Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

FISTULA PREAURIKULA

DATA PASIEN
Nama

: W.N
No.RM
: 231470
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur
: 18 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan: Pelajar (SLB)
Alamat
: srandakan bantul
Tanggal masuk RSUD : 2 november 2013

ANAMNESIS

Keluhan Utama:
benjolan kemerahan di telinga kanan dan terasa nyeri.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan sejak 5 hari yang lalu

terdapat benjolan pada bagian depan dari daun telinga


kanannya. Benjolan terasa nyeri, panas, dan kulit di sekitar
benjolan memerah. Di dekat benjolan tersebut terdapat lubang
kecil di ujung telinga. Terkadang dari lubang kecil tersebut
keluar cairan berupa nanah, namun cairan yang keluar hanya
sedikit. OS merasa sangat terganggu sekali. OS mengaku
sudah sempat memeriksakan diri ke puskesmas, diberi obat
minum (OS mengaku tidak tahu obat apa) namun tidak ada
perbaikan.

OS juga mengeluh nyeri tenggorokan. Nyeri telan (-). Dari

autoanamnesis dengan ibu OS, didapatkan informasi OS sering


mengalami batuk dan pilek kambuh-kambuhan. Bila batuk
keluar lendir berwarna putih kental. Bila tidur, OS
mendengkur. Ibu OS juga mengatakan bila telinga sebelah kiri
sudah tuli sejak lahir.

Keluhan keluar cairan, dan darah dari lubang telinga kanan (-),

Riwayat terbentur/trauma pada telinga/kepala (-). Demam (-),


pusing (-). Riwayat alergi obat dan makanan (-), penyakit
kencing manis (-), penyakit jantung (-), darah tinggi (-),
riwayat penyakit Asthma (-) , penyakit paru kronis lainnya dan
penyakit ginjal (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pada bulan agustus 2013, OS pernah mengalami
penyakit serupa ( benjolan juga pada telinga kanan).
Pada waktu itu OS berobat ke poli THT RSUD
Panembahan Senopati, kemudian dilakukan tindakan
(insisi). Dari benjolan keluar darah dan nanah sekitar 6
cc. Setelahnya kemudian OS membaik.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat menderita penyakit yang serupa disangkal.

Kepala
:
Normocephal, rambut hitam dengan distribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata
:
Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor kanan dan kiri, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+.
Hidung
:
tidak tampak kelainan, deviasi septum (-), sekret (-).
Telinga
: terdapat benjolan ditelinga kanan ,
serumen -/Mulut dan bibir
: Tidak sianosis, mukosa tidak kering
Leher
: Trakea lurus di tengah, tidak teraba massa

Status Lokalis THT


Kanan
Pemeriksaan telinga
Bentuk telinga luar
Terdapat benjolan sebesar biji
salak berisi cairan di
preaurikular, kemerahan (+) ,

Kiri
Normal
Deformitas (-), terdapat saluran
kecil di depan heliks

nyeri tekan (+)


Deformitas (+) terdapat saluran
kecil di depan heliks
Daun telinga

nyeri tekan tragus (+), nyeri

Normotia, nyeri tarik (-), nyeri

tarik (-), nyeri tekan mastoid (-)

tekan tragus (-), nyeri tekan


mastoid (-)

Retroaurikular
Mukosa
Sekret

Sikatriks(-), fistel (-)

Sikatriks(-), fistel (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

(-)

(-)

Membran

Utuh, hiperemis (-),

MT tidak terlihat /

timpani

reflex cahaya jam 5,

terindentifikasi

warna putih mengkilat,


perforasi -, retraksi -

Tes Penala
Test

Kanan

Kiri

Rinne

Weber

Lateralisasi ke telinga kanan

swabach
Penala yg digunakan

Pasien=pemeriksa

Pasien tidak mendengar

512 Hz

512 Hz

Pemeriksaan hidung
Kanan

Kiri

Deformitas

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Dahi (-), pipi (-), depan

Dahi (-), pipi (-), depan

telinga (-)

telinga (-)

Dahi (-), pipi (-), depan

Dahi (-), pipi (-), depan

telinga (-)

telinga (-)

(-)

(-)

