Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Virus....................................................................................................

Gambar 2. Struktur Sel Prokariot..........................................................................

Gambar 3. Struktur Sel Eukariot...........................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi sel salah satu dari cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang

sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan sebagai dasar kehidupan

dan bagaimana struktur dan fungsi sel bekerja dalam kehidupan. Hal yang

dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat sel seperti struktur sel dan

organel yang terdapat di dalam sel, fungsi sel, perkembangan dan evolusi sel,

pembelahan sel, hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala

mikroskopis yang diamati menggunakan mikroskop, dan Biologi Sel mempelajari

baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun organisme multiseluler

seperti manusia (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

Pengetahuan akan komposisi dan cara kerja sel merupakan hal mendasar

bagi semua bidang ilmu biologi. Pengetahuan akan persamaan dan perbedaan

antara struktur sel dan organel serta fungsi sel merupakan hal penting untuk

dipelajari. Kehidupan pada tingkat seluler muncul dari keteraturan struktural, yang

memperkuat struktur sel, organel sel dan fungsi sel. Menurut Talhouk

pembelajaran Biologi Sel memberikan pemahaman dasar tentang struktur, fungsi

dan interaksi fungsional dari komponen sel dan organel dari lingkungan

mikronya. Di dalam pembelajaran Biologi Sel, mahasiswa diharapkan dapat

menstimulasi dan mengembangkan kemampuan representasi mikroskopis,

penalaran ilmiah (scientific reasoning), keterampilan menggambar, berpikir


analitik, serta memperluas wawasan mahasiswa tentang fenomena kehidupan yang

berhubungan dengan struktur, fungsi, serta keterkaitan antara struktur dan fungsi

sel. Agar mampu mempelajari konsep Biologi Sel tersebut mahasiswa harus

memiliki kemampuan representasi dan penalaran yang logis, berpikir analitik,

serta imajinasi yang kuat (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

Virologi adalah cabang biologi yang mempelajari makhluk hidup

suborganisme terutama virus yang merupakan parasit berukuran mikroskopik

yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal

tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material

hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus

tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus

mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak

kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri

atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan

diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik

maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Istilah virus biasanya

merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme

multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage

atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri

dan organisme lain yang tidak berinti sel) (Hermawan, Dhitareka, & Farach,

2021).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia

tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam
sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan

penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan

(misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik

tembakau/TMV) (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskan beberapa permasalahn yang

akan dibahas yaitu :

1. Apa itu sel ?

2. Apa itu Virus ?

3. Apa itu Sel Prokariot ?

4. Apa itu Sel Eukariot ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu Sel ?

2. Mengetahui apa itu Virus ?

3. Mengetahui apa itu Sel Prokariot ?

4. Mengetahui apa itu Sel Eukariot ?


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sel

1. Defenisi Sel

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan

dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.

KaREna itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan

hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal

(uniselular, misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan Protozoa) atau

dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian

tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup

(Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

Sel adalah kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup, yang

mengandung pengertian sebagai penyusun makhluk hidup dan melaksanakan

semua fungsi kehidupan, Berdasarkan jumlah sel penyusun pada makhluk hidup

dapat digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler. Makhluk

hidup uniseluler adalah makhluk hidup yang hanya memilki sebuah sel tunggal,

Sedangkan multiseluler adalah makhluk hidup atau organisme yang memiliki

lebih dari satu sel (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

2. Sejarah Teori Sel

Penemuan sel yang telah terjadi sejak 200 tahun yang lalu dianggap

sebagai bagian dari sistem membran yang tak terpisahkan dalam organisme
multisel. Perkembangan sel ini terjadi dengan pesat setelah perkembangan

penggunaan lensa yang dilakukan oleh para peneliti dalam penelitiannya,

sehingga para peneliti lebih serius dalam melakukan penelitiannya terhadap sel

(Rahmadina & Febriana, 2017).

Perkembangan sel ini dimulai sejak seorang ahli (Rahmadina & Febriana,

2017):

1. Robert Hooke (1665) melakukan pengamatan pada sayatan gabus yang

merupakan sel – sel mati pada pepagan pohon ek dengan mikroskop

sederhana. Ia melihat adanya ruangan – ruangan kecil yang kemudian

disebutnya cella yang berarti ruang atau kamar kecil yang kosong.

2. Antonie van Leewenhoek (1674) menggunakan mikroskop sederhana

untuk melihat mikroba (jasad renik) dalam air serta bagian – bagian yang

terkandung dalam cairan tubuh makhluk hidup.

3. Lamarck (1809) menyatakan bahwa seluruh organisme hidup harus

memiliki jaringan selular.

4. Dutrochet (1824) menemukan bahwa semua tumbuhan dan hewan terdiri

dari sel berbentuk gembungan yang sangat kecil yang mengalami

peningkatan ukuran dan jumlah.

5. Robert Brown (1831) seorang Ahli Biologi menemukan nukleus sel

tumbuhan yang menyimpulkan bahwa nukleus merupakan komponen

dasar yang selalu ada dalam sel.


6. Hugo von Mohl dan Karl Nugel (1835) mempelajari peristiwa pembelahan

sel, dimana inti dan plasma sel mengalami pembelahan untuk menjadi dua

sel anak.

7. T Schwan dan M Schleiden (1839) merumuskan teori sel sebagai berikut:

sel adalah unit terkecil, semua tumbuhan dan hewan dibangun atas sel –

sel.

8. J Purkinye (1840) dan Hugo von Mohl (1846) memperkenalkan istilah

Protoplasma, yakni cairan yang mengisi ruang yang disebut sel oleh von

Mohl.

9. R. Virchow (1859) dengan menggunakan mikroskop tersebut dapat

menyimpulkan bahwa semua sel berasal dari sel – sel yang telah ada

sebelumnya.

10. Sementara W. Schultze (1860) mengatakan bahwa protoplasma adalah

dasar fisik kehidupan.

11. E. Strasburger dan W. Flemming (1870) memperlihatkan bahwa nukleus

memelihara kelangsungan hidup suatu jenis makhluk dari generasi ke

generasi selanjutnya. Flemming juga pertama kali menemukan istilah

mitosis pada pembelahan sel.

12. O. Hertwigh (1875) membuktikan bahwa inti spermatozoa bersatu lebih

dahulu dengan inti ovum untuk membentuk embrio.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, membuat para

peneliti lebih mudah lagi dalam mencari dan menemukan bagian – bagian

penting lainnya yang terdapat pada makhluk hidup mulai dari tingkat molekul,
sel hingga tingkat organisme berdasarkan struktur dan fungsinya masing –

masing. Sekarang pengamatan pada struktur dan fungsi sel tidak lagi

sesederhana yang dipikirkan sebelumnya (Rahmadina & Febriana, 2017).

3. Konsep Ilmu Teori Sel

Teori sel pertama kali diterbitkan oleh T Schwan dan M Schleiden

(1839), yang selanjutnya direvisi oleh peneliti yang lainnya hingga menjadi

dasar Biologi Modern. Teori ini merupakan interpretasi dari radikal tentang

alam, yang menjadi dasar dalam kesatuan hidup dari suatu makhluk hidup

(Rahmadina & Febriana, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh para peneliti, mereka

menghasilkan beberapa teori yang dikenal sebagai Teori Sel, yaitu (Rahmadina

& Febriana, 2017):

1. Setiap organisme hidup terdiri atas satu atau lebih sel.

2. Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional, dan herediter terkecil

sebagai bagian organisme multisel.

3. Semua sel hidup berasal dari sel dan berkembangbiak melalui pembelahan

sel yang berasal dari pembelahan sel lain yang sebelumnya hidup.

4. Sel merupakan unit aktifitas biologi yang dibatasi oleh membran

semipermeabel, yang dapat melakukan reproduksi sendiri pada medium

diluar makhluk hidup.

5. Sel mengandung materi yang diwariskan kepada keturunannya selama

pembelahan.
Teori yang telah diterbitkan oleh para peneliti tersebut mengenai

keberadaan sel, banyak ditemukan pada semua organisme makhluk hidup baik

pada manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba lainnya yang terdiri dari

sejumlah sel dengan sekresinya, dimana sel – sel ini berasal dari sel – sel

sebelumnya yang hidup. Setiap sel memiliki fungsi dan kehidupannya sendiri

yang tergabung dalam organisme multisel. Perkembangan teori ini

membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan berabad – abad lamanya untuk

menyimpulkan sebuah konsep dalam bentuk teori yang dapat diterima oleh

semua orang khususnya yang berada di dunia Biologi. Oleh karena itu,

perkembangan tentang penelitian mengenai sel ini akan terus berkembang

hingga selanjutnya bahkan sampai ditemukannya alat – alat canggih lainnya

yang dapat mempermudah pengamatan pada bagian – bagian dari sel tersebut

(Rahmadina & Febriana, 2017).

B. Virus

1. Defenisi Virus

Virus adalah salah satu jenis parasit, yaitu organisme yang hidup pada

atau di dalam makhluk hidup lain (disebut inang) dengan menyerap nutrisi,

tanpa memberi bantuan atau manfaat pada inangnya. Virus menginfeksi sel

organisme biologis. Ia hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup

dengan menginvasi (masuk-menguasai) dan memanfaatkan sel makhluk hidup

karena tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Jadi,

virus merupakan parasit obligat yaitu parasit yang tidak dapat bereproduksi di
luar sel inang, memaksa inang untuk membantu reproduksi parasit dan di luar

inangnya menjadi tak berdaya (Nurfadhillah & Utomo, 2019).

Virus adalah parasit intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300

nm (1 nm = 10-6 mm) bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya

mengandung RNA atau DNA saja. Partikelnya secara utuh disebut virion yang

terdiri dari capsid yang dapat terbungkus oleh sebuah glikoprotein atau

membran lipid, dan virus resisten terhadap antibiotik. Bentuk virus berbeda-

beda ada yang berbentuk bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T. Virus

merupakan agen infeksius terkecil (diameter sekitar 20 nm hingga 300 nm) dan

hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA) sebagai genom

mereka. Asam nukleat tersebut terbungkus dalam suatu selubung protein

yangdikelilingi sebuah membran yang mengandung lipid dan keseluruhan unit

infeksius tersebut dinamakan virion (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

Gambar 1. Virus

Cara berkembang virus berbeda dengan cara berkembang biak bakteri.

Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua

sel (binary fission), sedangkan pada virus perkembangbiakannya terjadi dengan


cara perbanyakan diri dari partikel asam nukleat virus sesudah virus

menginfeksi suatu sel. Virus tidak mempunyai ribosom dan partikel

ribonukleoprotein yang mempunyai peran dalam proses sintesis protein. Selain

itu virus pada umumnya kebal atau resisten terhadap antibiotik, akan tetapi

peka atau sensitif terhadap interveron. Agar dapat hidup virus harus selalu

berada didalam sel organisme hidup lainnya (obligate intraseluler), sehingga

virus tidak dapat dibiakkan di dalam medium buatan (Hermawan, Dhitareka, &

Farach, 2021).

2. Sejarah Penemuan Virus

Penelitian virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mozaik

yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan menjadikan tanaman

tersebut memiliki bercak-bercak. Seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1883,

Adolf Meyer, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika

tanaman yang ditelitinya menjadi sakit setelah disemprot dengan getah dari

tanaman yang sakit. Dari hasil penelitiannya, Meyer menyimpulkan bahwa

penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan

tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Adolf Mayer (1882), ilmuwan Jerman

menemukan adanya penyakit yang menimbulkan bintik kekuningan pada daun

tembakau. Mayer melakukan percobaan dengan menyemprotkan getah

tanaman yang sakit pada tanaman sehat, ternyata tanaman sehat menjadi

tertular. Mayer berkesimpulan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri

yang sangat kecil. Bakteri ini tidak dapat dilihat meskipun menggunakan

mikroskop (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).


Dmitri Ivanovski (1892), ilmuwan Rusia menyaring getah tanaman

tembakau yang sakit dengan penyaring bakteri tetapi partikel yang menyerang

tembakau tersebut lolos dari penyaring bakteri. Ivanovski menduga bahwa

penyakit mosaik pada tanaman tembakau ini disebabkan oleh suatu organisme

yang berukuran lebih kecil dibandingkan bakteri. Ia merasa ada kesalahan pada

teknik penyaringan. Seperti halnya Mayer, Ivanovski berkesimpulan bahwa

penyebab penyakit mosaik pada tanaman tembakau adalah bakteri (Hermawan,

Dhitareka, & Farach, 2021).

Martinus W. Beijeinck (1897), ahli mikrobiologi Belanda menemukan

fakta bahwa partikel mikroskopis penyerang tembakau dapat bereproduksi

pada tanaman tembakau, tetapi tidak dapat dibiakkan pada medium

pertumbuhan bakteri. Beijerinck berpendapat bahwa ada agen yang

menginfeksi tanaman tembakau, meskipun ia sendiri belum mengetahui hal itu.

Beijerinck menyebut agen penginfeksi itu sebagai virus lolos saring (filterable

virus). Ia memberi nama demikian karena agen tersebut dapat lolos dari

saringan bakteri dan tidak dapat diamati dengan mikroskop cahaya

(Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

Kemudian Wendell Stanley (1935), berhasil mengkristalkan partikel

yang menyerang tanaman tembakau. Partikel mikroskopis tersebut dinamakan

TMV (Tobacco Mozaic Virus). Perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya

memberi kita pemahaman bahwa berbagai jenis virus merupakan penyebab

penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Istilah virus lolos saring
kemudian disingkat menjadi virus. Iwanowski dan Beijerinck dinobatkan

sebagai penemu virus (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

3. Bagaimana Virus Menginfeksi

Akan selalu ada 3 pihak yang saling mempengaruhi dalam proses

infeksi, yaitu agen (virus), inang (manusia), dan lingkungan. Manusia dan

perilakunya sangat bisa mempengaruhi keadaan lingkungan yang akhirnya juga

berpengaruh terhadap kemungkinan proses infeksi virus. Jika ketiga pihak

dalam kondisi kesetimbangan, tidak akan terjadi masalah kesehatan dan

penyakit (Nurfadhillah & Utomo, 2019).

Pintu masuk virus bergantung pada jenisnya. Umumnya virus masuk

melalui saluran pernafasan dan pencernaan atau bagian tubuh yang memiliki

membran mukosa lain seperti organ penglihatan (mata). Membran mukosa atau

selaput lendir adalah lapisan kulit dalam yang tertutup pada epitelium, dan

terlibat dalam proses absorpsi dan proses sekresi. Membran ini melapisi

berbagai rongga tubuh yang memiliki kontak dengan lingkungan luar dan

organ internal (Nurfadhillah & Utomo, 2019).

Ada juga virus yang masuk melalui pertukaran cairan tubuh manusia

atau organisme (terutama hewan) hidup, misalnya HIV (Human Immuno-

defficiency Virus). Virus jenis ini mengakibatkan gejala kerusakan sistem

kekebalan tubuh (AIDS-Acquired Immunodefficiency Syndrom) dan

meningkatkan risiko kematian akibat penyakit lain (Nurfadhillah & Utomo,

2019).
Secara umum ada beberapa syarat agar virus dapat menginfeksi

manusia. Pertama, tentu harus ada 2 orang (positif dengan negatif atau positif

dengan positif) dengan pintu masuk dan keluar terbuka (ada luka dan sentuhan

langsung). Virus juga harus melewati jumlah tertentu, jika tidak mencapai

jumlah tersebut kemungkinan infeksi menjadi berkurang atau hilang. Ini

sebenarnya berkaitan juga dengan proses pemeriksaan dan pengukuran

kedokteran/klinik untuk menentukan status tubuh seseorang dinyatakan

mengandung virus tertentu. Terkadang jumlah yang terlalu sedikit

mengakibatkan alat gagal mendeteksi keberadaan virus sehingga tidak

memunculkan hasil positif, padahal sudah ada dalam tubuh. Saat ini istilah

‘negatif’ yang diasumsikan seseorang tidak terjangkit/mengandung virus

diubah menjadi non-reaktif (Nurfadhillah & Utomo, 2019).

Satu lagi syaratnya, beberapa jenis virus harus dalam kondisi hidup

ketika terjadi penularan. Jika virus hanya dapat hidup dalam cairan tubuh

manusia hidup, maka ketika manusia meninggal atau cairan tubuh yang keluar

terkena lingkungan tertentu (kering atau terkena cahaya matahari langsung atau

zat kimia tertentu) maka virus mati serta tidak akan mengakibatkan infeksi

(Nurfadhillah & Utomo, 2019).

Kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk infeksi (Nurfadhillah & Utomo,

2019):

1. Cuaca,

2. Kelembaban, dan
3. Suhu

Kondisi tersebut merupakan beberapa faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi infeksi virus. Jadi penting bagi kita untuk selalu menjaga

kebersihan dan kelestarian lingkungan. Perubahan lingkungan seperti

pemanasan global dan perubahan iklim memungkinkan dan mengharuskan

banyak organisme menyesuaikan diri, sehingga berbagai jenis virus juga bisa

mengalami mutasi (Nurfadhillah & Utomo, 2019).

C. Sel Prokariot

Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki

metabolisme paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum nukleus”

yaitu suatu organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini berarti bahwa

sel prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik, karena dia ada

sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga komponen dasar

diantaranya yaitu: plasmalemma, ribosom, dan nukleoid. Beberapa prokariotik

tidak memiliki kapsul yang menyelubungi dinding sel, kecuali prokariot yang

dapat berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat mengabsorbsi bahan organik untuk

pertumbuhannya (Rahmadina & Febriana, 2017).

Sel prokariotik memiliki ukuran antara 1 – 10 µm. Masing – masing sel

prokariotik dapat menghasilkan sel baru dengan cara membelah diri dan

menghasilkan spora atau melakukan pertunasan. Bagian dari sel prokarotik pada

komponen plasmalemma atau membran sel terdapat sitoplasma dan nukleoid

sedangkan bagian luarnya terdapat dinding sel yang berfungsi untuk

mengokohkan dan memberi bentuk kepada sel. Mycoplasma merupakan salah


satu jenis prokariotik yang tidak memiliki dinding sel tetapi memiliki

plasmalemma dengan ketebalan 10 nm (Rahmadina & Febriana, 2017).

Adapun contoh dari sel prokariotik ini ialah pleuropneumonia–like

organism (PPLO), bakteri, alga biru (Cyanobacteria, blue green algae), dan

archaea. Sel prokariotik ini kebanyakan jenisnya memiliki dinding sel di sekitar

membran plasma. Sel ini memiliki struktur yang sederhana tetapi memiliki jenis

variasi yang banyak (Rahmadina & Febriana, 2017).

Ciri-ciri Sel Prokariotik (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021):

1) Memiliki membrane plasma memilikinukleoid ( DNA, RNA )

2) Memiliki sitoplasma

3) Tidak memiliki membrane inti dan system endomembran

Gambar 2. Struktur Sel Prokariot

a. Dinding Sel

Dinding sel merupakan bagian terluar dari sebuah sel. Struktur dinding sel

terdiri dari: peptidoglikan (senyawa ini menyebabkan dinding sel bersifat


kaku), lipid (lemak), dan protein. Fungsi dari dinding sel ialah: memberi

bentuk sel yang tetap kaREna sifatnya yang kaku,sebagai pelindung, terdapat

poti-pori jalan keluar masuknya molekul-molekul, dan mengatur pertukaran zat

serta Reproduksi (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

b. Membran plasma

Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma. Struktur

membran plasma yaitu terdiri atas molekul lemak protein berfungsi sebagai

pelindung molekuler sel terhadap lingkungan sekitar dan mengatur transportasi

air serta zat-zat terlarutdari luar dan kedalam sel (Hermawan, Dhitareka, &

Farach, 2021).

c. Nukleoid

Merupakan wilayah yang merupakan tempat DNA yang sel terletak (tidak

terselubung membran) (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

d. Organel

Organel yang terdapat dalam sel-sel prokariotik adalah ribosom yang tersusun

dari RNA dan protein. Ribosom merupakan tempat berlangsungnya sintesa

protein (Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

e. Flagela

Merupakan organel lokomosi atau pergerakan beberapa jenis bakteri

(Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

f. Pili (fimbriae)
Merupakan struktur pelekatan pada permukaan sejumlah prokariota. Berukuran

lebih kecil dan lebih pendek dari flagel. Pili berfungsi utuk tempat melekatkan

diri pada jaringan hewan ataupun tumbuhan (Hermawan, Dhitareka, & Farach,

2021).

D. Sel Eukariot

Sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion) yang

dikelilingi oleh membran, sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu membran

sitoplasma dan membran inti (membran nukleus). Kata eukariotik ini berasal dari

kata yunani, eu (sejati), dan karyon (bagian dalam biji/nukleus). Oleh sebab itu,

sel ini dinamakan sel yang memiliki membran inti (nukleus). Sel eukariotik

memulai kehidupannya dengan sebuah nukleus yang dikelilingi oleh berbagai

macam organel yang memiliki struktur dan fungsi tertentu dan terbungkus dalam

sebuah membran sehingga bentuknya kokoh dan tersusun dengan teratur

(Rahmadina & Febriana, 2017).

Sel eukariotik ini merupakan salah satu hasil evolusi secara fisik dan

biologis yang terjadi berjuta tahun yang lalu, dimana sel ini terbentuk dari

sekelompok organisme anaerobik dan organisme aerobik yang saling

berhubungan secara simbiosis sehingga dapat hidup bersama dan saling

ketergantungan satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah sel eukariotik. Sel

eukariotik memiliki nukleus yang terbungkus di dalam membran, sehingga DNA

yang terdapat di dalam nukleus dapat tersimpan dalam kompartmen khusus yang

terpisah dari bagian lain dari sel yang disebut sitoplasma. Disamping itu, terdapat

juga jenis organella lain yaitu mitokondria dan kloroplas, yang terbungkus dalam
dua lapis membran yaitu membran dalam dan membran luar yang secara kimiawi

memiliki perbedaan dengan membran yang membungkus nukleus. Mitokondria

terdapat pada hampir semua jenis sel sedangkan kloroplas hanya terdapat pada sel

yang mampu melakukan fotosintesis yaitu pada tumbuhan, tetapi pada hewan dan

jamur tidak ada. Mitokondri dan kloroplas berasal dari satu simbiosis yang sama,

dimana keduanya saling ketergantungan satu dengan yang lainnya (Rahmadina &

Febriana, 2017).

Sel eukariotik ini terdapat pada organisme yang lebih kompleks lagi dan

susunan organelnya sudah tersusun dengan teratur. Sel ini terdapat pada sel hewan

dan sel tumbuhan. Walaupun demikian, sel ini tidak semuanya ada pada masing –

masing sel karena ada bagian yang berbeda satu dengan yang lainnya dan

memiliki bentuk, ukuran, dan fungsi fisiologis yang berbeda juga. Meskipun

demikian, ada bagian sel yang sama diantaranya yaitu membran plasma,

sitoplasma, organel (seperti retikulum endoplasma, kompleks golgi, lisosom,

mitokondria), dan inti sel (nukleus) (Rahmadina & Febriana, 2017).


Gambar 3. Sel Struktur Eukariot

1. Dinding sel : Melindungi isi sel dan memberi bentuk sel.

2. Membran plasma (membran sel) : Melindungi sel, mengatur keluar masuknya

zat-zat (bersifat semipermeabel), sebagai REseptor/penerima rangsangan dari

luar, membatasi isi sel dengan bagian luar sel.

3. Sitoplasma : Tempat berlangsungnya REaksi metabolisme sel.

4. Nukleus (Inti sel) : Mengendalikan atau mengatur seluruh kegiatan yang

terjadi di dalam sel.

5. Mitokondria : Tempat REspirasi sel untuk menghasilkan energy.

6. Plastida ada 3 macam:

a. Kloroplas (berklorofil), tempat berlangsungnya fotosíntesis

b. Leukoplas (tidak mengandung pigmen warna), tempat pembentukan dan

penyimpanan: pati (amiloplas), protein (proteoplas), lemak (elaioplas)

c. Kromoplas (berpigmen merah, kuning)

7. REtikulum endoplasma (RE)

a. RE kasar: transpor dan sintesis protein

b. RE halus: tempat sintesis lipid Badan golgi Tempat menampung dan

mengolah protein yang dihasilkan di RE

8. Lisosom : Mencerna zat-zat yang masuk ke dalam sel, menghancurkan

organel yang tidak berfungsi lagi.

9. Sentriol : Berperan penting dalam penentuan arah pada saat pembelahan sel

10. Ribosom : Sintesis protein


11. Vakuola : Tempat cadangan makanan, mengatur tekanan turgor, dan

menyimpan cadangan makanan.

12. Badan mikro ada 2 macam :

a. Peroksisom : menguraikan asam glikolat hasil fotosintesis, dan berperan

dalam foto respirasi.

b. Glioksisom : menguraikan lemak menjadi karbohidrat atau sebaliknya

(Hermawan, Dhitareka, & Farach, 2021).

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan

dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.

KaREna itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan

hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal

(uniselular, misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan Protozoa) atau

dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian

tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.

Virus adalah salah satu jenis parasit, yaitu organisme yang hidup pada atau

di dalam makhluk hidup lain (disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa

memberi bantuan atau manfaat pada inangnya. Virus menginfeksi sel organisme

biologis. Ia hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi


(masuk-menguasai) dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena tidak memiliki

perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Jadi, virus merupakan parasit

obligat yaitu parasit yang tidak dapat bereproduksi di luar sel inang, memaksa

inang untuk membantu reproduksi parasit dan di luar inangnya menjadi tak

berdaya

Dalam tubuh juga terdapat sel prokariotik dan sel eukaroit dimana sel

prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki metabolisme

paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum nukleus” yaitu suatu

organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini berarti bahwa sel

prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik, karena dia ada

sebelum sel eukariotik ada.

Sedangkan sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion)

yang dikelilingi oleh membran, sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu

membran sitoplasma dan membran inti (membran nukleus). Kata eukariotik ini

berasal dari kata yunani, eu (sejati), dan karyon (bagian dalam biji/nukleus). Oleh

sebab itu, sel ini dinamakan sel yang memiliki membran inti (nukleus).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai