Anda di halaman 1dari 18

A.

SEJARAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang peri kehidupan makhluk-makhluk yang
hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa yunani: micros= kecil, bios= hidup,
logos=kata atau ilmu ). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisma, mikroba,
protista atau renge.
Dalam peengertian lain mikrobiologi diartikan sebagai telaah mengenai organisme
hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok
organism: bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis.

1. Antoni van leeuwenhoek ( 1632-1723 ) ialah orang yang pertama kali mengetahui
adanya dunia mikroorganisme. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat
bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak di duga sama sekali
keadaannya. Mikroskop buatan leuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai
300 kali. Dari air hujan yang menggenang dari kubangan-kubangan dan dari air
jambangan bunga ia peroleh beraneka hewan bersel satu yang olehnya diberi
nama infusoria atau hewan tuangan.
2. Dari mana asal bakteri?
Aristoteles ( 300 sebelum Isa Almasih ) berpendapat bahwa makhluk-makhluk
kecil itu terjadinya begitu saja dari benda yang mati. Pendapat ini dianut pula oleh
Needham seorang pendeta bangsa Irlandia yang selama 1745-1750 mengadakan
eksperimen-eksperimen dengan pelbagai rebusan padi-padian, daging dan lain
sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut disimpannya rapat-rapat dalam botol
tertutup, namun timbullah mikroorganisme; dengan lain perkataan kehidupan baru
dapat timbul dari barang mati. Pendapat ini terkenal sebagai Teori Abiogenesis
(a= tidak, bios=hidup, genesis= kejadian ) atau Teori Generatio Spontanea atau
makhluk-makhluk baru itu terjadi begitu saja.
Spallanzani ( 1729-1799 ) dalam tahun 1768 membantah pendapat
Aristoteles dan Needham dengan mengatakan bahwa perebusan dan kemudian
penutupan botol-botol berisi air rebusan yang dilakukan oleh Needham itu tidak
sempurna. Spallanzani sendiri merebus sepotong daging sampai berjam-jam
lamanya, kemudian air daging tersebut ditutupnya rapat-rapat didalam botol.
Maka dengan perbuatan demikian tidak diperoleh mikroorgaisme baru. Hasil
eksperimen Spallanzani ini belum meyakinkan benar; setengah orang pada waktu
itu berpendapat, bahwa tutup botol yang rapat itu tidak memungkinkan masuknya
udara atau oksigen yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme.
Schultze di dalam tahun 1836 memperbaiki eksperimen spallanzani
dengan mengalirkan udara lewat suatu asam atau basa yang keras kedalam botol
yang berisi kaldu yang telah direbus baik-baik terlebih dahulu. Schwann didalam
tahun 1837 membuat percobaan serupa itu juga dengan mengalirkan udara lewat
pipa yang dipanasi menuju kepada botol berisi kaldu yang telah dipanasi berjam-
jam lamanya maka baik Schultze maupun Schwann tidak dapat menemukan
mikroorganisme didalam kaldunya.
Namum orang masih menaruh keberatan terhadap eksperimen keduanya
dengan mengemukakan bahwa udara yang lewat asam atau basa atau pipa panas
telah mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan
timbulnya kehidupan makhluk-makhluk baru.
H. Schroeder dan Th. Von Dusch ( 1854 ) menemukan suatu akal untuk
menyaring udara yang menuju kedalam botol berisi kaldu; udara itu dolewatkan
suatu pipa berisi kapas yang steril. Dengan cara demikian ia tidak mendapatkan
mikroorganisme baru didlam kaldu dan dengan demikian tumbanglah teori
abiogenesis. Lebih meyakinkan lagi ialah percobaan yang dilakukan oleh Louis
Pasteur di tahun 1865, dimana ia menggunakan suatu botol berisi kaldu dengan
ditutup oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa. Dengan akal yang
istimewa ini Pasteur dapat meyakinkan kepada khalayak, bahwa tidak ada
kehidupan baru yang timbul dari barang mati. Maka disimpulkan pendapat itu
dengan ucapan Omne Vivum Ex Ovo, Omne Ovum Ex Vivo, yang berarti semua
kehidupan itu berasal dari telur dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang
hidup.
B. SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK

 Perbedaan Sel Prokariot dan Eukariot

Perbedaan yang pentng antara sel prokariot dan eukariot adalah dalam struktur
inti selnya.Kata eukariot berasal dari bahasa latin ‘’Eu’’ yang berarti sejati,dan
‘’karyo’’ yaitu keseluruhan inti sel. Oleh karena itu sel yang tergolong eukariot
mempunyai inti sel (nucleus) sejati,yaitu suatu struktur yang dikelilingi oleh
membran inti dimana di dalamnya terdapat kromosom yang mengandung komponen
keturunan.Sebaliknya,sel prokariotik tidak mempunyai inti sejati,dan komponen
keturunannya terdapat di dalam molekul DNA tunggal atau kromosom yang letaknya
bebas di dalam sitoplasma.

Jasad renik yang tergolong prokariot dapat di bedakan atas beberapa grup dengan ciri-
ciri spesifik yaitu :

1. Bakteri
 Bakteri sejati :- dinding sel tegar,uniseluler,memperbanyak diri dengan
pembelahan biner,beberapa dapat bergerak menggunakan flagelata.
 Bakteri bertunas : - Bentuknya bervariasi
 Bakteri miselia : - kadang-kadang bentuknya seperti kapang
 Bakteri berselubung : - Masing-masing sel terdapat di dalam selubung
atau(sheath) yang terdiri dari kompleks lipoprotein polisakarida
 Bakteri meluncur(gliding) : - mempunyai dinding sel yang lemas
 Spirochet :- sel berbentuk pilin dengan dinding sel lemas,bergerak dengan
serabut poros.

2. Rickettsia dan Chlamydia: berukuran lebih kecil daripada bakteri (0,2-0,5 m),bersifat
parasit intraseluler obligat,mempunyai persamaan sifat-sifat dengan bakteri dengan
beberapa hal yaitu :
 Mengandung DNA dan RNA
 Memperbanyak diri dengan pembelahan biner
 Mengandung asam muramat
 Sensitif terhadap senyawa antibakteri

3. Mycoplasma bersifat pleomorfik(dapat berubah bentuk),tidak mempunyai dinding sel


kebanyakan bersifat parasit merupakan jasad renik bebas berukuran paling kecil
membrane sitoplasma mengandung sterol,disebut juga PPLO (pleura-pneumonia
organism),bertahan terhadap penisilin.
4. Ganggang biru- hijau dinding sel lemas sehingga sel dapat meluncur mendapatkan
energy dengan fotosintesis,memperbanyak diri terutama dengan pembelahan biner.

Jasad renik yang tergolong eukariot dapat dibedakan atas beberapa grup dengan cirri-ciri
spesifik sebagai berikut:

a) Fungi: bersifat osmotrofik ( menyerap hara ), tidak melakukan fotosintesis,


reproduksi secara seksual dan aseksual, dinding sel mengandung sterol dan kitin,
terdiri dari khamir ( uniseluler ), kapang ( soenositik / membentuk miselia ), dan
jamur ( mushroom )
b) Ganggang: bersifat osmotrofik, mengandung pigmen fotosintesis dan melakukan
fotosintesis, uniseluler sampai multiseluler.
c) Protozoa: bersifat pagotrofik ( mengambil hara dengan cara menelan
menggunakan bagian dari sitoplasmanya ), kebanyakan tidak melakukan
fotosintesis, uniseluler, bergerak menggunakan silia, flagella atau pergerakan
sitoplasama.

VIRUS SEJARAH

Virus dari bahasa latin berarti racun dan pertama kali dimunculkan pada tahun 1883.
Dengan perkembangan sejarah sebagai berikut :

1883, Adolf Meyer ( Jerman ) meneliti tumbuhan tembakau yang terdapat bercak-
bercak berwarna kuning dan hijau tua pada daunnya.Kesimpulan : bateri jenis baru;
1892, Dimitri Ivanowsky (Rusia), dengan kesimpulan : Bakteri Patogen.

1893, Marthinus Beijerinck (Belanda), kesimpulan : Cairan hidup yang menular;

1935, Wendell Meredith Stanley (US), kesimpulan : TMV (Tobacco Mosaic Virus).
1939, TMV pertama kali divisualisasikan melalui mikroskop elektron.

Virus adalah parasit yang berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat dapat bereproduksi didalam material hidup dengan menginvasi dan
mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-
sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumah kecil asam
nukleat ( DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein atau kombinasi ketiganya. Genom virus
menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Virus diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi
biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini, virus selalu terasosiasi dengan
penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya, virus influenza dan HIV), hewan (Misalnya
virus flu burung) atau tanaman ( TMV).

Ukuran, Struktur, Anatomi, dan Reproduksi Virus

Virus merupakan organisme subseluler karena ukurannya sangat kecil hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Karena itu
pula virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri.

Perbedaan Virus dengan Sel Hidup

Sel hidup: 1) memiliki dua tipe asam nukleat sekaligus; 2) dapat mereproduksi semua
bagian selnya; 3) memiliki sistem metabolisme.

Virus: 1) hanya memiliki satu tipe asam nukleat; 2) tidak dapat mereproduksi semua
bagian selnya, virus hanya mereproduksi materi genetik dan selubung proteinnya; 3) Virus tidak
memiliki sistem metabolisme sehingga virus tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa adanya
sel inang.
Partikel virus mengandung DNA dan RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau
ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA dan pada virus
tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi
oleh lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (Sferik) atau heliks dan
terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung oleh genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid
terhubung dengan enm basa RNA membentuk helik sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.
Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak,
nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang dan lipoprotein
yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi
pada lipatan dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.

Kapsid virus sferik menyelebungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu
berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20
nanometer -400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri
ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T
= 4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian
virus sferik dapat diselubungi dengan lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri
langsung terlibat dalam penginfeksian sel.

Partikel lengkap virus disebut virion, virion berfungsi sebagai alat transportasi gen,
sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian
sel inang.

Reproduksi Virus

Reproduksi virus secara general terbagi menjadi dua kelompok yaitu litik dan
lisogenik.Proses-proses pada siklus litik : pertama, virus akan mengadakan absorpsi atau
attachment yang ditandai dengan menempelnya virus pada dinding sel, kemudian pada virus
tertentu (bakteriofage), melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan
menggunakan enzim, setelah itu virus akan memulai mereplikasi materi geenetik dan selubung
protein, kemudian viirus akan memamfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami lisis.

Proses-proses pada siklus lisogenik: reduksi dari siklus litik ke profage (dimana materi
genetik virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelahan biner, dan profage keluar
dari kromosom bakteri.

Siklus litik: waktu singkat, menonaktifkan bakteri, berproduksi dengan bebas,


tanpa terikat pada kromosom bakteri.
Siklus lisogenik: waktu relatif lama, mengkombinasi materi genetik bakteri dengan
virus, terikat pada kromosom bakteri.

Isolasi, Kultivasi, dan Identifikasi Virus

Bakteriofage yang merupakan virus penginfeksi bakteri dapat ditumbuhkan pada suspensi
bakteri pada media cair maupun media padat.

Penyakit Manusia akibat Virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa
saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang di sebabkan oleh
virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan oleh virus herpes simpleks). Kanker leher
rahim juga sebagian di sebabkan oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma atau kutil).
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekuatiran pengguunaan
virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara
penciptaan varian virus baru di laboratorium.

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia dan mampu menyebabkan kepunahan suatu
bangsa. Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang di
bawa oleh Kolonis Eropa. Meskipun diragukan jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi
dalam jumlah besar. Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa
di dunia baru Amerika.
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus. Grup filovirus terdiri
atas Marburg, pertama kali ditemukan pada tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan Ebola. Filovirus
adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mi.
Pada April 2005, virus Marbug menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola.
Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan
manusia.

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat
sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah
vaksinasi untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi yang obat-obatan
yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.

Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalahantisipasikan dengan


penggunaaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.
Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itu
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh
bakteri atau virus.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA


a. Suplai nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energy dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah:
karbon, nitrogen, hydrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang dilingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b. Suhu atau temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi dan pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam 2 cara yang
berlawanan:
1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat, sebaliknya apabila suhu turun maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan
terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan rusak sehingga sel-sel menjadi
mati.

Berdasarkan hal diatas maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan


mikroorganisme dogolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada dibawahnya maka


pertumbuhan terhenti
2. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum ( disebut juga suhu inkubasi )
3. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka pertumbuhan
tidak terjadi
c. Keasaman dan kebasaan ( pH )
Setiap organism memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum
yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran Ph
8,0 -8,0 dan nilai pH diluar kisaran 2,0-10,0 biasanya bersifat merusak
d. Ketersediaan oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri didalam kebutuhannya
akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
1. Aerobik: hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2. Anaerob: hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3. Anaerob fakultatif: dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
4. Mikroaerofilik: dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
5.
Penyakit-penyakit yang Disebabkan Oleh Mikrobiologi:
 Rubella ( campak jerman )
Virus rubella merupakan toga virus ( virus RNA ) dan memiliki strain antigenic
tunggal. Penyakit ini sangat infeksius dan memiliki angka serangan dalam rumah
tangga sekitar 80%.

 Pathogenesis
 Viremia terjadi setelah infasi mukosa pernapasan .
 Ruam yang terbentuk berkaitan dengan sistem imun, bersamaan dengan
terbentuknya antibody saat akhir viremia.
 Kerusakan janin kemungkinan disebabkan oleh berhentinya mitosis selular
dengan mekanisme yang tidak diketahui.
 Pengobatan
 Tidak ada pengobatan spesifik
 terminisasi kehamilan mungkin perlu di pikirkan pada rubella maternal,
bergantung pada tahap kehamilan dan harapan ibu.
 Pencegahan
 Immunoglobulin normal setelah pajanan tidak mencegah infeksi
 Di negara industry, saat anak-anak secara rutin mendpatkan vaksin rubella
hidup ( sebagai MMR ) yang terjadi efektif pada tahun kedua kehidupan.
Imunitas berlangsung dalam jangka panjang.
 Vaksin di kontraindikasikan pada keadaan imunocompromised pada
kehamilan ( untuk resiko kerusakan fetus walaupun tidak ada yang
dilaporkan ).
 Virus vaksin dapat muncul pada nasofaring setelah vaksinasi namun tidak
menyebar ke orang lain.
1. Cacar ( smallpox)
Virus smallpox, virus DNA berbentuk seperti bata dengan serotype tunggal yang
merupakan family poxviridae, hanya mengenai manusia dan secara antigenik dan
morfologis serupa dengan virus vaksinnya, cowpox, dan monkeypox.
Penularannya melalui kontak dengan sekresi pernapasan dan lesi kulit secara langsung
melalui udara, atau melalui perantara, masa inkubasi biasanya 10-12 hari, pasien tetap
infeksius sepanjang sakit dan sampai semua keropeng menghilang.
 Pengobatan
 Perbanyak minum dan mengonsumsi makanan yang lembut.
 Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air.
 Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan.
 Pilek
Pilek adalah penyakit yang paling umum ditemui dengan gejala-gejala seperti bersin,
radang tenggorokan, hidung tersumbat, dan batuk. Anak-anak yang berusia dibawah 6
tahun beresiko terkena pilek
 Flu
Biasanya flu memiliki gejala yang lebih serius di banding gejala pilek. Demam,sakit
kepala,nyeri otot,kelelahan,meriang,mual, dan muntah adalah beberapa contoh gejala flu.
Flu umumnya menyebar lebih mudah pada musim hujan, karena iklim yang lembab dapat
menunjang penyebaran virus flu dengan baik.
 Chikungunya
Virus chikungunya disebarkan oleh nyamuk yang sama dengan nyamuk penyebar virus
Demam Berdarah Dengue dan virus zika. Virus ini juga bisa menyebar melalui darah.
 HIV/AIDS
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dengan cara menghancurkan sel darah putih
yang tugsnya melawan infeksi. AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV,biasantya
menyebar hubungan seksual berisiko dan berbagai pakai jamur suntik dengan orang yang
terinfeksi HIV.
 Difteri
Difteri merupakan infeksi berat yang ditandai oleh pembentukan membran
pada tenggorok dan toksemia yang merusak otot jantung dan jaringan saraf.
Pengobatan difteri: hasil terapi membaik dengan pemberian segera terapi
antitoksin menggunakan antiserum fiperimun kuda.
Pencengahan difetri:
1. Imunisasi saat usia 2,3, dan 4 bulan, serta saat masuk sekolah dasar.
2. Orang yang berkontak erat dengan pasien harus:
- Diperiksa tenggoroknya oleh dokter yang berpengalaman
- Diambil swab hidung dan tenggoroknya untuk di kultur C.
Diphtheriae
- Mendapatkan satu seri profil laksis eritromisin (makrolidah yang
lebih baru, rifamfisin, atau klimdamisin merupakan alternatif)
- Dinilai status imunisasinya. Jika imun atau imunitasnya tidak jelas,
harus diberi satu seri primer faksin difteri. Jika sudah di imunisasi
sebelumnya, mereka harus diberi dosis penguat berupa faksin difteri
dewasa.
- Tes schick tidak lagi tersedia untuk memastikan imunitas
- Pasien harus di rawat dalam isolasi.
 Epiglotitis
Epiglotitis akut merupakan infeksi yang berkembang cepat dan mengancam
nyawa yang disebabkan oleh H. Influenzae tipe B berkapsul. Infeksi ini
merupakan kedaruratan medis yang:
1. Menyerang anak-anak berusia 2-5 tahun kadang-kadang menyerang
orang dewasa
2. Ditransmisikan melalui aerosol dari karier atau penderita
3. Mempunyai masa inkubasi 1-4 hari.
4. Kasusnya menjadi sarang dengan adanya faksin H. Influenzae tipe B
(hib)

Pengobatan epiglotitis:
1. Tatalaksana jalan napas
2. Berikan setofaksin IV. Hampir sepertiga isolat H. Influenzae tipe B
resiko terhadap ampisilin dan 1-3% resisten terhadap kloramfenikol.

Pencengahan epiglotitis:

1. Vaksin hib diberikan pada usia 2,3,4 bulan


2. Pasien harus mendapatkan rifampisin 20 Mg/Kg/hari selama 4 hari
sebelum keluar dari rumah sakit.
3. Keluarga pasien yang berkontak erat yang mempunyai anak-anak
berusia <5 tahun juga harus mendapatkan rifampisin.

 TBC (tuberculosis)
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium
tuberkulosis.
Pengobatan TBC:
1. Isoniazid (6 bulan) rifampisin (6 bulan), piramizamid (2 bulan), dan
etambutol (2 bulan).

Pencengahan TBC:
1. Vaksin BCG
2. Peringatan, skrining untuk orang yang berkontak erat dan profilaksis
pada orang-oarang yang di curigai mengalami atau beresiko
mendapatkan infeksi primer subklinis.
 Kurap pada jenggot
Biasanya jenis ini menimpa kaum pria yang kurang memperhatikan
kebersihan jenggot sehingga rentan terinfeksi jamur
 Kurap di kulit kepala
Kurang yang timbul di are kulit kepala akan menimbulkan ruam, terasa
menonjol bila di raba, merwarna kemerahan, serta beerbentuk seperti cacing
atau cincin. Kurab di kulit kepala bisa menjadi penyebab kebotakan prematur.
 Kurap pada kuku
Sering menimpa mereka yang sering melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan air. Jenis kurap ini dapat memicu penebalan di lapisan kuku,
menyebabkan kuku terlihat kusam, rapuh dan mudah terlepas.
 Panu
Penyakit kulit pertama yang di picu oleh infeksi jamur.

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

Dasar-dasar Pengendalian

Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting didalam industri dan produksi pangan,
obat-obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah :

1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi


2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3. Mencegah pembusukkan dan perusakkan bahan oleh mikroorganisme

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,


dihambat, dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.

Pengendalian Mikroorganisme

Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah
sebagai berikut:

a. Cleaning ( Kebersihan ) dan Sanitasi


Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pada suatu ruang atau tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah
menciptakann lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b. Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektan) terhadapa peralatan, lantai,
dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan
pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu
membunuh spora.
c. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
menghancurkan atau meghambat aktivitas mikroba.
d. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi sering
dilakukan dengan pengaplikasian undara panas. Ada dua metode yang sering digunakan
yaitu :
1. Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena
menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan
kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba
yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 Kg/Cm2
dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan adalah Pressure Cooker,
autoklaf(autoclave), dan retort.
2. Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu
efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah
oven.
e. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas
Pasteurisasi : proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu tak terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi.
Dalam proses pasteurisasi, bakteri yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri
penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan
untuk susu, rum, anggur, dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 Menit.
Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat
yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah
65oC selama 30 Menit dalam waktu 3 hri berturut-turut.
Boiling : pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC
selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun
non patogen. Namun, spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan
pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet dan lain-lain.
Red heating : pemanasan langsung diatas api bunsen burner (pembakar spriritus) sampai
berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti
jarum ose.
Flaming : pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan
alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
f. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri, terutama bentuk sel fegetatifnya, dapat terbunuh dengan penyinaran sinar
ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
Sinar UV : bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan satu
benda yang terpapar sinar UV akan mati.
Sinar ionisasi: yang termaksud sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta, dan
sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya
hanya di gunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.

 Sinar X : daya penetrasi baik namun perlu energi yang besar.


 Sinar Alfa : memiliki sifat bakteri siddal, tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
 Sinar Beta : day penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
 Sinar Gamma : kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan
makanan.

g. Pengendalian mikroba dengan filtrasi


Ada dua filter yaitu fikter bakteriologis dan filter udara.
a. Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak
tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dan
lain-lain. Teknik filtarsi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring
hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
berkefeld (dari fosil diatomae), chamberald (dari porselen), seitz (dari asbes), dan
seluosa.
b. Filter udara berefesiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (high
efficiency particulate air filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih
kedalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (laminar air flow).
h. Pengendalian mikroba dengan bahan kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba
secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini di golongkan menjadi :
a. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba
b. Agen kimia yang merusak enzim mikroba
c. Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifas agen kimia di dalam mengendalikan
mikroba, yaitu:

a. Konsentrasi agen kimia yang digunakan, semakin tinggi konsentrasinya maka


efektifitasnya semakin meningkat.
b. Waktu kontak, semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang di sterilkan
maka hasilnya akan semakin baik.
c. Sifat dan jenis mikroba, mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten
dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d. Adanya bahan organik dan ekstra, adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektifitas agen kimia
e. PH atau derajat keasaman, efektifitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan
perubahan PH.
REFERENSI

Fardiaz, srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Hajoeningtijas, Oetami. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Graha Ilmu : Yogyakarta

Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan : Malang

Mandal, dkk. 2006. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Penerbit Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai