Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Assalamualaikum.Wr.wb.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Media Pembelajaran” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran IPS MI yang diampu
oleh Ines Tasya Jadidah, M. Pd.
Dalam penyusunan makalah ini, kami membaca dan meresume dari beberapa
sumber. Mulai dari referensi buku, jurnal dan website bebas. Kami berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya dalam bidang Metodologi
Pembelajaran IPS MI.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
khususnya penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabballamin...
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian media?
2. Bagaimana pemanfaatan penggunaan media?
3. Bagaimana kegunaan media pembelajaran?
4. Apa saja jenis-jenis media pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari media.
2. Untuk mengetahui apa saja pemanfaatan penggunaan media.
3. Untuk mengetahui bagaimana kegunaan media pembelajaran.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’,’perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerimapasan. Gerlach & Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia,materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketarampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini,
guru,buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagai diantaranya
akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education and Communication
Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping
sebagai sistem menyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming (1987;234) adalah penyebab atau alat yang turt campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif anatara
dua pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Disamping itu,
mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran
yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang
canggih, dapat disebut media. Ringkasannya, media adalah alat yang
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.1
Heinich dan kawan kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi,
film, foto, radio, rekaman audio,gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan,
dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu pembawa pesan-pesan
1
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 3-4.
atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan
ini, Hamidjojo dalam Latuheru /(1993) memberi batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan. Atau pendapat hingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu
atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia
melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang
maksimal apabila menggunakan alat bantu yang dusebut media komunikasi.
Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera,
video recorder, film slide (gambar bingkai), foto gambar, grafik, televesi dan
komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung meteri intruksional dilingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association
memberikan defenisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio visual dan peralatanya; dengan demikian, media dapat
dimanipulasi,dilihat, didengar, atau dibaca.
Istilah ‘media’ bahkan sering dikaitkan atau dipegunakan dengan kata
“teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa
indonesia “ilmu”).2
Menurut Webster (1983;105) “art adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat
pengalaman, studi, dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari
suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman,
studi dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran maka
teknologi mempunyai pengertian sebagai: Perluasan konsep tentang media, dimana
teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula
2
Ibid. hlm 4-5
sikap, perbuata, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan
ilmu. (Achsin, 1986:10).
Erat hubungan nya dengan istilah “teknologi” kita juga mengenal kata teknik.
Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara
guru dan murid. Ia merupakan suatu strategi khusus (Anthony, 1963:96). Bahkan
Richards dan Rodgers (1982:154) menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah
prosedur dan praktek yang sesungguhnya dalam kelas. Dari sini, tampak jelas
bahwa “teknologi” bukanlah hanya pembuatan kapal terbang model mutakhir dan
semisalnya saja, tetapi melipat-lipat kertas jadi kapal terbang mainan itu juga hasil
teknologi; karena itu juga merupakan keterampilan dan seni (skill). Barang kali
inilah yang menyebabkan beberapa kalangan lantas membagi pengertian teknologi
menjadi 2 macam; ada yang disebut teknologi tinggi ( canggih) ada pula yang
disebut teknologi tradisional. Teknologi pembelajaran agama sementara masih
heavy ke wawasan pengertian teknologi tradisional.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran agama misalnya, maka itu
membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses
mengajar agama, akan membahas masalah keterampilan,sikap, perbuatan, dan
strategi mengajarkan agama.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media
pembelajaran atau istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran
(instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual
communication), pendidikan alat peraga pandang ( visual technology), alat peraga
dan media penjelas.3
Bedasarkan uraian beberapa batasan tentang media diatas, berikut
dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang desawa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar,
atau diraba dengan pancaindera.
3
Ibid.hlm 5-6
2. Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras
yang merupakan isi yangingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik
didalam maupun di luar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau
perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.4
4
Ibid.hlm 6-7
pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Cole & Chan (1994: 268) yang
mengungkapkan bahwa keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor
mencakup didalamnya kemampuan guru untuk menyediakan sumber dan media
belajar yang tepat dan melibatkan peserta didik dalam penggunaannya. Jika guru
mampu melakukan hal ini dengan tepat, maka peserta didik akan termotivasi dan
berkomitmen untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas pemerolehan hasil belajar mereka.
Jarolimek & Parker (1993: 316) menjelaskan konsep penggunaan media dalam
pembelajaran ilmu sosial yakni bukan hanya mengenai ketersediaannya, namun
juga menyangkut kemampuan dari peserta didik untuk menggunakannya dalam
proses pembelajarannya. Ketersediaan media pembelajaran untuk ilmu-ilmu sosial
terus berkembang dari masa ke masa sehingga guru dan peserta didik juga
diarahkan agar mampu menggunakannya sesuai dengan jenis media tersebut.
Kemampuan untuk menggunakan media yang tepat sangat diperlukan terutama oleh
peserta didik. Seringkali mereka bukan hanya belajar di dalam kelas saja, namun
proses pembelajaran diluar kelaskerap dilakukan sebagai penunjang atau
pengembangan dari kegiatan di kelas. Guru harus mampu memperhatikan
kemampuan menggunakan media oleh peserta didik khususnya dalam pembelajaran
ilmu sosial baik di dalam maupun di luar kelas karena hal ini akan sangat
mendukung dalam upaya memperkaya pengalaman dan hasil belajar peserta didik
itu sendiri.
Selain itu, untuk efektivitas pemanfaatan media pembelajaran, ada beberapa
langkah yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya di kelas, yaitu: (1)
persiapan guru, yaitu guru menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui media
pembelajaran sehubungan dengan pelajaran yang akan dijelaskan berikut dengan
strategi-strategi pencapaiannya; (2) persiapan kelas, pada langkah ini bukan hanya
menyiapkan perlengkapan, tetapi juga menyiapkan siswa dari sisi tugas, agar dapat
mengikuti, mencatat, menganalisis, mengkritik, dan lain-lain; (3) penyajian yaitu
penyajian media pembelajaran sesuai dengan karakteristiknya; (4) langkah lanjutan
dan aplikasi, sesuai penyajian perlu ada kegiatan belajar sebagai tindak lanjut
misalnya diskusi, laporanan, dan tugas lainnya.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran ilmu sosial
bukan saja terbatas dalam tujuan jangka pendek untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal sebagaimana
diharapkan oleh guru, namun ini akan berdampak jangka panjang bagi peserta didik
itu sendiri kemampuan ini tentunya tidak lahir dengan sendirinya, namun salah
satunya dapat diasah melalui proses pemilihan media yang tepat ketika peserta
didik terlibat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Peran guru untuk memilih
media pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu sosial
di masa mendatang menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan dengan saksama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985),
meliputi:
1. Penyampaian pesan Pembelajaran dapat lebih terstandar.
2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
8. Peran guru berubah ke arah yang positif.
Dari kegunaan masing-masing media pembelajaran di atas, perlu diperhatikan oleh
guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Sebagai contoh media audio, merupakan media auditif yang
mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan
(pronounciation) bahasa asing.5
5
Ahmad susanto,pengembangan pembelajaran ips,(jakarta:kharisma putra utama,2014),hlm.326
ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat
diberikan kepada unsur terpenting.
d) Keseimbangan
Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan dan
memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya sismetris.
e) Bentuk
Bentuk yang aneh atau asing bagi siswa, dapat membangkitkan minat dan
perhatian titik oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam
penyajian pesan informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan.
f) Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur, sehingga dapat
menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
g) Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau
halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya
warna.
h) Warna
Warna digunakan untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan,
atau untuk membangun keterpaduan.
6
Ibid.hlm 327 - 331
desain bagi siswa yang kurang aktif di kelas yaitu dengan memberikan simulasi
yang bermakna serta interaktivitas media yang baik.
Media maupun program yang mengajarkan konsep abstrak akan sangat
mendukung proses belajar mengajar penerapan persamaan linear dan variabel di
buku maupun yang diajarkan guru di kelas akan terasa lebih konkret. Melalui
program ini siswa diharapkan dapat membuat persamaan sendiri dan
menetapkan variabel yang digunakan sehingga muncullah penyelesaian dari
persamaan yang dibuat oleh siswa tersebut. siswa juga bisa memilih materi yang
akan dipelajari dan melewati materi yang sudah dikuasai sehingga mereka tidak
jenuh dengan materi yang mereka rasa mudah titik dengan cara belajar yang
demikian, siswa akan mampu mengontrol pembelajaran mereka sendiri.
Dalam pengembangannya, media yang berbasis edutainment diharapkan
sesuai dengan karakteristik siswa seperti tingkat kepandaian, kematangan, serta
penguasaan materi prasyarat sehingga mampu mengantarkan siswa untuk
menguasai kompetensi-kompetensi dasar. Media berbasis edutainment yang
dibuat diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa belajar mandiri dan
memecahkan masalah. Di dalam penggunaan media ini, siswa dapat menentukan
sendiri apa yang hendak dilakukan. Dengan demikian, siswa akan belajar
menganalisis, melihat permasalahan dan menemukan alternatif yang merupakan
langkah pemecahan masalah. Adanya pengambilan tindakan tersebut,
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah akan meningkat.
5. Film Animasi
Salah satu contoh dari media video audio adalah film animasi. Secara
umum, film animasi didefinisikan sebagai gambar-gambar yang muncul dan
bergerak. Harrison & Hummel (2010: 20) mendefinisikan film animasi sebagai
tampilan cepat dari urutan gambar statis yang menciptakan ilusi gerak. Adapun
Brown et al. (1977: 232) mengistilahkannya sebagai film yang disusun melalui
kumpulan gambar-gambar yang menghasilkan ilusi gerak ketika diproyeksikan.
Penggunaan animasi dalam pembelajaran penting karena dengan animasi
pembelajaran akan lebih bermakna. Brown et al. (1977: 224) menjelaskan
beberapa kelebihan khusus dari penggunaan film animasi ini, adalah sebagai
berikut: (a) menghilangkan hambatan intelektual untuk belajar; (b) dapat
membantu mengatasi hambatan fisik tertentu pada siswa; (c) menghadirkan
berbagai peristiwa dalam kontinuitas untuk memberikan pengalaman visual
7
khusus dalam rangka pemahaman yang lebih mendalam; (d) memungkinkan
siswa untuk menciptakan tindakan nyata atau membayangkan suatu kejadian
atau proses; (e) mengimbangi perbedaan latar belakang antara siswa di kelas; (f)
berguna untuk mengevaluasi pengetahuan siswa atau kemampuan analisis
mereka dalam kegiatan pembelajaran materi tertentu. Di samping itu,
penggunaan film animasi dimungkinkan dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk membaca memahami konsep dan sekaligus juga dapat meningkatkan hasil
belajar.
Penggunaan film animasi sebagai media relevan dengan model pemrosesan
informasi yang menurut Gagne dalam Dahar (1996) terbagi atas beberapa fase
yakni fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, transfer,
pemberian respons, sampai ke reinforsemen. Film animasi memenuhi kriteria
sebagai sebuah media yang dari awal dapat membantu memotivasi siswa untuk
belajar hingga sampai ke tahap reinforsemen (reinforcement), yakni terjadinya
umpan balik yang maksimal setelah siswa menonton film animasi. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Harrison & Hummell (2010: 21-22), yang
menyatakan bahwa film animasi mampu memperkaya pengalaman dan
kompetensi siswa pada beragam materi ajar. Melalui beragam metode, guru dan
siswa dapat menggunakan animasi dari yang paling sederhana untuk
mempresentasikan sejumlah konsep.
Animasi memiliki kelebihan yang bisa membantu membentuk pemahaman
siswa dari berbagai film animasi yang keliru baik dalam proses pembuatan
maupun aplikasinya dalam pembelajaran akan mungkin terjadi sehingga
berdampak pada tidak optimalnya hasil belajar siswa itu sendiri. Agina (2003: 4)
juga menguraikan faktor-faktor lainnya yang menjadi kelemahan dari
pemanfaatan film animasi dalam kegiatan pembelajaran, yakni: (a) hilangnya
informasi-informasi penting dari prosedur nyata atas suatu kejadian; (b)
seringkali cukup sulit dalam menyesuaikan dengan kurikulum di sekolah; dan
7
Ibid.hlm 331-334
(c) memunculkan ketidakseimbangan pencapaian hasil belajar yang maksimal
secara merata pada siswa, terutama yang memiliki keterbatasan fisik dan tidak
mampu memanfaatkan media tersebut secara maksimal pula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran