Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya,
sehingga makalah yang berjudul tentang “Struktur dan Fungsi Sel” ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Makalah ini merupakan media pembelajaran bagi siswa mengenai sel hewan yang meliputi
komponen sel dan hubungan antar sel.
Makalah ini tidak luput dari kesalahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki kesalahan yang ada. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................ I

Kata Pengantar ................................................................................................. II

Daftar Isi .......................................................................................................... III

BAB I ............................................................................................................... 1

Latar Belakang ............................................................................................. 1

Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

BAB II .............................................................................................................. 2

Pengertian Sel .............................................................................................. 2

Sejarah Penemuan Sel .................................................................................. 2

Struktur Sel Prokariot................................................................................... 4

Struktur Sel Eukariot .................................................................................... 4

Struktur Sel Tumbuhan ................................................................................ 5

Struktur Sel Hewan ...................................................................................... 11

BAB III ............................................................................................................ 17

Kesimpulan .................................................................................................. 17

Saran............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek kehidupan. Dalam
kehidupan sehari-hari biologi mengampil peran yang sangat penting. Untuk itulah kita
mempelajari biologi khususnya tentang Sel. Ini dikarenakan sel merupakan dasar dari
sebuah kehidupan. Sel-sel tersebut membentuk kesatuan untuk membetuk
kehidupan. Kita bisa lihat bahwa alam semesta ini begitu luas. Namun apabila kita
selidiki lebih dalam lagi ternyata terdapat kehidupan yang lebih kecil dan lebih
sederhana dari yang kita bayangkan.dari masa kemasa dilakukan penelitian dan
penemuan tentang sel. Dimulai dari penemuan Robert Hook dengan sel gabusnya
pada tahun 1665 sampai sekarang pun masih dilakukan penelitian bahkan sudah
mencapai tahap materi genetik.
Sel memiliki ukuran yang sangat kecil dan tak kasat mata. Ada yang hanya 1-
10 mikron, ada yang mencapai 30-40 mikron, bahkan ada yang beberapa sentimeter.
Didalam ukuran yang sangat kecil bentuk yang bermacam-macam tersebut, sel
memiliki bagian-bagian sel yang memiliki fungsi masing-masing. Antar bagian sel itu
melakukan interaksi dan saling ketergantungan. Oleh karena itu sel dipandang sebagai
dasar kehidupan makhluk hidup.
Dalam pembagiannya sel terdiri dari Eukariot (eu=sejati, karyon=inti) yang
memiliki membran inti dan Prokariot (pro=sebelum, karyon=inti) yang tidak memiliki
membran inti dan pada umumnya makhluk hidup uniseluler.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Pengertian Sel
2) Klasifikasi Sel
3) Bagian-bagian Sel
4) Struktur dan Fungsi Membra Sel

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah;
1) Diharapkan dapat memahami struktur dan fungsi sel tumbuhan dan hewan
dalam kehidupan.
2)
3) Mengidentifikasi perbedaan struktur dan fungsi sel tumbuhan dan hewan
dalam kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN SEL

Sel berasal dari kata ‘cella’ yang berarti ruangan berukuran kecil maka sel
merupakan unit (kesatuan, zahrah) terkecil dari makhluk hidup, yang dapat
melaksanakan kehidupan. Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar
kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Makhluk
hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri,
Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada
organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang
menjadi dasar bagi hirarki hidup. Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara
menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang
ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki
kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan
uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama
dalam organisasi yang sangat rapi. Ada empat teori tentang sel, yaitu :

 unit struktural terkecil makhluk hidup (Schleiden & T. Schwann)


 unit fungsional terkecil makhluk hidup (Max Schultze)
 unit pertumbuhan terkecil makhluk hidup (Rudolf Virchow)
 unit hereditas terkecil makhluk hidup (Penemuan akhir abad XIX)

2.2. SEJARAH PENEMUAN SEL

Penemuan mikroskop oleh A.Leeuwenhoek telah banyak membantu para ahli dalam kegiatan
penelitiannya. Robert Hooke seorang ilmuwan Inggris pada pertengahan abad XVIII, dengan
memanfaatkan mikroskop, berhasil menjadi orang pertama yang melihat adanya ruang-ruang
kecil yang dibatasi dinding-dinding pada irisan jaringan tumbuhan. Ruang-ruang kecil ini
dinamakan Cella (sel). Dengan penemuan sel oleh Robert Hooke, para ahli mulai tertarik,
apalagi setelah diketahui bahwa bagian yang penting dari sel tidak hanya dinding selulosa
yang dilihat Robert Hooke, tetapi meliputi isi sel tersebut.

Dua abad kemudian, yaitu pada permulaan abad XIX, Johannes Parkinye memperkenalkan
istilah “protoplasma” untuk cairan yang terdapat dalam sel hidup. Pada tahun yang sama,
Matthias Schleiden seorang ahli botani dan Theodor Schwann ahli Zoologi merumuskan
suatu generalisasi yang kemudian berkembang menjadi “teori sel”, bahwa sel adalah unit
struktural dan fungsional dari semua organisme, unit dasar yang mempunyai semua ciri khas
makhluk hidup.

Suatu penegasan lagi dikemukakan oleh Rudolf Virchow yang mengatakan Omnis Cellula-
Cellulayang artinya bahwa semua sel berasal dari sel pula. Dengan demikian, sel merupakan
unit pertumbuhan pada makhluk hidup sehingga, menurut August Weismann, nenek moyang
makhluk hidup dapat ditelusuri.
Beberapa ahli telah mencoba menyelidiki tentang struktur dan fungsi sel, dan kemudian
muncullah beberapa teori tentang sel. Sejarah ditemukannya teori tentang sel diawali
penemuan mikroskop yang menjadi sarana untuk mempermudah melihat struktur sel.
Berbagai penelitian para ahli biologi, antara lain seperti berikut.

1. Robert Hooke (1635-1703)


Ia mencoba melihat struktur sel pada sayatan gabus di bawah mikroskop. Dari hasil
pengamatannya diketahui terlihat rongga-rongga yang dibatasi oleh dinding tebal. Jika dilihat
secara keseluruhan, strukturnya mirip sarang lebah. Satuan terkecil dari rongga tersebut
dinamakan sel.

2. Schleiden (1804-1881) dan T. Schwann (1810-1882)


Mereka mengamati sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan. Schleiden mengadakan penelitian
terhadap tumbuhan. Setelah mengamati tubuh tumbuhan, ia menemukan bahwa banyak sel
yang menyusun tubuh tumbuhan. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari
tumbuhan adalah sel. Schwann melakukan penelitian terhadap hewan. Ternyata dalam
pengamatannya tersebut ia melihat bahwa tubuh hewan juga tersusun dari banyak sel.
Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari tubuh hewan adalah sel.

3. Robert Brown
Pada tahun 1831, Brown mengamati struktur sel pada jaringan tanaman anggrek dan melihat
benda kecil yang terapung-apung dalam sel yang kemudian diberi nama inti sel atau nukleus.
Berdasarkan analisanya diketahui bahwa inti sel selalu terdapat dalam sel hidup dan
kehadiran inti sel itu sangat penting, yaitu untuk mengatur segala proses yang terjadi di dalam
sel.

4. Felix Durjadin dan Johannes Purkinye


Pada tahun 1835, setelah mengamati struktur sel, Felix Durjadin dan Johannes Purkinye
melihat ada cairan dalam sel, kemudian cairan itu diberinya nama protoplasma.

5. Max Schultze (1825-1874)


Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik kehidupan. Protoplasma
merupakan tempat terjadinya proses hidup. Dari pendapat beberapa ahli biologi tersebut
akhirnya melahirkan beberapa teori sel antara lain:
o sel merupakan unit struktural makhluk hidup;
o sel merupakan unit fungsional makhluk hidup;
o sel merupakan unit reproduksi makhluk hidup;
o sel merupakan unit hereditas.

2.3 STRUKTUR SEL

A. SEL PROKARIOT

Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro,


'sebelum' dan karyon, 'biji'), tidak ada membran
yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya,
dan daerah tempat DNA terkonsentrasi di
sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan
prokariota merupakan organisme uniseluler dengan
sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan
volumenya sekitar 1 µm3) serta umumnya terdiri
dari selubung sel, membran sel, sitoplasma,
nukleoid, dan beberapa struktur lain.

Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika selubung
tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau kompleks
karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan
bakteri memiliki suatu membran luar yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula
bakteri yang memiliki selubung sel dari protein. Sementara itu, kebanyakan selubung sel
arkea berbahan protein, walaupun ada juga yang berbahan peptidoglikan. Selubung sel
prokariota mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan yang memiliki
konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.

Sejumlah prokariota memiliki struktur lain di luar selubung selnya. Banyak jenis bakteri
memiliki lapisan di luar dinding sel yang disebut kapsul yang membantu sel bakteri melekat
pada permukaan benda dan sel lain. Kapsul juga dapat membantu sel bakteri menghindar dari
sel kekebalan tubuh manusia jenis tertentu. Selain itu, sejumlah bakteri melekat pada
permukaan benda dan sel lain dengan benang protein yang disebut pilus (jamak: pili) dan
fimbria (jamak: fimbriae). Banyak jenis bakteri bergerak menggunakan flagelum (jamak:
flagela) yang melekat pada dinding selnya dan berputar seperti motor.

Prokariota umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur lingkar yang
terkonsentrasi pada nukleoid. Selain itu, prokariota sering kali juga memiliki bahan genetik
tambahan yang disebut plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya, plasmid
tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa gen
tertentu yang memberikan keuntungan tambahan pada keadaan tertentu, misalnya resistansi
terhadap antibiotik.

Prokariota juga memiliki sejumlah protein struktural yang disebut sitoskeleton, yang pada
mulanya dianggap hanya ada pada eukariota. Protein skeleton tersebut meregulasi
pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.

B. SEL EUKARIOT

Tidak seperti prokariota, sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan karyon) memiliki
nukleus. Diameter sel eukariota
biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh
kali lebih besar daripada bakteri.
Sitoplasma eukariota adalah daerah di
antara nukleus dan membran sel.
Sitoplasma ini terdiri dari medium
semicair yang disebut sitosol, yang di
dalamnya terdapat organel-organel
dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi
serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan organel dibatasi oleh satu lapis
membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus.

Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota, yaitu (1)
mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum endoplasma,
suatu jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan Golgi, yang
mengarahkan hasil sintesis sel ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom, tempat perombakan
asam lemak dan asam amino. Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang rusak dan
benda asing yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel
tumbuhan. Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu
daun tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah
eukariota uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan
nutrien dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian.

Jaringan protein serat sitoskeleton


mempertahankan bentuk sel dan
mengendalikan pergerakan struktur
di dalam sel eukariota. Sentriol,
yang hanya ditemukan pada sel
hewan di dekat nukleus, juga
terbuat dari sitoskeleton.

Dinding sel yang kaku, terbuat dari


selulosa dan polimer lain,
mengelilingi sel tumbuhan dan membuatnya kuat dan tegar. Fungi juga memiliki dinding sel,
namun komposisinya berbeda dari dinding sel bakteri maupun tumbuhan. Di antara dinding
sel tumbuhan yang bersebelahan terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.

C. STRUKTUR SEL TUMBUHAN

Sel-sel tumbuhan dewasa berbeda satu dengan yang lain dalam ukuran, bentuk, struktur dan
fungsinya. Walaupun demikian semua sel tumbuhan memiliki persamaan dalam beberapa
segi sehingga dapat dibanyangkan suatu hipotesis sebuah sel yang segi-segi dasarnya ada
dalam bentuk yang secara nisbi tidak termodifikasi. Sel hipotesis ini seperti disajikan pada
gambar 1, terdiri atas tiga bagian : (1) Membran sel yang dibagian luarnya di selubungi oleh
dinding sel, (2) selapis protoplasma yang melapisi dinding itu dan disebut protoplas, dan (3)
rongga yang disebut vakuola sentral yang menempati bagian terbesar ruang di dalam sel.
Gambar 1. Struktur anatomi sel tumbuhan

 Dinding sel
Sel tumbuhan terdiri atas protoplas yang terselubungi oleh dinding sel. Dinding sel
tumbuhan memiliki struktur yang kompleks dengan memiliki tiga bagian fundamental
yang dapat dibedakan yaitu lamela tengah, dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
Semua sel memiliki lamela tengah dan dinding sel primer, sedangkan dinding sel
sekunder hanya pada sel-sel tipe tertentu.

Lamela tengah adalan suatu lapisan perekat antar sel yang menyekat dinding primer dua
buah sel yang bersebelahan. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas air dan zat-zat pectin
yang bersifat koloid dan bersifat plastik (dapat mudah dibentuk) sehingga memungkinkan
gerakaan antar sel dan penyesuaiannya yang diperlukan sebelum sel-sel dapat mencapai
ukuran dan bentuk dewasa.
Dinding sel primer adalah dinding sel sejati pertama yang dibentuk oleh sebuah sel baru.
Walaupun air, zat-zat pektin dan protein banyak dijumpai di dalamnya, dinding sel primer
terutama terdiri atas selulosa dan hemiselulosa. Pada kondisi tertentu dinding sel dapat
menebal sehingga memenuhi ruang dalam sel. Zat-zat pembentuk dinding sel tambahan
ini disebut dinding sel sekunder yang terdiri atas dua atau lebih lapisan yang terpidah-
pisah. Sel yang memiliki dinding sel sekunder volumenya tidak dapat bertambah dengan
pertumbuhan permukaan atau kembali ke kondisi awal/dinding sel primer. Penyusun
dinding sel sekunder sebagian besar selulosa dan zat-zat lain khususnya lignin (zat kayu).

Lignifikasi tidak terlalu mengganggu permeabilitas dinding sel terhadap air dan bahan-
bahan terlarut, akan tetapi mengubah sifat fisik dan kimiawi dinding sel. Dinding sel yang
terlignifikasi menjadi lebih keras dan lebih tahan terhadap tekanan dari pada dinding sel
yang berselulosa.

 Plasmodesmata
Plasmodesamata adalah benang-benang protoplasmik halus yang terletak pada tempat-
tempat tertentu pada dinding sel primer (yaitu pada noktah yang berupa bagian dinding
sel yang tidak mengalami penebalan). Plasmodesamata dapat menembus pori-pori kecil
pada dinding sel primer dan lamella tengah diantara sel-sel yang bedekatan sehingga
protoplasma kedua sel dapat berhubungan. Plasmodesmata memudahkan proses
transportasi bahan-bahan dari sebuah sel ke sel berikutnya tanpa harus melalui selaput-
selaput hidup. Adanya plasmodesmata menunjukkan bahwa tumbuhan berperilaku lebih
sebagai suatu organisme tunggal dari pada sebagai sekumpulan unit sel bebas.

 Membran sel
Membran sel atau membran plasma merupakan bagian sel yang paling luar yang
membatasi isi sel dan sekitarnya. Membran ini tersusun dari dua lapisan yang terdiri dari
fosfolipid (50%) dan protein/lipoprotein (50%). Membran plasma bersifat semipermeabel
atau selektif permeabel yang berfungsi mengatur gerakan materi atau transportasi zat-zat
terlarut masuk dan keluar dari sel.
Gambar 2. Membran plasma

 Nukleus
Nukleus adalah inti sel yang memiliki membran inti dengan susunan molekul sama
dengan membran sel yaitu berupa lipoprotein. Pori-pori pada membran inti
memungkinkan hubungan antara nukleoplasma dan sitoplasma. Fungsi utama nukleus
adalah sebagai pusat yang mengontrol kegiatan sel dan mengandung bahan-bahan yang
menentukan sifat-sifat turun-temurun suatu organisma. Didalam inti sel tersusun atas tiga
komponen yaitu :

 Nukleoulus (anak inti) yang berfungsi untuk menyintesis berbagai macam molekul
RNA (asam ribonukleat) yang digunakan dalam perakitan ribosom.
 Nukleoplasma (cairan inti) merupakan cairan yang tersusun dari protein
 Butiran kromatin yang terdapat pada nukleoplasma, yang dapat menebal menjadi
struktur seperti benang yaitu kromosom yang mengandung DNA (asam
deoksiribonukleat) yang berfungsi menyampaikan informasi genetik melalui sintesa
protein.
 Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan yang terdapat di dalam sel, kecuali di dalam inti sel dan
organel sel. Sitoplasma bersifat koloid yaitu tidak padat dan tidak cair. Sitoplasma terdiri
atas air yang di dalamnya terlarut banyak molekul kecil, ion dan protein. Bahan-bahan
lain yang lazim terdapaat dalama sitoplasma adalah butir minyak dan berbagai macam
kristal yang dalam banyak hal tersusun dari kalsium oksalat. Ukuran partikel terlarut
adalah 0,001 – 0,1 mikron dan bersifat transparan.

Sitoplasma terikat pada permukaan luarnya oleh sebuah selaput yang disebut plasmolema
(selaput plasma) dan pada permukaan dalamnya, yang berbatasan dengan vaakuola
sentral, oleh selaput lain yang disebut tonoplas (selaput vakuola). Plasmolema dan
tonoplas sangat penting dalam fisiologi sel-sel karena sebagian besar mengontrol
pertukaran bahan antara sitoplasma dan ruang diluar sitoplasma dan di dalam vakuola

Koloid sitoplasma dapat mengalami perubahan dari fase sol ke fase gel atau sebaliknya.
Fase sol jika konsentrasi air tinggi dan gel jika konsentrasi air rendah. Di dalam
sitoplasma terkandung organel-organel sel atau daerah pada sitoplasma hidup yang
teralokasi khusus untuk fungsi tertentu. Organel-organel tersebut adalah :

 Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan perluasan membran yang saling berhubungan yang
membentuk saluran pipih atau lubang seperti tabung di dalam sitoplasma. Dalam
pengamatan mikroskop, retikulum endoplasma nampak seperti saluran berkelok-kelok
dan jala yang berongga-rongga. Saluran-saluran tersebut berfungsi membantu gerakan
subsatansi-subsatansi dari satu bagainsel ke bagian sel lainnya. Dalam sel terdapat dua
tipe retikulum endoplasma (RE) yaitu retikulum endoplasma kasar (REK) dan
retikulum endoplasma halus (REH).

REK dikatakan kasar karena permukaannya diselubungi oleh ribosom sehingga


tampak seperti helaian panjang kertas pasir. Ribosom adalah tempat sintesa protein
yang hasilnya akan melekat pada retikulum endoplasma dan biasanya ditujukan untuk
luar sel. REH tidak ditempeli ribosom sehingga permukaannya nampak halus. REH
memiliki enzim-enzim pada permukaannya yang berfungsi untuk sintesis lipid,
glikogen dan persenyawaan steroid seperti kolesterol, gliserida dan hormon.
Gambar 3. Organel sel tumbuhan : (1) Nukleus, (2) Pori-pori nuklear,
(3). RE kasar, (4) RE halus, (5) Ribosom pada RE kasar, (6) Protein
yang ditranspor, (7) Vesikel transpor, (8) Badan golgi, (9) Bagian cis
dari badan golgi, (10) Bagian trans dari badan golgi dan (11) Cisternae
badan golgi

 Badan golgi.
Badan golgi adalah sekelompok kantong (vesikula) pipih yang dikelilingi membran.
Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik. Badan golgi pada sel tumbuhan
biasa disebut diktiosom. Badan golgi dibangun oleh membran yang berbentuk
sisterna, tubulus dan vesikula. Sisterna mebentuk pembuluh halus (tubulus). Dari
tubulus diepaskan kantong-kantong kecil yang berisi bahan-bahanyang diperlukan
seperti enzim-enzim atau pembentuk dinding sel. Fungsi badan golgi dalam sel yaitu :

 Membentuk kantong-kantong (vesikula) yang bersisi enzim-enzim dan bahan lain


untuk sekresi, terutama pada sel-sel kelenjar.
 Membentuk membran plasma
 Membentuk dinding sel
 Membentuk akrosom pada sel spermatozoa yang berisis enzim untuk memecah
dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
 Ribosom
Ribosom adalah organel kecil bergaris tengah 17 – 20 mikron yang tersusun oleh
RNA ribosom dan protein. Ribosom terdapat pada semua sel hidup dan terdapat bebas
dalam sitoplasma atau melekat pada REK. Tiap ribosom terdiri atas dua sub unit yang
saling behubungan dalam suatu ikatan yang distabilkan oleh ion magnesium. Ribosom
berfungsi untuk sintesis protein, dimana pada waktu sintesis protein, ribosom
mengelompok membentuk poliribosom (polisom).

 Peroksisom dan glioksisom


Peroksisom adalah kantong-kantong yang memiliki membran tunggal. Peroksisom
berisi berbagai enzim dan yang paling khas adalah enzim katalase. Fungsi enzim
tersebut adalah mengkatalisis perombakan hydrogen peroksida (H2O2). Senyawa
tersebut merupakan produk metabolisme sel yang berpotensi membahayakan sel.
Peroksisom juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan mislnya pada lapisan aleuron biji padi-
padian . aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang terdapat dlam
vakuola. Glioksisom sering ditemukan pada jaringan penyimpan lemak dari biji yang
berkecambah. Gioksisom berisi enzim pengubah lemak menjadi gula. Proses
perubahan tersebut menghasilkan energi yang diperlukan dalam perkecambahan.

 Mitokondria
Mitokondria adalah organel sel penghasil energi sel. Mitokondria mempunyai dua
lapisan membran, yaitu membran dalam dan membran luar. Membran luar memiliki
permukaan halus, sedangkan membran dalam berlekuk-lekuk yang disebut kista.
Mitokondria adalah struktur yang mampu bereproduksi sendiri. Pada pembelahan sel,
semua kitokondria membelah diri, setenganhnya menuju ke sel anak yang satu dan
setengahnya ke sela anak yang lain. Mitokondria mengandung enzim-enzim untuk
fosforilasi oksidatif dan sistem transpor electron. Pada bagian membran dalam
dihasilkan enzim pembuatn ATP dan protein yang diperlukan untuk pernafasan antar
sel.

Membran dalam mitokondria terbagi menjadi dua ruang yaitu :


 Ruang intermembran yaitu ruangan diantara membran luar dan membran dalam.
Membran luar dapat dilalui oleh semua molekul kecil tetapi tidak dapat dilalui
protein dan molekul besar.
 Matriks mitokondria : merupakan ruangan yang diselubungi oleh membran dalam.
Didalam matriks tersebut tahapan metabolisme terjadi, mengandung enzim untuk
siklus Krebs dan oksidasi asam lemak, mengandung banyak butiran protein dan
DNA, ribosom dan beberapa jenis RNA. Mitokondria dapat menyintesis protein
sendiri karena memiliki DNA, RNA dan ribosom.
 Plastida
Plastida adalah organel sitoplasma yang tersebar pada sel tumbuhan dan terlihat jelas
di bawah mikroskop sederhana. Plastida sangat bervariasi ukuran dan bentuknya, pada
sel-sel tumbuhan berbunga biasanya berbentuk piringan kecil bikonveks. Meskipun
macam-macam plastida dihubungkan dengan fungsi-fungsi fisiologis yang tetap,
namun macam tersebut diklasifikan berdasarkan warnanya

 Leukoplast (tidak berwarna) : biasanya lazim terdapat dalam sel-sel yang tidak
terkena cahaya matahari, misalnya pada jaringan yang terletak sangat dalam pada
bagian tumbuhan baik di atas maupun di dalam tanah. Fungsinya adalah sebagai
pusat sintesis dan penyimpanan makanan cadangan seperti pati.
 Kloroplast yang mengandung klorofil yaitu suatu campuran pigmen yang
memberi warna hijau pada tumbuhan. Fungsinya adalah menangkap energi cahaya
yang diperlukan untuk proses potosintesis.
 Kromoplast yang mengandung pigmen-pigmen lain yang menentukan timbulnya
warna merah, jingga dan kuning pada bagian-bagian tumbuhan. Fungsinya masih
belum jelas, tetapi berhubungan dengan kemasakan buah dari mulai hijau sampai
dengan berwarna merah berhubungan dengan penurunan dan peningkatan jumlah
kromoplast.
 Vakuola sentral
Vakuola adalah rongga besar di bagian dalam sel yang berisi cairan vakuola yang
merupakan suatu larutan cair berbagai bahan organik dan anorganik yang kebanyakan
adalah cadangan makanan atau hasil sampingan metabolisme. Vakuola diselubungi
oleh selaput vakuola yang disebut tonoplas. Umumnya vakuola tidak berwarna,
namun dapat berwarna kebiru-biruan atau kemerah-merahan karena adanya pigmen
terlarut yang termasuk bahan kimia kelompok antosianin. Pada tumbuhan muda berisi
banyak vakuola berukuran kecil, akan tetapi dengan semakin matangnya usia sel
maka terbentuk vakuola yang semakin membesar. Vakuola berisi bahan-bahan antara
lain : asam organik, asam amino, glukosa, gas, garam-garam kristal, alkaloid (nikotin,
kafein, kinin, tein, teobromin, solanin dan lain-lain)

Vakuola dijuluki sebagai “tangki” bahan simpanan atau eksresi. Kehadiran vakuola
menjadikan sitoplasma terdorong ke pinggiran sel sehingga protoplas dekat dengan
permukaan. Dengan demikian pertukaran bahan antara sebuah sel dengan
sekelilingnya menjadi lebih efifisien. Vakuola sentral mempunyai fungsi rangka yang
penting karena biasanya volume cairan yang dikandungnya cukup besar untuk
menyebabkan dinding sel bagian luar akan meregang. Tekanan ke arah dalam pada
cairan vakuola yang disebabkan oleh dinding sel yang meregang tadi menimbulkan
ketegaran pada dinding sel, dan karena itu juga pada sel secara keseluruhan. Jika
terjadi penghilangan cairan dalam vakuola lebih cepat dari pada penggantinya,
tumbuhan akan mengalami kelayuan, daunnya berguguran dan batangnya merunduk.
Kondisi ini akan pulih apabila vakuola segera kembali “mengembung” sebagai akibat
penyerapan air oleh akar lebih cepat dari pada hilangnya air dari bagian-bagian lain
tumbuhan itu.

D. STRUKTUR SEL HEWAN


Sel hewan tersusun atas protoplasma. Protoplasma merupakan bahan hidup di dalam
sel berupa cairan koloid campuran majemuk protein, lemak, dan bahan organik
lainnya. Protoplasma merupakan substansi dasar kehidupan dalam sel.

Sel Hewan

Protoplasma sel hewan tersusun atas tiga bagian utama, yaitu :

a. Membran sel (Cell Membrane / Plasma Membrane)

Membran sel atau membran plasma merupakan bagian sangat penting dari sel. Tanpa
membran sel, sebuah sel tidak mungkin melangsungkan kehidupannya.

Membran sel berfungsi :

sebagai pelindung sel, melindungi agar isi sel tidak keluar meninggalkan sel

sebagai pengatur transportasi molekul dan reseptor atau penerima rangsangan dari
luar sel

memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya.

sebagai reseptor (penerima) rangsang dari luar

mengontrol zat-zat yang boleh masuk maupun keluar meninggalkan sel

sebagai tempat terjadinya kegiatan biokimia

mengontrol/mengendalikan pertukaran zat antara sitoplasma dan lingkungannya.

Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel dengan
lingkungan luarnya. Membran sel adalah selaput selektif permeabel, artinya hanya
dapat dilalui molekul-molekul tertentu (glukosa, asam amino, gloserol dan berbagai
ion).
Membran sel pada hewan maupun tumbuhan, umumnya terdiri atas tiga lapis yang
terstruktur protein-lemak-protein. Ketiga lapisan ini secara bersama-sama disebut
lipoprotein.

Membran sel mempunyai kemampuan memilikh bahan-bahan yang melintasinya


dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel.

Struktur utama yang membentuk membran sel adalah molekul-molekul fosfolipid


yang tersusun atas dalam dua lapis. Selain itu terdapat juga molekul kolesterol
sehingga membran sel agak kaku. Untuk menjalankan fungsi dengan baik, membran
sel dilengkapi dengan molekul-molekul protein dan karbohidrat. Protein-protein ini
berfungsi untuk mengatur lalu lintas bahan yang keluar masuk sel dan untuk
komunikasi antar sel.

Transpor molekul-molekul bahan dari luar sel atau dari dalam sel melalui membran
sel berlangsung secara difusi, osmosis atau transport aktif.

b. Inti sel (Cell nucleus)

Inti sel berisi butir-butir kromatin yang dihubungkan oleh benang kromatin yang
sangat halus membentuk gulungan benang kromatin yang mengandung bahan genetik,
yaitu untaian molekul DNA.

Di dalam inti terdapat struktur bulat yang lebih padat dan tidak dibatasi oleh
membran. Struktur ini disebut anak inti (nukleolus). Nukleolus dibutuhkan untuk
membentuk molekul RNA. Inti sel juga mengandung cairan inti (nukleoplasma) yang
tersusun atas molekul asam inti (DNA/RNA), protein inti dan benang-benang
kromatin.

Inti sel berfungsi untuk mengatur (mengontrol) seluruh aktivitas sel dan pewarisan
faktor keturunan. Sedangkan anak inti berfungsi untuk mensintesis berbagai macam
molekul RNA, khususnya pembentukan RNA (RNA Ribosom)

Bentuk dan penampilan inti sel yang sedang membelah sangat berbeda dengan inti sel
yang tidak sedang membelah. Pada saat membelah sudah tidak dapat ditemukan
membran inti dan butir-butir kroatin, akan tetapi ditemukan struktur baru seperti
benang atau batang yang disebut kromosom. Kromosom berasal dari benang-benang
kromatin yang digulung lebih padat dari butir kromatin, sehingga pada kromosom
juga terdapat bahan genetik (DNA). DNA dibutuhkan sebagai sandi (kode) untuk
pembentukan protein dalam sitoplasma.

c. Sitoplasma (Cytoplasm)

Sitoplasma merupakan bagian sel yang hidup yang terdapat di luar inti sel. Sebagian
besar aktivitas sel, seperti metabolisme, gerakan dan biosintesis berlangsung di dalam
sitoplasma. Oleh karena itu di dalam sitoplasma terdapat berbagai perlengkapan sel
yang disebut organel. Di dalam sitoplasma terdapat juga pigmen dan cadangan bahan
makanan berupa pati, lemak, tepung dan glikogen.

Organel-organel yang terdapat di dalam sitoplasma adalah sebagai berikut :

Mitokondria (Mitochondrion)

Mitokondria berasal dari kata mitos dan chondrion. Mitos artinya benang dan
chondrion berarti butir. Mitokondria tampak seperti benang-benang halus atau butir-
butir yang tersebar dalam sitoplasma. Jumlah mitokondria dalam satu sel dapat
mencapai 800 buah. Mitokondria memiliki ketebalan sekitar 0,35-0,74 mikron.

Mitokondria memiliki membran rangkap. Membran sebelah dalam melipat-lipat ke


dalam ruangan sehingga membentuk rigi-rigi yang memperluas permukaan dalam.
Sedangkan membran sebelah luar polos. Di dalam mitokondria terdapat matriks.
Matriks dasarnya disebut krista.

Mitokondria berfungsi sebgaia pusat respirasi sel dan penghasil energi terbesar di
dalam sel, sehingga merupakan sumber energi untuk sel. Oleh karena itu, pada sel-sel
yang membutuhkan banyak energi akan ditemukan banyak sekali mitokondria, seperti
[ada sel otot, sel kelenjar dan sebagainya. Dengan demikian mitokondria disebut juga
power house of sel.
Di dalam matriks mitokondria terdapat DNA mitokondria. Gen-gen pada inti sel akan
memberikan informasi untuk memproduksi enzim-enzim tertentu di sitoplasma,
kemudian enzim-enzim tersebut masuk ke dalam mitokondria, menyebabkan DNA
mitokondria dapat berkembang baik dan membentuk protein (enzim) sendiri.

Retikulum Endoplasma (Endoplasmic Reticulum)

Retikulum endoplasma merupakan saluran yang berkelok-kelok sebagai penghubung


antara membran sel dengan membran inti. Retikulum endoplasma dibagi menjadi dua
berdasarkan ada dan tidaknya ribosom yang menempel yaitu :

a. Retikulm endoplasma bergranula kasar (rough endoplasmic reticulum), yaitu


retikulum endoplasma yang mengandung atau menempel ribosom dengan jarak
tertentu. Fungsinya untuk menampungnya protein yang dibuat oleh ribosom.

b. Retikulum endoplasma granula halus (smooth endoplasmic reticulum), yaitu


retikulum endoplasma yang tidak mengandung ribosom. Fungsinya untuk mensintesis
molekul-molekul lemak, fosfolipid, dan steroid.

Retikulum endoplasma mempunyai fungsi umum yaitu menyusun dan menyalurkan


zat-zat ke dalam sel. Setiap sel selalu mensintesis protein sehingga setiap sel selalu
mengandung retikulum endoplasma.

Ribosom (Ribosome)

Ribosom berbentuk sebagai butiran-butiran dengan diameter 23 nm yang terdapat


bebas do dalam sitoplasma atau menempel pada retikulum endoplasma. Secara
struktur, ribosom terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit kecil 40-S dan subunit besar 60-
S.

Fungsi Ribosom : sebagai tempat sintesis protein dalam sel. Pada ribosom terdapat
paling sedikit tiga jenis RNA, yaitu mRNA, rRNA, dan tRNA yang diperlukan untuk
membaca kode yang dikirimkan dari inti sel, sehingga dari kode itu dapat dibaca jenis
protein yang bagaimana yang akan disintesis di dalam ribosom.

Perbedaan ribosom bebas dan ribosom pada retikulum endoplasma :

Ribosom yang terdapat bebas di dalam sitoplasma berbeda dengan ribosom yang
menempel pada retikulum endoplasma berbeda dalam hal pengguaan protein yang
dibuatnya. Protein-protein yang dibuat oleh ribosom yang bebas di dalam sitoplasma,
umunya dimanfaatkan oleh sel itu sendiri. Sedangkan protein-protein yang dibuat
ribosom yang menempel pada retikulm endoplasma akan ditampung dalam ruangan
retikulum endoplasma, berfungsi sebagai enzim protein, pengangkut protein, reseptor
pada permukaan sel.

Badan Golgi / Kompleks Golgi (Golgi Apparatus)

Kompleks Golgi pertama kali ditemukan di dalam sel saraf oleh seorang sarjana
bangsa Italia Camilo Golgi pada tahun 1898. Kompleks Golgi terdiri dari kantung-
kantung pipih yang disebut sisterna. Sisterna ini bertumpuk dalam 4-8 lapisan.

Protein yang disintesis oleh riboso pada retikulum endoplasma kasar, sebagai
membran RE akan terlepas menuju ke kompleks Golgi. Kemudian di dalam ruangan
kompleks Golgi ini, protein diolah kembali seperti mendapat tambahan molekul
karbohidrat, gugus fosfat, atau gugus lemak. Setelah bahan-bahan tersebut diolah
secara sempurna, maka akan diangkut oleh gelembung-gelembung sekresi menuju
permukaan sel. Kemudian, apabila membran dari gelembung-gelembung sekresi
tersebut sudah bersatu dengan membran sel maka bahan-bahan tersebut disekresikan
ke luar sel secara eksositosis.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kompleks Golgi berfungsi


sebagai alat pengeluaran (sekresi) protein dan lendir, sehingga disebut juga
organel sekresi. Kompleks Golgi pada tumbuhan disebut diktisom.

Lisosom (Lysosome)
Lisosom merupakan organel berbentuk oval atau bundar yang dibatasi oleh
membran tunggal dan berisi sejumlah enzi pencernaan. Misalnya pada sel darah
putih (leukosit), bakteri-bakteri yang telah difagositosis akan dicerna oleh enzim-
enzim lisosom. Lisosom berfungsi juga untuk mencernakan organel-organel sel
yang telah rusak atau sudah tua. Kemudian tempat organel yang dicernakan tadi
akan diisi oleh organel baru.

Contohnya pada saat berudu berubah menjadi katak, ekor berudu secara bertahap
diserap oleh sel-sel ekor yang banyak mengandung lisosom, hasil penghancuran
ekor ini kemudian digunakan untuk pertumbuhan sel baru dan perkembangan katak
selanjutnya.

Pada sel sperma, lisosom penting dalam proses penembusan obum oleh sperma.
Lisosom tersebut terdapat pada kepala sperma.

Peroksisom (Peroxisome)

Peroksisom merupakan suatu organel yang mirip dengan lisosom tetapi biasanya
berukuran lebih kecil, mengandung banyak enzim yang berhubungan dengan
metabolisme H2O2. Salah satu contohnya adalah enzim katalase.

Enzim katalase terdapat di semua sel hidup dan banyak ditemukan pada sel hati.
Enzim katalase berfungsi untuk menguraikan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi
air (H2O) dan oksigen (O2).

Reaksi kimia enzim katalase ditulis sebagai berikut :

Catalase enzyme
2H2O2 -----------------> 2 H2O+ O2

Senyawa hidrogen peroksida (H2O2) terbentuk dalam proses respirasi sel,


bersifat racun dan dapat merusak sel.

Sitoskeleton (Cytoskeleton)

Sitoskeleton meruapakan rangkaian benang-benang yang tersusun atas silium dan


flagelum, berfungsi sebagai penyokong sel dan mempertahankan bentuk sel. Di
samping itu, sitoskeleton juga berperan dalam hal terjadinya perubahan bentuk sel dan
erat kaitannya dengan gerak keseluruhan sel atau gerak organel di dalam sel.

Benang penyusun sitoskeleton dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Mikrofilamen (Microfilament)
Mikrofilamen merupakan benang - benang tipis, (sering disebut filamen
aktin), benang-benang protein aktin dengan diameter sekitar 7 nm.
Mikrofilamen tidak dimiliki oleh semua sel.

Contoh sel yang memiliki mikrofilamen adalah sel otot lurik yang dikenal
sebagai aktin dan miosin berfungsi sebagai kontraksi.

Fungsi mikrofilamen adalah untuk kontraksi otot, gerak ameboid,


pembelahan sel, mempertahankan bentuk sel dan mengubah bentuk sel.

b. Mikrotubul (Microtubule)Mikrotubul tersusun atas molekul protein jenis


tubulin diameternya 25 nm dan membentuk pipa atau tabung. Mikrotubul
berfungsi untuk pergerakan (mobilitas) sel, gerak kromosom, penempatan
dan pergerakan organelm serta mempertahankan bentuk sel.

c. Filamen Antara (Intermediate Filament)

Filamen antara tersusun dari komposisi protein yang berbeda-beda antara jenis
sel yang satu dengan sel lainnya. Selain itu, filamen antara memiliki diameter
yang lebih besar dari diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil dari diameter
mikrotubul, yaitu sekitar 8-10 nm.

Filamen antara berperan untuk memperkuat atau mempertahankan bentuk sel.


Filamen ini sangat dominan keberadaannya di dalam sel yang sering
mengalami tekanan mekanik seperti pada sel-sel epitel kulit dan sepanjang
serabut saraf.

Sentriol

Sentriol hanya ditemukan pada sel hewan. Di dalam sel terdapat dua sentriol yang
terdapat di dalam sentrosom. Satu sentriol terdiri dari satu batang yang tersusun dari 9
mikrotubul.

Pada saat terjadi pembelahan sel, kedua sentriol akan memisahkan diri, bergerak
menuju kutub yang berlawanan dan berkembang menjadi benang gelondong.

Sentriol berfungsi pada saat terjadinya pembelahan sel yaitu pada pergerakan
kromosom atau kromatid.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.KESIMPULAN

Sel pertama sekali ditemukan Ilmuwan Inggris, Robert Hooke (1665) dengan
meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
dibatasi oleh dinding disebut sel. Pada tahun 1839, seorang biolog Perancis, Felix
Durjadin menemukan isi penyusun dalam rongga sel disebut sarcode. Johanes
Purkinje (1789- 1869) mengadakan perubahan nama sarcode menjadi protoplasma.
Theodore Schwann (1801-1881), seorang pakar zoologi Jerman dan Mathias
Schleiden (1804-1881), pakar botani Jerman mengemukakan bahwa tubuh hewan dan
tumbuhan terdiri atas sel-sel. Robert Brown (1831), seorang biolog Skotlandia
menemukan inti (nukleus). MaxSchultze (1825-1874), seorang pakar anatomi
mengemukakan protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan. Rudolf Virchow
mengatakan sel berasal dari sel Omnis Cellula Cellula.Sel dibedakan atas beberapa
bentuk, diantaranya berdasarkan keadaan inti sel (sel eukariotik dan prokariotik),
berdasarkan keadaan kromosom dan fungsinya (sel somatik dan reproduktif),
berdasarkan sifatnya (bagian hidup dan bagian yang mati).Sel tumbuhan terdiri atas:
dinding sel, membran plasma, sitoplas.Dari uraian makalah ini, diperoleh kesimpulan
bahwa sel merupakan unit kehidupan dari sebuah makhluk hidup. Setiap sel
melakukan aktivitasnya masing-masing layaknya indivudu. Didalam sel terdapat
bagian-bagian yang terdiri dari bagian hidup mati seperti dinding sel dan vakuola dan
bagian yang hidup seperti, plasma sel, dan organel-organel sel. Bagian-bagian
tersebut bekerja sama dalam melakukan kegiatannya. Namun, tidak semua memiliki
bgian tersebut. Pada sebagian sel prokariot hanya memiliki beberapa bagian saja.Tak
lepas dari itu, sel melakukan reproduksi layaknya makhluk hidup. Baik secara
Amitosis, Mitosis, Meiosis. Banyak sekali kegunaan reproduksi ini seperti, pada sel
meristem stumbuhan berfungsi untuk pertumbuhan. Sedangkan pada sel epitel
manusia untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau sudah tua dan lainnya

1.2.SARAN
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa sel
penting bagi kehidupan kita. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila
terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B. dkk. 2004. Molecular Biology of the Cell. 4th edn. Garland Science: New York

Marianti, Aditya dan Sumadi. 2007. Biologi Sel . Yogyakarta. Graha Ilmu

Lumowa,Sonja V. T. 2015. Biologi Sel. Malang. UMM Press

White J. M. 2007. Cell Structure and Function. University of Virginia Health System.

Anda mungkin juga menyukai