Oleh :
Generatio Spontanea
Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan dan berasal dari materi tak
hidup. Teori ini beranggapan bahwa kehidupan berawal dari benda mati yang
mendapatkan gaya hidup (vital force). Misalnya, tikus berasal dari tumpukan
sampah dan belatung berasal dari daging yang membusuk. Teori generatio
spontanea ini juga dikenal sebagai teori abiogenesis. Generatio Spontanea alias
abiogenesis klasik pertama kali dirumuskan secara tuntas oleh Aristoteles.
Aristoteles
«Nah terdapat satu sifat hewan yang ternyata sama dengan tumbuhan. Karena
beberapa tumbuhan dihasilkan oleh benih tumbuhan, sementara tumbuhan yang
lain muncul sendiri dari pembentukan suatu prinsip elemental yang menyerupai
benih; dan tumbuhan yang jenis kedua ini pun ada yang menyerap gizi dari tanah
dan ada yang tumbuh di dalam tumbuhan lainnya sebagaimana dideskripsikan
dalam traktat saya mengenai Botani. Maka hewan juga ada yang dilahirkan oleh
hewan induk yang sejenis, sementara yang lainnya tumbuh secara spontan dan
bukan dari makhluk yang sejenis».
«Belut tidak dihasilkan melalui persetubuhan, tidak pula ovipar. Tidak pernah ada
belut yang ditangkap yang memiliki milt ataupun telur; tidak pernah pula
ditemukan belut yang memiliki saluran ataupun saluran telur. Bahkan, semua jenis
makhluk hidup berdarah ini tidak dihasilkan melalui senggama ataupun bertelur.
Hal ini secara absolut diperjelas oleh hal berikut ini: di genangan rawa tertentu,
setelah semua airnya dibuang dan lumpurnya dikuras, belut-belutnya muncul
kembali setelah turunnya hujan».
Sebagian menganggap bahwa generatio spontanea bukanlah suatu teori,
melainkan suatu konsep yang terkandung di dalam ajaran Aristoteles. Menurut
ajarannya, makhluk hidup - beberapa spesies tertentu - dapat muncul secara
spontan dari benda mati disebabkan karena adanya gaya hidup .
Selain Aristoteles Thales dan Anaximander juga mendukung teori ini. Thales
menganggap kehidupan berasal dari air dan Anaximander menganggap kehidupan
berasal dari udara.
John Nedham
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno
hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan
mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk
aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para
pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini
seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan
Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul «Living in a
drop of water».
Antony van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang
profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf,
Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada
kain. Sebenarnya ia juga bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop,
tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah
seorang penemu mikrobiologi. Pada tahun 1675 Antonie, membuat mikroskop
dengan kualitas lensa yang cukup baik, sehingga dia bisa mengamati
mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air
jambangan bunga. Dari air hujan yang menggenang di kubangan dan dari air
jambangan bunga, ia memperoleh beraneka hewan bersel satu dengan
menggunakan mikroskop buatannya yang diperbesar hingga 300 kali. Ia tertarik
dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat
dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak itu dengan ‘animalcule’
yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil.
Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai
hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus
maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Setelah Leeuwenhoek
menyingkapkan rahasia alam tentang animalcules , timbul rasa ingin tahu para
ilmuan tentang asal usul mikroba tersebut. Ketika itu muncul dua pendapat
terhadap asal animalcules yang dilaporkan oleh Anthonie, satu pendapat
mengatakan bahwa animalcules ada karena proses pembusukan tanaman atau
hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung terori yang
mengatakan bahwa Makhluk hidup berasal dari benda mati melalui proses
abiogenesis, konsep ini juga dikenal dengan genaratio spontanea. Pendapat lain
mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya seperti
halnya organisme tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut dengan
biogenesis.
Perdebatan dua pendapat ini akhirnya menyebabkan perkembangan ilmu
mikrobiologi. Permasalahan tersebut kemudian terselesaikan dengan
dibuktikannya kebenaran teori biogenesis. Pembuktian ini memerlukan berbagai
macam eksperimen yang nampaknya sederhana dan perlu waktu lebih dari 100
tahun. Pada pembahasan berikutnya akan kita bahas beberapa eksperimen yang
dilakukan untuk membantah teori generatio spontanea.
a. Bakteri
Bakteriberasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah
kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini
termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik).
Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum
ditemukannya mikroskop. Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis ,terbentuk
dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh
golongan bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel, member
perlindungan dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke
dalam sel Teknik pewarnaan Gram adalah untuk menunjukan perbedaan yang
mendasar dalam organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell anvelope. Bakteri
Gram positif memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-lapis polymer
peptidoglycan (disebut juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya
komplek crystal violet-iodine ketika dicuci dengan alkohol atau aseton.Bakteri
Gram negatif memiliki dinding sel berupa lapisan tipis peptidoglycan, yang
diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang terdiri dari lipopolysaccharide
(LPS). Daerah antara peptidoglycan dan lapisan LPS disebut periplasmic space
(hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona berisi cairan atau gel yang
mengandung berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins. Kompleks Crystal
violet-iodine mudah lolos melalui LPS dan lapisan tipis peptidoglycan ketika sel
diperlakukan dengan pelarut. Ketika sel diberi perlakuan pewarna tandingan
Safranin O, pewarna tersebut dapat diserap oleh dinding sel bakteri Gram negatif.
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual
(vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri
adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses
pembelahan, material genetik juga menduplikasi diri dan membelah menjadi dua,
dan mendistribusikan dirinya sendiri pada dua sel baru. Bakteri membelah diri
dalam waktu yang sangat singkat. Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi
setiap 20 menit. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Maryati, 2007).
Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi salah
satu penyebab penyakit pada manusia (Radji, 2011). Bakteri yang menyebabkan
penyakit pada manusia adalah bakteri patogen (Darmadi, 2008). Bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit ineksi pada manusia contohnya adalah S. aureus.
b. Virus
Virus adalah organisme terkecil yang ada di dunia. Ia dapat menginfeksi makhluk
hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan, jamur, dan bakteri. Infeksi virus dapat
mengakibatkan penyakit baik skala ringan maupun berat bagi manusia.
Virus hidup dan memperbanyak diri dengan menumpangi organisme lain. Jika
virus masuk ke dalam sel inang. Kemudian memasukkan sejenis materi genetik ke
dalam sel inang dan mengambil alih fungsi sel inang tersebut.
c. jamur
Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa filament
(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan
mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya.
Sebagian besar dari 100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit,
hidup pada bahan organic mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya
lebih kurang 50 spesies, menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang
sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu
berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi,
lebih dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua
tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit dapat
menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios, 1996). Beberapa jenis jamur
dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap hubungan dengan
tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demikian dikenal dengan
parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk
sebagian daur hidupnya tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik
mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit
nonobligat (Agrios, 1996). Jamur yang beranekaragam jenisnya tersebut biasanya
hidup secara berkelompok walaupun ada yang hidup secara soliter atau sendiri.
Salah satu kelompok jamur yang dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran 8
basidiokarpnya (tubuh buah) yang besar termasuk dalam divisio Basidiomycota.
Basidiomycota merupakan jenis jamur dengan basidiokarp yang tumbuh dalan
aneka bentuk, warna dan ukuran. Jamur dari divisio Basidiomycota merupakan
jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita, baik itu di tanah
lembab, batang-batang kayu lapuk/mati, maupun pada tumpukan sampah.
Kebanyakan orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang
muncul di jalan setapak dan di kebun. Dari aneka jamur Basidiomycota yang
dapat ditemukan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia.