Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kajian bioproses sangat minim jika tidak menggunakan jasa bakteri, karena
biologi terapan membutuhkan jasa bakteri-bakteri yang dapat dimanfaatkan
dalam hal penerapan konsep biologi seperti sub bidang mikrobiologi, genetika,
ekologi mikroorganisme dan lain sebagainya. Allah menciptakan alam dan
seisinya sebagai rahmat untuk keselamatan umat manusia. Manusia berhak
memanfaatkan kekayaan alam semaksimal mungkin dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat
yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 29 yang artinya :
“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S Al-Baqarah:29)”
Ayat diatas jelas menegaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang
sangat kompleks ini diciptakan Allah SWT untuk manusia. Makhluk ciptaan-Nya
tersebut terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan, maupun
mikroorganisme. Al-Qur’an sebagai Kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara objektif, Al-Qur’an bukanlah
ensiklopedi sains dan teknologi apalagi Al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara
gamblang. Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagain huda li al-nas, Al-Qur’an
memberikan informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang
cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat (Ghulsyani,1993).

1.2 Sejarah Mikroorganisme


Mikrobiologi didefinisikan sebagai sebagai ilmu yang mempelajari tentang
organisme mikroskopis. Mikrobiologi berasaldari bahasa Yunani, mikro=kecil,
bios=hidup dan logos=ilmiu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme
muncul kurang lebih 4 juta tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks di
lautan, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi
bumi. Sebagai makluk hidup pertama di bumi, mikroorganisme diduga
merupakan nenek moyang dari semua makluk hidup.
Awal mula munculnya ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19 pada
waktu ilmuwan telah membuktikan bahwa mikroorganisme berasal dari
mikroorganisme sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang
membusuk. Selanjutnya ilmuwan menunjukkan bahwa mikroorganisme bukan
berasal dari proses fermentasi tetapi merupakan penyebab proses fermentasi buah
anggur menjadi anggur dapat berubah. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba
tertentu menyebabkan penyakit tertentu. Pengetahuan ini merupakan awal
pengenalan dan pemahaman akan pentingnya mikroorganisme bagi kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Selama awal abad 20 ahli mikrobiologi telah meneliti
bahwa mikroorganisme mampu menyebabkan berbagai macam perubahan kimia
baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang baru. Hal inilah
yang disebut dengan ‘biochemical diversity’ atau keanekaragaman biokimia yang
menjadi ciri khas mikroorganisme.
Disamping itu, yang penting lainnya adalah bahwa mekanisma perubahan
kimia oleh mikroorganisme sangat mirip dengan yang terjadi pada organisme
tingkat tinggi. Konsep ini dikenal dengan ‘unity in biochemistry’ yang artinya
bahwa proses biokimia pada mikroorganisme adalah sama dengan proses
biokimia pada semua makhluk hidup termasuk manusia. Bukti yang lebih baru
menunjukan bahwa informasi genetik pada semua organisme dari mikroba hingga
manusia adalah DNA.
Karena sifatnya yang sederhana dan perkembangbiakan yang sangat cepat
serta adanya berbagai variasi metabilma, maka mikroba digunakan sebagai model
penelitian di bidang genetika. Saat ini mikroorganisme diteliti secara intensif
untuk mengetahui dasar fenomena biologi. Mikroorganisme juga muncul sebagai
sumber produk dan proses yang menguntungkan masyarakat, misalnya: alkohol
yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat digunakan sebagai sumber
energi (gasohol). Strain-strain baru dari mikroorganisme yang dihasilkan melalui
proses rekayasa genetika dapat menghasilkan bahan yang penting bagi kesehatan
manusia seperti insulin. Sebelumnya hanya insulin yang diekstrak dari pankreas
lembu yang dapat menerimanya. Sekarang, insulin manusia dapat diproduksi
dalam jumlah yang tak terhingga oleh bakteri yang telah direkayasa.
Mikroorganisme juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk
membersihkan lingkungan, misal: dari tumpikan minyak di lautan atau dari
herbisida dan insektisida di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan
mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi atau
menguraikan senyawa kompleks. Beberapa mikroorganisme diantaranya bersifat
patogen bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Beberapa yang lainnya dapat
menyebabkan lapuknya kayu dan besi. Tetapi banyak diantaranya berperan
penting dalam lingkungan sebagai dekomposer. Beberapa diantaranya digunakan
dalam menghasilkan (manufacture) substansi yang penting di bidang kesehatan
maupun industri makanan.

1.2.1 Penemuan Animalculus


Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya
mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723). Mikroskop temuan
tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus
yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang
perbesarannya antara 50-300 kali. Antony van Leeuwenhoek sebenarnya
bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah
sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca
pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang
pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar
terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek menggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik
dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat
dengan mata biasa. Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur
mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil, tetapi penemuan
yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut sebagai
“animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang
sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri.Penemuan ini
membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih
meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumbuk lebih
banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek
membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar 200-300 kali.
Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut dan
mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang
pertama pada tanggal 7 September 1674 ia menggambarkan adanya hewan
yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa. Antara tahun 1963-
1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun
spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan tersebut
membuat dunia sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang
akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi.
Penemuan Leewenhoek tentang animalculus menjadi perdebatan dari
mana asal animalculus tersebut. Ada dua pendapat yang muncul, satu
mengatakan animalculus ada karena proses pembusukan tanaman atau hewan,
melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung terori yang
mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati melalui proses
abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan generatio spontanea. Pendapat ini
mengatakan bahwa animalculus tadi berasal dari animalculus sebelumnya
seperti halnya organisme tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut
dengan biogenesis.

1.2.2 Teori Abiogenesis


Penemuan animalculus di alam, menimbulkan rasa ingin tahu mengenai
asal usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul dengan
sendirinya dari bahan-bahan mati atau terjadi secara spontan. Oleh sebab itu,
paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generasi spontan. Jadi,
kalau pengertian abiogenesis dan generasi spontan kita gabungkan, maka
pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi
tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya secara spontan, misalnya:
1. Ikan dan katak berasal dari lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.

Doktrin abiogenesis dianut sampai jaman Renaissance, seiring dengan


kemajuan pengetahuan mengenai mikroba, semakin lama doktrin tersebut
menjadi tidak terbukti. Aristoteles berpendapat bahwa makhluk makhluk
kecil itu terjadinya begitu saja dari benda yang mati. Pendapat ini dianut pula
oleh Needham, seorang pendeta bangsa Irlandia yang selama 1745-1750
mengadakan eksperimen eksperimen dengan berbagai rebusan padi-padian,
daging dan lain sebagainya. Pada tahun 1745 John Needham (1713-1781)
memasak sepotong daging untuk menghilangkan organisme yang ada dan
menempatkannya dalam toples yang terbuka. Akhirnya ia mengamati adanya
kolono pada permukaan daging tersebut. Ia menyimpulkan bahwa
mikroorganisme terjadi spontan dari daging. Pendapat ini terkenal sebagai
teori abiogenesis (a= tidak, bios= hidup, genesis = kejadian) atau teori
generasi spontan (makhluk – makhluk baru itu terjadi begitu saja).
1. Pembuktian ketidakbenaran dari Abiogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang
membenarkan paham abiogenesis. Orang-orang yang ragu terhadap
kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian
memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Beredasarkan hasil
penelitian dari orang-orang tersebut, akhirnya paham Abiogenesis / generasi
spontan menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Salah satu tokoh yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis adalah
Francesco Redi (1626-1697). Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap
paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada
percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples.
Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
- Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
- Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.=
- Stoples III : diisi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman.
Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati.
Dan hasilnya sebagai berikut:
- Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik /
larva atau belatung lalat.
- Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak
larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco Redi menyimpulkan
bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan
III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat
yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini
akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup
kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung,
tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relatif sedikit.
Lazarro Spalanzani (1729-1799) dalam tahun 1768 membantah pendapat
Aristoteles dan Needham. Pada tahun 1769, Lazarro Spalanzani merebus
kaldu daging selama 1 jam dan menempatkannya pada toples yang
disegel/ditutup rapat menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme
dalam kaldu tersebut.
Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah
sebagai berikut:
- Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15 oC selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
- Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin
cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnya, labu I dan
II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka
yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu
minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu
tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
- Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah
keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu
pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
- Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih
seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi,
apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak
mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya
tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan
bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu
(benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan
karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air kaldu
tersebut.
Jadi ekperimen ini menentang teori abiogenesis. Tetapi Needham
mengatakan bahwa sumber makhluk hidup tadi adalah udara dimana pada
percobaan Spalanzani tersebut tidak berinteraksi langsung dengan udara.
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti yang mencoba
memecahkan kontroversi tentang peran udara.
Franz Schulze di dalam tahun 1836 memperbaiki eksperimen Spalanzani
dengan mengalirkan udara lewat suatu asam atau basa yang keras ke dalam
botol yang berisi daging yang telah dimasak terlebih dahulu. Theodor
Schwann di dalam tahun 1837 membuat percobaan serupa itu juga dengan
mengalirkan udara lewat pipa yang dipanasi menuju kedalam botol berisi
kaldu yang telah dipanasi berjam jam lamanya. Keduanya tidak menemukan
adanya mikroba sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat maupun
oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat
bahwa adanya asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak
mendukung pertumbuhan mikroba.
H. Schroeder dan Th. Von Dusch (1854) menemukan suatu cara untuk
menyaring udara yang menuju kedalam botol berisi kaldu, udara itu
dilewatkan suatu pipa berisi kapas yang steril. Dengan cara yang demikian ini
ia tidak mendapatkan mikroorganisme baru di dalam kaldu, dan demikian
tumbanglah teori abiogenesis.

1.2.3 Teori Biogenesis


Sebagian ahli menganut teori biogenesis, dengan pendapat bahwa
animalculus terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di udara.
Salah satu penganut teori ini adalah Louis Pasteur (1822 – 1895). Untuk
mempertahankan pendapat tersebut maka penganut teori ini mencoba
membuktikan dengan berbagai percobaan.
Pasteur lahir di kota Dole tahun 1822, bagian timur Perancis. Sebagai
mahasiswa di Paris dia memperdalam ilmu pengetahuan. Kegeniusannya
belum tampak tatkala jadi mahasiswa bahkan salah seorang mahagurunya
menganggap Pasteur "sedang-sedang" saja dalam ilmu kimia. Baru sesudah
dia meraih gelar Doktor di tahun 1847, Pasteur membuktikan ucapan
profesornya keliru besar. Penyelidikannya tentang asam traktat (tartaric acid)
pada kaca mengangkat derajatnya ke tingkat ahli kimia yang tersohor di saat
umurnya baru dua puluh enam tahun.
Awalnya Pasteur merasa tertarik pada industry minuman anggur dan
perubahan – perubahan yang terjadi selama proses fermentasi. Perhatiannya
terhadap fermentasi inilah yang mendorongnya ikut berdebat tentang generasi
spontan.
Fermentasi terjadi karena enzim, yakni zat yang dihasilkan sel hidup
yang menyebabkan berlangsungnya reaksi – reaksi kimiawi tertentu. Sebagai
contoh, sari buah apel atau anggur, bila dibiarkan akan meragi, hasilnya ialah
alcohol dan asam. Pertanyaannya kini, apaka hasil fermentasi itu disebabkan
oleh mikroorganisme yang ada dalam sari buah tadi atau sebaliknya? Yaitu
jasad renik dalam sari buah itulah yang berasal dari proses fermentasi,
sebagaimana dikemukakan pendukung teori abiogenesis. Secara teguh
Pasteur menentang konsepsi generasi spontan dan ia menyadari bahwa
kemajuan dalam penelitian tentang fermentasi tidak akan lancar sebelum
konsepsi tersebut dapat dipatahkan. Karena itu ia mulai dengan menyimak
secara cermat karya – karya terdahulu mengenai pokok tersebut lalu
melanjutkannnya dengan merancang banyak sekali percobaan untuk
mendokumentasikan fakta bahwa mikroorganisme hanya dapat timbul dari
jasad renik lain (biogenesis). Dia menjadi terlibat dalam banyak perdebatan
dengan lawan lawannya mengenai pokok tersebut ketika ia mneyampaikan
hasil hasil percobaanya.
Untuk memastikan pendapatnya, Pasteur melakukan serangkaian
eksperimen. Ia menggunakan bejana dengan leher panjang dan dibengkokkan
yang dikenal dengan leher angsa. Bejana ini diisi dengan kaldu kemudian
dipanaskan. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan
percobaan Lazzaro Spallanzani. Langkah-langkah percobaan Pasteur
selengkapnya adalah sebagai berikut :
- Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan
gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa.
Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
- Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang
aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu
tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
- Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan
sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada
tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak
mengandung mikroorganisme.

Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh


mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu,
akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca
berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada
bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya
mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu.
Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan
dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara
akan mati pada saat pemanasan air kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu
dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa
masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu
menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Pasteur juga membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan Alpen.
Pasteur menemukan bahwa mikroorganisme terbawa debu oleh udara dan ia
menyimpilkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam
bejana, semakin sedikit kontaminasi yang terjadi.Percobaan yang dilakukan
oleh Louis Pasteur banyak membuktikan bahwa teori abiogenesis tidak
mungkin, tetapi tetap tidak dapat menjawab asal usul animalculus. Penemuan
Louis Pasteur yang penting adalah :
- Udara mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak merata,
- Cara pembebasan cairan dan bahan-bahan dari mikrobia, yang sekarang
dikenal sebagai pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk
mematikan beberapa jenis mikroba tertentu dengan menggunakan uap air
panas, suhunya kurang lebih 62oC. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan
mikroba dengan pemanasan dan tekanan tinggi, cara ini merupakan
penemuan bersama ahli yang lain.

Salah satu argumen klasik untuk menantang biogenesis adalah bahwa


panas yang digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap
merusak ‘vital force’. Mereka yang mendukung teori abiogenesis berpendapat
bahwa tanpa adanya kekuatan vital force tersebut mikroorganisme tidak dapat
muncul secara spontan. Untuk merespon argumen tersebut John Tyndall
mengatakan udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisme
dengan cara melakukan percobaan dengan meletakkan tabung reaksi berisi
kaldu steril ke dalam kotak tertutup. Selama udara dalam kotak itu bebas
debu, maka selama itu pula kaldu dalam tabung tetap steril. Partikel – partikel
debu mengendap dan tertahan pada tabung berbentuk leher angsa yang
menuju dalam kotak. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa
yang sudah dibengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa
meskipun udara luar dapat masuk ke dalam kotak yang berisi tabung dengan
kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan adanya mikroba. Ini merupakan
bukti bahwa mikroba terbawa oleh partikel – partikel debu. Hasil percobaan
Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis.
Teori biogenesis menyatakan :
1. Omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.

Pasteur melaporkan dengan tulisan yang sangat baik hasil percobaannya


ini di Universitas Sorbonne di Paris pada tanggal 7 April 1864. Labu labunya
tidak menunjukkan adanya tanda – tanda kehidupan dain ia pun berkata:
“karena aku telah melindunginya dari mereka, dan aku masih terus
menjaganya agar terhindar dari mereka, yaitu benda yang ada diluar
kekuasaan manusia untuk menciptakannya, aku telah melindungi mereka dari
nutfah yang melayang layang di udara, aku telah menghindarkan mereka
dari kehidupan.”
Didalam kegembiraannya, pasteur melontarkan beberapa pernyataan yang
amat mengena terhadap mereka yang tidak sependapat dengannya:
“Tidak ada suatu keadaan apapun sebagaimana dikenal pada masa kini yang
dapat mengiakan bahwa makhluk – makhluk mikroskopis tersebut menjelma
di dunia ini tanpa nutfah, tanpa induk seperti dirinya sendiri. Mereka yang
menganut hal tersebut telah menjadi korban ilusi, percobaan – percobaan
yang kurang cermat, dikaburkan oleh kesalahan – kesalahan yang mereka
tidak sanggup melihatnya dan tidak tahu bagaimana cara menghindarinya.”

Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham abiogenesis atau


generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
benda mati yang terjadi secara spontan. Selanjutnya Pasteur lebih
memfokuskan penelitiannya pada peran mikroba dalam pembuatan anggur
dan mikroba yang menyebabkan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai