MIKROBIOLOGI
Tujuan pembelajaran:
1. Mengetahui prinsip-prinsip mikrobiologi dalam praktik kebidanan.
2. Mampu menjelaskan tentang infeksi nosokomial
3. Mampu menerapkan prinsip mikrobiologi dalam praktik kebidanan
Latar Belakang
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari mahluk hidup yang Sangat
kecil ( diameter kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat denagn mata biasa
tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu
seperti bakteriologi, imunologi, virologi mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini
telah berkembang dengna pesatnya dari tahun ke tahun, sehingga merupakan
disiplin disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri.
Dalam mikrobiologi dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan
penyakit (infeksi) dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan
serta pemberantasannya. Penyakit infeksi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman
dulu. Orang-orang purba menganggap bahwa penyakit infeksi merupakan suatu
kutukkan para dewa atas dosa-dosa manusia sehingga untuk menyembuhkan
penyakit tersebut dilakukan pengorbanan-pengorbanan. Kemudian muncul
Hipocrates dengan anggapannya bahwa penyebab infeksi terdiri dari 2 faktor, yaitu
faktor intrinsik yang terdapat dalam tubuh penderita dan faktor ekstrinsik yang
terdapat diluar yaitu yang berhubungan dengan udara yang karena suatu hal yang
tidak diketahui berubah menjadi bburuk/rusak.
Pemberian kegunaan utama pada satu pihak saja disebut parasitisme, yaitu suatu
hubungan dimana inang memberikan kegunaan utamanya kepada parasit. Isolasi
dan karakterisasi sebuah parasit, contohnya bakteri patogen atau Virus, seringkali
membutuhkan rencana laboratorium, sehingga mirip dengan apa yang diperoleh
organisme tersebut saat berada dalam sel inang. Kebutuhan ini kadang-kadang
memjadi tentangan utama bagi peneliti.
biologis dari proses seleksi alam, yang terjadi pada bentangan garaduil yang sangat
luas pada organisme dengan berbagai keragaman genetik. Sejarah alam yang
kompleks ini harus selalu ada dalam pikiran kita sebelum menyimpulkan
mikroorganisme, bagian yang paling heterogen dari seluruh Mahluk Hidup.
Sebelum penemuan jasad-jasad renik, semua benda hidup yang dikenal dianggap
sebagai tumbuhan atau binatang; tidak terpikirkan adanya Jenis-jenis peralihan.
Namun dalam abad ke-19, menjadi jelas bahwa jasad renik memiliki semua
kemungkinan kombinasi sifat-safat tumbuhan dan binatang. Sekarang telah diakui
secara umum bahwa jasad renik berkembang, dengan perubahan relatif sedikit, dari
seluruh tumbuhan dan binatang.
Kecenderungan para ahli biologi untuk menggolongkan semua jasad dalam salah
satu dari 2 dunia, tumbuhan atau binatang, menimbulkan sejumlah keganjilan.
Misalnya jamur, digolongkan sebagai tumbuhan sebab sebagian jamur-jamur tidak
bergerak, walaupun jamur hampir tidak memiliki sifat-safat lain dari tumbuhan dan
menunjukan afinitas filogenik kuat dengan protozoa.
Agar dapat menghindarkan penempatan sewenang-wenang kelompok-kelompok
peralihan dalam dunia yang satu atau yang lainnya, Heckel mengusulkan pada
tahun 1899, agar jasad renik ditempatkan dalam dunia yang terpisah, Protista.
Menurut definisi Heckel, dalam protista tergolong alga, Protozoa, jamur, dan
kuman. Namun pada pertengahan abad ini, renik mikroskopik elektron yang baru
mengungkapkan bahwa kuman secara fundamental berbeda dari tiga kelompok
yang lain dalam struktur sel. Ke-3 kelompok yang terakhir memiliki tipe struktur
sel yang lebih maju, sama dengan sel-sel tumbuhan dan binatang, yang dinamakan
eukariotik; kuman-kuman memiliki struktur sel yang lebih primitif, yang
dinamakan prokariotik.
Virology
Mikologi
Parasitologi
Sesuai dengan keberadaan dan peranan mikroba yang ada dimana-mana, maka
mikrobiologi juga berkembang diberbagai bidang dan muncul berbagai disiplin
ilmu berdasarkan penerapan mikrobiologi dalam masing-masing bidang tersebut,
antara lain :
Mikrobiologi kesehatan
Mikrobiologi industry
Mikrobiologi pertanian
Mikrobiologi lingkungan
Bioteknologi dan sebagainya
Lensa objektif dipasang di ujung tuas pengatur (G), dengan fokus pada spesimen
menggunakan lensa tunggal.
Orang pertama yang melihat bakteri adalah Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723),
seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1684, van
Leeuwenhoek menggunakan mikroskop yang sangat kecil hasil karyanya sendiri
untuk mengamati berbagai mikroorganisme dalam bahan alam. Mikroskop yang
digunakan Leeuwenhoek kala itu berupa kaca pembesar tunggal berbentuk
bikonveks dengan spesimen yang diletakkan di antara sudut apertura kecil pada
penahan logam. Alat itu dipegang dekat dengan mata dan objek yang ada di sisi
lain lensa disesuaikan untuk mendapatkan fokus. Dengan alat itulah, Leewenhoek
mendapatkan kontras yang sesuai antara bakteri yang mengambang dengan latar
belakang sehingga dapat dilihat dan dibedakan dengan jelas. Beliau menemukan
bakteri di tahun 1676 saat mempelajari infusi lada dan air (pepper-water infusion).
Van Leeuwenhoek melaporkan temuannya itu lewat surat pada Royal Society of
London, yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris pada tahun 1684. Ilustrasi van
Leewenhoek tentang mikroorganisme temuannya dikenal dengan nama "wee
animalcules".
Era Pasteur
Mikrobiologi Modern
Seorang pekerja di laboratorium sedang mengamati pertumbuhan bakteri pada
cawan petri
Memasuki abad ke-20, mulai berkembang dua cabang mikrobiologi yang masih
saling berhubungan: mikrobiologi dasar (basic) dan mikrobiologi teraplikasi
(applied). Mikrobiologi dasar mengacu pada penemuan-penemuan baru di bidang
ini. Sedangkan mikrobiologi teraplikasi mengacu pada aspek pemecahan masalah
(problem solving) yang berhubungan dengan bidang ini. Sejak ditemukannya
konsep tentang DNA maka bidang mikrobiologi pun memasuki era molekuler.
Keberhasilan sekuensing DNA berhasil mengungkap hubungan filogenetik
(evolusi) di antara berbagai jenis bakteri.
Faktor - faktor yang memengaruhi resistensi mikroorganisme terhadap Zat zat Antimikroorganisme
1. Unsur - unsur Fisik, yang meliputi :
Panas
Penyinaran oleh sinar uv
pendinginan pada suhu yang standar
Namun, teori tersebut dapat dipatahkan oleh Francesco Redi, dkk. melalui
beberapa percobaan yang dilakukannya, sehingga berkembang teori baru yang
dikenal dengan Generatio Spontanea: Biogenesis yang menyatakan bahwa
kehidupan berasal dari bahan yang hidup. Hal ini dibuktikan bahwa belatung pada
daging yang membusuk tidak terjadi secara mendadak dan berasal dari bahan mati.
Tetapi, lalat tertarik dengan daging yang membusuk, kemudian bertelur di atas kain
yang menutupi dagingnya, baru kemudian tumbuh belatung. Teori itupun akhirnya
disanggah lagi oleh beberapa tokoh yang menyatakan bahwa mikroorganisme
terjadi tidak secara tiba-tiba. Tokoh-tokoh tersebut antara lain: John Needham,
Lazzaro Spallanzani. Sedangkan John Tyndall dan Louis Pasteur adalah tokohtokoh yang memberikan sanggahan akhir terhadap teori generation spontanea
dengan dibuktikannya proses fermentasi, dengan menyatakan bahwa
mikroorganisme hanya dapat muncul atau timbul akibat dari aktivitas jasad renik
lain.
Saat ini informasi yang diperoleh dari mikrobiologi memberikan sumbangan besar,
khususnya dalam mengawasi penyakit menular. Selain itu, mikroorganisme telah
digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pula
pada bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Banyak fakta tentang metabolisme
manusia yang diketahui sekarang mula-mula diketahui terjadi pada
mikroorganisme. Demikian pula dengan teknologi yang sekarang sedang popular,
misal Rekayasa Genetik, yang tidak lain merupakan perkembangan genetika
molekuler yang menjelaskan bagaimana gen mengatur aktivitas sel. Semua ini
berasal dari studi tentang mikroorganisme.
Jadi, bidang mikrobiologi tidak hanya studi tentang penyebab penyakit tetapi
merupakan studi tentang semua aktivitas hayati mikroorganisme. Diharapkan di
Berikut ini akan dibahas tentang beberapa teknik isolasi mikroba dan
pertumbuhan/pembiakannya.
A. Isolasi Mikroba
Beratus-ratus spesies mikroba dapat menghuni berbagai macam bagian tubuh kita,
misal: mulut, saluran pencernaan, kulit, dll. Sekali bersin dapat menyebarkan
Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan
menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu
sel.
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang
menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang
kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan
yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam
cawan.
Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur
cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial
pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel
semakin besar.
B. Isolasi Mikroba
Setelah diperoleh biakan murni (koloni yang berasal dari sel tunggal),
mikroorganisme tersebut siap dilakukan telaah dan identifikasi, dan kemudian
ditumbuhkan sesuai tujuan.
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau
total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan
sebelumnya, bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan
biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan
terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua
kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak
sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai
Fase lamban. Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase
penyesuaian diri (adaptasi), sehingga tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan
kadang-kadang jumlah sel menurun.
Fase cepat. Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini
dapat teramati ciri-ciri sel yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat
ditentukan pada fase cepat ini. Pada fase tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai
membelah, yang lainnya setengah membelah, dan yang lainnya lagi selesai
membelah.
Fase statis. Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati.
Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, maka secara keseluruhan
jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya nutrien
ataupun terbentuknya produk metabolisme yang cenderung menumpuk mungkin
menjadi racun bagi bakteri yang bersangkutan.
Fase kematian. Fase kematian merupakan fase dimana proses pembiakan telah
berhenti. Sel-selnya sudah mati, yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis.
Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya
menurun.
INFEKSI NOSOKOMIAL
Definisi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial.
Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi
yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi
sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala
setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self
infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya. 1,2,5
Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan
terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari
kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal
dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda medis maupun non medis.
Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain :
lama hari perawatan bertambah panjang
penderitaan bertambah
biaya meningkat
Setelah diteliti lebih lanjut maka didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang
perawatan mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial.
Selama 10-20 tahun belakang ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat
untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi
nosokomial di banyak negara, dan dibeberapa negara, kondisinya justru sangat
memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan
pengobatan dengan obat-obatan mahal, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit.
Karena itulah, dinegara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi
nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien
dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup
rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan umur tua, berbaring lama, atau
beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter
urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang
memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan,
diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau steroid
didapatkan bahwa resiko terkena infeksi lebih besar.
Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas
kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter
urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka.
Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat
mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien
maupun penunggu dan para pengunjung pasien.
Epidemiologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di
negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit
infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh
WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang
berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan
adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.3
Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat pesat
pada 3 dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi
semakin meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised,
bakteri yang resisten antibiotik, super infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif,
masih menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000
kasus setiap tahunnya walaupun.
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat, mikroorganisme
yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat,
karena itu diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik.
Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada si pasien.
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
karakteristik mikroorganisme,
resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
tingkat virulensi,
dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh
flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi
yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahanbahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan
disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.
1. Bakteri. Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius,
penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus,
dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.3,11
3. Parasit dan Jamur. Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular
dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit
dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus
neoformans, Cryptosporidium.
Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi nosokomial, tetapi dengan
resiko kematian yang sangat tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan
antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat muncul di tempat
masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.
Faktor utama penyebab infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat
melakukan prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.
Infeksi Nosokomial lainnya
1. Tuberkulosis
Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten. Kontrol
terpenting untuk penyakit ini adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan
serta tekanan negatif dalam ruangan.
2. diarrhea dan gastroenteritis
Mikroorganisme tersering berasal dari E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan
Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan
enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A. Bedakan antara diarrhea dan
gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik:
o abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria
Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang
otot.
Infeksi kulit dan jaringan lunak. Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan
luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat
terjadinya infeksi sistemik. Dari golongan virus yaitu herpes simplek, varicella
zooster, dan rubella. Organisme yang menginfeksi akan berbeda pada tiap populasi
karena perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan, perbedaan fasilitas yang
dimiliki dan perbedaan negara yang didiami.
Infeksi ini termasuk:
Infeksi pada tulang dan sendi
Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus vertebralis
Infeksi sistem Kardiovaskuler
Infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditis, perikarditis dan mediastinitis
Infeksi sistem saraf pusat
Meningitis atau ventrikulitis, absess spinal dan infeksi intra kranial
Infeksi mata, telinga, hidung, dan mulut
Konjunctivitis, infeksi mata, otitis eksterna, otitis media, otitis interna, mastoiditis,
sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas.
Infeksi pada saluran pencernaan
Gastroenteritis, hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra abdominal
sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan
yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan
melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit
infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung tangan ketika akan
mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran
mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci
tangan setelah melepas sarung tangan.
Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang
dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau
keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak
penting (misalnya penyuntikan antibiotika).
Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
Pergunakan jarum steril
Penggunaan alat suntik yang disposabel.
membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta
filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada
rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare
untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu
bersih dan diberi disinfektan.11
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu
ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi
kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka
menderita penyakit yang sama.9