Nyeri ketuk

Krepitasi
Transluminasi

Terang pada sinus maksilaris Terang pada sinus maksilaris

Rhinoskopi Anterior
Kanan

Kiri

Sekret (-), krusta (-)

Sekret (-), krusta (-)

Konka inferior

Hipertrofi (-), hiperemis (-)

Hipertrofi (-), hiperemis (-)

Konka media

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Konka superior

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Pus (-), polip (-)

Pus (-), polip (-)

Lapang

Lapang

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Sekret

(-)

(-)

Septum

Deviasi (-)

Deviasi (-)

Dasar hidung

Normal

Normal

Aliran Udara

Hambatan (-)

Hambatan (-)

Vestibulum

Meatus nasi media


Kavum nasi
Mukosa

Pemeriksaan Tenggorok

EMBRIOLOGI TELINGA LUAR


TelingaLuar
Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial
1 dan perkembangannya mulai pada minggu ke-4
kehamilan.

DaunTelinga
Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4
dari kehidupan fetus, dimana bagian mesoderm dari
cabang 1 dan 2 brankial membentuk 6 tonjolan
(Hillock of His) yang mengelilingi perkembangan
liang telinga luar dan kemudian bersatu untuk
membentuk daun telinga dan telinga dengan
pembagian sebagai berikut:

Cabang brankial 1 :
Tonjolan 1 : membentuk
tragus
Tonjolan 2 : membentuk
krus helisis
Tonjolan 3 : membentuk
heliks
Cabang brankial 2 :
Tonjolan 4 : membentuk
anti heliks
Tonjolan 5 : membentuk
anti tragus
Tonjolan 6 : membentuk
lobules dan heliks bagian
bawah

FISTULA PREAURIKULAR
Merupakan lubang berbentuk bulat lonjong dengan ukuran
seujung pensil. Dapat ditemukan di depan tragus.

Suatu traktus yang didasari oleh epitel skuamos yang


bermula di depan daun telinga.

FISTULA PREAURIKULAR
Terjadi ketika pembentukan daun telinga pada masa embrio.
Kelainan ini berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan
2.
Fistula preaurikular merupakan kelainan kongenital
diturunkan secara autosomal dominan inkomplit.

yang

Kelainan ini dapat muncul secara spontan. Fistula dapat terjadi


secara bilateral pada 25-50% kasus dan fistula preaurikular
bilateral lebih sering herediter.

ETIOLOGI
Terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brankialis pertama dan kedua dari hillocks of His.

Pada usia janin 4 minggu arkus brankialis tampak di permukaan


janin.

Setelah minggu keenam arkus hioid dan arkus mandibular


menyatu dan melintas di bawah kedudukan CAE, lalu kemudian
Menutup, menyatu di leher regio sub mandibular.

Muara fistula terletak pada krus helisis, sebagian yang lain


meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut.

Fistula preaurikular biasanya ditemukan pada lateral, superior


dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada
hampir semua kasus, salurannya terhubung ke perikondrium
dari kartilago daun telinga. Salurannya dapat mengarah ke
kelenjar parotis.

Dari muara fistula sering keluar cairan yang berasal

dari kelenjar sebasea.


Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang
sering menyebabkan infeksi ini adalah :

Staphylococcus epidermidis (31%)


Staphylococcus aureus (31%)
Streptococcus viridans (15%)
Peptococcus species (15%)
Proteus species (8%)

INSIDENSI
Insiden di Amerika Serikat diperkirakan 00,9% sedangkan di
New York 0,23%. Di beberapa negara Asia dan Afrika insiden
diperkirakan 410%.
Di RSUP Dr. Sardjito Jogyakarta (1998) terdapat 4 kasus fistula
aurikula kongenital yang dilakukan pembedahan karena terjadi
infeksi yang berulang.

Di RSUP H. Adam Malik Medan (Januari 2000 Pebruari 2004)


ditemukan 12 kasus fistula preaurikular kongenital.

GEJALA KLINIS
1. Asimptomatik. Hanya sepertiga orang menyadari adanya
kelainan ini.
2. Pasien umumnya datang setelah terjadi obstruksidan
infeksi fistel (rasa sakit & bengkak di depan telinga serta
demam).
3. Pasien mungkin datang dengan selulitis fasial atau
ulserasi yang berlokasi pada bagian depan telinga.
Ulserasi ini sering diobati tanpa mengetahui
sumber primernya dan fistula preaurikular menjadi tidak
ketahuan.
4. Perkembangan dari adanya infeksi, pasien mungkin dapat
berkembang menjadi scarring.

DIAGNOSIS
Anamnesa riwayat keluarga

Ditemukannya muara fistula di depan telinga

Pemeriksaan radiologi (fistulografi) dilakukanuntuk


mengetahui panjang fistula

PENATALAKSANAAN
Pencegahan infeksi
menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari
sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin.
Pemberian antibiotik dan kompres hangat

Jika terdapat abses, abses tersebut harus diinsisi dan


didrainase dan eksudat harus dikirim untuk dilakukan
pengecatan gram dan kultur untuk dapat memilih
antibiotik yang tepat.
Tindakan operasi (diseksi & eksisi komplit)

TEKNIK OPERASI
KESULITAN SAAT OPERASI
Adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk

menentukan luas keseluruhan saluran. Selama eksisi


pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat
berkelok-kelok dengan cabang-cabangnya di subkuta-neus.
Diseksi sampai ke periosteum dari tulang temporal biasanya

dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya


harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang.
Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus yang

mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan pengangkatan


yang lebih sulit dan lebih radikal.

Menyuntikkannya harus menggunakan


tekanan yang lembut untuk
memperlihatkan garis bentuk seluruh
sistem saluran.
Gambar 1.
Pada saat memulai
operasi, saluran diisi
melalui muaranya
dengan
methylene blue atau
brilliant green.

Prosedur ini untuk memudahkan diseksi


selanjutnya; pewarnaan keseluruhan
jaringan yang mengelilingi fistula harus
dihindarkan.

Gambar 2.
Dibuat insisi berbentuk oval mengelilingi
muara fistula. Selanjutnya diseksi diteruskan
sampai ke saluran dan kantong fistula. Diseksi
ini menggunakan gunting lengkung.

Gambar 3.
Bagian yang bergerak dari sistem saluran
dipegang secara hati-hati dengan forsep dan
dengan sedikit penarikan dapat membebaskan
jaringan yang tidak terlihat.

Gambar 4.
Menunjukkan suatu fistula preaurikular yang
buntu dilengkapi oleh dua saluran ke kartilago
dari anterior tepi heliks sesudah diseksi
komplit;

FOLLOW UP
Perawatan pasien Rawat Inap

Jika fistula terbentuk kembali, fistula tersebut harus diangkat


secara penuh.
Perawatan pasien Rawat Jalan

Jika fistula preaurikular mengalami infeksi yang berulang dan


pasien tidak ingin dioperasi, sekret yang dihasilkan pada fistula
tersebut dapat di kultur untuk mengetahui pemberian antibiotik
yang tepat yang dapat mengkover kuman penyebabnya.
Pengobatan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan

Biasanya, tidak ada obat yang harus diberikan, tetapi jika infeksi
terjadi, antibiotik dapat diberikan. Sekret dari fistula harus di
kultur sebelum pemberian antibiotik.
Pencegahan

Jika fistula mengalami infeksi yang berulang, ini dapat diangkat


dengan cara operasi.

KOMPLIKASI
Infeksi pada salurannya dengan pembentukan abses.
Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian jauh dari

tempatnya yang terbuka.


Kekambuhan post operasi merupakan komplikasi dari

ekstirpasi saluran fistula.


Sebagian kekambuhan terjadi masa-masa awal setelah

operasi, berlangsung dalam 1 bulan prosedur.


Kekambuhan harus dicurigai ketika discharge dari
saluran sinus tetap ada. Insidensi kekambuhan terjadi
sekitar 5-42%.

PROGNOSIS

Fistula preaurikular kongenital umumnya memiliki

prognosis yang baik.


Jika fistula preaurikular kongenital ini ditanggulangi
secara terampil dan cermat maka hasilnva akan
memuaskan dan kecil kemungkinan untuk residif.

Anda mungkin juga menyukai