Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ILMU,IMAN,AMAL DAN AKHLAK

Oleh:

Adelia Maharani 1830201106


Anggun Yuspita 1830201113

Dosen Pengampu:
Budiansyah

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua sehingga

penulisan makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Tak lupa

pula kami mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah Muhammad saw,

sebagai rahmatan lil’alamin.

Makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan nilai kami selaku

mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang pada mata kuliah Pendidikan

Agama Islam dengan judul “Hubungan Ilmu,Iman,Amal dan Akhlak”.

Kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam

membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan kami mengharapkan kritik dan saran

yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna.

Wassalamualaikum wr.wb.

Penulis

DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB l PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................................................
B.Rumusan Masalah ...................................................................................................
C.Tujuan......................................................................................................................

BAB ll PEMBAHASAN
A.Pengertian Ilmu,Iman,Amal, dan Akhlak .............................................................
B.Hubungan Ilmu,Iman,Amal, dan Akhlak ..............................................................

BAB lll PENUTUP


A.Kesimpulan ..........................................................................................................
B.Saran .....................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya perlu akan konsep hidup, yang akan memberikan
gambaran secara jelas tentang bagaimana manusia dalam berkehidupan yang harmonis
dengan Tuhan dan Manusia serta alam sekitarnya. Konsep hidup ini bekerja secara
berkesinambungan dan mengalami pembaharuan dalam implikasinya sesuai dengan
tuntutan zamannya.

Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran pada
kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu
mengindahkannya, titik ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang
menentukan kerja amal manusia sesuai dengan kebenaran.

Kebenaran yang menjadi dasar tidak serta-merta "ada", namun ikhtiar manusia
sebagai subjek kehidupan yang memiliki kehendak bebas serta berpikir bebas selalu
mencoba mendekatkan diri pada kebenaran melalui ilmu. Sebagai sarana pendekatan
diri pada kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa manusia sebagai
makhluk Tuhan secara masif mendekatkan dirinya melalui pencarian kebenaran atau
pembelajaran.

Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka ilmu akan
senantiasa membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai adalah
manusia yang melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan menjadi hidup
dengan membumikan ilmu dalam pola pikir dan pola tindak manusia.

Konsepsi yang menjadi dasar perencanaan manusia secara hirarki dan simultan
memberikan kesinambungan gerak pikir dan gerak tindak perlu dibumikan dalam diri
manusia itu sendiri. Seperti konsepsi Marx, tentang pertentangan klas, bahwa manusia
yang berada dalam klas-klas tertentu berubah dengan manusia yang tanpa klas.
Konsepsi Marx dapat dikatakan sosialis. Seperti itu halnya, manusia yang beragama
(Berkebenaran) harus memiliki konsep hidup yang mencerminkan suatu karakter
manusia yang cenderung pada kebenaran.

B.Rumusan Masalah

1. apa itu ilmu,iman,amal dan akhlak?


2. Bagaimana hubungan ilmu,iman,amal dan akhlak?

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi ilmu,iman,amal dan akhlak.


2. mengetahui hubungan ilmu,iman,amal dan akhlak.

BAB ll
PEMBAHASAN

A.Pengertian itu ilmu,iman,amal dan akhlak

1. Iman
Bila hanya memiliki iman yang syarat dengan pengetahuan,sehingga derajatnya di
hadapan manusia terpandang, banyak beramal disertai dengan akhlak terpuji, tetapi tidak
dilandasi dengan iman kepada Allah, maka kehidupannya akan goyang ibarat sebuah pohon
besar yang menjulang ke langit dengan dengan buah lebat, daun yang rindang tapi akarnya
tidak menghujam kuat dalam tanah. Dalam waktu singkat, pohon itu tentu saja akan roboh.
Ilmu tanpa dilandasi iman akan mencetak manusia pintar tapi memiliki sifat perusak,
karena ilmunya digunakan untuk kehancuran dan pemikirannya cenderung mendewakan akal.
Amal manusia,seberapapun banyaknya,tidak akan dinilai Allah sebagai pahala karena
Allah hanya akan membalasperbuatan orang yang beriman.Orang yang berbuatu sesuatu
tanpa dilandasi iman akan berbuat dengan motivasi di luar tuntunan agama,karena
kebiasaan,memberi bantuan karena riba atau mengharapkan balasasn.Akhlak yang tidak
dilandasi dengan iman bukanlah akhlak,dia disebut moral,etika,susila atau kata lain
sepertinya.
Akhlak adalan tuntunan kehidupan yang datang dari wahyu Allah dengan teladan Nabi
Muhammad Saw.Berdasarkan Al-Qur’an dan hadist kehadirannya bagi seorang muslim
adalah pencerminan dari iman sehinggamustagil bagi seorang muslim adalah pencerminan
dari iman sehingga mustahil bagi seorang yang tidak beriman akan mampu ber akhlak
sebagaimana orang-orang beriman kepada Allah.
Iman merupakan modal dasar untuk hidup.Berapa banyak manusia yang mampu bertahan
menghadapi gelombang kehidupan ini karena masih mempunyai iman,dan tidak sedikit
manusia lari dari kehidupan dengan meninggalkan eksistensi dirinya sebagaimana seoran
profesor bernama Paul Eahrenfest.Ia adalah seorang intelektual .Ia berasal dari keluarga baik-
baik,mendapi pelajaran dan pendidikan sebaik-baiknya.Otaknya yang amat tajam itu telah
menggali rahasia ilmu yang dapat dicapai oleh manusia di zamannya.Tak pernah terdengar ia
melakukan suatu pekerjaan tercela.Ia selalu bergaul dengan orang baik pula.Akhlaknya
baik,penyayang,dan ia disayangi keluarga juga rekan-rekannya.
Mengapa ia melakukan suatu perbuatan yang lebih buas dan ganas dari perbuatan seorang
penjahat,membunuh anak sendiri,sebelum ia melakukan bunuh diri?perbuatan yang dilakukan
Propesor Paul bukan karena kurang ilmu atau sedikit amal dan bukan pula karena ia tidak
bermoral.Perbuatan yang dilakukannya disebabkan tidak bersemayamnya iman di dalam
dirinya.Rohaninya terasa kosong,jiwa nya hampa dari petunjuk.

2. Ilmu
Seseorang mungkin saja memiliki iman yang kuat bak kuatnya karang di tengah lautan,
amalan yang banyak, akhlaknya juga terpuji. Namun bila tidak berilmu, kehidupannya akan
terasa senjang. Islam menuntut pemeluknya mencari ilmu yang baik untuk kehidupan dunia
maupun akhirat sebagaimana yang tergambar dalam hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa salam.

“jadilah engkau orang yang mengajar, atau orang yang belajar, atau orang yang mendengar
atau orang yang cinta kepada dunia dan jangan jadi orang yang kelima maka celaka kamu.
(HR.Muslim)
Orang dengan iman yang kuat,beramal yang banyak serta berakhlak terpuji tanpa memiliki
ilmu,maka nilainya kurang,bahkan orang tidak mampu menaklukan dunia tanpa ada ilmu
sebagai penunjangnya.

3. Amal
Beriman, berilmu, berakhlak tapi tidak ada amal, hidup terasa hambar, ada yang kurang,
seperti pohon besar yang tumbuh kuat tapi tidak berubah. Walupun berguna, tetapi sedikit
sekali manfaat yang bisa diberikan untuk orang banyak. Jangankan untuk orang lain.
Sedangkan untuk diri sendirisaja masih kurang.
Kehidupan dunia hanya sementara, segala kemegahan yang diraih akan hancur bila
masanya sampai, sedangkan kehidupan akhiratdapat ditempuh hanya dengan amal, bukan
karena pangkat atau derajat yang diperoleh di dunia. Amal adalah persiapan, pembela, dan
penyelamat kehidupan di akhirat. Walupun kita dapat meraih kesenangan di dunia dengan
maksimal, tapi berapa lamakah kesenangan itu bisa kita rasakan, paling lama 60 tahun,
setelah itu mau ke mana?

4. Akhlak

Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata khuluqdan jama‘nya adalah akhlak
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata akhlak berakar dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan, seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan
khalaq (penciptaan).

Kesamaan akar kata diatas mengiyakan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluk (manusia).
Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru
mengandung nilai akhlaq yang haqiqi jika tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada
kehendak khaliq.

Dari pengertian etimologi tersebut diatas akhlak merupakan tata aturan atau norma
prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan juga yang mengatur hubungan
antar manusia dengan Tuhan dan dengan alam semesta.Apabila kata akhlak dikaitkan dengan
kalimat Islam,yang disebut al-Akhlak Islamiyah atau al-Akhlak al-Karimah maka artinya
adalah perbuatan dan tingkah laku yang terbaik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan Al-
Qur‘an dan as Sunnah.

Secara terminologis, Imam Ghazali mendefinisikan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara menurut Imam Qurthubi akhlak
adalah adab atau tata krama yang dipegang teguh oleh seseorang sehingga adab atau tata
krama itu seakan menjadi bagian dari penciptaan dirinya.

Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlakul al-karimah (terpuji) dan akhlakul al-
madzmumah (tercela). Menurut objek atau sasarannya, akhlak juga dapat terbagi menjadi dua
bagian yaitu akhlaq terhadap Khalik atau Pencipta yaitu Allah SWT dan akhlaq terhadap
makhluk. Makhluk adalah segala yang diciptakan Allah, yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu manusia dan bukan manusia.

Akhlak terhadap manusia terdiri dari akhlak terhadap Nabi dan Rasul, akhlak terhadap
diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan hubungan
antar bangsa.

Akhlak terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terhadap benda mati,
terhadap alam nabati atau flora, dan terhadap alam hewani atau fauna. Ajaran tentang dasar-
dasar agama Islam ini, terjalin rukun agama yang disebut Hadis Nabi yaitu Hadis Jibril
(Iman, Islam, dan Ihsan).

Iman, ilmu, amal, bila tidak diikuti akhlak yang baik, maka rusaklah kehidupan manusia.
Iman akan rusak bila tidak diikuti dengan akhlak yang baik, ilmu akan mencelakai kalau
tidak diiringi dengan akhlak yang baik. Amal akan sia-sia bila berakhlak bejat. Akhlak
merupakan kesempurnaan iman.iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak.
Dengan kata lain, tingginya akhlak adalah manifestasi dari kesempurnaan iman. Sebaliknya,
seseorang tidak dipandang beriman dengan sungguh jika akhlaknya buruk. Dalam hubungan
itu, Abu Hurairah meriwayatkan penegasan rasullah shallallahu ‘alaihi wa salam.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”
(HR. Ahmad Turmudzi)
B.Hubungan antara Aqidah, Syariah, Amal, dan Akhlak

Dalam sejarah kehidupan manusia,Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,


bahagia dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At Thalaq: ayat 2-3).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal soleh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.

Sumber ilmu menurut ajaran islam:

1. Wahyu, yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat
cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt
“Qur’aniyah”.
2. Akal, yaitu suatu kesempurnaan manusia yang dibserikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisis yang ada dan wujud diatas dunia disebut ayat Allah
“Kauniyah”.

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt
dan berilmu pengetahuan luas, yuang diterangkan dalam Q.S. Al-Mujadalah: 11. Yang isinya
bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan
beriman kepada Allah swt, orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat
melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.

Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin,mampu menerangi
orang lain sedangkan dirinya sendiri hancur,dan ini besar sekali dosanya,karna dapat
memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti
dalam Q.S. Ash-Shaf:3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendak nya menjadi
contoh dan teladan bagi orang lain.

Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Meskipun demikian, ketiganya dapat
dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai konsep atau sistem keyakinan yang bermuatan
elemen-elemen dasar iman, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah
sebagai konsep atau sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.
Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak
dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam
diri seorang Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah
pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah,
sedangkan buahnya adalah akhlak.

Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang
mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga
tergambar akhlak yang mulia dalam dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang
melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman, maka ia
termasuk ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku beriman, tetapi tidak mau
melaksanakan syariah, maka ia disebut orang fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman
dan melaksanakan syariah tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut orang
munafik.

Demikianlah, ketiga konsep atau kerangka dasar Islam ini memiliki hubungan yang
begitu erat dan tidak dapat dipisahkan. Al-Quran selalu menyebutkan ketiganya dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai ayat, seperti surat al-Nur (24): 55:

Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentaiasa.” (QS. al-Nur (24): 55).

Juga ditegaskan dalam QS. al-Tin (95): 6:

Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. al-Tin (95): 6).

Dan dalam QS. al-‘Ashr (103): 3:


Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

(QS. al-‘Ashr (103): 3).

Dalam ketiga ayat di atas ketiga kerangka dasar Islam itu disebut secara bersamaan,
namun dalam dua istilah, yakni iman dan amal shalih. Iman menunjukkan konsep aqidah,
sedangkan amal shalih menunjukkan adanya konsep syariah dan akhlak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3
).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.

Sumber ilmu menurut ajaran Islam :

Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat
yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”.

Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan
menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt
dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang isinya
bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan
beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat
melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat
memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti
dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya
menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.

Iman, ilmu, amal, dan akhlak merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu
dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat
dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya
bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi.
Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan
mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.

B. Saran

Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan, membantu, dan memudahkan


kita dalam memahami dan mempelajari ajaran islam yang sebenarnya. untuk itu kami
menghimbau untuk memahami isi makalah ini sebaik-baik mungkin sehingga dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya


kepada pembaca dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sarinah. 2017. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Deepublish

Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Yogyakarta: Debut Wahana Press

Denros, Mukhlis. Memanusikan Manusia. Jakarta: Qibla

Anda mungkin juga menyukai