Nim : PO71250210056
Mata kuliah : Mikrobiologi
tugas : Resume bab 1 - 3
Bab 1
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme
yang berukuran mikroskopis. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan
mereka hanya dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia
mikro organisme terdiri dari lima (5) kelompok organisme, yaitu: bakteri,
protozoa, virus, algae serta cendawan (jamur) mikroskopik. Dengan
demikian lingkup mikrobiologi meliputi Bakteriologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang bakteri, Virologi yaitu Ilmu yang mempelajari
tentang virus, Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur dan
algae dan Parasitologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang Parasit.
Agar memudahkan Anda mempelajari bab ini, maka materi yang akan
dibahas terbagi
menjadi 4 topik, yaitu:
1. Pengantar Mikrobiologi, yang membahas tentang pengertian,
sejarah penemuan bakteri hingga perkembangan teori dasar
mikrobiologi
2. Bakteriologi Dasar yang membahas tentang klasifikasi, taksonomi
dan nomenklatur bakteri, morfologi dan struktur bakteri, fisiologi dan
metabolisme bakteri dan mengenai macam-macam media
pertumbuhan bakteri
3. Patogenesis Penyakit infeksi yang terutama membahas tentang
aspek umum penyakit infeksi dan peran bakteri dalam menyebabkan
penyakit pada manusia.
4. Flora Normal Rongga mulut, Ekosistem mulut dan Plak Dental
yang membahas tentang jenis dan perkembangan flora normal rongga
mulut, lingkungan mulut dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri di rongga mulut dan membahas juga tentang
komposisi bakteri pada plak dental, dan bagaimana pembentukan plak
dan kalkulus di rongga mulut.
Topik 1
Pengantar Mikrobiologi
A. SEJARAH MIKROBIOLOGI
Sejarah awal kehidupan dimulai pada tahun 1674 ketika Antoni van
Leeuwenhoek (1632-1723) menemukan adanya kehidupan di dalam
setetes air danau yang diamati menggunakan lensa gelas. Benda-benda
yang disebut “animalcules” terlihat dalam berbagi bentuk, ukuran dan
warna. Dialah yang pertama tama melaporkan pengamatannya dengan
keterangan dan gambar-gambar yang teliti. Pengamatan dilakukan dengan
mikroskop dan lensa yang dibuatnya dengan pembesaran tertinggi hanya
200 sampai 300 kali.
Topik 2
Bakteriologi Dasar
Taksonomi berasal dari kata “taksis” artinya aturan atau penjabaran dan
kata “nomos” artinya aturan atau hukum. Taksonomi adalah ilmu
mengenai klasifikasi atau penataan sistematis organisme kedalam
kelompok atau kategori yang disebut taksa (tunggal = takson).
Klasifikasi berarti penyusunan organisme kedalam grup taksonomi (taksa)
dengan berdasarkan kemiripan atau hubungannya. Tata nama adalah
penamaan suatu organisme melalui aturan internasional menurut ciri
khasnya. Secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian, penamaan
dan pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika
mikroba. Untuk klasifikasi dan determinasi bakteri dipakai
1. Klasifikasi Bakteri
Bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler, tidak
mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner.
Karena tidak mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang
saprofitik ataupun sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar
di mana-mana, yaitu di udara, di dalam tanah, didalam air, pada
bahan-bahan, pada tanaman ataupun pada tubuh manusia atau hewan.
2. Nomenklatur Bakteri
Seperti halnya tanaman, bakteri juga menggunakan 2 nama yaitu nama
binomial (binomial name), yang diajukan oleh Linnaeus pada tahun 1753
untuk penamaan tanaman. Kaidah penulisan nama bakteri pada tingkat
spesies ditulis dengan cara nama genus mendahului nama spesiesnya.
Huruf awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama
spesies ditulis dengan huruf kecil. Keseluruhan nama ditulis dengan
dicetak miring. Contohnya : Staphylococcus aureus.
b. Sel Eukariotik
Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasma (RE), badan golgi, lisosom, vakuola,
peroksisom, dan lain-lain. Organel dan komponen lain berada pada
sitosol, yang bersama dengan nukleus disebut protoplasma.
1. Morfologi Bakteri
Arti kata morfologi adalah pengetahuan tentang bentuk (morphos).
Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk
organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup
bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu
morfologi makroskopik (morfologi koloni) dan morfologi mikroskopik
(morfologi seluler).
a. Morfologi makroskopis
Morfologi makroskopis yaitu bentuk bakteri dengan mengamati
karakteristik koloninya pada lempeng agar. Karakteristik koloni
dibedakan atas dasar bentuk koloni, ukuran koloni, pinggiran (margin
koloni), peninggian (elevasi), warna koloni, permukaankoloni,konsistensi
dan pigmen yang dihasilkan koloni. Populasi bakteri tumbuh sangat cepat
ketika mereka ditambahkan dan disesuaikan dengan gizi dan kondisi
lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui
pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang memberi penampilan
yang khas.
1. Pertumbuhan
Bakteri, seperti halnya semua mahluk hidup, membutuhkan makanan
untuk dapat bermetabolisme dan untuk dapat melakukan pembelahan sel,
dan tumbuh secara optimal dilingkungan yang menyediakan
kebutuhan-kebutuhannya. Secara kimiawi, bakteri terbentuk oleh
unsur-unsur polisakarida, protein, lipid, asam nukleat dan peptidoglikan,
yang keseluruhannya harus dibentuk untuk mencapai pertumbuhan yang
baik
2 Reproduksi
Bakteri melakukan reproduksi melalui suatu proses yang disebut
pembelahan biner, dimana sel induk membelah menjadi dua sel dan
seterusnya. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan bakteri mengikuti
pertumbuhan logaritme, yaitu satu bakteri akan menghasilkan 16 bakteri
dalam 4 generasi. Rata-rata waktu pembelahan bakteri bisa sangat
bervariasi (misalnya: 20 menit untuk Eschericia coli, 24 jam untuk
Mycobacterium
. 3. Siklus Pertumbuhan Bakteri
Siklus pertumbuhan bakteri mengalami 4 fase yaitu :
a. Fase Lag: dapat berlangsung selama 5 menit sampai beberapa jam
karena bakteri tidak akan segera membelah diri tetapi mengalami periode
adaptasi, dengan sejumlah aktivitas metabolic
b. Fase Log (Logaritme, eksponensial): pada saat ini terjadi pembelahan
sel yang amat cepat, yang ditentukan oleh kondisi lingkungan.
c. Fase Stasioner : fase ini dialami ketika jumlah nutrisi menurun dengan
cepat atau terbentuknya produk-produk racun yang dapat menyebabkan
pertumbuhan melambat hingga jumlah sel baru yang dihasilkan seimbang
dengan jumlah sel yang mati. Pada saat ini bakteri mencapai kepadatan
sel maksimal.
d. Fase Penurunan atau Fase kematian : yang ditandai dengan
menurunnya jumlah bakteri hidup.
4. Regulasi Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh nutrisi di lingkungannya.
Meskipun demikian, kondisi-kondisi intrasel dan ekstraselnya dapat
memodifikasi laju pertumbuhannya. Faktor-faktor intraseluler meliputi :
C. MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI
Topik 3
Patogenesis Penyakit Infeksi
d. Toksigenitas
Produksi toksin atau toksigenitas adalah salah satu factor penentu
patogenesis bakteri. Toksin yang dihasilkan bakteri dapat digolongkan
menjadi 2 kelompok utama yaitu :
eksotoksin dan endotoksin. Endotoksin adalah komponen
lipopolisakarida (LPS) dinding selbakteri Gram negative (kokus maupun
basil) yang tersimpan dan tidak secara aktif dikeluarkan oleh bakteri.
Bakteri Gram positif tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin
dapat menyebabkan demam, syok dan gejala umum lainnya. Endotoksin
baru dilepaskan dari tubuh bakteri jika bakteri mengalami lisis (hancur,
mati).
Eksotoksin adalah toksin yang dihasilkan dan dikeluarkan dari badan
bakteri Gram positif dan Gram negative. Eksotoksin dapat menyebabkan
penyakit dibagian tubuh tertentu
setelah menyebar atau terbawa melalui jalur sistemik (misalnya bakteri
penyebab tetanusyang masuk melalui luka di kaki menghasilkan
eksotoksin yang dapat menyebabkan rahang terkunci atau kejang otot
masseter (pengunyahan) di daerah wajah). Eksotoksin labih toksik
dibandingkan dengan endotoksin. Misalnya toksin tetanus dapat
menyebabkan kematian pada kadar < 1 µg. Polipeptida eksotoksin
merupakan antigen kuat yang dapat merangsang antibody tubuh
membentuk antitoksin, yang dapat berguna dalam mencegah atau
mengobati penyakit, misalnya tetanus. Toksisitas eksotoksin tersebut
dapat dinetralisir oleh formaldehyde (atau oleh asam, atau oleh
pemanasan) dan toksoid ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan vaksin.
Topik 4
Flora Normal Rongga Mulut, Ekosistem Mulut,
dan Plak Dental
Dosrsum lidah
b. Gigi
a. Faktor Anatomi
b. Saliva
c. Cairan Saku Gusi
d. Faktor Mikroba
Berdasarkan pewarnaan Gram, ragam bakteri rongga mulut dapat
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu :
PENDAHULUAN
Virus adalah makhluk hidup yang sangat kecil, tetapi berperan penting
karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Tenaga kesehatan
dalam lingkup kedokteran dan kesehatan gigi relevan untuk mempelajari
virus ini karena virus dapat menjadi penyebab penyakit yang langsung
(misalnya Herpes simpleks virus) atau tidak langsung (misalnya
manifestasi oral penyakit HIV) di rongga mulut maupun di bagian tubuh
lain. Selain hal tersebut, selama perawatan gigi, kemungkinan dapat
terjadi infeksi silang dari pasien pada tim kesehatan gigi, dan penyakit
yang dapat ditularkan antara lain penyakit yang disebabkan oleh virus.
Bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai virus disebut
Virologi
Topik 1
Virologi Dasar
Virus adalah parasit obligat intraseluler yang hanya dapat hidup dan
berreplikasi
didalam sel hidup.
Virus memiliki struktur tertentu, yang dapat berbentuk icosahedral
atau heliks
Genom virus dilindungi oleh lapisan protein (kapsid) dan beberapa
virus juga memiliki
amplop yang terbentuk dari lipid
Genom virus bisa DNA atau RNA, tetapi tidak pernah keduanya
Infeksi virus dapat didiagnosis dengan mikroskop electron, kultur
pada sel hidup,
spemeriksaan serologis, deteksi langsung antigen atau deteksi asam
nukleatnya
Virus dapat mencapai sel target inang melalui kulit, membran mukosa,
dan melalui
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran genitalia.
Tahapan virus menginfeksi sel adalah mengenali sel target, adsorpsi,
penetrasi,
pelepasan selubung virus, transkripsi genom untuk membentuk
mRNA, translasi mRNA
untuk membentuk protein virus, replikasi genom, perakitan
komponen-komponen
virus dan pelepasan dari sel inangnya.
Efek infeksi pada sel bisa berupa infeksi sitosidal (sel lisis), infeksi
persisten, infeksi
laten, transformasi sel, atau infeksi abortif.
Virus Hepatitis B adalah virus DNA berutas ganda dan sebagian
berutas tunggal
HBV ditularkan melalui cairan tubuh, secara kontak dengan darah,
hubungan seksual
dan penularan pada bayi baru lahir.
Selama terinfeksi Hepatitis B, darah mengandung virion utuh
(partikel Dane) dan
HBsAg (antigen permukaan) yang berbentuk bundar dan seperti
tabung (sferikal dan
tubular)
Individu terinfeksi virus Hepatitis B bisa mengalami infeksi subklinis
(65%), hepatitis B
akut (30%), dan fatal fulminant (kematian) sebesar 1%. Antara 5 –
10% pasien menjadi
karier kronik.
Karier kronik Hepatitis B bersifat infeksius dan beresiko tinggi
terkena sirosis dan
karsinoma hepar.
Diagnosis infeksi HBV adalah secara serologis, dengan skrening awal
HBsAg.
Pencegahan infeksi HBV didasarkan pada membatasi/ memblokir
penularan orang
dengan orang dan dengan imunisasi.
Topik 2
Fungi yang Berhubungan dengan Bidang Kesehatan Gigi
Topik 3
Imunologi
PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dan berkembang saat
seseorang berada di lingkungan rumah sakit. Contoh dari infeksi
nosokomial adalah pasien tertular infeksi dari staf rumah sakit atau saat
berkunjung ke rumah sakit. Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh
dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan di negara-negara
miskin dan berkembang. Infeksi nosokomial ini termasuk salah satu
penyebab kematian terbesar pada pasien yang menjalani perawatan di
rumah sakit. Menurut data WHO tahun 2005, lebih dari separuh bayi baru
lahir yang dirawat di bagian perawatan bayi di rumah sakit di Brasil dan
Indonesia tertular infeksi nosokomial. Angka kematian kasus tersebut
mencapai 12-52 %. Infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena
bermacam-macam penyakit. Beberapa penyakit yang paling sering terjadi
akibat infeksi nosokomial adalah : infeksi saluran kemih, infeksi aliran
darah, pneumonia dan iInfeksi pada luka operasi (infeksi tempat
pembedahan). Infeksi nosokomial terjadi ketika pasien di sebuah rumah
sakit tertular infeksi yang berasal dari bakteri. Bakteri tersebut bisa
menulari pasien karena keteledoran staf rumah sakit dan tidak
berjalannya prosedur kebersihan dengan benar. Infeksi silang adalah
penularan mikroorganisme penyebab infeksi antar pasien, atau antara
pasien dengan staf rumah sakit atau antar staf didalam lingkungan rumah
sakit/ sarana pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu cara untuk memutus
mata rantai infeksi silang adalah dengan melaksanakan prosedur
sterilisasi atau disinfeksi peralatan maupun sarana penunjang kesehatan
dengan tepat. Setelah kita mengenal berbagai macam mikroorganisme
pathogen (bakteri, virus, jamur) pada Bab I dan II, maupun
mikroorganisme yang menjadi flora normal ditubuh manusia, maka pada
Bab III ini kita akan membahas salah satu dampak infeksi yang terjadi di
lingkungan rumah sakit dan cara pencegahannya melalui penerapan
prosedur sterilisasi dan disinfeksi yang benar.
Pelajarilah dengan sungguh-sungguh Bab III ini. Setelah mempelajarinya
mahasiswa akan mampu :
1) Menjelaskan mengenai pengertian, frekuensi dan jenis infeksi
nosocomial, dampak infeksi, pencegahan infeksi nosocomial dan 3
macam kewaspadaan berdasarkan
penularan yang dapat diupayakan untuk mencegah terjadinya infeksi
nosocomial.
2) Menjelaskan mengenai pengertian sterilisasi, penanganan instrument
sebelum sterilisasi, teknik sterilisasi instrument dan penanganan
instrument steril.
3) Menjelaskan mengenai pengertian, metode disinfeksi, sifat disinfeksi
yang ideal, cara kerja dan kondisi yang mempengaruhi disinfeksi dan
potensi disinfektan.
4) Menjelaskan mengenai macam-macam disinfektan dan antiseptic yang
digunakan di kedokteran gigi.
Topik 1
Infeksi Nosokomial
Topik 2
Sterilisasi dan Disinfeksi di Bidang Kedokteran Gigi