 6 )
2θ = tan −1
22 − 6
12
2θ = tan −1
16
2θ1 = 36.87 O ⇒ θ1 = 18.43O
2θ 2 = (180 O + 36.87 O ) ⇒ θ 2 = 108.43O

©RKW 52
Latihan 1 (Lanjutan)

Secara grafis : Dari rumus :


OK
σ 1 = 24 MPa ⇒ θ1 = 18.5O σ 1 = 24 MPa ⇒ θ1 = 18.43O
σ 3 = 4 MPa ⇒ θ 2 = 108.5O OK σ 3 = 4 MPa ⇒ θ 2 = 108.43O

©RKW 53
Latihan 1 (Lanjutan)

©RKW 54
Tegangan dalam 3 Dimensi
• Tegangan-tegangan yang bekerja pada
sisi kubus dapat dinyatakan dengan:
– Tiga tegangan normal σxx, σyy, dan σzz
– Enam tegangan geser τxy, τyx, τyz, τzy, τzx,
dan τxz

• Sebagai syarat kesetimbangan


rotasional : τxy = τyx, τyz = τzy, dan
τzx=τxz
• Tegangan-tegangan yang bekerja
cukup dinyatakan dengan enam
komponen

©RKW 55
Tegangan dalam 3 Dimensi (Lanjutan)

• Jadi, kondisi tegangan pada sebuah titik dapat


dinyatakan dengan matriks tegangan [σ σ],
sebagai berikut:

σ x τ xy τ zx 
 
[σ ] = τ xy σy τ yz 
 τ zx τ yz σ z 

©RKW 56
Transformasi Tegangan
• Sumbu-sumbu referensi untuk
penentuan kondisi tegangan dapat
dilakukan secara bebas.
• Sistem sumbu asal (x,y,z)
• Sistem sumbu baru (l,m,n)
• Orientasi dari sumbu tertentu, relatif
terhadap sumbu-sumbu asal
didefinsikan oleh sebuah vektor baris
dari cosinus arah.
• Cosinus arah adalah proyeksi dari
vektor satuan yang paralel dengan
salah satu sumbu baru (l, m, atau n)
pada salah satu sumbu lama (x, y, atau
z).

©RKW 57
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Cosinus arah sumbu l: lx = cos αl, ly = cos βl, lz = cos γl

©RKW 58
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Cosinus arah sumbu m: mx = cos αm, my = cos βm, mz = cos γm

©RKW 59
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Cosinus arah sumbu n: nx = cos αn, ny = cos βn, nz = cos γn

©RKW 60
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Tetrahedron OABC adalah bagian


dari kubus yang digunakan untuk
menentukan kondisi tegangan
sebelum ini.
• Untuk kesetimbangan, material
yang dihilangkan digantikan oleh
gaya penyeimbang sebesar t per
unit luas yang bekerja pada ABC.
• Normal bidang ABC, yaitu OP
mempunyai cosinus arah (λx, λy,
dan λz).

©RKW 61
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Jika luas ABC adalah A, maka


proyeksi ABC pada bidang-
bidang dengan normal sumbu-
sumbu x, y, dan z adalah:
– OAC = Ax = Aλx
– OAB = Ay = Aλy
– OBC = Az = Aλz
• Anggap komponen-komponen
vektor traksi t adalah tx, ty, tz.

©RKW 62
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Syarat kesetimbangan gaya pada


arah x akan menghasilkan:
txA – σxAx – τxyAy – τzxAz = 0
txA – σxAλx – τxyAλy – τzxAλz = 0
atau
tx = σxλx + τxyλy + τzxλz
• Dengan menggunakan syarat
kesetimbangan gaya pada arah y
dan z, diperoleh:

©RKW 63
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

t x   σ x τ xy τ zx   λx 
t  =  τ σy

τ yz  λ 
 y   xy  y
t z   τ zx τ yz σ z   λz 
atau
[t ] = [σ ] [λ]
• Dengan melakukan hal yang
sama untuk sumbu-sumbu l, m,
dan n diperoleh:

©RKW 64
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

 tl   σ l τ lm τ nl   λl 
t  =  τ σm τ mn  λ 
 m   lm  m
 t n   τ nl τ mn σ n   λn 
atau
[t* ] = [σ* ] [λ* ]
• [t], [t*], [l], dan [l*] adalah
vektor-vektor yang dinyatakan
relatif terhadap sistem
koordinat x,y,z dan l,m,n.

©RKW 65
Transformasi Tegangan (Lanjutan)
• Dari dasar-dasar analisis vektor :
Suatu vektor [v] ditransformasikan dari satu sistem sumbu x,y,z ke
sistem sumbu l,m,n melalui persamaan transformasi:

 vl   l x lx l y  v x 
v  =  m my

m z  v y 
 m  x
 vn   n x ny n z   v z 
atau
[v *] = [R ][v]

©RKW 66
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

• Matriks [R] adalah matriks rotasi yang baris-barisnya dibentuk oleh vektor
baris cosinus arah dari sumbu baru terhadap sumbu asal.
• Sifat khas matriks [R] adalah bahwa invers-nya sama dengan transpose-nya,
atau:

[R ]−1 = [R ]T
• Kembali ke persamaan-persamaan yang menghubungkan [t] dan [t*]
λ] dan [λ
serta [λ λ*]:

©RKW 67
Transformasi Tegangan (Lanjutan)
[t* ] = [R ] [t ] ⇒ [t ] = [R ]T [t* ]
dan
[λ* ] = [R ] [λ ] ⇒ [λ ] = [R ]T [λ* ]
sehingga
[t* ] = [R ] [t ] = [R ] [σ ] [λ ] = [R ] [σ ] [R ]T [λ* ]
karena
[t* ] = [σ* ] [λ* ]
maka
[σ* ] = [R ] [σ ] [R ]T
atau dalam bentuk yang diperluas :

©RKW 68
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

 σ l τ lm τ nl   l x ly l z   σ x τ xy τ zx  l x mx nx 
τ     
 lm σ m τ mn  = m x my m z  τ xy σ y τ yz  l y my ny 
τ nl τ mn σ n   n x ny n z  τ zx τ yz σ z   l z mz n z 

Jadi, dengan melakukan perkalian matriks pada ruas kanan


persamaan di atas, maka komponen-komponen tegangan
akibat perputaran sumbu-sumbu dapat ditentukan

©RKW 69
Tegangan Utama
• Seperti telah diuraikan sebelumnya, bidang utama (principal
plane) adalah bidang dimana tidak terdapat tegangan geser.
• Pada bidang ini hanya bekerja tegangan normal yang
merupakan tegangan utama (principal stress), sedangkan
normal dari bidang tersebut merupakan arah dari sumbu
utama (principal axis).
• Karena terdapat tiga acuan arah yang harus diperhitungkan,
akan terdapat juga tiga sumbu utama.
• Jadi, ada tiga tegangan utama dan tiga sumbu utama yang
harus ditentukan untuk menggambarkan kondisi tegangan di
sebuah titik.

©RKW 70
Tegangan Utama (Lanjutan)
• Misalkan bahwa bidang ABC pada pembahasan terdahulu
mempunyai orientasi sedemikian rupa sehingga resultan
tegangan yang bekerja padanya hanya tegangan normal σp.
• Komponen-komponen traksi pada bidang ABC adalah:
t x  λ x 
t  = σ λ 
 y p  y

t z   λ z 
• Pada pembahasan terdahulu komponen-komponen traksi
dapat dihubungkan juga dengan kondisi tegangan dan
orientasi bidang: t x  σ x τ xy τ zx  λ x 
t  = τ σ τ
 
 y   xy y yz  λ y 

t z  τ zx τ yz σ z   λ z 
©RKW 71
Tegangan Utama (Lanjutan)

• Dengan mengurangkan kedua persamaan di atas, diperoleh:


σ x − σ p τ xy τ zx   λx 
  
 xyτ σ y − σ p τ yz   λ y  = [0]
 τ zx τ yz σ z − σ p   λz 

• Persamaan matriks ini menunjukkan satu set dari tiga


persamaan simultan yang homogen dalam λx, λy, dan λz.

• Persamaan di atas akan mempunyai solusi non-trivial jika


determinan dari matriks koefisien = 0, yang menghasilkan
persamaan pangkat tiga:

©RKW 72
Tegangan Utama (Lanjutan)
σ 3p − I1σ 2p + I 2 σ p − I 3 = 0
dimana
I1 = σ x + σ y + σ z
I 2 = σ x σ y + σ y σ z + σ z σ x − (τ xy
2
+ τ yz
2
+ τ zx2 )
I 3 = σ x σ y σ z + 2τ xy τ yz τ zx − (σ x τ 2yz + σ y τ zx2 + σ z τ xy
2 )

I1 = Invarian tegangan (stress invariant) pertama


I2 = Invarian tegangan (stress invariant) kedua
I3 = Invarian tegangan (stress invariant) ketiga

©RKW 73
Tegangan Utama (Lanjutan)

• Solusi dari persamaan


σ 3p − I1σ 2p + I 2 σ p − I 3 = 0

adalah tiga tegangan utama, dengan urutan dari yang


terbesar ke terkecil sebagai berikut:

σ1 = Tegangan utama mayor (Major principal stress)

σ2 = Tegangan utama tengah (Intermediate principal stress)

σ3 = Tegangan utama minor (Minor principal stress)

©RKW 74
Tegangan Utama (Lanjutan)
Setiap tegangan utama akan berhubungan dengan sumbu
utama, yang cosinus arahnya (λx,λy,λz) dapat dicari langsung
dari persamaan matriks:
σ x − σ p τ xy τ zx   λx 
  
 τ xy σy −σp τ yz   λ y  = [0]
 τ zx τ yz σ z − σ p   λz 

dan sifat dasar dari cosinus arah, yaitu:


λx2 + λ y2 + λz2 = 1

©RKW 75
Tegangan Utama (Lanjutan)

Brady & Brown (1993) mengusulkan bahwa untuk setiap


tegangan utama σi (i =1,2,3), cosinus arahnya adalah:

λxi = A ( A 2 + B 2 + C 2 )
12

λ yi = B ( A 2 + B 2 + C 2 )
12

λzi = C ( A 2 + B 2 + C 2 )
12

dengan A, B, dan C adalah:

©RKW 76
Tegangan Utama (Lanjutan)

σ y − σi τ yz
A=
τ yz σ z − σi

τ xy τ yz
B=−
τ zx σ z − σi

τ xy σ y − σi
C=
τ zx τ yz

©RKW 77
Tegangan Utama (Lanjutan)
• Prosedur untuk menghitung tegangan-tegangan utama dan
orientasi dari sumbu utama secara sederhana adalah penentuan
nilai-nilai eigen (eigenvalues) dari matriks tegangan dan vektor
eigen (eigenvector) dari setiap nilai eigen.
• Karena ketiga sumbu utama saling tegak lurus, maka hasil
perkalian skalar (dot product) dari vektor cosinus arahnya sama
dengan nol:
λx1 λx 2 + λ y1 λ y 2 + λz1 λz 2 = 0

λx 2 λx 3 + λ y 2 λ y 3 + λ z 2 λz 3 = 0

λx 3 λx1 + λ y 3 λ y1 + λz 3 λz1 = 0

©RKW 78
Tegangan Utama (Lanjutan)

• Karena penjumlahan komponen tegangan normal yang saling


tegak lurus bersifat invariant (ingat materi terdahulu), maka:
σ1 + σ 2 + σ 3 = σ x + σ y + σ z

• Kedua hal ini dapat digunakan untuk memeriksa hasil


perhitungan besar dan arah tegangan utama

©RKW 79
Latihan 2

Tentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama pada suatu


titik jika keenam komponen tegangan pada titik tersebut adalah

σx = 7.825 MPa τxy = 1.422 MPa


σy = 6.308 MPa τyz = 0.012 MPa
σz = 7.866 MPa τzx = -1.857 MPa

©RKW 80
Latihan 2 (Lanjutan)

I1 = σ x + σ y + σ z = 22.0 MPa
I 2 = σ x σ y + σ y σ z + σ z σ x − (τ xy
2
+ τ 2yz + τ zx2 ) = 155.0 MPa
I 3 = σ x σ y σ z + 2 τ xy τ yz τ zx − (σ x τ 2yz + σ y τ zx2 + σ z τ xy
2 ) = 350.0 MPa

sehingga persamaan pangkat tiga untuk menghitung tegangan


utama menjadi:
σ 3p − 22.0 σ 2p + 155.0 σ p − 350.0 = 0

yang menghasilkan:
σ1 = 10.0 MPa
σ 2 = 7.0 MPa
σ 3 = 5.0 MPa

©RKW 81
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah σ1:

σ y − σ1 τ yz 6.308 − 10.0 0.012 − 3.682 0.012


A= = = = 7.857
τ yz σ z − σ1 0.012 7.866 − 10.0 0.012 − 2.134

τ xy τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B=− =− =− = 3.012
τ zx σ z − σ1 − 1.857 7.866 − 10.0 − 1.857 − 2.134

τ xy σ y − σ1 1.422 6.308 − 10.0 1.422 − 3.692


C= = = = −7.38
τ zx τ yz − 1.857 0.012 − 1.857 0.012

©RKW 82
Latihan 2 (Lanjutan)

λx1 = A ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= 7.857 10.843 = 0.7246 ( cos 43.6 0 )

λ y1 = B ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= 3.012 10.843 = 0.2778 ( cos 73.9 0 )

λ z1 = C ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= − 6.839 10.843 = −0.6307 ( cos 129.10 )

Periksa:
λx21 + λ y21 + λz21 = ( 0.7246 )2 + ( 0.2778 )2 + (-0.6307 )2 = 1.0000

©RKW 83
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah σ2:


σ y − σ2 τ yz 6.308 − 7.0 0.012 − 0.692 0.012
A= = = = −0.599
τ yz σz − σ2 0.012 7.866 − 7.0 0.012 0.866

τ xy τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B=− =− =− = −1.254
τ zx σ z − σ2 − 1.857 7.866 − 7.0 − 1.857 0.866

τ xy σ y − σ2 1.422 6.308 − 7.0 1.422 − 0.692


C= = = = −1.268
τ zx τ yz − 1.857 0.012 − 1.857 0.012

©RKW 84
Latihan 2 (Lanjutan)

λx 2 = A ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= − 0.599 1.881 = −0.3186 ( cos 108.6 0 )

λy 2 = B ( A2 + B 2 + C 2 )
12
= − 1.254 1.881 = −0.6664 ( cos 131.8 0 )

λz 2 = C ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= − 1.268 1.881 = −0.6740 ( cos 132.4 0 )

Periksa:
λx22 + λ y22 + λz22 = ( − 0.3186 )2 + (-0.6664 )2 + (-0.6740 )2 = 0.9999

©RKW 85
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah σ3:


σ y − σ3 τ yz 6.308 − 5.0 0.012 1.308 0.012
A= = = = 3.749
τ yz σ z − σ3 0.012 7.866 − 5.0 0.012 2.866

τ xy τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B=− =− =− = −4.098
τ zx σ z − σ3 − 1.857 7.866 − 5.0 − 1.857 2.866

τ xy σ y − σ3 1.422 6.308 − 5.0 1.422 1.308


C= = = = 2.446
τ zx τ yz − 1.857 0.012 − 1.857 0.012

©RKW 86
Latihan 2 (Lanjutan)

λx 3 = A ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= 3.749 6.069 = 0.6177 ( cos 51.8 0 )

λy3 = B ( A2 + B 2 + C 2 )
12
= − 4.098 6.069 = −0.6752 ( cos 132.5 0 )

λz 3 = C ( A 2 + B 2 + C 2 )
12
= 2.446 6.069 = 0.4031 ( cos 66.2 0 )

Periksa:
λx23 + λ y23 + λz23 = ( 0.6177 )2 + (-0.6752 )2 + ( 0.4031 )2 = 0.9999

©RKW 87
Latihan 2 (Lanjutan)
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 1 terhadap sumbu utama 2
λx1 λx 2 + λ y1 λ y 2 + λz1 λz 2 =
( 0.7246 )( − 0.3186 ) + ( 0.2778 )( − 0.6664 ) + ( − 0.6307 )( − 0.6740 ) =
0.009 ≈ 0
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 2 terhadap sumbu utama 3
λ x 2 λ x3 + λ y 2 λ y 3 + λz 2 λ z 3 =
(−0.3186)(0.6177) + (−0.6664)(−0.6752) + (−0.6740)(0.4031) =
− 0.018 ≈ 0
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 3 terhadap sumbu utama 1
λ x 3 λ x1 + λ y 3 λ y1 + λ z 3 λ z1 =
(0.6177 )(0.7246 ) + ( −0.6752 )(0.2778 ) + (0.4301)( −0.6307 ) =
0.006 ≈ 0
©RKW 88
Latihan 2 (Lanjutan)
Periksa sifat invariant tegangan-tegangan utama
σ1 + σ 2 + σ 3 = σx + σy + σz =
10.0 + 7.0 + 5.0 = 7.825 + 6.308 + 7.866 =
22.0 MPa 21.999 MPa

©RKW 89

Anda mungkin juga menyukai