Anda di halaman 1dari 3

OVERVIEW SEL & VIRUS

Oleh : Soni Ariyanto (19/449933/PMU/09939

Dimulai dari pengamatan pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan
gabus dari batang Quercus suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya
ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke
menyebut ruang-ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel yang
ditemukan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati.
Sejak penemuan awal sel itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui
lebih banyak tentang sel. Ilmu biologi mengenai sel semakin berkembang atas peran
seorang ilmuwan Belanda bernama lengkap Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723)
yang merancang sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal. Mikroskop itu digunakan
untuk mengamati air rendaman jerami. Ia menemukan organisme yang bergerak-gerak
di dalam air, yang kemudian disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek merupakan
orang pertama yang menemukan sel hidup dalam sejarah sel pada penemuan dan
penelitian sel. Ia membuat sketsa sel bakteri dengan bentuk seperti bola, silindris
(batang), atau spiral.
Perkembangan penelitian tentang penemuan pada sel mendorong
berkembangnya persepsi tentang sel. Dari sinilah kemudian lahir teori-teori tentang
sel. Beberapa teori tentang sel yang dikemukakan diantaranya sebagai berikut.
a. Sel Merupakan Kesatuan atau Unit Struktural Makhluk Hidup diikemukakan
oleh Jacob Schleiden (1804–1881) dan Theodor Schwan (1810–1882) yang
mengamati sel hewan dan sel tumbuhan.
b. Sel Sebagai Unit Fungsional Makhluk Hidup. Diambil dari pengamatan Max
Schultze (1825–1874) menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik
kehidupan. Protoplasma bukan hanya bagian struktural sel, tetapi juga
merupakan bagian penting sel sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi
kimia kehidupan.
c. Sel Sebagai Unit Pertumbuhan Makhluk Hidup berdasarkan pendapat
Rudolph Virchow (1821–1902) yaitu bahwa omnis cellula ex cellulae (semua
sel berasal dari sel sebelumnya). Sehingga dapat dikatakan bahwa sel adalah
unit pertumbuhan makhluk hidup.
d. Sel Sebagai Unit Hereditas Makhluk Hidup diambil dari beberapa
kesimpulan ilmuwan yang menjabarkan mengeai penemuan unit-unit
penurunan sifat yang terdapat dalam inti sel atau nukleus, yaitu kromosom.
Dalam kromosom terdapat gen yang merupakan unit pembawa sifat.
Dalam ilmu biologi, sel merupakan kumpulan dari materi paling sederhana
dengan ukuran kecil yg dapat hidup & merupakan unit penyusun dari semua makhluk
hidup. Sel dapat melakukan semua aktivitas kehidupan & sebagian besar reaksi kimia
untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk
hidup tersusun atas sel tunggal, atau biasanya disebut juga organisme uniseluler ( sel
tunggal), sebagai contoh misalnya bakteri & amoeba. Makhluk hidup lainnya,
termasuk tumbuhan, hewan, & manusia, merupakan organisme multiseluler (multi sel
dimana multi berarti banyak) yg terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan
fungsinya masing-masing.
Berdasarkan pada keberadaan system endomembran, dikelompokkan dalam dua
tipe sel, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
(1) Sel prokariotik merupakan tipe sel yang tidak memiliki sistem endomembran
(tanpa inti sel) sehingga sel tipe ini memiliki materi inti yang tidak dibatasi oleh
sistem membran, belum memiliki organel yang spesifik. Sel prokariotik terdapat
pada bakteri dan ganggang biru.
(2) Sel eukariotik merupakan tipe sel yang memiliki sistem endomembran. Pada
sel eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran. Pada sel ini,
sitoplasma memiliki beberapa organel penting seperti: badan golgi (berperan dalam
sekresi &sortasi protein), retikulum endoplasma (RE) (berperan dalam sekresi protein
atau lemak, detoksifikasi senyawa tertentu dan tempat melekatnya ribosom),
kloroplas (khusus pada tumbuhan tempat berlangsungnya foto sintesis), mitokondria
(tempat produksi energi seluler), vakuola (tempat penyimpanan air serta produk
metabolisme).
Namun demikian terdapat bukti ilmiah yang diungkap secara molekuler di
beberapa tahun terakhir terdapat tipe sel ketiga yaitu (3) Sel Archaea, yaitu sel yang
sebelumnya digolongkan ke dalam prokariotik namun secara sifat molekuler
mendekati eukariotik, pada umumnya merupakan jasad extremophile (hidup dalam
kondisi extreme seperti suhu,pH dll).
Selain perkembangan ilmu yang mampu mengungkapkan organisme seluler,
ilmuwan secara berkesinambungan mampu menyimpulkan terdapat organisme non
selluler. Penelitain dari Adolf Meyer (1982), Dimitri Ivanovski, Martinus Beijerink
dan Wendel Stanleika mengenai penyebab penyakit bintik kuning pada tembakau
mendorong kesimpulan mengenai organisme non celluler yaitu virus.
Virus adalah parasit obligat sehingga hanya menunjukan ciri-ciri kehidupan jika
berada di dalam sistem biologis yang sesuai. Sebagai partikel parasit obligat maka
virus seringkali dianggap sebagai batas antara jasad hidup dan jasad mati. Meskipun
demikian, partikel virus dan komponen genetiknya jug terorganisasi secara rapi.
Organisme seluler maupun non seluler memiliki sebuah metode tertentu untuk
selalu berkembang biak dan bertahan hidup. Setiap organisme akan mewariskan sifat-
sifatnya kepada keturunannya melalui mekanisme tertentu. Materi untuk mewariskan
sifat-sifat ini lah yang disebut gen. Gen dapat berupa molekul DNA atau RNA yang
terdapat di dalam setiap organisme. Seperti pada sel prokariot terdapat DNA sebagai
pewarisan gen terdapat pada sitoplasma. Pada sel eukarot, DNA terdapat di dalam inti
sel. Sedangkan pada partikel virus gen dapat berupa DNA atau RNA yang terselubung
oleh protein atau tambahan lemak pada virus tertentu di dapalam partikel virus.
Setiap jenis sel memiliki protein tertentu yang diturunkan dari sel pendahulunya
melalui DNA/RNA. Fungsi protein tersebut antara lain sebagai katalisator reaksi-
reaksi biokimia dalam sel, pengangkut molekul-molekul kecil dan ion, sistem
pergerakan yang terkoordinasi, komponen sistem kekebalan sel/tubuh, pheromone,
pengatur ekspresi genetik, penerus impulse syaraf, komponen pendukung kekuatan-
regang dan lain sebagainya. Fungsi beragam inilah yang kemudian menjadi ekspresi
fenotip dari setiap DNA/RNA. Setiap sel akan menghasilkan protein yang khas sesuai
dengan jenis atau species sel tersebut.
Dengan kemajuan pengetahuan, bioteknologi kini bukan hanya mengenai
pemanfaatan organisme untuk kesejahteraan manusia namun berkembang menjadi
bioteknologi molekuler. Bioteknologi molekuler merupakan teknologi yang
memanfaatkan organisme atau komponennya dengan melakukan rekayasa genetik
untuk kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan.
Pemanfaatan pengenalan sel terutama prokariot dan bioteknologi salah satunya
adalah identifikasi secara molekuler dari sel prokariot. Misalnya pemanfaatan
bioteknologi molekuler dalam mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri probiotik dari
ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam upaya efisiensi pakan ikan yang
diteliti oleh Feliatra, Irwan Efendi & Edwad Suryadi. Dalam penelitiannya, bakteri
probiotik tersebut diidentifikasikan sebagai Lactococcus sp, Carinoacteruim sp,
Staphylococcus sp, Bacillus sp, Eubacterium sp, Pseudomonas sp, Lactobacillus sp,
& Micrococcus sp. Diharapakan dengan mengetahui bakteri probiotik tersebut dapat
dipilih pakan yang tepat untuk budidayanya.

Anda mungkin juga menyukai