Anda di halaman 1dari 21

Makalah Psikologi Perkembangan Anak

TAHAP PERKEMBANGAN SISWA

Disusun Oleh :

Almira Pratiwi 1830201110


Desti Ayukasari 1830201125

Dosen Pengampu :
Faisal, M.Pd.I.

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.wb.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT. atas segala karunia
nikmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “Tahap Perkembangan Siswa” disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi Pengembangan Anak yang diampu oleh Faisal, M.Pd.I.
Dalam penyusunan makalah ini, kami membaca dan meresume dari beberapa sumber. Mulai
dari referensi buku, jurnal dan website bebas. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan Anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khususnya penulis
dan pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabballamin...
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Palembang, 09 April 2020

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat
kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar,
dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik. Peserta didik
memiliki potensi yang berbeda.
Perbedaan peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan
hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan
kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan
dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik. Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya
pemahaman dari guru untuk mengetahui keberagaman masing-masing peserta didik
melalui strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan peserta didik?
2. Apa saja kebutuhan peserta didik?
3. Apa saja karakteristik peserta didik?
4. Apa saja prinsip-prinsip perkembangan peserta didik?
5. Bagaimana perkembangan kemampuan fisik dan pertumbuhan fisik peserta didik?
6. Bagaimana perkembangan minat peserta didik?
7. Bagaimana perkembangan motorik peserta didik?
8. Bagaimana perkembangan sosialisasi peserta didik?
9. Bagaimana perkembangan kognitif peserta didik?
10. Bagaimana perkembangan kecerdasan peserta didik?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan peserta didik.
2. Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik.
3. Untuk mengetahui karakteristik peserta didik.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan peserta didik.
5. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan fisik dan pertumbuhan fisik peserta
didik.
6. Untuk mengetahui perkembangan minat peserta didik.
7. Untuk mengetahui perkembangan motorik peserta didik.
8. Untuk mengetahui perkembangan sosialisasi peserta didik.
9. Untuk mengetahui perkembangan kognitif peserta didik.
10. Untuk mengetahui perkembangan kecerdasan peserta didik?

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Peserta Didik


Beberapa pengertian perkembangan menurut para ahli. Menurut Kasiram (1983 :
23), “Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang
berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa perkembangan merupakan perubahan
sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat
sebelumnya". Menurut Santrok Yussen (1992), "Perkembangan merupakan pola
perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat
dan bersifat involusi. Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses
terbentuknya individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung
sampai akhir hayat yang bersifat timbul adanya perubahan dalam diri individu".
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah
proses perubahan individu yang bersifat dinamis ke arah kesempurnaan secara terus –
menerus sejak lahir hingga akhir hayat.
Menurut Sinolungan (1997), Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang
terkait dengan prosedur pendidikan sepanjang hayat, sedangkan peserta didik dalam arti
sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah. Departemen Pendidikan nasional
(2003) menegaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik pada
usia SD/MI adalah semua anak yang memiliki rentang usia 7-12/13 tahun. Peserta Didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003
SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4).
Jadi, peserta didik yaitu semua komponen mayarakat yang belajar dan
mengembangkan diri melalui prosedur – prosedur, baik prosedur formal maupun
nonformal. Sedangkan tenaga pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu dan
pengalamannya dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai pengabdian
terhadap masyarakat. Dalam menumbuh kembangkan kualitas peserta didik, yang perlu
dilakukan oleh tenaga pendidik adalah mengenali peserta didik dengan sebaik-baiknya.
Mengenali disini diartikan seperti mengenal psikolog anak, bagaimana pribadi si anak,
dan bagaimana cara menghadapi watak atau karakteristik anak yang berbeda-beda.
Dengan mengenali karakter si anak, maka pendidik akan lebih mudah dalam
menyampaikan materi ajar pada si anak. Sehingga anak akan lebih mudah menerima apa
yang disampaikan oleh Gurunya.

B. Kebutuhan Peserta Didik


1. Kebutuhan peserta didik
Sebagaimana manusia pada umumnya, para peserta didikpun memiliki berbagai
kebutuhan yang amat diperlukan bagi perkembangan diri dan wawasan
pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa depan yang lebih baik. Kegiatan-
kegiatan yang terprogram di sekolah pada prinsipnya adalah merupakan manifestasi
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.
Berikut ini beberapa kebutuhan peserta didik secara khusus yang harus menjadi
perhatian guru, yaitu :
a) Kebutuhan akan agama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Yang dimaksud agama di sini
adalah iman yang diyakini oleh fikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan,
dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Dengan landasan agama yang kuat
maka peserta didik akan dapat mengarahkan setiap tingkah lakunya sesuai dengan
moralitas yang baik sehingga dapat membentengi dirinya dari hal-hal yang merusak
diri dan lingkungannya.
b) Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar manusia termasuk peserta
didik yang bersifat instink, tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan
pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmani itu antara lain kebutuhan akan
makanan, minuman, pakaian, oksigen, istirahat yang cukup dan gerakan jasmani.
c) Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungan,
jaminan keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman, penyakit perang dan
lainnya. Rasa aman merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi peserta didik,
terutama rasa aman di kelas dan di sekolah.
d) Kebutuhan akan kasih sayang
Kebutuhan akan kasih sayang yaitu kebutuhan yang mendorong manusia untuk
mengadakan ikatan emosional dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam
bentuk kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai,
menyayangi dan disayangi dan sebagainya.
e) Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan merupakan kebutuhan individu untuk merasa
berharga dalam hidupnya. Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari
kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang
berharga diri.
f) Kebutuhan akan rasa bebas
Kebutuhan akan rasa bebas yaitu kebutuhan untuk merasa bebas dari
kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu.
g) Kebutuhan akan rasa sukses
Peserta didik sangat menginginkan segala usahanya dalam menempuh
pendidikan di berbagai jenjang dapat berhasil dengan baik, terutama secara
akademik.

C. Karakteristik Peserta Didik


Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar
memiliki karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada
masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut.
Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan
dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi
hambatan dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi bahwa keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh pada
bagaimana belajar masing-masing peserta didik, namun dari proses belajar masing-
masing siswa dapat mempengaruhi pembelajaran secara keseluruhan serta juga
mempengaruhi bagaimana proses belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif
maka akan memberikan efek yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga
terdapat karakteristik atau keadaan dari siswa yang buruk dan memberikan pengaruh
negatif bagi pembelajaran.
Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sentral dalam pembelajaran secara
langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang
sebenarnya terjadi pada siswa. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga
mengatasi adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi
pembelajaran. Identifikasi terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk masing-masing
individu maupun keseluruhan mutlak diperlukan yang digunakan untuk pengambilan
langkah dan perlakuan terutama pemilihan strategi, model, media, dan komponen
penyusun pembelajaran lainnya.
Dalam bukunya, Sardiman (2011: 120) menyebutkan bahwa terdapat 3 macam hal
karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa yang perlu diperhatikan guru yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa. Misalnya
adalah kemampuan intelektual kemampuan berpikir, dan lain-lain.
2. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan latar belakang dan status
sosial.
3. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Dari macam-macam jenis dan sumber karakteristik atau keadaan yang ada pada
siswa ini guru dapat menentukan data-data apa saja yang perlu diketahui informasinya
dan digali dari peserta didik. Kondisi pada peserta didik juga senantiasa dapat mengalami
perubahan, guru hendaknya juga harus memantau segala perubahan keadaan yang ada
pada siswa baik sebelum pembelajaran dimulai, saat pembelajaran, hingga paska
pembelajaran dan evaluasi.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan tipe kepribadian dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert : dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil
bagian dalam aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert : dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai
kontrol diri yang baik.
3. Kepribadian Neurosis : dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan
kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

D. Prinsip-prinsip Perkembangan Peserta Didik


Anak sebagai individu mengalami perkembangan yang tak pernah henti-hentinya.
Pemahaman yang baik tentang perkembangan anak, akan membantu pendidik untuk
memberi perlakuan yang benar kepada anak-anak. Perkembangan anak pada dasarnya
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh aspek yang ada dalam diri
anak, seperti aspek fisik, aspek sosial, aspek emosi, kognitif (berfikir) maupun aspek
spiritual. Di dalam perkembangan anak terdapat berbagai aturan-aturan tertentu yang
disebut dengan prinsip-prinsip perkembangan. Berbagai prinsip – prinsip perkembangan
tersebut tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan adalah proses yang tak berakhir
Manusia akan berkembang, berubah dan dipengaruhi terus oleh pengalaman
sepanjang hayatnya, baik dalam aspek fisik maupun dalam aspek psikis dan sosialnya.
Perkembangan ini terjadi dalam proses yang tidak berakhir ditandai dengan
tercapainya kematangan fisik. Perkembangan adalah proses yang berkesinambungan,
mulai dari kelahiran berlanjut ke masa dewasa sampai usia tua. Misalnya, saat usia
dini yang ketika baru lahir nampak seperti makhluk yang tidak berdaya yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, makan, atau menangis; ketika
sudah sekolah, anak-anakpun mengalami kemajuan dari pengendalian diri yang
sederhana sampai ke suatu kemampuan untuk memulai suatu kegiatan serta
melakukannya. Selama di sekolah dasar, anak-anak belajar kemampuan untuk
dihargai masyarakat; dan masa remaja masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa; serta masa dewasa, seseorang mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak
yang menikah yang merupakan masa yang paling produktif; dan masa tua terjadi
penurunan kekuatan fisik membatasi kegiatan orang yang lebih tua, penyakit yang
melemahkan dapat membuat orang merasa tak berdaya.
2. Setiap anak bersifat individual dan berkembang sesuai dengan perkembangannya
Dalam prinsip ini, tidak semua anak yang sama usianya mempunyai
perkembangan yang sama, karena anak bersifat individual yang bebeda antara yang
satu dengan yang lain. Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap anak,
termasuk untuk keberfungsian semua aspek perkembangan dalam diri anak. Karena
setiap anak memiliki tingkat penguasaan yang bervariasi, ada yang cepat, lambat,
sedang dan lain-lain, dan semua itu ditentukan oleh faktor bawaan dan pengaruh
belajar yang dimiliki anak.
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu pertumbuhan bersifat
individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian, temperamen, gaya belajar, latar
belakang dan pengalaman keluarga. Semua anak memiliki kelebihan, kebutuhan-
kebutuhan, dan minat masing-masing. Sejumlah anak mungkin memiliki kebutuhan
belajar dan perkembangan yang khusus. Pemahaman tentang keragaman yang luas
bahkan pada anak-anak usia yang sama, hendaknya mengantarkan kepada kesadaran
bahwa usia anak hanyalah sebuah gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan
anak.
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan hanya diharapkan tapi juga
dihargai, menuntut kita sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan anak-anak
memperlakukan mereka secara tepat dengan keunikannya masing-masing. Pengakuan
ini menuntut kita untuk tidak menganggap anak hanya sebagai anggota kelompok
usia, kemudian mengharapkan mereka untuk menampilkan tugas-tugas perkembangan
kelompok usia tersebut tanpa mempertimbangkan keragaman kemampuan adaptasi
setiap individu anak. Memiliki pengharapan tinggi terhadap anak adalah penting,
tetapi memiliki harapan-harapan yang kaku menurut norma kelompok tidak
mencerminkan kenyataan yang terjadi bahwa adanya perbedaan yang nyata dalam
perkembangan dan belajar individual anak dalam tahun-tahun awal kehidupan.
Harapan norma kelompok dapat memberi dampak yang sangat merusak terutama
untuk anak-anak dengan kebutuhan perkembangan dan belajar yang khusus.
3. Semua aspek perkembangan saling berkaitan
Aspek perkembangan anak yang berupa perkembangan fisik, sosial, emosi,
kognitif, dan spiritual saling berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu
aspek mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lain. Perkembangan dalam satu
aspek dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada aspek-aspek lainnya.
Anak yang secara fisik berkembang sehat, akan cendrung menunjukkan konsepsi diri
yang positif, dan konsepsi diri yang positif akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan belajarnya dan sebaliknya.
Disebabkan oleh aspek-aspek perkembangan anak tersebut berhubungan satu
sama lain, maka pendidik harus menyadari betul hal ini dan menggunakan kesadaran
ini untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalam belajar anak, membantu anak-
anak berkembang secara optimal dalam semua dimensi perkembangan dirinya.
Sebagai pendidik, misalnya, kesadaran akan adanya hubungan antar semua bagian
perkembangan ini, bermanfaat untuk perencanaan kurikulum untuk berbagai
kelompok usia anak. Untuk anak-anak usia sekolah dasar perencanaan kurikulum
diarahkan sebagai usaha-usaha untuk membantu anak-anak mengembangkan
pemahaman-pemahaman konseptual yang dapat diaplikasikan pada mata pelajaran
yang dipelajari.
4. Perkembanagan berlangsung dari kemampuan bersifat umum menuju ke bersifat
khusus
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju yang lebih khusus. Seperti
halnya pada awal perkembangan peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, maka
peserta didik akan mendapatkan tanggapan secara umum. Baru setelah itu akan
mendapatkan tanggapan secara khusus dan semakin terperinci.
5. Perkembangan itu terarah dan dapat diramalkan
Prinsip ini berarti:
 Bergerak dari kepala ke kaki dari dalam keluar
 Bergerak dari struktur ke fungsi
 Bergerak dari yang umum ke khusus
 Bergerak dari yang konkret ke abstrak
 Bergerak dari egosentris ke perspektif menuju pemahaman
 Bergerak dari heteronom ke otonom
 Bergerak spiral ke arah tujuan
Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur di
mana kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-
pengetahuan lanjut anak terbangun atas kemampuan-kemampuan, keterampilan-
keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan anak sebelumnya. Riset-riset
perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang kehidupan relatif stabil dan dapat
diprediksikan tahapannya
Perubahan-perubahan yang dapat diramalkan ini terjadi pada semua bagian
perkembangan seperti perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan
sosial, perkembangan bahasa, dan perkembangan kognitif. Pengetahuan mengenai
perkembangan yang khas untuk setiap rentang usia anak membantu para orangtua atau
pendidik untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan merencanakan tujuan-tujuan
kurikulum yang reaslistik dan pengalaman-pengalaman belajar yang tepat menurut
perkembangan anak.

E. Perkembangan Kemampuan Fisik dan Pertumbuhan Fisik Peserta Didik


Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar
merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai
terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Masa ini sering
juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa
remaja. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan
fisik yang berarti.
1. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan
gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar,
menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat
pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan
pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada
masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang
dengan baik.
2. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)
Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot
kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan
kurang.
3. Usia 8-9 tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki
cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi
mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot
dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun
dari lelaki.
4. Usia 10-11 tahun
Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan
metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun).
Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
5. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja
Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan
fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang
cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat
kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, dan
mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa puberitas).
6. Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa
Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat
bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik
kemampuan fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang
proposianal memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa
pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti
sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.

F. Perkembangan Minat Peserta Didik


Menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat
menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia akan termotivasi
untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit
berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang
akan ditekuni.
Jadi perkembangan minat anak-anak merupakan perubahan anak-anak pada apa yang
membuat perasaannya senang atau sasuatu yang membangkitkan kenikmatan pada
perasaannya, jadi dengan adanya perubahan minat pada anak-anak maka akan menuntun
mereka menayadari atau potensi yang ada dalam dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat pada anak-anak, sehingga bisa
diukur dan disadari dan dikembangkan oleh anak tersebut:
 Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan bakat anak itu sendiri.
 Kematangan psikis dan fisik untuk dapat mengembangkan minat anak-anak dengan
baik diperlukan kematangan fisik dan psikis. Dapat juga dilihat dari tingkah laku
anak tersebut yang mencerminkan minat dan bakat anak itu sendiri sehingga mampu
mempertimbangkan potensi minat terhadap perkembangan bakatnya.
 Status Sosial Ekonomi perkembangan minat Kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Apabila status sosialnya
tinggi maka minat lebih mudah dikembangkan daripada status sosial yang rendah.
 Pendidikan. Pendidikan merupakan tempat anak-anak mensosialisasi minatnya ke
tempat yang lebih terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, mampu membuat anak memberikan warna pada perkembangan
minatnya.
 Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh
sekali terhadap perkembangan minat pada anak-anak. Anak yang berkemampuan
intelek tinggi akan mampu mengembangkan minatnya menjadi sebuah bakat yang
berpotensi pada dirinya.
Jadi dari faktor-faktor disekitar perkembangan minat pada anak-anak dapat
berkembang sesuai usianya dan dapat bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya dan
yang lebih penting bagi dirinya sendiri.

G. Perkembangan Motorik Peserta Didik


Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan
otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol
oleh otak. Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmani yang terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk
mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang
dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang
mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si
kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu
usaha yang dilakukan si kecil.
Berikut tahapan perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahapan usianya:
1. Perkembangan fisik/motorik usia 0-1 tahun
Transformasi anak dari bayi yang nyaris tidak mempunyai kendala atas gerakan
kepala, tangan, tungkai dan badan saat lahir menjadi seseorang yang mungkin
mengayunkan langkah pertama di usia 1 tahun adlaah salah satu beda yang paling
jelas terlihat dari perkembangan gerakan selama tahun pertama anak. Kemajuan yang
luar biasa dalam kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan. Kemajuan
yang luar biasa dalam kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan.
Perkembangan diawali dengan gerak reflek sesaat setelah lahir yang akan berubah
menjadi gerakan yang disadari. Gerak refleks setelah lahir diperlukan untuk bertahan
hidup seperti mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, menggenggam ibu
jari kaki dan menggenggam tangan. Gerakan reflek yang berkurang berguna seperti
reflek menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam ibu jari tangan secara bertahap
akan berkurang dan menghilang sebelum usia 1 tahun karena otak kecil (cerebellum)
yang mengendalikan keseimbangan berkembang dengan cepat selama setahun awal
kehidupan bayi.
2. Perkembangan fisik/motorik usia 1-3 tahun
Pada usia saat ini perkembangan motorik anak semakin meningkat dari mampu
berjalan “terhuyun-huyun yang belum mantap” menjadi anak yang menguasai
berbagai keterampilan fisik yang kompleks, seperti melempar, menangkap, berlari,
menjaga keseimbangan, dan menendang. Tentu saja, keterampilan bergeraknya terus
berkembang pada tahun-tahun berikutnya, tetapi selama masa ini, kemampuan fisik
tingkat tinggi mulai muncul. Kebanyakan balita cukup konten untuk mencoret-coret
dengan krayon di atas kertas (dan hal lain yang kebetulan berada di sekitarnya), untuk
tumpukan blok bukan hanya membenturkan mereka bersama-sama, dan menggunakan
peralatan ketika makan.
Semua keterampilan ini membutuhkan latihan, jadi pastikan untuk memberikan
banyak kesempatan anak Anda untuk melakukannya, dan jangan mengharapkan
kesempurnaan dalam hari atau minggu untuk datang. Pada usia 2 tahun Keterampilan
motorik kasar benar-benar meningkatkan selama setahun sebagai kekuatan 2-tahun
dan koordinasi nyata meningkat. Pada anak usia 2,5 tahun kebanyakan mereka bisa
melompat dari tanah dengan kedua kaki, dan pada saat anak mencapai ulang tahun
ketiga mereka, mereka biasanya bisa naik sepeda roda tiga dan keseimbangan selama
beberapa detik pada satu kaki. Periode antara 2 dan 3 tahun motorik halusnya adalah
ketika menulis umumnya menjadi lebih disengaja, dan anak-anak biasanya belajar
menggambar (dan mengenali) lingkaran. Pada usia 2 tahun biasanya mampu
menanggalkan pakaian mereka sendiri dan bahkan membantu dengan tugas
berpakaian.
3. Perkembangan fisik/motorik usia 4-6 tahun
Anak-anak pada usia prasekolah mengkonsolidasikan dan mengalami kemajuan
dalam keterampilan fisik yang telah dikembangkannya di tahun-tahun awal.
Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu
kaki, melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan menjaga keseimbangan,
sekarang dapa dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas. Tentu saja
masih diperlukan waktu yang lama sebelum dia mencapai kompetensi total dalam
bidang-bidang ini. Tapi dia secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada
sebelumnya. Perbedaan dalam kemamuan bergerak antara anak yang baru berjalan
dan anak prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik
baru ini, baik di rumah, di kelompok bermain, atau di taman.
a) Transformasi fisik
Atasan utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini adalah
perubahan fisik yang penting terjadi antara usia 2.5 dan 5 tahun. Tinggi tubuh
anak-anak berambah sekitar 8 cm lebih tinggi setiap tahunnya dan berat badannya
sertambah sekitar 3 kg. ukuran kepalanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan
bagian badan yang lain, dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk
mengoordinasi rangkain gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun.
b) Perkembanan gerakan
Keterampilan fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini, anak amat
senang menggunakan keterampilan motoriknya yang semakin baik, bakan ketika
aktivias itu berbahaya. Banyak orang tua merasa bahwa anak mereka menjadi
sedikit pemberani di tahap ini, sebagai hasil dari antusiasme prasekolah yang biasa.
Pastikan anak mempunyai banyak peluang untuk menjajaki dengan aman, jadi anak
tidak perlu mengambil risiko yang membahayakan dirinya ketika berpetualang dan
bergembira. Tempat bermain di luar rumah/sekolah yang dibangun dengan baik
dan ayunan dan bagian yang dapat berputar-putar, kerangka untuk dipanjat dan
alok untuk melatih keseimbangan badan amat menyenangkan anak dan dapat
membantu menjaga rangsanan rasa ingin tahunya dalam keindahannya. Saran
ayang dirancang dengan pertimbangan keselamatan anak-anak lebih diutamakan.

H. Perkembangan Sosialisasi Peserta Didik


Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi
memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa
pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial,
dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul
dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat
itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.
Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah
(tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menyatakan bahwa, hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,
yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga
berkembang amat kompleks.

I. Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag
berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal
pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau
melaksanakan proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik
yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a. Perkembangan formal, yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak
untuk dapat menyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh,
perkembangan sistematika berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b. Perkembangan material, yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge)
oleh seseorang untuk dapat memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang
angka-angka, pendapat-pendapat, teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses
perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat
dikotegorikan dengan dua tahap:
1. Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2. Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan
simbol-simbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-
simbol tertentu, dan sebagainya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak
untuk berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan
fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-
hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak
ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi
untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan
respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif
memandang beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain,
aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni
pengolahan informasi.

J. Perkembangan Kecerdasan Peserta Didik


Pengertian mengenai intelek adalah kecakapan untuk berpikir, mengamati atau
mengerti. Inteligensi merupakan kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan
untuk memperoleh pengetahuan dan mengamalkan pengetahuan tersebut dalam
hubungannya dengan lingkungannya. Inteligensi meliputi pengalaman-pengalaman,
pengertian, tingkah laku dan pola-pola baru yang dipergunakan secara efektif. William
Stern mengemukakan bahwa inteligensi merupakan suatu kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penguasaan fungsi berpikir. Binet
berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui
keturunan, kemampuan diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak
dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batasan-batasan tertentu lingkungan tutur berperan
dalam pembentukan kemampuan inteligensi.
Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan yang akan menjelaskan
ciri-ciri inteligensi:
a. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir.
b. Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan lingkungan masalah yang timbul dari padanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih
menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan
pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.Tak
banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah
pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal
mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya
dimiliki seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui
bagaimana cara cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru
yang sebenarnya sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita
harus mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya.
Sebagaimana manusia pada umumnya, para peserta didikpun memiliki berbagai
kebutuhan yang amat diperlukan bagi perkembangan diri dan wawasan pengetahuannya
sebagai bekal baginya untuk masa depan yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang
terprogram di sekolah pada prinsipnya adalah merupakan manifestasi dalam rangka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini dapat lebih mengetahui sifat-sifat yang ada pada peserta
didik sehinga dengan adanya makalah ini para guru atau calon guru dapat mengetahui
peserta didiknya dan dapat menyelurkan ilmunya kepada peserta didik.
Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: P2LPTK
Depdikbud. 1995.
Prayitno, Panduan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah.2003.
Syamsuddin, Abin, Psikologi Pendidikan. Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya. 2003.
Sunarto & Hartono, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1995.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Raja Gravindo Persada. 2008.

Anda mungkin juga menyukai