TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila
dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Tanda klinis terjadinya
gingivitis adalah adanya perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Keparahan pendarahan dan mudahnya terjadi
pendarahan tergantung pada intensitas inflamasi. 2,4,8
Etiologi utama terjadinya gingivitis adalah plak dental. Plak dental adalah
deposit lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi utama plak
dental adalah mikroorganisme, yang mana 1 gram plak mengandung 2x10~ bakteri.
Dua bakteri yang mendominasi awal pembentukan plak adalah keluarga
Streptococcus dan Actinomyces. Kemampuannya untuk berikatan dengan bakteri lain
dan juga terhadap molekul pejamu menunjukkan bahwa Streptococcus memiliki
peranan penting dalam pembentukan plak gigi pada tahap awal. Meningkatnya
keragaman bakteri dan terdapatnya dominasi spesies tertentu dalam plak berkaitan
erat dengan peradangan gingiva.6,15 Bakteri yang paling awal dijumpai dalam proses
perkembangan gingivitis adalah bakteri batang gram positif, kokus gram positif dan
kokus gram negatif. Spesies gram positif terutama Streptococcus sanguis,
Streptococcus
mitis,
Peptostreptococcus
Actinomyces
micros.
viscosus,
Mikroorganisme
Actinomyces
gram
naeslundii,
negatifnya
dan
didominasi
2.1.2 Periodontitis
Periodontitis merupakan peradangan yang sudah sampai ke jaringan
pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible.
Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi.2,4,8 Periodontitis
merupakan kelanjutan dari gingivitis yang tidak dirawat, dimana plak yang menjadi
penyebab utama sudah terdapat dibagian subgingiva yang berkaitan dengan jaringan.
Pengamatan mikroskopis terhadap plak periodontitis menunjukkan persentase yang
tinggi dari spesies anaerob gram negatif.6
Bakteri yang terkultur dari lesi periodontitis dalam jumlah yang tinggi adalah
Porphyromonas
gingivalis,
Bacteroides
forchytus,
Prevotella
intermedia,
penyakit periodontal adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, oral higiene
dan penyakit sistemik.5,6
1. Umur
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal
akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit periodontal lebih
banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda.3,4,5 Menurut
penelitian Situmorang, prevalensi penyakit periodontal tertinggi dan terparah adalah
pada usia 45-65 tahun yakni sekitar 18,75%, sedangkan prevalensi penyakit
periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun sebesar 6,12%.3
2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan kondisi
periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila
dibandingkan status kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan
mulut wanita yang lebih baik daripada pria.5,25
3. Kebiasaan Merokok
Beberapa survei menunjukkan bahwa rerata oral higiene pada perokok lebih
buruk daripada yang tidak merokok. Oleh karena itu, tidak heran bila penyakit
periodontal lebih parah pada perokok daripada yang tidak merokok. Seorang perokok
mempunyai risiko menderita periodontitis 2-7 kali lebih besar daripada bukan
perokok.5,6,25,26
4. Oral Higiene
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan
kondisi oral higiene yang buruk. Loe et al. melaporkan bahwa pada individu yang
memiliki gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan
pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila dilakukan
pemeliharaan kebersihan mulut maka peradangan akan hilang dalam waktu 1
minggu.5,6,27
5. Penyakit Sistemik
Selain kondisi rongga mulut, penyakit sistemik juga menjadi faktor risiko
seseorang menderita penyakit periodontal. Misalnya, pada seseorang yang menderita
Diabetes Melitus (DM). Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol.5,25
2.2. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveolus serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11,16,28
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut,
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses
infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali.11
Dulu, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti
halnya M. pneumoniae. Ternyata manifestasi dari patogen lain seperti S. aureus dan
bakteri gram negatif memberikan sindrom klinik yang identik dengan pneumonia
oleh Streptococcus pneumoniae dan bakteri lain dapat menimbulkan gambaran yang
sama dengan pneumonia oleh M. pneumoniae.11,19,21,28 Pneumonia ada yang didapat
secara umum (community-acquired, CAP) dan dari rumah sakit (hospital-acquired,
HAP) atau disebut juga pneumonia nosokomial.5,7,13,16,17,19 Di samping kedua bentuk
utama ini, terdapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai, yakni
Pneumonia Aspirasi.
menyebabkan
Actinomyces
pneumonia
israelii,
antara
lain
Capnocytophaga
Actinomyces
sp,
Eikenella
actinomycetemcomitans,
corrodens,
Prevotella
9,11,14,15,17
Pasien
di
RSUD
dan
RS
Martha
Friska
Retrospektif
Pneumonia (kasus)
Retrospektif
Skor periodontal:
Indeks Periodontal